STATUS UJIAN
I
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tempat/Tanggal Lahir
Status perkawinan
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku / Bangsa
Agama
Alamat sekarang
Tanggal ke poliklinik
Cara ke poliklinik
Tanggal Pemeriksaan
No Telpon
II
: Nn. M.C.T
: 36 tahun
: Perempuan
:
: Belum kawin
: S1
: PNS
: Minahasa/Indonesia
: Kristen Protestan
: Jalan Kembang Lk.II
: 26 September 2014
: Pasien diantar oleh keluarga
: 26 September 2014
: 081244977759
RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 26 September 2014, di poliklinik RS Prof Dr. V. L.
Ratumbuysang dari:
Riwayat psikiatri diperoleh dari :
-
Rekam medik
A Keluhan Utama
Takut dan cemas yang muncul secara tiba-tiba
B Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesis
Pasien datang dengan keluhan cemas dan takut yang tanpa sebab. Pasien mengatakan rasa
takut muncul di saat yang tidak tentu. Biasanya, paling sering timbul pada saat keaadan ramai
(seperti di tempat perbelanjaan). Dalam sehari rasa takutnya bisa muncul sampai 2 kali.
Ketika terjadi serangan atau rasa takut pasien menjadi pusing, rasa sesak, jantung berdebardebar, mual-muntah, tangan dan kaki menjadi dingin, berkeringat, sulit tidur, pandangan
menjadi dua, dan pasien berteriak tidak mau sendirian serta pasien ingin pulang ke rumah.
Lama serangan yang dirasakan berkisar 10-15 menitan tiap kali serangan. Setelah 10-15
menit, pasien menjadi normal seperti biasanya tetapi secara bertahap. Awal timbulnya rasa
takut pada pasien seperti ini sekitar 1 tahun yang lalu. Tetapi sekarang ini lebih sering
muncul daripada biasanya. Pasien sudah pernah pergi berobat ke dokter spesialis jantung
untuk masalah jantung berdebar-debarnya tetapi dari hasil pemeriksaan dokter, tidak terdapat
kelainan atau masalah pada jantung pasien
Pasien juga mengatakan bahwa mendengar suara bisikan yang menyuruhnya untuk bunuh
diri. Hal ini telah dialami pasien sekitar kurang lebih 2 bulan yang lalu. Bisikan yang
didengar pasien tidak tiap hari muncul, hanya terkadang (2-3 kali dalam seminggu). Ketika
pasien mendengar bisikan tersebut, pasien melawan suara bisikan tersebut dengan cara
melakukan suatu aktivitas seperti bersih-bersih atau bercerita dengan teman pasien. Pasien
juga menjadi takut melihat pisau karena saat melihat pisau timbul bisikan yang menyuruh
pasien untuk mengambil pisau dan menusuk pisau tersebut ke pasien.
Selain itu pasien mengatakan bahwa dirinya taku sendirian. Dulunya pasien memiliki
seorang pacar dan mau menikah sekitar 8 tahun yang lalu tetapi pacar pasien meninggal tepat
di pangkuan pasien karena sakit kanker. Saat pada SD, nenek pasien meninggal. Padahal
selama pasien kecil, pasien tinggal dan dibesarkan oleh neneknya. Semenjak hal itu, pasien
menjadi takut yang berlebihan ketika pergi melayat atau menjenguk orang sakit, terutama
pada ruangan instalasi gawat darurat rumah sakit dan ruangan intensif care unit (ICU).
Pasien tidak memiliki masalah dalam hal pekerjaannya, lingkungan sekitar, namun pasien
kurang dekat dengan keluarga pasien (ibu, ayah, kakak dan adik pasien). Hal ini disebabkan
karena pada waktu kecil pasien disuruh tinggal bersama neneknya di Sukabumi. Padahal
pasien tidak mau pergi, sehingga pasien merasa terbuang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit ginjal, kolestrol, jantung, liver, hipertensi, gula disangkal pasien
Pasien mengatakan pernah sakit ambeien.
Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Sebelumnya pasien telah pergi berobat ke dokter dan melakukan berbagai pemeriksaan.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, hasilnya normal.
III
Pasien merupakan anak kelima dari sebelas bersaudara. Pasien memiliki dua adik
perempuan, dua kakak laki-laki dan dua kakak perempuan, dua kakak laki-laki. Keadaan
kelahiran pasien pasien lahir normal dan cukup bulan, tidak kuning, tidak biru dan tidak
ditemukan kelainan dan cacat bawaan.
2
1 tahun pasien
mulai belajar bebicara dan belajar berjalan sendiri. Pasien mendapat asupan yang cukup.
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya yang tidak memiliki penyakit psikiatrik atau
medis. Akan tetapi dikarenakan kesibukan orang tua pasien yang bekerja sehingga tidak
dapat mengontrol anak-anaknya termasuk pasien. Saat kecil pasien memiliki kepribadian
3
Meskipun pasien memiliki nilai yang biasa-biasa saja di kelas, pasien merupakan
anak yang rajin datang ke sekolah. Hal ini diajarkan oleh orang tuanya bahwa ia harus
patuh terhadap gurunya jika ia berada di sekolah. Pasien mengatakan pada masa ini ia
tidak memiliki hal yang memalukan sehingga teman-temannya pun tidak pernah
mengejeknya sewaktu kecil. Seusai sekolah, pasien pulang ke rumah dan beristirahat.
Keluarga pasien pernah dibandingkan dengan saudara-saudaranya mengenai prestasi,
4
Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah di usia 19 tahun. Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang
anak dan 2 orang cucu, dari anak perempuan pertamanya. Anak keduanya laki-laki
dan belum menikah. Sekitar 4 tahun yang lalu kondisi keluarga tidak harmonis dan
diguncang permasalahan.
Sebelumnya pasien juga termasuk istri yang patuh terhadap suaminya dan
sangat sayang terhadap anak-anaknya. Kasih sayang yang diberikan kepada anakanaknya sangat terbagi dengan rata dan adil. Tanpa berat sebelah antara satu dan
lainnya. Pasien juga tidak memihak kepada anak pertama, atau kedua jika terjadi
pertengkaran kecil terhadap anak-anak mereka. Pasien adalah seorang ibu yang bisa
mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Dan pasien adalah seorang yang pekerja
keras dalam keluarga dan mendidik anak-anaknya.
Pasien juga sangat menyanyai cucunya tersebut. Dan selalu memberikan
arahan kepada anaknya yang telah menikah untuk menjadi lebih baik, bisa mendidik
anak-anak mereka dengan tegas dan tidak membedakan anak laik-laki ataupun anak
e
perempuan
Riwayat Pekerjaan
Sebelumnya pasien bekerja sebagai penjual ikan namun tidak bekerja lagi karena
sakit.
Riwayat Sosial
Sekarang pasien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga namun
sebelumnya pernah tidak harmonis dan dengan tetangganya tidak pernah ada
masalah. Pasien mengaku senang keluar rumah dan suka bergaul dengan lingkungan
g
h
DENAH
RUMAH
PINTU
KAMAR
PASIEN
KAMAR
ANAK
KAMAR
MANDI/
WC
Riwayat
Keluarga
Pasien
adalah
anak
kelima
dari
sebelas
bersaudara. Pasien merupakan anak perempuan dan pasien memiliki dua kakak lakilaki, dua kakak perempuan dan empat adik laki-laki, dua adik perempuan. Hubungan
antar keluarga baik antara ayah-ibu serta kakak beradik harmonis. Pasien merupakan
j
k
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
Keterangan :
= laki- laki
= Perempuan
= Pasien
= telah meninggal
i
Pasien sampai saat ini mengatakan sakit dan masih semangat untuk berobat.
IV
Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan tampak sesuai usianya (50an). Ekspresi wajah
tampak sakit, berkulit agak kecoklatan, rambut hitam, penampilan rapi, menggunakan
baju tidur berwarna biru tua. Ekspresi wajah tampak lesuh dan kurang bersemangat.
Pasien juga dipasang IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/m.
: Eutimik
: Terbatas
: Serasi
C Karakteristik bicara
Kualitas
menjawab
juga dapat
Kuantitas
Hendaya berbahasa
D Gangguan persepsi
Halusinasi (-)
E Pikiran
1
Isi pikir
F Penilaian Realitas
Penilaian realitas : Halusinasi (-), persepsi, respon emosi, perilaku dalam berelasi dengan
realitas kehidupan baik dan sesuai
G Kesadaran dan fungsi kognitif
1
Orientasi waktu
Orientasi orang
Daya konsentrasi
memusatkan perhatian
dan tidak mudah teralih.
2
Daya ingat :
- Jangka panjang
- Jangka pendek
5
6
Daya nilai
Daya nilai sosial
: Baik
Uji daya nilai
: Baik
Penilaian realitas
: Baik
Kemampuan menolong diri sendiri
Baik. Pasien mandiri, bisa makan dan mandi sendiri.
Tilikan
Derajat 6 (menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan)
7 Taraf dapat dipercaya
Penjelasan pasien dapat dipercaya dan meminta konfirmasi kepada keluarga pasien.
: Tampak sehat
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Kepala
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
B Status Neurologikus
GCS
: E4M6V5
TRM
: Tidak ada
Mata
Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens (N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata
yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu, bola
mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah.
telah menikah dan memiliki 2 orang anak, bekerja sebagai ibu rumah tangga, agama kristen
potestan, alamat tempat tinggal di Sario Tumpaan Satu Jaga IV. Pasien datang diantar oleh
keluarga dengan keluhan nyeri ulu hati.
Riwayat penyakit sebelumnya, ginjal, asam urat dan kolesterol diderita pasien. Pasien
sudah pernah di dokter spesialis, dokter umum, puskesmas, pendoa, sampai ke dukun, namun
tidak ada perbaikan. Pasien mendapat obat dari dokter namun sampai saat ini masih masih belum
menemukan kesembuhan.
Pada pemeriksaan status mental pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, berpakaian
sesuai. Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan bersikap kooperatif dalam menjawab
setiap pertanyaan, artikulasi jelas, volume kuat dan intonasi jelas, serta dapat melakukan kontak
mata dengan pemeriksa.
Pada wawancara didapatkan suasana mood hipotimia dan serasi. Arus pikiran ditemukan
koheren. Isi pikir ditemukan tidak ditemukan adanya waham. Penilaian realitas tidak terganggu.
Tingkat tilikan derajat 6 yakni (menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi
untuk mencapai perbaikan).
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Gangguan Panik (F41.0)
Aksis II : Ciri kepribadian histrionik
Aksis III : Penyakit Ginjal, Asam Urat, dan Kolesterol
Aksis IV : Masalah Keluarga, Masalah Ekonomi
Aksis V : GAF Scale current 60-51 Beberapa gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
GAF scale HLPY 90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dari masalah harian yang biasa.
VII
PROBLEM
A. Organobiologi
: Terdapat kelainan di ginjal, kenaikan kadar asam
VI
B. Psikologi
C. Lingkungan dan sosial ekonomi
VIII
IX
PERENCANAAN TERAPI
Perbaiki kondisi medik umum
Clobazam 10 mg 2x1
Psiko Terapi
terapi relaksasi
DISKUSI
Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang ditandai
oleh serangan panik parah yang berulang dan tak terduga, frekuensi serangannya bervariasi
mulai dari beberapa kali serangan dalam setahun hingga beberapa serangan dalam sehari.
Serangan panik dapat pula terjadi pada jenis gangguan cemas yang lain, namun hanya pada
gangguan panik, serangan terjadi meskipun tidak terdapat faktor presipitasi yang jelas.1
Selama serangan panik pasien senantiasa berkeinginan untuk kabur dan merasa
ajalnya hampir menjelang akibat perasaan terkecekik dan berdebar-debar. Gejala lain yang
dapat timbul pada serangan panik adalah sakit kepala, tangan terasa dingin, timbulnya
pemikiran-pemikiran yang mengganggu, dan merenung.1,2
Terdapat 2 tipe diagnosis gangguan panik, yakni gangguan panik tanpa agorafobia dan
yang disertai agorafobia. Diagnosis dieksklusi bila serangan panik terjadi pada kondisi di
bawah pengaruh obat atau terjadi karena didahului gangguan mental lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan gangguan panik dapat diturunkan akibat disfungsi
neurokimia dengan perkiraan tingkat heritabilitasnya (heritability) 0,3-0,6%. Meskipun
begitu, hingga kini analisis segregasi masih belum dapat menyimpulkan rantai DNA yang
dapat menyebabkan gangguan panik.3
Disfungsi neurokimia tampaknya menjadi salah satu penyebab gangguan panik yang
mengakibatkan ketidakseimbagan otonom, penurunan kualitas GABA(gamma-aminobutyric
acid)ergik, polimorfisme alel gen COMT (catechol-O-methyltransferase), peningkatan fungsi
reseptor adenosin, peningkatan kortisol, penurunan fungsi reseptor benzodiazepin, gangguan
fungsi serotonin, norepinephrine, dopamine, cholecystokinin, dan IL-1 beta.4
Disfungsi neurokimia ini diperkuat oleh temuan hasil scanning PET yang
menunjukkan terjadi peningkatan aliran darah pada regio parahippocampal dextra dan
penurunan ikatan reseptor serotonin tipe 1A pada cingula anterior dan posterior pasien
gangguan panik.4
Beberapa peneliti juga memberikan teori yang menyatakan gangguan panik
merupakan suatu keadaan yang diakibatkan olehhiperventilasi kronik dan hipersensivisitas
reseptor karbon dioksida. Beberapa pasien epilepsi menunjukkan gangguan panik sebagai
manifestasi dari bangkitan mereka.4,5
Sedangkan teori kognitif menyatakan bahwa pasien dengan gangguan panik telah
mengalami peningkatan sensitivitas terhadap isyarat otonomik internal. Sehingga dengan
sedikit rangsangan stress saja, sudah dapat mengakibatkan serangan panik.
Salah satu upaya untuk mengatasi gangguan panik adalah dengan cara menjauhkan
pasien dari segala pemicu gangguan panik. Adapun beberapa pemicu gangguan panik antara
lain:4
Penyakit somatik
Penggunaan ganja
Penyalahgunaan stimulan seperti caffeine, decongestant, cocaine dan obat-obatan
simpatomimetik (seperti amfetamin, MDMA)
Berada pada tempat-tempat tertutp atau tempat umum (terutama pada gangguan
panik yang disertai agoraphobia)
Sindrom putus obat golongan SSRI, yang dapat mendinduksi gejala-gejala yang
menyerupai gangguan panik.
Pada beberapa penelitian, gejala-gejala serangan panik sering timbul pada pasien
penderita gangguan panik yang mengalami hiperventilasi, menginhalasi CO2, konsumsi
caffeine, atau yang mendapat injekasi natrium laktat hipertonis atau larutan salin hipertonis,
kolesistokinin, isoproterenol, fulamazenil, atau naltrexone.1
Gangguan panik dapat timbul bersama gangguan mood, dengan gejala mood secara
potensial meningkatkan onset serangan panik. Menurut DSM-IV, kriteria diagnosis
gangguan panik harus dibuktikan dengan adanya serangan panik yang berkaitan
dengan kecemasan persisten berdurasi lebih dari 1 bulan terhadap:3
(1) serangan panik baru,
(2) konsekuensi serangan, atau
(3) terjadi perubahan perilaku yang signifikan berhubungan dengan serangan.
Selain itu untuk mendiagnosis serangan panik, kita harus menemukan
minimal 4 gejala dari 13 gejala berikut ini:5
Merasa pusing, tidak stabil berdiri, hingga pingsan
Merasa kehilangan kontrol, seperti mau gila
Takut mati
Leher serasa dicekik
Palpitasi, berdebar-debar, denyut jantung bertambah cepat
Nyeri dada, rasa tidak nyaman di dada
Merasa sesak, bernapas pendek
Mual atau distress abdominal
Gemetaran
Berkeringat
Rasa panas dikulit, menggigil
Rati rasa, kesemutan
Derealisasi, depersonalisasi (merasa seperti terlepas dari diri sendiri)
Serangan panik merupakan salah satu jenis kegawatdaruratan psikiatri. Adapun beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien serangan panik yang datang dengan
keluhan nyeri dada, sesak napas, palpitasi, atau nyaris pingsan antara lain:6
1. Terapi oksigen
2.
3.
4.
Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti kelainan kardiopulmoner
dan memastikan kalau pasien memang sedang mengalami serangan panik.
5.
Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang dialaminya
dapat berkurang jika dia menenangkan diri.
Komponen utama dari terapi pasien serangan panik adalah menjelaskan pada pasien
kalau kondisi yang dialaminya bukanlah disebabkan oleh kondisi medis yang serius dan bukan
pula dikarenakan oleh gangguan mental yang parah, tapi lebih diakibatkan oleh
ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh karena respon sistem simpatik atau fight or flight
response. Memberi keyakinan seperti ini terbukti menjadi plasebo yang signifikan dalam
memperbaiki kondisi pasien.5
Penatalaksanaan Gangguan Panik Ketika Tidak Ada Serangan6
1.
out dan relaps juga lebih rendah jika dibandingkan dengan terapi farmakologi. Meskipun
begitu, hasil yang lebih superior dapat dihasilkan dari kombinasi CBT dan famakoterapi.
2.
Terapi Medikasi
Terdapat 3 golongan besar obat yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan panik,
yakni golongan SSRI, trisiklik, dan MAOI (Monoamine oxidase inhibitor). Sedangkan
golongan benzodiazepin hingga saat ini masih dianggap kontoversial dalam terapi gangguan
panik.
2.a.
minggu sejak serangan panik terjadi karena SSRI dapat memicu serangan panik pada
pemberian awal. Oleh karena itu dosis SSRI dimulai dari yang terkecil lalu ditingkatkan
secara perlahan di setiap kesempatan follow up berikutnya.
2.b.
Golongan Tricyclic/Trisiklik
Golongan trisiklik zat kimia heterosiklik yang awalnya digunakan untuk mengatasi
depersi. Pada awal penemuannya, golongan trisiklik merupakan pilihan pertama untuk terapi
depresi. Meskipun masih dianggap memiliki efektifitas yang tinggi, namun saat ini
penggunaannya mulai digantikan oleh golongan SSRI dan antidepresan lain yang terbaru.
2.c.
MAO Inhibitor
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) merupakan salah satu jenis antidepresi yang
dapat digunakan untuk mengatasi gangguan panik. Pada masa lalu golongan ini digunakan
untuk mengatasi gangguan panik dan depresi yang sudah resisten terhadap golongan
trisiklik.
2.d.
Golongan Benzodiazepin
Golongan benzodiazepin merupakan salah satu obat piliahan yang digunakan untuk
mengatasi serangan panik akut.
2.e.
mengatasi gangguan panik dengan cara kerja yang berbeda dari MAOI, serta tidak seperti
obat jenis amphetamine, obat ini tidak menstimulasi CNS.
2.f.
Interaksi Obat
Adapun beberapa interaksi obat yang harus diperhatikan pada penggunaan terapi medikasi
gangguan panik antara lain:6
Obat trisiklik/SSRI + MAOI tidak boleh diberikan bersamaan karena dapat terjadi
Serotonin Malignant Syndrome. Perubahan penggunaan trisiklik/SSRI menjadi MAOI
atau sebaliknya harus menunggu waktu sekitar 2-4 minggu untuk wash out period.
4.
Semua jenis obat anti-panik hampir sama efektifnya dalam menanggulangi sindrom panik
pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan panik.
Bila pasien peka terhadap efek samping obat, maka golongan obat yang dianjurkan adalah
SSRI atau RIMA yang lebih sedikit efek sampingnya.
Alprazolam menjadi pilihan untuk menangani pasien yang terkena serangan panik akut.
Obat anti-panik harus dimulai dengan dosis kecil lalu ditingkatkan secara perlahan hingga
tercapai dosis maintenance. Dan harus diingatkan pada pasien bahwa efek obat anti-panik
bekerja dalam jangka waktu 2-4 minggu sehingga meyakinkan pasien agar tetap patuh
minum obat sangatlah penting.
Lamanya pemberian obat anti-panik bisa mencapai 6-12 bulan dan bila sudah tidak
terdapat lagi gejala, dosisnya dapat diturunkan selama 3 bulan hingga pasien tidak
tergantung lagi pada obat. Namun apabila terdapt lagi serangan, pasien harus memulai lagi
pengobatan dari awal.
5.
Semua pasien yang baru saja memakan obat anti-panik tidak dianjurkan membawa
kendaraan atau menjalankan mesin karena pasien dapat tertidur saat melakukan aktivitas.
Pada manula dan yang menderita gangguan hati serta ginjal, maka dosis obat anti-panik
harus diberikan seminimal mungkin.
XI.
KESIMPULAN
Gangguan panik merupakan suatu gangguan kejiwaan yang membutuhkan
penanganan jangka panjang. Adapun penatalaksanaan yang dianggap efektif untuk
menanganinya adalah terapi CBT, terapi medikasi SSRI dan trisiklik sebagai terapi lini
pertama dan golongan benzodiazepin potensi tinggi, MAOI dan obat anti-panik jenis lain
menjadi terapi lini kedua. CBT saja mungkin efektif digunakan untuk terapi jangka
panjang, namun efikasi terapi dapat bertambah serta tingkat relaps dapat berkurang jika
CBT dikombniasikan dengan terapi medikasi.
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di IRINA C2 RSUP. Prof. Dr. dr. R. D. Kandou V Manado pada
tanggal 22 Agustus 2014 jam 19.00 WITA. Saat wawancara pasien sedang duduk diatas tempat
tidur.
A : Pemeriksa
B : Pasien
______________________________________________________________________________
A : Selamat malam ibu
B : malam dok.
A : perkenalkan saya dokter muda , nama ibu siapa?
B : G. S
A : boleh mo tanya-tanya sebentar ibu?
B : boleh.
A : ibu umur berapa?
B : 53 tahun
A : tinggal dimana kang?
B : di Sario Tumpaan Satu Jaga IV
A : kalau boleh tahu ibu pe pendidikan terakhir apa?
B : SD dok
A : ibu bekerja ?
B : penjual ikan dipasar, mar so nda bakerja dok karna ja saki-saki kwa kita
A
B
A
B
A
B
A
B
:
:
:
:
:
:
:
:
Dok pernah saki skali sampe 2 kali kita maso rumah sakit bulan maret.
A : Ibu so pernah berobat kemana saja bu?
B : So pigi ka dokter umum, spesialis, puskesmas, pendoa, sampe ka dukun le dok. Mar
babagini jo, nda bae-bae kita.
A : ibu pe saki ulu hati timbul kalo ada ba apa?
B : nda bekeng apa-apa dok, ja timbul sandiri, kong kalo kita so tabangun malam dok so susah
mo tidor ulang dok
A : ada yang ibu ja pikir-pikir le dirumah, atw ada masalah dirumah?
B : kita kwa ada masalah deng kita pe laki dok
A : Masalah apa bu?
B : Waktu tahun 2010 kita pe suami da lari dari rumah dok, nda pulang-pulang. Itu kong kita le
stress skali dok, jadi waktu itu kita cumin tinggal deng kit ape anak bungsu di rumah no
dok.
A : mar ini dang, bapak so ada bu?
B : baru da pulang akhir tahun lalu dok pas kita so rasa ba saki. Kong kita pusing le ini dok
pikir akang kita pe anak yang so 4 tahun da cuci-cuci darah. skarang so 2 kali satu minggu
dok. Kita kwa so nda bekerja bu, so nda da penghasilan, jadi rupa beban berat ini anak
kurang ka rumah sakit terus cuci darah salalu.
A : oh, ia bu. Kong ibu pe hubungan deng anak baik bu sampe skrng?
B : akhir-akhir ini ja baku ambe le deng anak dok, pe kabal kwa dia kita ja bilang akang dok
nda ja badengar. Cuma ja bekeng saki ni ontak dok.
A : itu semua ibu kalo mau dipikir-pikir terus kong ibu terlalu dalam menanggapi bakalan jadi
beban for ibu. Jadi ibu kalo ada masalah jangan terlalu di anggap beban for ibu. Tetap
berdoa dengan selesaikan ibu pe masalah deng hati yang dingin. Dengan slalu berpikir
positif bu, dari setiap masalah yang torang hadapi bu.
Begitu dulu bu, makasih waktunya.
B : ia, sama-sama dokter
A = Pemeriksa
A : selamat malam bapak
B : malam dok
C = Suami Pasien
DAFTAR PUSTAKA
1.
Memon MA. Panic disorder. Updated on March 2011. [Cited on June 2011]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/287913-overview
2.
Cloos JM. Treatment of panic disorder. Updated on January 2005. [Cited on June 2011].
Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/497207_1
3.
Saddock BJ & Saddock VA. Panic disorder and agoraphobia. In: Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007. Sec.16.2
4.
Greist JH &Jefferson JW. Anxiety disorder. In: Review of General Psychiatry. 5th Ed.
Baltimore: Vishal. 2000. Cp.21.
5.
McLean PD & Woody SR. Panic diorder and agoraphobia. In: Anxiety Disorders in Adults
Vancouver: Oxford University Press; 2001. Cp.5
6.
Maslim R Obat anti-panik. Dalam: Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT Nuh Jaya; 2007. Hal.52-56
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Tempat/Tanggal Lahir
Status perkawinan
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku / Bangsa
Agama
: Nn. M.C.T
: 36 tahun
: Perempuan
: Manado, 15 Mei 1978
: Belum kawin
: S1
: PNS
: Minahasa/Indonesia
: Kristen Protestan
Alamat sekarang
Tanggal ke poliklinik
Cara ke poliklinik
Tanggal Pemeriksaan
No Telpon
XI
RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh pada tanggal 26 September 2014, di poliklinik RS Prof Dr. V. L.
Ratumbuysang dari:
Riwayat psikiatri diperoleh dari :
-
Rekam medik
D Keluhan Utama
Takut dan cemas yang muncul secara tiba-tiba
E Riwayat Gangguan Sekarang
Autoanamnesis dan Alloanamnesis
Pasien datang dengan keluhan cemas dan takut yang tanpa sebab. Pasien mengatakan rasa
takut muncul di saat yang tidak tentu. Biasanya, paling sering timbul pada saat keaadan
ramai (seperti di tempat perbelanjaan). Dalam sehari rasa takutnya bisa muncul sampai 2
kali. Ketika terjadi serangan atau rasa takut pasien menjadi pusing, rasa sesak, jantung
berdebar-debar, mual-muntah, tangan dan kaki menjadi dingin, berkeringat, sulit tidur,
pandangan menjadi dua, dan pasien berteriak tidak mau sendirian serta pasien ingin
pulang ke rumah. Lama serangan yang dirasakan berkisar 10-15 menitan tiap kali
serangan. Setelah 10-15 menit, pasien menjadi normal seperti biasanya tetapi secara
bertahap. Awal timbulnya rasa takut pada pasien seperti ini sekitar 1 tahun yang lalu.
Tetapi sekarang ini lebih sering muncul daripada biasanya. Pasien sudah pernah pergi
berobat ke dokter spesialis jantung untuk masalah jantung berdebar-debarnya tetapi dari
hasil pemeriksaan dokter, tidak terdapat kelainan atau masalah pada jantung pasien
Pasien juga mengatakan bahwa mendengar suara bisikan yang menyuruhnya
untuk bunuh diri. Hal ini telah dialami pasien sekitar kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Bisikan yang didengar pasien tidak tiap hari muncul, hanya terkadang (2-3 kali dalam
seminggu). Ketika pasien mendengar bisikan tersebut, pasien melawan suara bisikan
tersebut dengan cara melakukan suatu aktivitas seperti bersih-bersih atau bercerita
dengan teman pasien. Pasien juga menjadi takut melihat pisau karena saat melihat pisau
timbul bisikan yang menyuruh pasien untuk mengambil pisau dan menusuk pisau
tersebut ke pasien.
Pasien mengatakan bahwa dirinya menjadi cepat lelah sekitar 3 bulan yang lalu.
Karena pasien menjadi cepat lelah sehingga pasien malas untuk melakukan aktivitas.
Ketika pasien pulang kerja dari kantor, pasien langsung beristirahat dan malas keluar
rumah. Saat pasien di rumah, pasien sering melamun dan murung. Selain itu pasien
mengatakan bahwa dirinya menjadi lebih susah untuk tidur. Hal ini telah dirasakan pasien
sejak 4 bulan yang lalu. Sedangkan pada waktu malakukan pekerjaan di kantor, pasien
menjadi kurang fokus dan susah berpikir. Pasien mengatakan mungkin karena pasien
susah tidur sehingga menganggu kosentrasi
Selain itu pasien mengatakan bahwa dirinya taku sendirian. Dulunya pasien
memiliki seorang pacar dan mau menikah sekitar 8 tahun yang lalu tetapi pacar pasien
meninggal tepat di pangkuan pasien karena sakit kanker. Saat pada SD, nenek pasien
meninggal. Padahal selama pasien kecil, pasien tinggal dan dibesarkan oleh neneknya.
Semenjak hal itu, pasien menjadi takut yang berlebihan ketika pergi melayat atau
menjenguk orang sakit, terutama pada ruangan instalasi gawat darurat rumah sakit dan
ruangan intensif care unit (ICU).
Pasien tidak memiliki masalah dalam hal pekerjaannya, lingkungan sekitar,
namun pasien kurang dekat dengan keluarga pasien (ibu, ayah, kakak dan adik pasien).
Hal ini disebabkan karena pada waktu kecil pasien disuruh tinggal bersama neneknya di
Sukabumi. Padahal pasien tidak mau pergi, sehingga pasien merasa terbuang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit ginjal, kolestrol, jantung, liver, hipertensi, gula disangkal pasien. Pasien
mengatakan pernah sakit ambeien.
Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Sebelumnya pasien telah pergi berobat ke dokter dan melakukan berbagai pemeriksaan.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, hasilnya normal.
XII
jiwa.
Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak konsumsi zat psikoaktif, tidak minum minuman beralkohol, dan tidak
merokok.
Riwayat gangguan psikiatri
Pasien tidak pernah konsultasi ke bagian psikiatri sebelumnya.
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien memiliki dua adik laki-laki.
Keadaan kelahiran pasien, pasien lahir normal dan cukup bulan, tidak kuning, tidak biru
dan tidak ditemukan kelainan dan cacat bawaan.
7
belajar berbicara dan belajar berjalan sendiri. Pasien mendapat asupan yang cukup.
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya yang tidak memiliki penyakit psikiatrik atau
medis. Akan tetapi dikarenakan kesibukan orang tua pasien yang bekerja sehingga tidak
dapat mengontrol anak-anaknya termasuk pasien. Saat kecil pasien memiliki kepribadian
8
Meskipun pasien memiliki nilai yang biasa-biasa saja di kelas, pasien merupakan
anak yang rajin datang ke sekolah. Hal ini diajarkan oleh nenek pasien bahwa ia harus
patuh terhadap gurunya jika ia berada di sekolah. Pasien mengatakan pada masa ini ia
tidak memiliki hal yang memalukan sehingga teman-temannya pun tidak pernah
9
mengejeknya sewaktu kecil. Seusai sekolah, pasien pulang ke rumah dan beristirahat.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Saat bersekolah
pasien banyak memiliki teman. Prestasi pasien boleh dikatakan cukup dan pasien tidak
pernah tertinggal kelas. Pasien masuk ke SMP ketika berumur 13 tahun dan menamatkan
SMPnya selama 3 tahun. Setelah itu, pasien melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah
Atas di suatu sekolah negeri. Pasien masuk ke SMA ketika berusia 16 tahun. Pada saat
sekolah pasien memiliki nilai yang cukup baik dan tidak pernah tertinggal kelas. Selama
sekolah pasien banyak berteman dengan teman-teman di sekolah. Pasien juga dekat
dengan guru-guru di sekolah. Pasien sering keluar bersama teman-temanya. Pasien
mengatakan mudah bergaul dan berteman dengan siapa saja. Pasien juga paling sering
dicari temannya untuk keluar sama-sama waktu bersekolah. Pasien menamatkan SMA
selama 3 tahun dan melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi negeri bagian sosial
politik. Selama perkuliahan pasien tidak mengalamai kesulitan dalam pelajaran. Pasien
Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya.
Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
m Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai PNS (pegawai negeri sipil) kantor PEMKOT (pemerintah
kota).
n
Riwayat Sosial
Pasien mempunyai hubungan yang kurang baik dengan keluarga (tidak harmonis).
Pasien dengan tetangganya tidak pernah ada masalah. Pasien mengaku senang keluar
o
p
DENAH
RUMAH
KAMAR
Ruang
Tamu
PINTU
DAPUR
KAMAR
ii
Riwayat
KAMAR
PASIEN
RUANG
KELUAR
GA
KAMAR
MANDI/
WC
RUAN
G
MAKA
N
Keluarga
Pasien
adalah
anak
pertama
dari
tiga
bersaudara dan pasien hidup dengan ekonomi menengah ke atas. Hubungan antar
keluarga kurang baik. Pasien jarang berbicara dengan keluarga pasien dan malas
untuk bertemu dengan keluarga.
l Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit ginjal, asam urat, kolestrol, jantung , liver, hipertensi, gula disangkal pasien.
Pasien pernah sakit ambeien.
m Riwayat Ekonomi
Pasien tergolong ekonomi menegah ke atas.
SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
Keterangan :
= laki- laki
= Perempuan
= Pasien
= telah meninggal
XIII
Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan tampak sesuai usianya (30an). Ekspresi wajah
tampak lesuh dan kurang bersemangat, berkulit kuning langsat, rambut hitam,
penampilan rapi, menggunakan kemeja dan rok serta berias wajah.
5
: Hipotimik
: Menumpul.
: Sesuai
Karakteristik bicara
Kualitas
menjawab
juga dapat
Kuantitas
Hendaya berbahasa
K Gangguan persepsi
Halusinasi auditorik (+), mendengar suara bisikan untuk menyuruh membunuh diri.
L Pikiran
Isi pikir
M Penilaian Realitas
Penilaian realitas : Halusinasi auditorik (+), persepsi, respon emosi, perilaku dalam
berelasi dengan realitas kehidupan baik dan sesuai
N Kesadaran dan fungsi kognitif
8
Orientasi waktu
Orientasi orang
Daya konsentrasi
: Baik
Perhatian
memusatkan perhatian
dan tidak mudah teralih.
9
Daya ingat :
-
Jangka pendek
Segera
Jangka panjang:
Tidak
terganggu.
Pasien
dapat
: Tampak sehat
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Kepala
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
E Status Neurologikus
GCS
: E4M6V5
TRM
: Tidak ada
Mata
m Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens (N.VI)
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata
yang normal (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu, bola
mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah.
n
XIV
Pada wawancara didapatkan suasana mood hipotimik dan serasi. Arus pikiran ditemukan
koheren. Isi pikir ditemukan tidak ditemukan adanya waham tetapi halusinasi auditorik (+).
Penilaian realitas tidak terganggu. Tingkat tilikan derajat 6 yakni (menyadari sepenuhnya tentang
situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan).
XV DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Gangguan Panik (F41.0)
Depresi dengan ciri psikosis.
Aksis II : Ciri kepribadian histrionik
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah Keluarga (merasa ditinggal oleh orang tua pasien dan pasien malas
XVI
XVII
XVIII
PERENCANAAN TERAPI
Perbaiki kondisi medik umum
Clobazam 10 mg 2x1
Floxetin 20mg 1x1
Resperidone 2mg 2x1/2
Psiko Terapi
terapi relaksasi
DISKUSI
Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan cemas kronik yang ditandai oleh
serangan panik parah yang berulang dan tak terduga, frekuensi serangannya bervariasi mulai
dari beberapa kali serangan dalam setahun hingga beberapa serangan dalam sehari. Serangan
panik dapat pula terjadi pada jenis gangguan cemas yang lain, namun hanya pada gangguan
panik, serangan terjadi meskipun tidak terdapat faktor presipitasi yang jelas.1
Selama serangan panik pasien senantiasa berkeinginan untuk kabur dan merasa
ajalnya hampir menjelang akibat perasaan terkecekik dan berdebar-debar. Gejala lain yang
dapat timbul pada serangan panik adalah sakit kepala, tangan terasa dingin, timbulnya
pemikiran-pemikiran yang mengganggu, dan merenung.1,2
Terdapat 2 tipe diagnosis gangguan panik, yakni gangguan panik tanpa agorafobia dan
yang disertai agorafobia. Diagnosis dieksklusi bila serangan panik terjadi pada kondisi di
bawah pengaruh obat atau terjadi karena didahului gangguan mental lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan gangguan panik dapat diturunkan akibat disfungsi
neurokimia dengan perkiraan tingkat heritabilitasnya (heritability) 0,3-0,6%. Meskipun
begitu, hingga kini analisis segregasi masih belum dapat menyimpulkan rantai DNA yang
dapat menyebabkan gangguan panik.3
Disfungsi neurokimia tampaknya menjadi salah satu penyebab gangguan panik yang
mengakibatkan ketidakseimbagan otonom, penurunan kualitas GABA(gamma-aminobutyric
acid)ergik, polimorfisme alel gen COMT (catechol-O-methyltransferase), peningkatan fungsi
reseptor adenosin, peningkatan kortisol, penurunan fungsi reseptor benzodiazepin, gangguan
fungsi serotonin, norepinephrine, dopamine, cholecystokinin, dan IL-1 beta.4
Disfungsi neurokimia ini diperkuat oleh temuan hasil scanning PET yang
menunjukkan terjadi peningkatan aliran darah pada regio parahippocampal dextra dan
penurunan ikatan reseptor serotonin tipe 1A pada cingula anterior dan posterior pasien
gangguan panik.4
Beberapa peneliti juga memberikan teori yang menyatakan gangguan panik
merupakan suatu keadaan yang diakibatkan olehhiperventilasi kronik dan hipersensivisitas
reseptor karbon dioksida. Beberapa pasien epilepsi menunjukkan gangguan panik sebagai
manifestasi dari bangkitan mereka.4,5
Sedangkan teori kognitif menyatakan bahwa pasien dengan gangguan panik telah
mengalami peningkatan sensitivitas terhadap isyarat otonomik internal. Sehingga dengan
sedikit rangsangan stress saja, sudah dapat mengakibatkan serangan panik.
Salah satu upaya untuk mengatasi gangguan panik adalah dengan cara menjauhkan
pasien dari segala pemicu gangguan panik. Adapun beberapa pemicu gangguan panik antara
lain:4
Penyakit somatik
Penggunaan ganja
Penyalahgunaan stimulan seperti caffeine, decongestant, cocaine dan obat-obatan
simpatomimetik (seperti amfetamin, MDMA)
Berada pada tempat-tempat tertutp atau tempat umum (terutama pada gangguan
panik yang disertai agoraphobia)
Sindrom putus obat golongan SSRI, yang dapat mendinduksi gejala-gejala yang
menyerupai gangguan panik.
Pada beberapa penelitian, gejala-gejala serangan panik sering timbul pada pasien
penderita gangguan panik yang mengalami hiperventilasi, menginhalasi CO2, konsumsi
caffeine, atau yang mendapat injekasi natrium laktat hipertonis atau larutan salin hipertonis,
kolesistokinin, isoproterenol, fulamazenil, atau naltrexone.1
Gangguan panik dapat timbul bersama gangguan mood, dengan gejala mood secara
potensial meningkatkan onset serangan panik. Menurut DSM-IV, kriteria diagnosis
gangguan panik harus dibuktikan dengan adanya serangan panik yang berkaitan
dengan kecemasan persisten berdurasi lebih dari 1 bulan terhadap:3
(1) serangan panik baru,
(2) konsekuensi serangan, atau
(3) terjadi perubahan perilaku yang signifikan berhubungan dengan serangan.
Selain itu untuk mendiagnosis serangan panik, kita harus menemukan
minimal 4 gejala dari 13 gejala berikut ini:5
Merasa pusing, tidak stabil berdiri, hingga pingsan
Merasa kehilangan kontrol, seperti mau gila
Takut mati
Leher serasa dicekik
Palpitasi, berdebar-debar, denyut jantung bertambah cepat
Nyeri dada, rasa tidak nyaman di dada
Merasa sesak, bernapas pendek
Mual atau distress abdominal
Gemetaran
Berkeringat
Rasa panas dikulit, menggigil
Rati rasa, kesemutan
Derealisasi, depersonalisasi (merasa seperti terlepas dari diri sendiri)
Serangan panik merupakan salah satu jenis kegawatdaruratan psikiatri. Adapun beberapa
langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien serangan panik yang datang dengan
keluhan nyeri dada, sesak napas, palpitasi, atau nyaris pingsan antara lain:6
1. Terapi oksigen
2.
3.
4.
Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti kelainan kardiopulmoner
dan memastikan kalau pasien memang sedang mengalami serangan panik.
5.
Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang dialaminya
Komponen utama dari terapi pasien serangan panik adalah menjelaskan pada pasien
kalau kondisi yang dialaminya bukanlah disebabkan oleh kondisi medis yang serius dan bukan
pula dikarenakan oleh gangguan mental yang parah, tapi lebih diakibatkan oleh
ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh karena respon sistem simpatik atau fight or flight
response. Memberi keyakinan seperti ini terbukti menjadi plasebo yang signifikan dalam
memperbaiki kondisi pasien.5
Penatalaksanaan Gangguan Panik Ketika Tidak Ada Serangan6
1.
2.
Terapi Medikasi
Terdapat 3 golongan besar obat yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan panik,
yakni golongan SSRI, trisiklik, dan MAOI (Monoamine oxidase inhibitor). Sedangkan
golongan benzodiazepin hingga saat ini masih dianggap kontoversial dalam terapi gangguan
panik.
2.a.
minggu sejak serangan panik terjadi karena SSRI dapat memicu serangan panik pada
pemberian awal. Oleh karena itu dosis SSRI dimulai dari yang terkecil lalu ditingkatkan
secara perlahan di setiap kesempatan follow up berikutnya.
2.b.
Golongan Tricyclic/Trisiklik
Golongan trisiklik zat kimia heterosiklik yang awalnya digunakan untuk mengatasi
depersi. Pada awal penemuannya, golongan trisiklik merupakan pilihan pertama untuk terapi
depresi. Meskipun masih dianggap memiliki efektifitas yang tinggi, namun saat ini
penggunaannya mulai digantikan oleh golongan SSRI dan antidepresan lain yang terbaru.
2.c.
MAO Inhibitor
Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) merupakan salah satu jenis antidepresi yang
dapat digunakan untuk mengatasi gangguan panik. Pada masa lalu golongan ini digunakan
untuk mengatasi gangguan panik dan depresi yang sudah resisten terhadap golongan
trisiklik.
2.d.
Golongan Benzodiazepin
Golongan benzodiazepin merupakan salah satu obat piliahan yang digunakan untuk
mengatasi gangguan panik dengan cara kerja yang berbeda dari MAOI, serta tidak seperti
obat jenis amphetamine, obat ini tidak menstimulasi CNS.
2.f.
Interaksi Obat
Adapun beberapa interaksi obat yang harus diperhatikan pada penggunaan terapi medikasi
gangguan panik antara lain:6
Obat trisiklik/SSRI + MAOI tidak boleh diberikan bersamaan karena dapat terjadi
Serotonin Malignant Syndrome. Perubahan penggunaan trisiklik/SSRI menjadi MAOI
atau sebaliknya harus menunggu waktu sekitar 2-4 minggu untuk wash out period.
4.
Semua jenis obat anti-panik hampir sama efektifnya dalam menanggulangi sindrom panik
pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan panik.
Bila pasien peka terhadap efek samping obat, maka golongan obat yang dianjurkan adalah
SSRI atau RIMA yang lebih sedikit efek sampingnya.
Alprazolam menjadi pilihan untuk menangani pasien yang terkena serangan panik akut.
Obat anti-panik harus dimulai dengan dosis kecil lalu ditingkatkan secara perlahan hingga
tercapai dosis maintenance. Dan harus diingatkan pada pasien bahwa efek obat anti-panik
bekerja dalam jangka waktu 2-4 minggu sehingga meyakinkan pasien agar tetap patuh
minum obat sangatlah penting.
Lamanya pemberian obat anti-panik bisa mencapai 6-12 bulan dan bila sudah tidak
terdapat lagi gejala, dosisnya dapat diturunkan selama 3 bulan hingga pasien tidak
tergantung lagi pada obat. Namun apabila terdapt lagi serangan, pasien harus memulai lagi
pengobatan dari awal.
5.
Semua pasien yang baru saja memakan obat anti-panik tidak dianjurkan membawa
kendaraan atau menjalankan mesin karena pasien dapat tertidur saat melakukan aktivitas.
Pada manula dan yang menderita gangguan hati serta ginjal, maka dosis obat anti-panik
harus diberikan seminimal mungkin.
XI.
KESIMPULAN
Gangguan panik merupakan suatu gangguan kejiwaan yang membutuhkan
penanganan jangka panjang. Adapun penatalaksanaan yang dianggap efektif untuk
menanganinya adalah terapi CBT, terapi medikasi SSRI dan trisiklik sebagai terapi lini
pertama dan golongan benzodiazepin potensi tinggi, MAOI dan obat anti-panik jenis lain
menjadi terapi lini kedua. CBT saja mungkin efektif digunakan untuk terapi jangka
panjang, namun efikasi terapi dapat bertambah serta tingkat relaps dapat berkurang jika
CBT dikombniasikan dengan terapi medikasi.
WAWANCARA PSIKIATRI
Wawancara dilakukan di Poliklinik RSJ Prof Dr. V. L. Ratumbuysang Manado pada
tanggal 26 September 2014 jam 11.00 WITA. Saat wawancara pasien sedang duduk di kursi.
A : Pemeriksa
B : Pasien
______________________________________________________________________________
A : Selamat siang ibu
B : siang dok.
A : perkenalkan saya dokter muda , nama ibu siapa?
B : M. C. T.
A : ada yang bisa saya bantu?
B : ada, dokter.
A : ibu umur berapa?
B : 36 tahun
A : tinggal dimana kang?
B
: belum, dokter.
: agama bu?
B : S1 dok
A : ibu bekerja ?
B : iya, PNS kita dokter. Kerja di PEMKOT
A : Ibu ada rasa apa?
B
DAFTAR PUSTAKA
1.
Memon MA. Panic disorder. Updated on March 2011. [Cited on June 2011]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/287913-overview
2.
Cloos JM. Treatment of panic disorder. Updated on January 2005. [Cited on June 2011].
Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/497207_1
3.
Saddock BJ & Saddock VA. Panic disorder and agoraphobia. In: Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Ed. USA: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007. Sec.16.2
4.
Greist JH &Jefferson JW. Anxiety disorder. In: Review of General Psychiatry. 5th Ed.
Baltimore: Vishal. 2000. Cp.21.
5.
McLean PD & Woody SR. Panic diorder and agoraphobia. In: Anxiety Disorders in Adults
Vancouver: Oxford University Press; 2001. Cp.5
6.
Maslim R Obat anti-panik. Dalam: Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT Nuh Jaya; 2007. Hal.52-56