Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya dimana beragam suku dan berbagai
budaya ada, itulah sebabnya semboyan Negara kita adalah Bhinneka Tunggal Ika. Berbedanya
kebudayaan ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai masa kehamilan, persalinan dan
nifas.Mitos-mitos yang lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan
bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi.Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kehamilan, masa persalinan dan nifas.
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan serta untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan janin.Memahami perilaku perawatan kehamilan (Antenatal Care) adalah penting untuk
mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.Faktanya, masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, almiah, dan kodrati.Masih banyak ibu-ibu yang
kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktorfaktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.Resiko ini baru diketahui saat persalinan
karena kasusnya sudah terlambat sehingga mengakibatkan kematian.Hal ini disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi, kurangnya pengetahuan dan pentingnya
perawatan kehamilan, serta permasalahan-permasalahan pada kehamilan. Permasalahan lain
yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan karena
adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan
sementara kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang, sehingga akan berdampak negatif
terhadap kesehatan ibu dan janin. Jadi, tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita
hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
C. Tujuan
1. Mahasiswa/I dapatmengetahui Aspek-aspek Sosial yang Mempengaruhi Kehamilan
2. Mahasiswa/I dapat mengetahui Aspek-aspek Sosial yang Mempengaruhi Kelahiran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas.Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan
aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan bendabenda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek social budaya ini mencakup pada setiap
trimester kehamilan dan persalinan yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya
dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan.Perilaku
yang dimaksud adalah meliputi semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku
sakit (ilness behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang biasanya
dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan, kepercayaan, norma, nilai, dan
segala aturan (social law) dalam masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa
perilaku dan aspek social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas
diantaranya :
a.
Health Believe
Tradisi-tradisi
yang
diberlakukan
secara
turun-temurun
dalam
pemberian
makanan
bayi.Contohnya di daerah Nusa Tenggara Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa
dengan tradisi nasi pisang.
b.
Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok
atau gaya hidup perokok (yang juga termasuk bagian dari aspek sosial budaya).
c.
Faktor fisik
Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu
tersebut.Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke
pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan.
b. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam
kesehatan ibu dan janinnya dan akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi
pada janin yang telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan
tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan ibu. Jika seluruh
keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam berbagai hal, maka ibu hamil
tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,
persalinan, dan masa nifasnya.
c.
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan
ekonomi. Gaya hidup yang sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat
berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang dipantang adat padahal
baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi.Ibu hamil juga harus menjaga
kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang mempengaruhi proses kehamilan yang
sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya ekonomi yang cukup dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan
persiapan lainnya dengan baik, maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan
baik.
Terlepas dari sudut pandang masyarakat tentang masa kehamilan dan persalinan yang kritis,
terdapat berbagai pandangan budaya (tuntutan budaya), serta faktor-faktor sosial lainnya dalam
kepentingan reproduksi. Hal tersebut meliputi:
1. Keinginan ideal perorangan untuk memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu.
2. Mengatur waktu kelahiran.
3. Sikap menerima tidaknya kehamilan.
4. Kondisi hubungan suami istri.
5. Kondisi ketersediaan sumber social.
6. Pengalama perorangan mengatasi dan menghadapi komplikasi persalinan dan lain-lain.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah
masalah gizi.Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan 2 dan pantangan pantangan terhadap
beberapa makanan.Sementara kegiatan mereka sehari hari tidakk berkurang. Ditambah lagi
dengan pantangan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebetulnya sangat dibutuhkan
oleh
wanita
hamil
tentunya
akan
berdampak
negative
terhadap
kesehatan
ibu
dan janin.Tidak heraan kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama
dipedessaan.Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita
hamil disebabkan karena kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
6
Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan kehamilan, antara
lain:
1. Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam
prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan dan brokohan.
2. Mengidam.
3. Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan baunya harum sehingga
mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.
4. Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.
5. Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
6. Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
7. Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar dempet
atau siam.
8. Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar, karena anak yang
dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang buntung.
9. Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
10. Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan berdempet
menjadi satu.
11. Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua percaya bahwa daun kelapa
untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga dikhawatirkan bayi
yang lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.
12. Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing atau
cacat fisik lainnya.
13. Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah,
membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.
14. Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
15. Manggunakan jimat saat bepergian.
7
menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.Bebrapa penelitian yang
pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek praktek persalinan oleh dukun
yang membahayakan si ibu.Penelitian iskandar dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek
yang membawa resiko infeksi seperto ngolesi(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk
memperlancar persalinan), kodok ( memasukkan tangan ke vagina dan uterus untuk
mengeluarkan placenta) atau nyanda ( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar
dan kaki diluruskan kedepan selama bejam jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan
pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat memabantu
upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi sampai 40
hari.Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang
ada.Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek praktek tradisional
tertentu masih dilakukan.Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan
penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.Secara
medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan , infeksi,
eksklamsia(keracunan kehamilan). Kondisi kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan
professional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun kefatalan ini sering
terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada factor
keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga. Umunya terutama didaerah pedesaan
keputusan terhadap perawatan medis apa yang dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang
lebih tua atau keputusan berada ditangan suami yang seringkali panik melihat keadaan krisis
yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala gejala tertentu saat persalinan dapat
menghambat tindakan yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula nasehat
nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil.
Keadaan ini sering kali pula diperberat oleh factor geografis dimana jarak rumah si ibu
dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi atau oleh factor
kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa membawa si ibu kerumah sakit akan memakan
biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,faktor
giografis dan kendala ekonomi,keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya
9
suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan
takdir yang tak dapat dihindarkan. Selain pada masa hamil,pantangan-pantangan atau anjuran
masih berlaku juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya
berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya,ada makanan tertentu yang sebaiknya
di konsumsi untuk memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional ,ada praktek-praktek
yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu.
Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula;
memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan; atau memberi jamu
tertentu untuk memperkuat tubuh.
C. Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia. Dalam
era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini menuntut semua
manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada.
Kelancaran persalinan sangat tergantung faktor mental dan fisik si ibu.
1. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan besar bayi
2. Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya dalam melahirkan.
Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu
dengan mental yang siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3. Faktor lain yang juga harus diperhatikan: riwayat kesehatan ibu, apakah pernah menderita
diabetes, hipertensi atau sakit lainnya; gizi ibu selama hamil, apakah mencukupi atau tidak; dan
lingkungan sekitar, apakah men-support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu
hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian,
ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar,
kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa kerja.
10
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsikonsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah
merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak
yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan
tertentu.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk
menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang
dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa
tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti :
"kodok" (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rnengeluarkan placenta)
"nyanda" (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan kaki diluruskan ke depan
selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu
dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40
hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu
rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong
persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik
misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI;
ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya:
11
1. Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula, memasukkan
ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan
darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh.
2. Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang, rumput Fatimah
bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi,
harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Soalnya, rumput ini hanya
boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk
panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal.Jika
letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat
bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai
rumput ini, bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak
mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
3. Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang persalinan, akan
membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih mudah keluar. Keluarnya cairan
keputihan pada usia hamil tua justru tak normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna.
Jika terjadi, segera konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika
vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus diketahui pula,
yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan air ketuban. Itulah mengapa,
bila air ketuban pecah duluan, persalinan jadi seret.
4. Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang konotasinya bikin
lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tak ada gunanya sama sekali dalam
melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan
minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya. Minum madu dan
telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi
ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan
overweight. Bukankah madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu
boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan,
12
sebaiknya segera hentikan. Akan halnya telur tak masalah, karena mengandung protein yang
juga menambah kalori.
5. Makan duren, tape, dan nanas bisa membahayakan persalinan. Ini benar karena bisa
mengakibatkan perndarahan atau keguguran. Duren mengandung alkohol, jadi panas ke
tubuh. Begitu juga tape. Pun untuk masakan yang menggunakan arak, sebaiknya dihindari.
Buah nanas juga, karena bisa mengakibatkan keguguran. Makan daun kemangi membuat ariari lengket, hingga mempersulit persalinan. Yang membuat lengket ari-ari bukan daun
kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak,
misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu
yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila
terjadi sesuatu dapat ditangani segera.
Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya lainnya selama persalinan yang ada di
masyarakat, antara lain:
1) Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
2) Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3) Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
4) Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
5) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
6) Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
7) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
8) Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.
9) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
Pantangan atau anjuran yang berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya:
1) Ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI
2) Ada makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Secara tradisional ada praktik-praktik yang dilakukan dukun beranak untuk mengembalikan
kondisi fisik dan kesehatan ibu. Misalnya;
1) Mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula.
2) Memasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan ke dalam vagina dengan maksud untuk
membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan.
3) Memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al, 1996).
13
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa
alasan antara lain
1) Dikenal
secara dekat.
2) Biaya murah.
3) Mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak.
4) Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40 hari di samping akibat keterbatsan jangkauan
pelayanan kesehatan yang ada.
Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan
sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis, penyebab
klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan ekslamsia (keracunan
kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat
berakibat fatal bagi ibu dan proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya
karena penanganan yang kurang baik tetapi, juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan
keputusan dalam keluarga. Umumnya, di daerah pedesaan, keputusan perawatan medis yang
akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau keputusan ada di tangan suami
yang sering kali menjadi panic melihat keadaan kritis yang terjadi. Kepanikan dan ketidak tahuan
akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya
dilakukan secara cepat. Tidak jarang pula nasihat yang diberikan oleh teman atau tetangga
mempengaruhi keputusan yang diambil.
Selain itu, sering kali kondisi tersebut diperberat oleh faktor geografis, karena jarak rumah
ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau kendala
ekonomi dan adanya tanggapan bahwa membawa ibu ke rumah sakit akan membutuhkan biaya
yang mahal. Selain faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan
faktor ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga sikap pasrah dari
masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tidak dapat dihindari.
Selain pada masa hamil, pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa pasca
persalinan.
BAB III
14
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Perilaku kesehatan
merupakan salah satu factor perantara pada derajat kesehatan yang meliputi semua perilaku
seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, angka
kesakitan dan angka kematian. Ada beberapa perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan, baik yang tidak memiliki pengaruh maupun yang berpengaruh
bagi ibu yang sedang hamil ataupun bersalin
B. Saran
a. Bagi ibu hamil dan bersalin, sebaiknya berkonsultasi ke bidan atau tenaga kesehatan sebelum
melakukan adat/budaya masyarakat yang dirasa tidak sesuai atau agak membahayakan bagi
kondisinya.
b. Budaya yang ada harus dilihat apakah baik atau tidak untuk kesehatan ibu hamil dan bersalin.
Jika kita lihat dari akal berdasarkan ilmu yang kita dapat budaya tersebut tidak baik, maka tidak
boleh diikuti lagi.
DAFTAR PUSTAKA
15
http://nindakittgz.blogspot.com/2013/01/aspek-sosial-budaya-pada-kehamilan.html
http://tiangayu.blogspot.co.id/2011/01/v-behaviorurldefaultvmlo_17.html
http://makalahkomunitas.blogspot.co.id/2015/03/faktor-faktor-sosial-budaya-yang.html
16