Anda di halaman 1dari 8

KEMERDEKAAN INDIVIDU DAN KEHARUSAN UNIVERSAL

Kemerdekaan berarti keleluasaan, kebebasan untuk memilih dan melakukan sesuatu. Individu
berasal dari dua suku kata yaitu in artinya tidak dan devide artinya terbagi. Individu bermakna
suatu entitas manusia yang tidak terbagi, atau manusia secara personal Kemerdekaan individu
bermakna keleluasaan atau kebebasan seseorang. Kemerdekaan individu juga berarti ikhtiar
manusia.
Keharusan berarti kemestian, tidak boleh tidak, niscaya, atau demikian adanya. Universal
bermakna menyeluruh. Keharusan universal berarti keniscayaan mutlak yang berlaku
menyeluruh. Keharusan universal dapat juga dipahami sebagai takdir.
Kemerdekaan individu dan keharusan universal adalah pembahasan yang mencari titik temu
antara ikhtiar dan takdir manusia. Apakah ikhtiar manusia melampaui hukum universal atau
hukum universal yang tidak membatasi ikhtiar manusia ?. pertanyaan lain adalah apakah begitu
universalnya ketentuan sehingga kehidupan ini tidak lain hanyalah pelaksanaan dari sebuah
skenario yang dirancang Tuhan. Manusia tidak memiliki kemerdekaan untuk memiliki dan
bertindak diluar skenario Tuhan.
Oleh karena itu, substansi materi ini adalah Keadila Tuhan. Materi ini membahas tentang
beberapa konsep berikut argumentasi tentang keadilan Tuhan.
Determinisme dan Freewill
Determinisme berasal dari kata determinan yang berarti ditentukan. Determinisme kurang lebih
berarti satu pahaman yang menyatakan bahwa segala sesuatu telah ditentukan. Segalanya
dilakoni dengan keterpaksaan, bukan kemerdekaan atau kesadaran. Faktor yang menentukan
tergantung dari sudut pandangnya. Jika alam dan hukum-hukumnya yang menjadi penentu, maka
sering disebut determinisme saja.
Determinisme yang memandang bahwa alam yang menjadi faktor penentu diusung oleh Karl
Marx dengan konsep Materialisme Dialektika Historis. Bahwa kesejarahan manusia diatur oleh
hukum besi sejarah dimana terjadi dialektika materi. Terjadi pertentangan (dialektika) yang
mengakibatkan loncatakualitas menuju tahap masyarakat berikutnya.
Freewill berarti kebebasan berkehendak. Pahaman ini berangkat dari asumsi bahwa manusia
memiliki kehendak dan kekuatan untuk menentukan jalan hidupnya sendiri tanpa harus
diintervensi oleh faktor lain. Jika dihadapkan dengan alam, bahwasanya manusia dapat
menciptakan sejarahnya sendiri tanpa mesti harus terikat oleh hukum besi sejarah. Freewill ini
dapat juga dibagi berdasar faktor lain. Pertama alam. Freewill disini berarti manusia dapat
kehendak tanpa terikat hukum besi sejarah. Dan kedua Tuhan, bahwasanya tugas Tuhan hanya

menciptakan belaka. Kejadian-kejadian setelah penciptaan adalah murni kehendak bebas


manusia.
Jabariyah
Bagi kita ummat Islam, alam adalah ciptaan Tuhan, sehingga Tuhanlah yang menjadi faktor
penentu alam dan manusia. Cuma persoalannya adalah sejauh mana intervensi Tuhan.
Jika dalam pandangan ummat Islam, Tuhan sebagai faktor yang menentukan, maka yang selaras
dengan determinisme adalah jabariyah dan Asyariyah.
Jabariyah berasal dari kata jaba yang berarti terpaksa. Jabriyah memahami bahwa manusia
tinggal menjalankan skenario Tuhan, manusia tidak memiliki sedikitpun kebebasan, apalagi
dalam hal jodoh, rezeki dan ajal. Setiap tindakan manusia telah ditetapkan, termasuk hal yang
baik dan buruk. Jika Tuhan menskenariokan manusia untuk melakukan keburukan maka
bagaimanapun ikhtiar manusia mustahil untuk melakukan kebaikan, pun sebaliknya.
Jabariyah juga memahami bahwa apapun tindakan Tuhan adalah adil. Tuhan dapat saja
memasukkan orang saleh ke neraka dan orang jahat ke surga. Dan sekali lagi, itulah keadilan
Tuhan. Manusia hanya dapat pasrah menunggu takdirnya.
Mutazilah
Dalam sejarah perkembangan ilmu kalam, pemikiran kaum Jabariyah kemudian ditantang dan
ditentang oleh kaum mutazilah. Mereka menganggap bahwa tugas Tuhan tidak lebih dari
sekedar mencipta belaka. Selanjutnya tergantung dari ikhtisar manusia. Jadi semua tindakan
manusia adalah murni ikhtisar tanpa ada sedikitpun campur tangJadi semua tindakan manusia
adalah murni ikhtisar tanpa ada sedikitpun campur tangan Tuhan. Keadilan Tuhan perspektif
Mutalizah adalah Tuhan hanya dapat memasukkan orang saleh ke surga dan sebaliknya orang
jahat di neraka. Selain itu, kebebasan manusia dalam berikhtisar yang lepas dari tindakan Tuhan
adalah salah satu poin pemikirannya.
Kelemahan Jabariyah dan Mutlizah. Kaum mutalizah mengkritik Jabariyah dengan mengatakan
bahwa Tuhan perspektif Jabariyah adalah zalim, semena-mena. Untuk membenarkan
pendapatnya, mutalizah mengutip beberapa alat yang mengindikasikan kebebasan manusia. Ayat
yang sering digunakan adalah tidak berubah nasib suatu kaum kecuali itu sendiri merubahnya.
mutalizah mengatakan bahwa ayat ini muhkamat (jelas) adanya. Dan ayat-ayat yang nampak
menyerang argument mutalizah dianggap sebagai mutasyabih.
Sebaliknya kaum jabariyah mengkritik mutalizah dengan mengatakan bahwa Tuhan perspektif
mutalizah adalah lemah, dan tidak maha kuasa. Untuk membenarkan pendapatnya, jabariyahlah
yang mengutip beberapa ayat yang mengindikasikan kekuasaan Tuhan. Salah satunya adalah

bukan kamu yang membunuh, aku yang membunuh (8:17). Jabariyah mengatakan bahwa ayat
ini muhkamat adanya, dan justru ayat yang digunakan kaum mutalizah ini mutasyabih (samarsamar).
Untuk mengkaji landasan berfikir kedua mazhab ini maka kita perlu memahami konsep
ketuhanannya. Dari materi sebelumnya dibahas tentang Tauhid zati, sifati dan afali. Dalam hal
Tauhid zati, kedua mazhab sepakat mutalizah kemudian terlalu cenderung pada Tauhid sifati,
diaman pahaman tentang kemahaadilan Tuhan kemudian justru mengurangi bahkan mungkin
menghilangkan pahaman tentang kekuasaan Tuhan untuk berkehendak. Sebaliknya Jabariyah
terlalu cenderung pada Tauhid Afali (tindakan), dimana kekuasaan Tuhan untuk bertindak malah
mengurangi bahkan menghilangkan keadilan Tuhan. Akibat dari pahaman jabariyah adalah
stagnasi individu dan masyarakat karena sikap pesimisme dalam berikhtisar. Sementara
Sementara akibat pahaman mutalizah adalah terlepasnya Tuhan dari kehidupan manusia.
Kedua pahaman ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Untuk menengahi perdebatan kita ini harus mencari jalan tengah, dimana pahaman kita tidak
menjadikan Tuhan tidak adil atau Tuhan tidak maha kuasa. Prinsip dinamika alam semesta.
Persoalan mendasar dalam penciptaan adalah apakah semuanya terjadi secara kebetulan belaka
tanpa ada yang mengatur, atau ada yang mengatur secara mutlak, atau ada yang mengatur sesuai
dengan hukum-hukumnya.
Jika mengikuti pendapat pertama bahwa tanpa ada mengatur berarti sama saja kita mengatakan
bahwa tidak ada pencipta, dan in tentu mustahil. Jika mengikuti pendapat kedua bahwa ada yang
mengatur mutlak dimana ciptaan dalam hal ini manusia tidak memiliki kebebasan untuk
berikhtisar dan memilih, berarti sama saja kita katakan bahwa Tuhan tidak adil.
Dengan demikian otomatis dalam penciptaan kita mempercayai bahwa alam semesta ini diatur
berdasarkan hukum-hukum yang ditetapkan sang pencipta. Manusia sebagai bagian alam
semesta juga pasti dikenai hukum-hukum dari sejak penciptaan, tindakan sampai akhir
perjalanan manusia.
Takwini dan tasyrii
Untuk mempermudah pembahasan, kita bagi dua wilayah hukum-hukum Tuhan. Pertama
takwini, dalam hal ini penciptaan. Dan kedua tasyrii, dalam hal ini aksiden - aksiden di alam
material.
Perlu dibedakan antara hukum penciptaan dengan hukum syari dalam hal hukum penciptaan,
tidak ada hak manusia diberi insting dan manusia diberi insting dan akal. Karena manusia adalah
ciptaan Tuhan yang paling sempurna dimana manusia dibekali akal untuk mengelola alam

semesta, maka Tuhan kemudian menurunkan aturan bagi manusia, dalam hal ini syariat. Jadi
syariat berlaku pada manusia, itupun yang memenuhi syarat agar terjaga keseimbangan sesuai
peran dan fungsi penciptaan manusia.
Pada wilayah takwini atau penciptaan, Allah mencipta sesuai dengan kadar masing-masing
sesuai dengan tujuan penciptaannya. Dalam hal ini, manusia tidak memiliki sedikitpun hak.
Sebagai contoh lahirnya seorang bayi dari orang tua tertentu, dimana bayi tidak dapat memilih
atau berusaha untuk mencari orang tua yang ia senangi. Contoh lain, diciptakannya matahari
sebagai pusat tata surya. Tuhan pemberi matahari energi dan daya gravitasi, sesuai dengan tujuan
penciptaannya. Masih banyak contoh yang tidak dapat kami sebutkan disini.
Pada wilayah tasyrii, disini manusia memiliki hak dan kemampuan untuk memilih dan
berikhtisar. Sebagai contoh makan disaat lapar. Tubuh kita hanya mengirimkan implus ke syaraf
yang menandakan lambung sedang kosong. Pada kondisi ini manusia dapat memilih untuk
makan atau tidak, makan makanan A atau makanan B, dan seterusnya. Hukum agama berlaku
pada wilayah tasyrii. Seseorang tidak dihukumi kafir karena orang tuanya yahudi, bahakan lahir
dari hubungan tidak syah. Mengapa, karena anak tersebut tidak dibekali kemampuan untuk
memilih dan berusaha dalam menentukan orang tuanya. Ini jelas wilayah takwini. Tetapi
siapapun dia, ketika akalnya telah matang, informasi tentang kebenaran telah sampai kemudian
menutup diri dari kebenaran, maka orang tersebut dihukumi kafir. Mengapa, karena orang
tersebut memiliki kemampuan untuk memilih dan berikhtisar tapi tidak dilakukan.
Baik dan buruk
Pertanyaan substansial pada bagian ini adalah apakah kebaikan dan keburukan adalah dua entitas
yang masing-masing yang memiliki sksistensi ? atau dua-duanya memiliki eksistensi, atau Cuma
salah satunya ? Jika kebaikan dan keburukan masing-masing memiliki maka pertanyaan
berikutnya adalah darimana datangnya keburukan ? mengatakan bahwa keburukan berasal dari
Tuhan otomatis menuduh Tuhan memiliki keburukan, karena mustahil Tuhan memberi
keburukan kalau ia tidak punya keburukan.
Adalah agama Zoroaster yang meyakini dua eksistensi Tuhan yaitu Ahriman (Tuhan baik) dan
Ahzuramazda (Tuhan buruk). Mustahil kebaikan dan keburukan menyatu, olehnya Tuhan dalam
Perspektif ini dibagi berdasar peran dan fungsinya. Tetapi ternyata Islam kita diwajibkan untuk
mempercayai takdir baik dan takdir buruk (qodha dan qodhar). Untuk qodha dan qodhar akan
dibahas pada bagian berikutnya.
Kembali pada kebaikan dan keburukan, kalau kita katakan bahwa Tuhan hanya memiliki
kebaikan, lantas mengapa ada keburukan ? untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu kita
mendefinisikan tentang keburukan itu sendiri. Definisi keburukan, pertama adalah kesesuaian
antara apa yang terjadi dan apa yang diinginkan. Misalnya kita ingin punya harta yang banyak
atau menjadi orang kaya, tetapi harta yang kita miliki justru sedikit, maka kita katakan bahwa
kemiskinan itu buruk, definisi ini mengacu pada reaksi psikologis semata. Definisi berikutnya

mengatakan keburukan adalah kurangnya intensitas / derajat kebaikan. Definisi ini yang akan
kita jabarkan.
Kebaikan dianalogikan seperti cahaya dan Tuhan sebagai sumber cahaya. Keburukan adalah
kurangnya intensitas cahaya atau kegelapan. Kegelapan sendiri tidak memiliki eksistensi, karena
kegelapan mustahil menyebabkan adanya cahaya. Kegelapan terjadi ketika sesuatu jauh dari
sumber cahaya.
Dalam hal takwini, semuanya baik. Keburukan terjadi pada wilayah tasyrii, dimana terjadi
pengingkaran terhadap aturan yang diturunkan Tuhan pada manusia. Sebagai contoh membunuh.
Meninggalnya orang yang dibunuh dari sudut penciptaan adalah baik. Bisa dibayangkan jika
seseorang yang organ tubuhnya tidak mampu lagi berjalan sesuai fungsinya seperti terpisahnya
kepala dari tubuh tapi orang itu tetap hidup.
Akan tetapi jika masuk pada wilayah tasyrii, maka pertanyaan yang akan muncul adalah siapa
pelaku dan korban, bagaimana proses kejadian, akibat yang ditimbulkan serta alasan. Jika yang
dibunuh orang saleh tanpa ada alasan, maka sama saja menghilan
Akan tetapi jika masuk pada wilayah tasyrii, maka pertanyaan yang akan muncul adalah siapa
pelaku dan korban, bagaimana proses kejadian, akibat yang ditimbulkan serta alasan. Jika yang
dibunuh orang saleh tanpa ada alasan, maka sama saja menghilangkan kesempatan orang
tersebut untuk berbuat baik. Bahkan juga berarti menutup peluang orang lain untuk mendapat
manfaat dari orang saleh. Ini juga berarti membunuh nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu,
syariat melarang kita untuk melakukan hal ini.
Sebaliknya jika yang dibunuh adalah orang yang jelas pembangkangannya terhadap Tuhan dan
selalu melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, ini berarti terbunuhnya orang tersebut
menutup peluangnya untuk berbuat jahat lagi dan membuat orang lain tidak merasakan efek
negatif dari orang jahat yang terbunuh tersebut. Membunuh orang jahat bukan berarti membunuh
kemanusiaan, karena justru kejahatanlah yang membunuh kemanusiaan. Jadi kita membunuh dan
pembunuh kemanusiaan sama saja berarti menghidupkan kemanusiaan. Tapi yang perlu diingat
bahwa untuk menetapkan kehalalan orang untuk dibunuh itu perlu persyaratan yang ketat dan
bukan bagian kami untuk membahasnya kecuali sebagai contoh belaka.
Jadi rahasia dibalik syariat adalah supaya manusia tidak salah memilih dan menentukan sikap,
apakah pengetahuan manusia telah mencapainya atau tidak.
Qodha dan Qodhar
Qodha dalam bahasa Arab satu akan kata dengan qadi yang maknanya kurang lebih dan
menentukan sikap, apakah pengetahuan hukum. Qodar, jika ditafsirkan kurang lebih berarti

ukuran. Jadi adalah sebuah kerancuan andai kita pahami bahwa qodha dan qodhar berarti takdir
baik dan takdir buruk, karena baik secara filosofis maupun etimologis bahkan Islam sendiri
menentang pahaman tersebut. Secara ringkas qodha dan qodhar berlakunya ketentuan
Tuhan berdasar ukurannya. Inilah yang dimaksud dengan Tuhan mengatur alam semesta
sesuai dengan hukum-hukumnya.
Sebagai contoh, hukum Tuhan (sunatullah) adalah gaya gravitasi. Sebuah benda yang lebih berat
dari udara, berada dalam atmosfer, dan tidak memiliki gaya untuk melawan gaya gravitasi, maka
dengan ukuran seperti itu ketetapan Tuhan yang berlaku adalah benda tersebut harus jatuh.
Sebaliknya, jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi maka ketetapan tidak berlaku. Sebagai contoh
meski masih dalam atmosfer dan lebih berat dari udara seperti pesawat dan roket, akan tetapi
memiliki gaya yang lebih besar dari gravitasi, maka ketetapan Tuhan yang berlaku adalah benda
tersebut terbang.
Contoh lain yang sederhana misalnya, antara anak SD dan mahasiswa. Oleh orang tuanya anak
SD akan diberi uang yang lebih sedikit dibanding mahasiswa, karena ukuran kebutuhannya
berbeda. Disini, ketetapan adalah pemberian uang jajan misalnya.
Dalam semesta ini ketetapan Tuhan yang berlaku selalu berdasar ukuran masing-masing. Inilah
letak keadilan Tuhan, dimana Tuhan tidak membebani hambanya diluar kemampuannya dan
memberi tanggung jawab berdasar fasilitas yang diciptakan untuk makhluk

Berangkat dari adanya kemutlakan yang nantinya menyusun system berpikir kita, maka
persoalannya kemudian adalah bagaimana mencari sebuah fakurltas dalam diri kita yang
digunakan untuk menilai sesuatu, dimana penilai itupun masih harus dinilai kebenarannya.
Secara umum ada beberapa mazhab pimikiran yang bisa digolongkan sebagai berikut:
1. Skirptualis.
Skriprualis adalah sebuah system berpikir yang didalam menilai kebenaran digunakan teks kitab.
Asumsi dasar yang tergabung adalah teks dalam kitab mutlak adanya, oleh kerenanya dalam
penilaian kebenaran harus sesuai dengan teks kitab. Mempertanyakan teks kitab sama saja
dengan mempertanyakan kemutlakan. Biasanya kaum skiriptual adalah orang yang beragama
secara sederhana. Maksudnya, peran akal dalam wilayah keagamaan sangat sempit bahkan
hamper tidak ada. Akal dianggap terbatas dan tidak mampu menilai, olehnya kembali lagi ke teks
kitab.
Namun dalam wilayah epistemology, skriptualisme memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

tidak memiliki alasan yang jelas, mengapa kita harus mempercayai kitab tesebut. Kalau
yang mutlak adalah teks kitab, maka pertanyaannya. Bagai mana caranya diantara banyak kitab
menilai bahwa kitab inilah yang benar. Kalau kita lang sung percaya maka kitab lain kita harus

juga langsung percaya. Nah, kalau kontaradiksi kitab mana yang benar? Artinya, kelemahan
pertamanya adalah butuh suatu dalam membuktikan kebenaran sebuah kitab.

Dari kelemahan pertama dapat kita turunkan kelemahan berikutnya, yakni: Terjebak pada
subjektifitas. Artinya, kebenaran sebuah kitab sangat tergantunga dengan umatnya. Kebenaran
Al-Quran, walau berbicara universal, hanya dibenarkan oleh umat Islam. Umat, Nasrani, Budha
dan sebagainya meyakini kitab merka masing-masing. Sementara kita tidak dapat memakasakan
kitab kita pada umat lain sebagaimana kita pun pasti tidak akan menerima teks kitab umat lain.

Kelemahan ketiga adalah teks adalahtanda atau symbol yang membutuhkan penafsiran.
Kitab tidak bisa berteraksi langsung, tetapi melewati proses penafsiran. Sementara dalam
penafsiran sangat tergantung kualitas intelektual dan spiritual seseorang. Makanya kemudian,
adalah wajar jika sebuah teks dapat dimaknai berbeda. Sebagi contoh surah 80:1 dan 2:1

Tidak tepat dalam membuktikan penciptaan.

2. Idealis Platonia.
Pemikiran plato dapat digambarkan kurang lebih seperti ini. Sebelum manusia lahir dan masih
berada di alam ide, semua kejadian telah terjadi. Olehnya, manusia telah memiliki pengetahuan.
Ketika terlahir di alam materi ini, pengetahuan itu hilang. Untuk itu yang harus manuasia
lakuakan kemudian adalah bagaimana mengingat kembali. pengetahuan yang kita miliki hari ini
kemarin dan akan datang sebetulnya (dalam perspektif teori ini) tidak lebih dari pengingatan
kembali. Teori ini juga sering disebut sebagai teori pengingatan kembali. Namun, seagai alat
penilaian, teori ini memiliki beberapa kekurangan.

Tidak ada landasan yang memutlakkan bahwa dahulu kita pernah berada di alam ide.

Turnan dari yang pertama, kalaupun (jadi disumsikan teori ini benar) ternyata sebelum
lahir kita telah memiliki pengetahuan, maka persoalannya adalah apakah pengetahuan kita saat
ini selaras denga pengetahuan kita sewaktu di alam ide. Kalau dikatakan selaras, apa yang dapat
dijadikan bukti.

Ketiga, tidak diterangkan dimanakah ide dan material itu menyatu (saat manusia belum
dilahirkan), dan mengapa disaat kita lahir, tiba-tiba pengetahuan itu hilang. Kalau dikatakan
material kita terlalu kotor untuk menampung ide, maka mengapa saat ini kita bukan saja
memiliki ide, tetapi bahkan mampu mengembangkan ide disaat material kita justru semakin
kotor.
3. Empirisme
Doktrin empirisme berdasarkan pada pengalaman dan persepsi inderawi. Oleh karena itu,
kebenaran dalam doktrin ini adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra manusia. Bangunan
sains kita pada hari ini sangat kental nuansa empirisme. Tetapi empirisme memiliki kekurangan
sebagai berikut :


Indera terbatas. Mata misalnya memiliki daya jangkau penglihatan yang berbeda. Begitu
telinga dan indera lainnya. Olehnya, indera hanya bisa menangkap hal-hal yang bersifat terbatas
atau material pula. Makanya fenomena penyembahan dan jatuh cintah misalnya, tidak dapat
dijawab dengan teMakanya fenomena penyembahan dan jatuh cintah misalnya, tidak dapat
dijawab dengan tepat oleh kaum empiris.

Indera dapat mengalami distorsi. Sebagai contoh terjadinya fatamorgana atau pembiasan
benda pada dua zat dengan kerpatan molekul berbeda. Ketika kita masukkan pensil dalam gelas
berisi air kita akan melihanya bengkok karena kerpatan molekul air, gelas dan udara sebagai
medium berbeda. Padahal jika kita periksa ternyata pensil tetap lurus.

Anda mungkin juga menyukai