P2KT Uts
P2KT Uts
I.
A. ANALISIS SITUASI
Ada 4 output utama analisis situasi, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Deskripsi masalah
Kinerja sistem pelayanan/program kesehatan
Faktor resiko lingkungan
Faktor resiko perilaku
1) Deskripsi masalah
Deskripsi masalah menggunakan prinsip dan metode epidemiologi, yaitu:
a)
b)
c)
d)
e)
kuintil
pengeluaran),
d) Menurut kelompok jenis pekerjaan (buruh tani, industri, perdagangan,
nelayan, dll).
Laporan Puskesmas
Laporan Rumah Sakit
Laporan program
Hasil Surkesda
Hasil analisis data Susenas - Dll
Hasil surveilans
Laporan Puskesmas
Hasil survey khusus dan OR
Data kegiatan pembangunan (dari Pemda)
Laporan masyarakat/mass media/LSM
Pengamatan oleh staff Dinkes
7. Dll
Lakukan
analisis
untuk
mengidentifikasi
apakah
ada
faktor
B. PENENTUAN TUJUAN
Dalam istilah perencanaan, tujuan program bisa berupa
a) Outcome atau hasil dan
b) Output atau keluaran (lihat definisi istilah seperti telah disampaikan
dimuka).
Tujuan untuk mencapai sejumlah output disebut target. Untuk itu sekali lagi
tabel dimuka disampaikan disini:
derajat
kesehatan,
yaitu
penurunan
morbiditas
dan
pemulihan,
biaya
transport
Output
Target
Outcome
Balita
temuan
kasus
dan
pengobatan
pneumonia,
tingkat
daerah,
ada
program-program
yang
tujuan
umumnya
angka kematian bayi". Rumusan tujuan khusus (target output) harus spesifik,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
Renstra
Kesehatan Daerah.
Namun pada tataran operasional, penentuan tujuan secara kuantitatif harus
realistis., artinya sesuai dengan realita masalah didaerah serta kemampuan
daerah
untuk
mencapainya.
Agar
realistis,
hal-hal
berikut
ini
perlu
Pada
diagram
diatas
disampaikan
contoh
penggunaan
trend
menjadi
bagi
posisi tahun
C. IDENTIFIKASI KEGIATAN
Identifikasi kegiatan sangat penting dalam perencanaan karena kaitannya
yang erat dengan perhitungan kebutuhan anggaran. Secara garis besar,
kegiatan dalam program kesehatan dapat dibagi lima, yaitu:
1. Kegiatan pelayanan individu
a. penemuan kasus (case finding)
b. pengobatan kasus (case treatment)
2. Kegiatan pelayanan masyarakat
a. kegiatan intervensi terhadap faktor resiko lingkungan
b. kegiatan intervensi terhadap faktor resiko perilaku
c. kegiatan mobilisasi sosial (kemitraan)
3. Kegiatan manajemen untuk mendukung 1 dan 2 , termasuk misalnya
sistem informasi, monitoring, supervisi, koordinasi, dll.
4. Kegiatan pengembangan/peningkatan kapasitas (untuk 1, 2 dan 3),
yaitu
kegiatan
mengembangkan
pelatihan,
untuk
memelihara
kapasitas
pembelian
alat,
program.
kapasitas
Termasuk
penambahan
program
disini
fasilitas,
dan
kegiatan
pengadaan
kenderaan, dll.
Untuk keperlukan penyusunan anggaran berbasis kinerja, kegiatan-kegiatan
program tersebut diatas dibagi dua kelompok kegiatan, yaitu:
1) Kegiatang langsung:
a. Pelayanan individu:
Temuan kasus
Pengobatan
Kegiatan Pengembangan
b. Pelayanan masyaralat:
Intervensi lingkungan
Intervensi perilaku
Mobilisasi masyarakat dan peran serta
Kegiatan Pengembangan
Pedoman MTBS
Pedoman Gebrak Malaria
Pedoman Tb-DOTS
Pedoman program immunisasi
Pedoman program gizi
Dll Dalam identifikasi kegiatan ini, langsung dilakukan identifikasi pelaku
potensial (fihak yang diperkirakan mampu dan sesuai untuk melakukan
kegiatan tersebut. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan matriks
seperti berikut:
pedoman
pedoman
pedoman
pedoman
pedoman
dll
MTBS
Gebrak Malaria
Tb-DOTS
program immunisasi
program gizi
daftar kegiatan
output masing-masing kegiatan tersebut
lokasi/tempat kegiatan
jadwal pelaksanaannya (mulai dan berakhir)
penanggung jawab pelaksana kegiatan tersebut (perorangan atau unit
organisasi)
E. INTEGRASI RENCANA
Setelah selesai, perlu dillihat kembali apakah ada dari rencana kegiatan
tersebut yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan lain (dalam program
yang bersangkutan) atau dengan kegiatan dari program lain.
Dalam melakukan integrasi kegiatan ini, beberapa hal perlu diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
1. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan sasaran (kesamaan
populasi dan kesamaan wilayah/lokasi)
2. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan jadwal
3. Apakah antara kegiatan yang berbeda ada kesamaan output kegiatan
Apabila ada kesamaan, lakukan analisis apakah kegiatan tersebut dapat
diintegrasikan (dalam satu program).
Untuk integrasi kegiatan lintas program, secara teoretis kemungkinan
integrasi umumnya terdapat pada kegiatan penunjang (kegiatan tidak
langsung), yaitu :
(b) kelompok kegiatan manajemen dan
(c) kelompok kegiatan pengembangan.
Artinya ada kemungkinan kegiatan manajemen dan kegiatan penunjang
yang sekaligus bermanfaat untuk program yang berbeda-beda. Supervisi,
sistem informasi, pelatihan, dan pengadaan alat adalah contoh kegiatan
manajemen
dan
pengembangan
yang
mungkin
diintegrasikan
untuk
Dalam diatas diperlihatkan bahwa secara garis besar, ada empat langkah
utama dalam penysunan rencana program terpadu, yaitu sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Analisis situasi
Penetapan tujuan
Identifikasi kegiatan
Penyusunan rencana operasional Hasil analisis situasi dipergunakan
sebagai dasar untuk menentukan besaran tujuan.
yang
berkaitan dengan
"outcome",
misalnya
menurunkan
II.
program
tersebut
3) Alokasi anggaran harus terpadu dan seimbang, yaitu untuk unit yang
melaksanakan
kegiatan
penunjang
dan
unit
yang
melaksanakan
seperti
ini
perlu
diintegrasikan
antara
program
untuk
bidang
lingkungan,
perilaku
dan
gaya
hidup,
kependudukan
dan
langsung
(pelayanan
kesehatan)
dan
kegiatan
tak
program
kesehatan
masyarakat),
selalu
memerlukan
biaya
investasi dan biaya operasional serta pemeliharaan. Dari perspektif ini, maka
alokasi untuk mata anggaran investasi, operasional dan pemeliharaan juga
harus seimbang.
2. MASALAH ATAU "PENYAKIT" PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dalam menyusun anggaran program kesehatan, perlu dicegah terjadinya
"penyakit" anggaran kesehatan yang banyak terjadi pada masa lalu. Ada
sepuluh masalah yang perlu diketahui dan dicegah untuk terjadi, yaitu
sebagai berikut:
(1) Anggaran kesehatan terlalu kecil
Analisis
pembiayaan
kesehatan
dibanyak
daerah
umumnya
tersebut
dalam
jangka
waktu
yang
tidak
normal.
Program
pelayanan
kesehatan
memerlukan
biaya
dan
administratif,
seperti
biaya
pertemuan,
biaya
logisnya
dengan
kinerja
atau
output
program.
Ini
budget"
mengkonsolidasikan
yang
kaku,
karena
anggaran-anggaran
daerah
tersebut.
tidak
Jadi
boleh
dalam
dalam
Tabel-1.
Tabel
ini
merupakan
suatu
rangkuman
umumnya
dilakukan
oleh
Dinas
Kesehatan
dan
Puskesmas.
Dalam
kegiatan
penunjang
yang
dilakukan
oleh
Dinas
Kesehatan
sekaligus untuk beberapa program. Oleh sebab itu, kolom total untuk
anggaran Dinas Kesehatan bisa berubah-ubah tergantung dari sejauh mana
keterpaduan bisa dilakukan.
Sebagai contoh, anggaran perjalanan Dinas Kesehatan untuk supervisi
program bisa dipadukan antara beberapa program, sehingga jumlahnya
menjadi lebih kecil. Upaya inilah yang disebut sebagai penganggaran
terpadu.
Selanjutnya, dalam proses penganggaran juga diusahakan agar kebutuhan
biaya investasi dan operasional juga terpenuhi secara seimbang. Untuk
masing-masing program, Tabel berikut menjelaskan komponen-komponen
biaya yang lazim diperlukan dalam program kesehatan.
atau
barang/jasa
yang
akan
dibiayai.
Pendekatan
"line
item
budgeting" ini dominan dalam sistem anggaran melalui DIP/DIP yang sudah
ditinggalkan. Kelemahannya adalah ketidak jelasan hubungan antara belanja
barang dan jasa tersebut dengan output atau kinerja program.
"Performance budgeting" (anggaran berbasis kinerja) didasarkan pada hasil
proses perencanaan yang realistis dan sistematis. Proses perencanaan
tersebut akan menjamin adanya kesinambungan dan konsistensi antara (1)
masalah, (2) tujuan, (3) kegiatan, (4) output atau kinerja kegiatan, dan (5)
input yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Anggaran berbasis kinerja oleh sebab itu didasarkan pada butir (4) diatas,
yaitu nilai rupiah semua input yang diperlukan untuk kegiatan program, yaitu
butir (3) Ciri lain dari anggaran berbasis kinerja adalah keseimbangan antara
anggaran untuk kegiatan pelayanan langsung dengan kegiatan penunjang.
Dalam
penyusunan
rencana
terpadu,
memang
dijaga
agar
kegiatan
Berbasis
Kinerja
dan
keseimbangan
antara
mata
anggaran
Sejak
2002,
pemerintah
(Mendagri)
menetapkan
sistem
penyusunan
7) Bantuan sosial
Bantuan kepada
masyarakat
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
pengembalian
atas
pendapatan
daerah
tahun-tahun
sebelumnya.
Untuk menjamin bahwa besaran dan mata anggaran tersebut betul-betul
dikaitkan dengan kinerja, maka langkah awal sebelum penyusunan angaran
adalah menyusun rencana . Dalam penyusunan rencana tersebut, dilakukan
langkah-langkah sistematis sehingga terjamin kesinambungan logis antara
hal-hal sebagai berikut:
1. Besaran masalah yang dihadapi (program tertentu)
2. Besaran tujuan yang akan dicapai
3. Jenis kegiatan yang betul-betul relevan untuk mencapai tujuan
tersebut
Pada dasarnya, anggaran berbasis kinerja adalah bagaimana menghitung
dan mengalokasikan sejumlah anggaran yang cukup dan tepat sehingga
kegiatan tersebut bisa terlaksana, sehingga tujuan yang ditargetkan bisa
tercapai. Langkah-langkah menyusun anggaran program terpadu
1. Landasan dan prinsip dasar
Bahan dasar penyusunan anggaran berbasis kinerja adalah hasil akhir
penyusunan rencana program terpadu (Pokok Bahasan 1). Hasil akhir
tersebut adalah daftar kegiatan (1) langsung dan (2) tidak langsung yang
akan dilakukan oleh sektor/Dinas Kesehatan. Ringkasannya disampaikan
sebagai berikut:
Masyarakat
kegiatan-kegiatan
disebut
tersebut
sebagai
langsung
"Kegiatan
menghasilkan
Langsung"
"output"
karena
program.
identifikasi
semua
jenis
input
yang
diperlukan
untuk
yang
bisa
diintegrasikan
antara
kegiatan
yang
Dafar Pustaka:
Modul Penyusunan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT)
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI 2007