DI BANK INDONESIA
Oleh:
Treycia Bunga Darmadi
NIM 070610028
BAB I
PENDAHULUAN
Memasuki dunia kerja merupakan puncak dari semua jenjang pendidikan yang telah
memudahkan masa transisi dari masa pendidikan menuju jenjang karier. Magang atau praktek
kerja lapangan merupakan salah satu program yang juga bertujuan untuk mempersiapkan
mahasiswa / anak didik untuk mengenyam pengalaman dan pengetahuan tentang kegiatan
tersebut dalam mencari dan menggeluti dunia kerja. Adanya pengalaman, pengetahuan dan
kemampuan adaptive seseorang di lingkungan kerja, menjadi bekal utama untuk meraih
prestasi dan sangat dimungkinkan untuk dapat mengaplikasikan ilmu dan pandangan yang
Meski berangkat dari disiplin ilmu sosial dan politik, saya sebagai mahasiswa
Indonesia. Karena memang politik dan ekonomi merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dan akan selalu bejalan secara beriringan. Bagaimana kebijakan dan perundangan
dibentuk setelah berkaca pada kondisi ekonomi yang ada. Dan bagaimana kebijakan atau
perundangan dibuat untuk ditujukan sebagai regulator ekonomi ke depan. Maka dari
pemikiran tersebut, saya melaksanakan magang di Kantor Bank Indonesia, tepatnya pada
bagian Ekonomi Moneter. Pada bagian tersebut, saya telah mempelajari bagaimana sebuah
komprehensif.
pada sektor ekonomi internasional atau ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan
internasional.
mahasiswa dapat memiliki persiapan untuk siap bersaing dalam menghadapi situasi
Pahlawan no. 105, Surabaya pada Bagian Ekonomi Moneter, Kelompok Kajian Ekonomi.
Kegiatan magang dilakukan selama sepuluh (10) hari kerja, pada tanggal 13 – 17 April 2009
Penulisan laporan kegiatan magang di bagi menjadi empat bab, yang membicarakan
Bab I : PENDAHULUAN
INDONESIA
MONETER
Bab IV : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN UMUM KELEMBAGAAN BANK INDONESIA
Bank Sentral memiliki fungsi dan peranan yang strategis bagi masyarakat pada
umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Hal yang paling mendasar
adalah perannya dalam mencetak dan mengedarkan uang. Bank Sentral merupakan
uang sebagai alat pembayaran yang sah di suatu negara. Dengan peran ini, bank sentral
mempunyai tujuan dan diberi tanggung jawab untuk mencapai dan dan memelihara
kestabilan nilai mata uang. Kepada bank sentral diberikan beberapa wewenang dalam
moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dan atau suku bunga dalam
perekonomian agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang tersebut
dalam mengatur peredaran uang antar pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi dan
dapat berlangsung baik secara tunai atau nontunai. Sistem pembayaran tunai
maupun keamanan uang sebagai alat pembayaran yang sah dapat memenuhi kebutuhan
nontunai menyangkut peredaran uang yang pada umumnya dalam bentuk giral dan
memobilisasi dana masyarakat, dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan alternatif
pembiayaan belanja untuk dunia usaha. Selain itu, peranan vital perbankan yaitu dalam
seperti ini, kebijakan yang ditempuh bank sentral berpengaruh langsung terhadap
peredaran uang dan suku bunga dalam perekonomian, operasi dan kesehatan
perbankan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tidak hanya perkembangan sektor
secara keseluruhan.
yang ada pada saat ini. Pada periode tersebut fungsi bank sentral hanya terbatas sebagai
bank sirkulasi. Tugas sebagai bank sirkulasi dilaksanakan oleh De Javasche Bank NV
yang diberi hak untuk mencetak dan mengedarkan uang Gulden Belanda oleh
Indonesia mengambil keputusan untuk mendirikan suatu bank sirkulasi berbentuk bank
miliki negara. Berkaitan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah membentuk
yayasan dengan nama “Pusat Bank Indonesia”. Yayasan tersebut merupakan cikal bakal
undang nasionalisasi De Javasche Bank NV. Pada tanggal 1 Juli 1953 dikeluarkan UU
No. 11 Tahun 1953 tentan pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank
Wet. Mulai saat itu lahirlah satu bank sentral di Indonesia sebagai bank sentral sebagai
bank sentarl hingga tahub 1968, dengan tugas seperti layaknya bank sentral pada
umumnya. Namun saat itu Bank Indonesia juga masih melaksanakan beberapa fungsi
sebagaimana dilakukan oleh bank komersial. Pada periode tersebut Bank Indonesia
Pada tahun 1968 dengan dikeluarkannya UU No.13 1968, Bank Indonesia tidak
lagi berfungsi ganda, karena fungsinya sebagai bank komersial telah dihapuskan.
Namun demikian, misi Bank Indonesia sebagai agen pembangunan masih melekat,
demikian juga tugas-tugas sebagai kasir pemerintah dan bankers bank. Selanjutnya,
Bank Sentral Republik Indonesia telah dipertegas kembali. Dalam kaitan ini, Bank
Inggris, Jepang, Jerman, Swiss. Namun, sesuai dengan amandemen UU No. 3 Tahun
negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Bank Indonesia
dinilai kinerjanya oleh DPR dan melakukan koordinasi dengan pemerintah dalam
dan triwulanan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dan
masyarakat luas melalui media massa serta menyampaikan laporan keuangan kepada
Tujuan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral Republik Indonesia
diatur secara jelas dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004. Tujuan Bank Indonesia ditetapkan sesuai
UU Bank Indonesia mempunyai tiga tugas, yaitu:
dilakukan secara saling mendukung guna tercapainya tujuan Bank Indonesia secara
efektif dan efisien. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dilakukan
Bank Indonesia anatara lain melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dan susku
sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal yang merupakan sasaran dari
pelaksanaan tugas mengatur dan mengawasi bank. Selanjutnya, sistem perbankan yang
mempengaruhi kegiata ekonomi riil dan mencapai stabilitas nilai rupiah, terutama
saling mendukung tersebut, maka pencapaian tujuan Bank Indonesia akan berhasil
dengan baik.
moneter yang dapat berupa besaran moneter ekonomi dan keuangan ke depan dengan
moneter juga tidak dapat dilepaskan dari sistem nilai tukar dan sistem devisa yang
ditetapkan. Karena sejak tahun 1997 sistem nilai tukar yang dianut di Indonesia adalah
sistem nilai tukar mengambang, maka kebijakan nilai tukar yang ditempuh BI berupa
intervensi di pasar valuta asing dimaksudkan agar pergerakan nilai tukar di pasar dapat
pembayaran, berupa tunai (uang kertas dan logam) dan nontunai (berbasis warkat,
seperti cek, bilyet giro dan wesel maupun berbasis elektronik, seperti kartu kredit dan
menyelenggarakan sendiri sistem pembayaran atau memberi izin kepada pihak lain
laporan kegiatannya kepada Bank Indonesia. Selain itu Bank Indonesia berwenang
Tugas Bank Indonesia yang selanjutnya, yaitu mengatur dan mengawasi bank,
penting tidak saja untuk mendukung kelancaran sistem pembayaran, tetapi juga untuk
mengawasi bank meliputi : 1) memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
melakukan pengawasan bank baik secara langsung maupun tidak langsung; dan 4)
tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Rumusan tersebut merupakan pedoman bagi Bank Indonesia dalam menetapkan misi
dan visinya. Misi Bank Indonesia sendiri adalah mencapai dan memelihara kestabilan
Sedangkan visi Bank Indonesia yaitu menjadi lembaga bank sentral yang dapat
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Visi tersebut
dimaksudkan untuk jangka waktu yang lama dan berjangka panjang, meskipun tanpa
mengurangi adanya peluang untuk melakukan penyesuaian dari waktu ke waktu dalam
maka telah dibentuk kantor Bank Indonesia di berbagai daerah. KBI pada dasarnya
melaksanakan hubungan kerja dengan pihak-pihak lain yang terkait. Adapun beberapa
tugas yang dilakukan oleh KBI-KBI termasuk KBI Surabaya yaitu sebagai berikut:
pembayaran (tunai dan nontunai) kepada perbankan, pemerintah, dan pihak ketiga
di wilayah kerjanya;
moneter yang telah ditetapkan Kantor Pusat, pengkajian ekonomi regional (KER),
pengkajian efektivitas pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi moneter pusat untuk
ekonomi;
wilayah kerja KBI, serta berperan aktif dalam menciptakan iklim perbankan yang
membina hubungan baik dengan pemda, instansi pemerintah lainnya, dan masyarakat
setempat agar dapat memberi masukan dan sekaligus memperoleh informasi yang
diperlukan oleh satuan kerja di kantor pusat maupun di daerah. Dalam bidang Ekonomi
Moneter sendiri, terdapat tiga kelompok bagian yang mempunyai tugas pokok yang
berbeda-beda, yaitu:
Ekonomi memiliki sekitar 10 tugas dan produk pokok. Kesepuluh tugas dan
ekonomi regional yang mencakup assesmen makro ekonomi daerah dan perkiraan
perkembangan ekonomi dan harga. Dalam hal ini, produk pokoknya adalah berupa
kajian ekonomi yang berguna untuk kepentingan kantor pusat dan stakeholders
kegiatan lapangan dan studi kepustakaan. Produk pokoknya adalah berupa hasil
perekonomian daerah.
Tugas ketiga adalah melakukan kajian ad hoc atas inisiatif KBI ataupun
kerjasama dengan kantor pusat atau stakeholder daerah. Dengan tugas pokoknya
adalah berupa hasil kajian yang sesuai dengan isu terkini di daerah, antara lain:
daerah.
Tugas keempat adalah menyusun rekomendasi kebijakan perekonomian
daerah kepada pemda dan stakeholder lainnya yang didasari oleh hasil penelitian.
UMKM.
• Perbankan
daerah.
dari tugas ini adalah membuat makalah, pidato, bahan presentasi press release,
tanggapan kepada pihak-pihak ketiga, dan lain sebagainya.
program/unit atau sering disingkat IRU. Produk pokok ini adalah membuat
pokok dari tugas ini adalah memastikan terlaksananya koordinasi kegiatan kajian
ekonomi.
Berdasarkan data dan informasi yang kami peroleh, Kelompok Statistik dan
Survei ini memiliki sekitar 7 tugas dan produk pokok. Ketujuh tugas dan produk
bantuan teknis laporan bank dan non-bank. Produk pokok dari tugas ini adalah
Pembiayaan (LKBPP).
kantor pusat dan KBI. Produk pokok dari tugas ini adalah berupa hasil-hasil survei
seperti:
pengumpulan data dan informasi dari para pelaku ekonomi, seperti perusahaan,
berupa analisis singkat (diary notes) mengenai kunjungan liason, resume analisis
gabungan hasil liason dan database, serta pengiriman informasi liason ke kantor
pusat.
informasi mengenai perekonomian daerah. Produ pokok dari tugas ini adalah
Produk pokok dari tugas ini adalah dengan memberi pelayanan informasi data
• Ekonomi keuangan
• Demografi
survey. Produk pokok dari tugas ini adalah dengan terlaksananya koordinasi
pemberdayaan sektor riil dan UMKM ini memilikisekitar 12 tugas dan produk
pokok. Keduabelas tugas dan produk pokok tersebut akan kami paparkan sebagai
berikut.
Tugas pokok pertama dari kelompok pemberdayaan sektor riil dan UMKM
permasalahan secara spesifik yang terjadi pada komoditi, industri, maupun bidang
usaha tertentu. Produk pokok dari tugas ini adalah berupa laporan atas hasil
didasarkan atas hasil identifikasi. Produk pokok dari tugas ini adalah berupa
perbankan dan BDSP dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM. Produk
Tugas pokok yang kelima adalah memberikan bantuan teknis dalam bentuk
task force.
Tugas pokok yang ketujuh adalah menyediakan data profil UMKM yang
Produk pokok dari tugas ini adalah berupa data profil UMKM yang potensial
khusus dalam rangka bantuan luar negeri. Produk pokok dari tugas ini adalah
Produk pokok dari tugas ini adalah terlaksananya tata usaha KLBI.
atas pengelolaan KLBI dan TSL terhadap bank-bank dan laporan-laporan lainnya.
Produk-produk pokok dari tugas ini adalah laporan hasil pengawasan KLBI dan
TSL .
Tugas pokok yang kesebelas adalah melaksanakan pemberian izin,
Valuta Asing (PVA) di daerah. Produk pokok dari tugas ini adalah berupa
pemberian izin, pengawasan dan pembinaan, serta pengelolaan data yang terkait
dengan PVA.
sektor riil, seperti korporasi, BUMN, dan UMKM. Produk pokok dari tugas ini
pelaksanaan kegiatan di Kantor Bank Indonesia Surabaya. Namun semakin modern jaman,
kebutuhan akan kegiatan transaksi dengan outsider semakin mendesak. Maka dari itu,
kemapuan diplomasi dan kemampuan untuk berbahasa asing akan sangat dibutuhkan.
Namun bila menelisk lebih jauh mengenai program kerja di Bank Indonesia, terdapat
satu program yang memang bergerak untuk mengadakan hubungan kemitraan dan
perdagangan dengan Negara lain. Lebih dikhususkan lagi, di Bank Indonesia Surabaya,
memang sedang dirancang program kemitraan dengan Negara lain yang langsung khusus
Disinilah letak tantangan dari kemampuan berdiplomasi serta perpaduan antara soft
power dan skill dalam mengetahui kecenderungan perkembangan ekonomi serta langkah
stategis apa yang harus dilakukan. Dalam teori hubungan internasional, terdapat pembagian
power menjadi tangible power dan intangible power. Pada dasarnya, Jawa Timur memiliki
keduanya, baik tangible maupun intangible power namun memang untuk mengaktualisasi
dan memaksimalkannya masih sangat terhambat oleh proses birokrasi dan konstelasi politik
yang terjadi.
Kekuatan tangible Jawa Timur bias dilihat pada aspek-aspek seperti perekonomian
yang cenderung stabil dan baik, tingkat konsumsi dan daya saving masyarakatnya yang masih
dapat diandalkan, serta jumlah masyarakat yang massive dapat dijadikan sebuah kekuatan
tersendiri dalam bargaining position dengan investor. Mengapa saya memasukkan jumlah
masyarakat yang massive sebagai salah satu faktor kekuatan, karena dari jumlah masyarakat
yang banyak dapat menjadi sebuah daya tawar untuk sector tenaga kerja baik dalam proses
ekonomi di dalam maupun luar negeri. Di luar negeri, karena masyrakat Jawa Timur
mendominasi jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di banyak Negara dan jumlah pengiriman
remittance yang relative besar ke daerah asal juga akan membawa keuntungan bagi devisa
daerah Jawa Timur maupun Negara. Di dalam negeri, karena seperti China, jumlah penduduk
yang banyak dapat menjadi penawaran tersendiri akan tenaga kerja dan buruh tidak terbatas.
Dengan adanya jumlah buruh yang banyak, pengusaha juga dapat menerapkan upah
minimum yang relative kecil di bandingkan dengan upah yang harus dibayarkan kepada
buruh di kota besar seperti Jakarta. Bagi pengusaha, hal tersebut pastinya akan
Mungkin sejauh ini, IRU di Jawa Timur belum dapat diaktualisasikan dengan
maksimal. IRU yang sejauh ini berjalan adalah IRU dengan cakupan nasional. Dalam proses
desentralisasi memang seharusnya IRU dapat berjalan secara merata di berbagai daerah yang
memang memiliki potensi. Seperti contoh potensi Unit Kegiatan Menengah (UKM) di
Surabaya yang sangat memiliki peluang usaha hingga menembus pasar internasional. Namun
kendala yang dihadapi adalah selalu terkait dengan dana dan birokrasi (perijinan). Memang
Jawa Timur menjadi lebih sulit. Seharusnya dalam pemasaran dan permodalan, Bank
tersebut dapat berupa pendirian sentra yang menampung dan memasarkan hasil UKM,
pendirian lembaga pendanaan dan pelatihan UKM, serta kesepakatan pemasaran hingga ke
Negara tujuan.
Memang dalam era globalisasi ini, persaingan semakin ketat dan semakin kotor.
Semua akan berlomba untuk mendapatkan partner terbaik dan mendapat keuntungan terbesar.
Tidak terkecuali para pelaku ekonomi di Indonesia maupun di Jawa Timur. Namun ada satu
permasalahan yang menjadi hambatan bagi Indonesia dalam usahanya untuk memperbesar
dan memperkuat sendi-sendi Negara, termasuk ekonomi. Indonesia masih selalu di bayang-
bayangi oleh isu-isu dan track record penegakan HAM di Indonesia yang tidak baik. Karena
selama ini, para investor yang akan menanamkan modalnya di Indonesia selalu mengajukan
persyaratan yang luar biasa besar dan terbilang susah untuk dipenuhi, karena salah satunya
Kembali lagi pada keragaman suku dan budaya, dan relativitas yang dimiliki masing-masing
budaya serta pandangannya terhadap HAM. Memang permasalahan tersebut tidak dapat
diselesaikan hanya dalam satu malam, dan dalam mengubah pandangan masayarakat
menggunakan dan menonjolkan keunggulan lain yang dimiliki Jawa Timur. Contoh
sederhana, dalam pelaksanaan Pemilu Legislatif pada 5 April yang lalu, di Jawa Timur hal
tersebut berlangsung dengan demokratis dan damai. Tidak ada pergolakan seperti yang terjadi
di daerah lain. Hal ini dapat menunjukkan bahwa konstelasi politik di Jawa Timur relative
lebih stabil dan demokratis. Dan pastinya pendidikan dan pengetahuan masyarakat akan
politik di Jawa Timur juga sudah mencapai tahapan yang baik. Hal tersebut merupakan
sebuah tawaran yang menjanjikan bagi kesuburan usaha dan perkembangan ekonomi.
BAB IV
PENUTUP
Berhubungan dengan IRU yang memang di Bank Indonesia Surabaya masih belum
terlalu diaplikasikan, saya sebagai mahasiswa yang telah menempuh magang di Kantor Bank
Indonesia Surabaya, berusaha untuk memasukkan disiplin ilmu hubungan internasional yang
dipelajari sebagai bagian dari teori dengan realitas ekonomi di lapangan yang telah kurang
lebih didapatkan saat magang. Beberapa masukan untuk Bank Indonesia Surabaya, terkait
lembaga atau yayasan yang bergerak di bidang pendidikan yang setara dengan
3. Mungkin terlebih lagi, bahwa Bank Indonesia sebaiknya bekerja sama dengan
mencitrakan Jawa Timur sebagai wilayah yang positif untuk menjadi lahan
investasi.
Demikian laporan akhir magang ini saya ajukan. Saya ucapkan terima kasih kepada
Bank Indonesia Surabaya, khususnya bidang Ekonomi Moneter yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan magang, kepada para karyawan seksi KKE, KSS, dan KSRU
atas fasilitas, data dan bimbingan bagi peserta magang. Utamanya kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Tutuk S. H. Cahyono, Bapak Hendik Sudaryanto, dan Bapak Nurkholisoh Ibnu
Aman selaku pendamping dan pengawas mahasiswa selama proses pelaksanaan magang.
Saya mengucapkan maaf jika terdapat ucapan, sikap, maupun perilaku yang kurang
berkenan selama proses pelaksanaan magang. Koreksi juga diharapkan bila terdapat
kesalahan dalam penulisan laporan akhir magang yang diajukan. Demikian laporan ini saya
buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan instansi Bank Indonesia.