Anda di halaman 1dari 15

a

BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna maligna disebut juga otitis eksterna nekrotikans, merupakan suatu
infeksi difus pada liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya yang disebabkan oleh
organisme Pseudomonas. Pada otitis eksterna maligna, peradangan dapat meluas secara
progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya. Dengan demikian dapat
menimbulkan kelainan berupa kondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan
kerusakan tulang temporal. Penyebabnya adalah Pseudomonas aeruginosa, tetapi beberapa
bakteri yang lain dapat juga menyebabkan gejala klinik yang sama. Infeksi dimulai pada
meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang tengkorak. Dari daerah
tersebut dapat memberikan efek pada struktur struktur utama seperti arteri karotis, vena
jugularis, dan saraf kranial dan intrakranial. Otitis eksterna maligna biasanya ditemukan pada
pasien diabetik usia lanjut, tetapi dapat juga ditemukan pada pasien dengan imunitas yang
rendah.
Toulmouche adalah orang pertama yang melaporkan kasus otitis eksterna maligna
pada tahun 1838, dimana dia melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal di Gazette
Medicale de Paris. Pada tahun 1959, Meltzer melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal,
mandibula dan zigoma pada pasien diabetik yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa.
Tahun 1968, Chandler yang menjelaskan tentang otitis eksterna maligna, di mana merupakan
infeksi bakteri yang progresif pada meatus akustikus eksternus, yang dapat berkembang
menjadi osteomielitis tulang temporal, kelumpuhan saraf kranial dan kematian. Chandler
mempresentasikan 13 kasus pasien dengan infeksi Pseudomonas aeruginosa yang dimulai
dengan infeksi pada meatus akustikus eksternus dan menyebar sepanjang dasar tulang
tengkorak dan menimbulkan neuropati.

BAB II
PEMBAHASAN

I.

ANATOMI TELINGA

Secara anatomi, telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan
gelombang bunyi ke struktur struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari daun
telinga (pinna atau aurikel) dan liang telinga sampai membran timpani. Di dalam
telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler
yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.

Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk lekuk dan
dibungkus oleh kulit tipis. Lekukan lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,
tragus, antitragus, fossa skafoidea, fosa triangularis, konkha dan lobulus.
Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tepi
daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada bagian postero-superiornya
terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin tubercle). Pada
bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior
antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura ini
disebut fosa triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafoid. Di depan
anteheliks terdapat konka. Di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk
segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian di seberang tragus dan terletak pada
batas bawah anteheliks disebut antitragus.1
Jaringan subkutan daun telinga bagian superior sangat tipis, terutama di
permukaan anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makin
ke bawah lapisan subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak
mempunyai rangka tulang rawan. Perdarahan daun telinga bagian posterior berasal
dari cabang posterior A.karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian kecil
permukaan depan daun telinga. Sebagian permukaan belakang daun telinga juga
diperdarahi oleh A. oksipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama diperdarahi
oleh cabang anterior A. Temporalis superfisialis anterior. Persarafan daun telinga
disuplai oleh cabang cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus
servikalis, juga dari cabang aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang auricular
N. vagus.
2

Liang telinga berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertiga
luar dan bagian tulang pada dua pertiga dalam. Panjang liang telinga kira kira
2,5 cm 3 cm. Bentuk liang telinga seperti huruf S akibat perbedaan sudut bagian
tulang rawan dan bagian tulang karena itu membran timpani biasanya tidak dapat
terlihat langsung dari luar. Diameter liang telinga dari luar ke dalam tidak selalu
sama, yang paling sempit di bagian isthmus yang terletak sedikit di medial batas
bagian tulang dan bagian tulang rawan. Berbatasan dengan membran timpani,
bidang liang telinga tidak datar, di bagian anteriorinferiornya membentuk sudut
tajam (acute anterior tympanic angle), sehingga bagian tepi anteriorinferior
membran timpani sukar dilihat langsung dari luar. Lekukan ini juga menyebabkan
diameter membran timpani paling panjang pada bagian obliq anteroinferior ke
posterosuperior. Sedikit di lateral bagian yang bersudut tajam ini liang telinga
menonjol bertepatan dengan sendi temporomandibula. Kulit liang telinga bagian
tulang rawan mempunyai struktur menyerupai kulit di bagian tubuh lain,
mengandung folikel rambut dan kelenjar kelenjar, sedangkan kulit di bagian
tulang merupakan kulit yang tipis sekali dan berlanjut ke kulit membran timpani,
tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar kelenjar.
Hubungan antara liang telinga dengan struktur sekelilingnya juga mempunyai
arti klinis yang penting. Dinding anterior liang telinga ke arah medial berdekatan
dengan sendi temporomandibular dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dinding
inferior liang telinga juga berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis
pada liang telinga bagian tulang rawan ( fissure of Santorini) memungkinkan infeksi
meluas dari liang telinga luar ke dalam parotis dan sebaliknya pada ujung medial
dinding superior liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang
berbentuk baji yang disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang mana
memisahkan lumen liang telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga
bagian tulang, di sebelah medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang
baji ke arah lateral suatu lempengan tulang lebih tebal memisahkan liang telinga
dari fossa krani medial. Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah dari
sel udara mastoid oleh suatu tulang tipis.
Pada kulit yang normal di liang telinga, ada bakteri flora seperti
Micrococcus dan Corynebacterium sp. Infeksi pada liang telinga oleh bakteri
patogen dipengaruhi kondisi host misalnya adanya trauma lokal, adanya perubahan
sifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH di liang telinga. Kulit yang melapisi
3

bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga
mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Anatomi liang telinga
bagian tulang sangat unik karena merupakan satu satunya tempat dalam tubuh di
mana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan
demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena
tidak terdapat ruang untuk ekspansi.
Ada tiga makroskopik mekanisme pertahanan dari liang telinga dan
permukaan lateral membran timpani yaitu tragus dan antitragus, kulit dengan
lapisan serumen dan isthmus. Salah satu cara perlindungan yang diberikan telinga
luar adalah dengan pembentukkan serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar
struktur kelenjar sebasea dan apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada
bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel sel stratum korneum ikut pula berperan dalam
pembentukkan materi yang membentuk suatu lapisan pelindung penolak air pada
dinding kanalis ini. pH gabungan berbagai bahan tersebut adalah sekitar 6, suatu
faktor tambahan yang berfungsi mencegah infeksi. Serumen diketahui memiliki
fungsi sebagai proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel
dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membran timpani. Serumen juga berfungsi
sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada
epidermis.
Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi.
Bagian anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke
pembuluh limfe preaurikuler di kelenjar parotis dan kelenjar limfe servikal bagian
superior. Bagian inferior, disalurkan ke infraaurikuler dekat angulus mandibula.
Bagian posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfe
servikal bagian superior. Rangsangan pada aurikel dan meatus akustikus eksternus
berasal dari saraf perifer dan kranial, yaitu dari saraf trigeminus (V), fasial (VII),
glossopharingeal (IX) dan nervus vagus (X).
Suara yang ditangkap oleh daun telinga diteruskan melalui saluran telinga ke
membran timpani. Membran timpani berbentuk hampir lonjong, terletak obliq di
liang telinga, membatasi liang telinga dengan kavum timpani. Diameter membran
timpani rata rata sekitar 1 cm, paling panjang pada arah anterior inferior ke
superior posterior. Membran timpani terdiri dari 3 lapis yaitu lapisan luar, lapisan
tengah dan lapisan dalam. Lapisan luar merupakan kulit terusan dari kulit yang
melapisi dinding liang telinga. Lapisan tengah merupakan jaringan ikat yang terdiri
4

atas dua lapisan yaitu lapisan radier yang serabut serabutnya berpusat di
manubrium maleus, lapisan sirkuler yang serat seratnya lebih padat di lingkaran
luar dan makin jarang ke arah sentral. Lapisan dalam merupakan bagian dari lapisan
mukosa kavum timpani. Membran timpani dibagi menjadi dua bagian yaitu pars
II.

flaksida di bagian atas dan pars tensa di bagian bawah.


FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
mealui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada
skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan ke membrana Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
merupakan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditoris, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius samapai ke korteks pendengaran (area 39-40) di
lobus temporalis.1

III.

OTITIS EKSTERNA MALIGNA


A.

Definisi 2
Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain di sekitarnya.

B.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, otitis eksterna maligna lebih banyak timbul pada
daerah dengan iklim lembab dan basah, dibandingkan dengan iklim lainnya.
Penyakit ini sering ditemukan lebih banyak pada laki laki daripada
perempuan dan dilaporkan menyerang kelompok semua umur, tetapi lebih
sering pada usia tua, lebih dari 60 tahun. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar adalah pH di liang telinga. Biasanya normal atau asam. Bila pH
5

menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang
sangat hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Diabetes
merupakan faktor risiko utama tetapi tidak ada hubungan yang jelas dengan
berat atau lamanya menderita diabetes dengan otitis eksterna maligna. 99%
pasien otitis eksterna maligna mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
Pasien diabetik mempunyai pH serumen yang tinggi dan menurunnya
konsentrasi lisosim yang menghalangi aktivitas antibakteri. Penyakit ini juga
pernah dilaporkan pada pasien dengan imunitas yang rendah, pasien dengan
HIV atau pasien yang menjalani transplantasi organ, misalnya pada limfoma
maligna, dan leukemia. Dapat juga ditemukan pada bayi bayi yang
mengalami malnutrisi, dan anemia.(2,3)
C.

Patogenesis
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus
akustikus

eksternus

dan

tulang

temporal.

Organisme

penyebabnya

adalah Pseudomonas aeruginosa, dan paling sering menyerang pasien diabetik


usia lanjut. Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibanding pH
serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih
mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan
mikroangiopati,

otitis

eksterna

berlanjut

menjadi

otitis

eksterna

maligna. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang progresif dan berlanjut
menjadi osteomielitis pada tulang temporal. Penyebaran penyakit ini keluar
dari liang telinga luar melalui Fisura Santorini dan osseocartilaginous
junction.3
Otitis eksterna maligna menyebar melalui Fisura Santorini untuk
sampai ke dasar tulang tengkorak. Data histopatologi menunjukkan bahwa
infeksi menyebar sepanjang vaskuler. Di bagian anterior dapat mempengaruhi
fossa mandibula dan kelenjar parotis. Di sebelah anteromedial infeksi, dapat
menyebar ke arteri karotis. Selain itu juga dapat menyebar melalui Tuba
Eustachius untuk sampai ke fossa infratemporal dan nasofaring. Hipestesia
ipsilateral dapat terjadi jika saraf kelima dilibatkan. Penyebaran ke intrakranial
dapat menyebabkan meningitis, abses otak, kejang dan kematian. Bagian
posteroinferior dapat menyebabkan flebitis dan trombosis supuratif bulbus
6

juguler dan sinus sigmoid. Ini dapat menyebabkan mastoiditis dan kelumpuhan
saraf fasial. Penyebaran secara inferior dapat menyebabkan paralisis saraf
glosofaringeal (IX), vagus (X), hipoglosus (XI), dan aksesorius (XII),
menyebabkan disfagia, aspirasi dan suara serak.4
D.

Gejala Klinis
Gejala dapat dimulai dengan rasa gatal di liang telinga yang dengan
cepat diikuti dengan rasa nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta
pembengkakan liang telinga. Biasanya unilateral. Rasa nyeri akan semakin
hebat dan bila tumbuh jaringan granulasi yang banyak akan menyebabkan
liang telinga akan tertutup. Saraf fasialis dapat terkena sehingga menimbulkan
paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang
progresif, yang disebabkan oleh infeksi kuman Pseudomonas aeruginosa.
Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus berat, kadar gula darah
yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif, menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat. Pada beberapa kasus pernah dilaporkan
terdapat gejala pusing, sakit kepala dan trismus.(5,6)

E.

Diagnosis
Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan radiologi. Empat gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih
dari 1 bulan, otorea purulen dan menetap dengan adanya jaringan
granulasi dalam beberapa minggu, riwayat diabetes mellitus, status imun yang
rendah dan usia lanjut, dan adanya gangguan saraf kranial.7

Anamnesis
Pasien yang menderita otitis eksterna maligna umumnya usia lanjut, menderita
diabetes. Adanya otalgia, sakit kepala temporal, otore purulent dapat
ditemukan pada pasien ini. Kadang kadang pasien mempunyai riwayat
penggunaan antibiotik dan obat tetes telinga pada otitis eksterna tanpa adanya
perubahan gejala yang bermakna.

Pemeriksaan Fisis
Pada

pemeriksaan

inspeksi

dapat

ditemukan

adanya

kulit

yang

mengalami inflamasi, hiperemis, udem dan tampak jaringan granulasi pada dasar
meatus akustikus eksternus. Biasanya disertai dengan kelumpuhan saraf fasial,
dan perlu memeriksa saraf kranial V XII.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan adanya peningkatan jumlah
leukosit, laju endap darah dan gula darah sewaktu.2 Pemeriksaan kultur yang
diperoleh dari sekret liang telinga sangat diperlukan untuk sensitivitas
antibiotik. Penyebab utamanya adalah P. aeruginosa. Organisme ini merupakan
bakteri aerob, dan gram negatif. Pseudomonas spmempunyai lapisan yang
bersifat mukoid yang digunakan pada saat fagositosis. Eksotoksin dapat
menyebabkan jaringan mengalami nekrosis dan beberapa golongan lainnya
menghasilkan neurotoksin yang dapat menimbulkan neuropati.
Radiologi
CT scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di sekitar dasar tulang
tengkorak dan meluas ke intrakranial. Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik
digunakan

pada

stadium

awal.

Scan

Technetium

(99Tc)

methylene

diphosphonate menunjukkan area yang mengalami osteogenesis dan osteolisis.


Sedangkan Gallium (67Ga) menunjukkan jaringan lunak yang mengalami
inflamasi.
Histopatologi
Mekanisme invasi liang telinga berhubungan dengan nekrosis tulang.
Proses infeksi meluas ke submukosa dan terdapat destruksi tulang. pada
gambaran histology juga dapat terlihat rusaknya jaringan menunjukkan
luasnya nekrosis pada lapisan epidermis dan dermis disertai infiltrate PMN.
Kartilago dikelilingi oleh jaringan inflamasi dan tampak destruksi. Pada
8

dinding

pembuluh

darah

menunjukkan

hialinisasi.

Tulang

mastoid

menunjukkan adanya sel sel inflamasi akut.7


Diagnosis Otitis Eksterna Maligna
Riwayat :8
- Otalgia menetap
- Otorea purulent, menetap, granulasi
- Diabetes mellitus, usia lanjut
- Status imun yang rendah
- Neuropati
Pemeriksaan Fisik :
- Jaringan granulasi di liang telinga
- Sekret purulen
- Neuropati, terutama saraf VII
Kultur : Didapatkan pertumbuhan bakteri Pseudomonas sp, Pseudomonas
aeruginosa
Radiologi :
- CT scan dengan kontras
-MRI dngan kontras
STADIUM
Pembagian stadium pada otitis eksterna nekrotikan dibuat oleh Levenson et al,
Corey et al, Benecke dan Davis et al. pembagian stadium didasarkan pada

luasnya kerusakan jaringan atau tulang dan besarnya komplikasi neurologik


yang terjadi.(9,10)
Dibagi atas tiga stadium :
a. Stadium I : infeksi hanya terbatas pada jaringan lunak dan kartilago.
b. Stadium II : kerusakan jaringan lunak yang mulai meluas dan terjadi
destruksi tulang temporal.
c. Stadium III : Destruksi basis tengkorak yang ekstensif dan meluas ke
intrakranial.
F.

Diagnosis Banding
Otitis eksterna maligna didiagnosis banding dengan herpes zoster otikus,
mastoiditis, otitis media kronik dan tumor ganas tulang temporal.11

G.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul adalah sebagai berikut :

H.

1.

Neuropati

2.

Meningitis

3.

Abses otak

Penatalaksanaan
Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untuk penanganan
pasien

dengan

otitis

eksterna

maligna.

Tetapi

sejak

ditemukannya

aminoglikosida, penisilin sintetik, generasi ketiga Cephalosporin dan quinolon,


maka penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama pengobatan. Sejak
teknik pembedahan pada dasar tulang tengkorak berkembang, beberapa ahli
otologi mulai menggunakan teknik radikal sebagai pilihan terapi. 12
10

Ada tiga aspek dalam pengobatan otitis eksterna maligna. Yang paling
penting adalah mengontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus.
Mastoidektomi atau reseksi parsial pada dasar tengkorak mungkin diperlukan
jika ada gangguan saraf fasial. Antibiotik sebaiknya diberikan sejak awal,
dalam dosis yang adekuat dan dalam waktu yang lama.
Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan
resistensinya.
aeruginosa,

Karena
maka

kuman

penyebab

diberikan

antibiotik

tersering
dosis

adalahPseudomonas
tinggi

yang

sesuai

dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan


resistensi, diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per
oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi
dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 8
minggu. Pemberian antibiotik sistemik kini merupakan bentuk utama terapi.
Pemberian antibiotik digunakan untuk mencegah komplikasi dan morbiditas.
Di samping pemberian obat obatan sering kali diperlukan tindakan
debridement secara radikal. Tindakan debridement yang kurang bersih dapat
menyebabkan semakin cepatnya penyebaran penyakit. Pembedahan sebaiknya
dibatasi pada pengangkatan sekuestra, drainase abses dan debridement lokal
jaringan granulasi.
Tanda

awal

adanya

respon

terapi

terhadap

penyakit

adalah

berkurangnya rasa nyeri. Diabetes yang terkontrol juga merupakan tanda awal
adanya perbaikan. Pengobatan otitis eksterna maligna sebaiknya harus
berkelanjutan sampai infeksi betul betul hilang. Ini membutuhkan waktu
perawatan yang lama di rumah sakit dan penggunaan antibiotik sampai enam
minggu.
I.

Prognosis
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan
dengan lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik
berupa sakit kepala dan otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat
kambuh kembali setelah satu tahun pengobatan komplit.bedasarkan penelitian
yang dilakukan Chandler, rata rata kematian sekitar 50% tanpa pengobatan.
11

Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya antibiotik yang cocok.


Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian turun sampai 10%,
tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau adanya
komplikasi intrakranial.

BAB III
KESIMPULAN

Otitis eksterna maligna adalah infeksi telinga luar yang dapat menyebabkan kematian.
Penyakit

ini

biasanya

ditemukan

pada

pasien

diabetes

atau

pasien

dengan

immunocompromised state. Otalgia adalah gejala yang paling sering terjadi dan pada
otoskopi ditemukan otitis eksterna dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang
telinga luar. Pemeriksaan scan tulang diperlukan untuk menegakkan diagnosa.
Diagnosis dini penyakit, terapi yang adekuat dan kontrol yang ketat terhadap diabetes
melitus harus dilakukan.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Sosialisma, Helmi. Kelainan telinga luar. Dalam: Soepardi EA. Iskandar N, editor.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Ed.5. Jakarta: FKUI;
2003. Hal.44-8.
2. Vernick DM. Malignant externa otitis. In Nadol JB, Schuknecht HF,editors. Surgery of
the ear and temporal bone. New York: Raven Press; 1993. p.199 - 203.
3. Nussebaum B. Externa ear, Malignat external otitis. [Online]. 2006 Apr 14 [cited 2008
July23];[10screens].Available from:URL:http://www.eMedicine.com/ent/topic203.htm
4. Chee G, editor. Infection of the external ear. Annals Academy of Medicine. May 2005,
V0l.34. No.4. [Online]. 2005 [cited 2008 July 23]; [5 screens]. Available
from:URL:http://www.annals.edu.sgpdf34VolNo4.pdf

13

5. Jahn AF, Hawke M. Infections of the external ear. In Cumming CW, editor.
Otolaryngology- head and neck surgery. Ed.2 nd. Vol.4th. Toronto: Mosby Year Book.
P.2787 2793.
6. Linstrom CJ, Lucente FE, Joseph EM. Infections of the external ear. In Bailey BJ,
Calhoun KH, Deskin RW, editors. Head and neck surgery-otolaryngology. Ed.2 nd. Vol
2nd. New York : Lippincott-Raven;1998. p. 1965-79.
7. External ear anatomy. [Online]. 2008 [cited 2008 July 26]; [1 screen]. Available
from:http://www.utdol.com/online/content/image.do?imageKey=prim_pix/extern3.htm
8. Helmi. Bagian bagian tulang temporal dan organ di dalamnya, Otitis media supuratif
kronis. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2005. p. 7-27.
9. Wright A. Anatomy and ultrastructure of the human ear. In Kerr AG Editor. ScottBrowns Otolaryngology. Ed.6th. London: Butworth;1997. p. 1/1/1 1/1/15.
10. Chon AM. Malignant otitis externa. In Gates GA, editor. Current therapy in
otolaryngology-head and neck surgery-3. Toronto: B.C. Decker Inc; 1987. p. 8-11.
11. Boies LR. BOIES Buku ajar penyakit THT. Ed.6. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran; 1997.
12. Austin FD. Diseases of external ear. In Balengger JJ, Snow JB, editor.
Otorhinolaryngology: Head and neck surgery. Ed.15th.Philadelphia : Williams &
Wilkins;1996. p. 974-86.

14

Anda mungkin juga menyukai