Anda di halaman 1dari 19

RESPONSI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. KA

Umur

: 25 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Status

: Menikah

Alamat

: Janapria, Lombok Tengah

Suku

: Sasak

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Petani

No RM

: 5516209

MRS

: 8 Maret 2015

Waktu Pemeriksaan

: 9 Maret 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Berdebar-debar

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUP NTB dengan keluhan dada berdebardebar sejak pukul 09.00 WITA (tanggal 8 Maret 2015). Keluhan tersebut
dirasakan tiba-tiba ketika pasien sedang beristirahat, keluhan dirasakan
sepanjang hari, dan memberat pada pukul 18.30 WITA (tanggal 8 Maret
2015). Selama keluhan tersebut, pasien menyangkal mengalami pingsan.
Karena keluhan tersebut pasien dibawa berobat ke RSUP NTB.
Pasien juga mengeluhkan sesak nafas, sesak dirasakan setelah pasien
merasa dadanya berdebar-debar, sesak tidak disertai bunyi ngik, sesak
dirasakan terus-menerus dan tidak membaik dengan

perubahan posisi,

merasa sesak berkurang ketika tidur dengan lebih dari satu bantal (-), sering
terbangun pada malam hari ketika tidur (-), keluhan sesak disertai batuk
disangkal oleh pasien.

Selain itu, pasien juga mengeluh mual yang dirasakan sejak pagi,
muntah (+) sejak pagi, muntah lebih dari 5 kali, berwarna jernih kekuningan
dan bercampur dengan makanan. Keluhan nyeri dada disangkal oleh pasien,
keluhan kaki bengkak (-), sesak ketika tidur (-), merasa cepat lelah ketika
bekerja (-).
BAK normal dengan frekuensi 4-5 kali sehari, berwarna kuning
jernih, jumlah 1 gelas belimbing setiap kali BAK. BAB normal dengan
frekuensi 1 kali/hari, berwarna kuning-kecoklatan, riwayat BAB merah atau
kehitaman disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu :


o

Pasien memiliki riwayat keluhan serupa sejak 7 bulan yang lalu

Riwayat HT (-), DM (-), asma (-)

Riwayat penyakit ginjal (-)

Riwayat batuk lama (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


o

Keluhan serupa (-)

Riwayat HT (-), DM (-), asma (-)

Riwayat penyakit ginjal (-)

Riwayat batuk lama (-)

Riwayat Pengobatan :
Pasien pernah berobat ke RSUD Praya karena keluhan serupa dan
dirawat di ICU sebanyak 3 kali, pada bulan Agustus, September, dan Oktober
2014. Pada bulan desember 2104 pasien pernah dirawat di RSUP NTB dan
mendapat terapi dengan kejut jantung serta di rawat di ICCU.

Riwayat Pribadi dan Sosial :


Pasien merupakan kepala rumah tangga, bekerja sebagai petani.
Pasien memiliki riwayat minum kopi sejak remaja, 3 gelas perhari. Memiliki

riwayat merokok sejak usia 14 tahun. Sekarang pasien sudah berhenti minum
kopi dan merokok.
III. PEMERIKSAAN FISIK
o

Keadaan umum

: Sedang, tampak sesak

Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: E4V5M6

Tensi

: 100/60 mmHg

Nadi

: 160 x/menit, reguler

Pernapasan

Suhu

: 36,9 oC

Status gizi

: 26 x/menit

BB : 50 kg

TB : 160 cm

BMI : 19,5 (normal)

Status General :
Kepala :

Ekspresi wajah : normal

Bentuk dan ukuran : normal

Rambut : berwarna hitam, masih lebat

Edema (-)

Malar rash (-)

Parese N VII (-)

Hiperpigmentasi (-)

Nyeri tekan kepala (-)


Mata :

Simetris

Alis : normal

Exophtalmus (-)

Ptosis (-)

Nistagmus (-)

Strabismus (-)

Edema palpebra (-)

Konjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-), hiperemis (-)

Pupil : isokor, bulat, refleks cahaya (+/+), diameter 1 mm/1


mm

Kornea : normal

Lensa : normal, katarak (-)


Telinga :

Bentuk : normal, simetris

Lubang telinga : normal, sekret (-)

Nyeri tekan tragus (-)

Pendengaran : kesan normal


Hidung :

Simetris, deviasi septum (-)

Napas cuping hidung (-)

Perdarahan (-), sekret (-)

Penciuman normal
Mulut :

Simetris

Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips


breathing (-)

Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)

Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)

Gigi : caries (+), karang gigi (-)

Mukosa normal
Leher :

Kaku kuduk (-)

Scrofuloderma (-), pembesaran KGB (-)

Trakea : ditengah

Peningkatan JVP (-)

Otot sternocleidomastoideus tidak aktif, hipertrofi (-)

Pembesaran nodul thyroid (-)


Thorax :

Inspeksi
-

Bentuk dan ukuran dada normal, simetris

Permukaan dinding dada : massa (-), scar (-), spider navy (-)

Fossa intra dan supraklavikula cekung simetris.

Fossa jugularis : trakea di tengah.

Iga dan sela iga normal, simetris

Otot bantu pernapasan tidak aktif

Respiratory rate 26 x/menit, teratur.

Iktus kordis terlihat pada ICS VII aksila anterior

Palpasi
-

Edema (-), thrill (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), massa (-),
denyutan (+).

Posisi mediastinum : trakea ditengah

Iktus kordis teraba melebar di ICS V-VII aksila anterior

Pengembangan dinding dada simetris

Vocal fremitus simetris

Perkusi
-

Sonor pada kedua lapang paru.

Batas paru-jantung :
Kanan : ICS II parasternal dextra
Kiri : ICS VI axilla anterior

Batas paru-hepar :
Ekspirasi : ICS VI
Inspirasi : ICS VII

Auskultasi
-

Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-), tes bisik (-), tes
percakapan (-)

o Abdomen :
1. Inspeksi : distensi (-), sikatrik (-), vena kolateral (-), caput medusa
(-), scar (-)
2. Auskultasi : BU (+) N, borborigmy (-), metalic sound (-)
3. Perkusi : timpani (+), pekak beralih (-).
4. Palpasi : nyeri tekan (-), H/L/R tidak teraba.
o Ekstremitas Superior :
1. Telapak tangan : hangat, eritema palmaris (-/-)
2. Clubbing finger (-/-)
3. Sianosis (-/-), petechie (-/-)
4. Edema (-/-)
o

Ekstremitas Inferior :
1. Telapak kaki : hangat, deformitas (-/-)
2. Clubbing finger (-/-)
3. Sianosis (-/-), petechie (-/-)
4. Edema (-/-)

o Genitourinaria : tidak dievaluasi

RESUME
Pasien laki-laki, usia 25 tahun, datang dengan palpitasi sejak pukul
09.00 WITA (Tanggal 8 Maret 2015, dirasakan tiba-tiba ketika pasien sedang
beristirahat, keluhan dirasakan sepanjang hari, dan memberat pada pukul
18.30 WITA (tanggal 8 Maret 2015). Pasien juga mengeluhkan sesak nafas,
tidak disertai wheezing, dirasakan terus menerus, tidak membaik dengan
perubahan posisi, merasa sesak berkurang ketika tidur dengan lebih dari satu
bantal (-), sering terbangun pada malam hari ketika tidur (-), keluhan batuk
disertai sesak disangkal oleh pasien.
Pasien juga mengeluh mual yang dirasakan sejak pagi, muntah (+)
sejak pagi, lebih dari 5 kali, berwarna jernih kekuningan dan bercampur
dengan makanan. Nyeri dada(-), keluhan kaki bengkak (-), sesak ketika tidur
(-), merasa cepat lelah ketika bekerja (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: sedang, tampak
sesak, kesadaran: compos mentis, GCS: E4V5M6, tensi : 100/60 mmHg, nadi:
160 x/menit, pernapasan: 26 x/menit, suhu: 36,9 oC, status gizi: normal. Iktus
kordis melebar.
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kimia Klinik
Parameter
HGB
RBC
HCT
WBC
MCV
MCH
MCHC
PLT
GDS
Kreatinin
Ureum
SGOT
SGPT
Na
K

08/03/15
14,6
5,56
43,1
7,29
77,5
26,3
33,9
382
88
0,8
34
40
43
137
4,3

Normal
11,5-16,5 g/dL
4,0-5,0 10^6/uL
37-45 [%]
4,0 11,0 [10^3/ L]
82,0 92,0 [fL]
27,0-31,0 [pg]
32,0-37,0 [g/dL]
150-400 [10^3/ L]
<160
0,9-1,3
10-50
<40
<41
135-146 mmol/l
3,4-5,4 mmol/l

Cl

101

95-108 mmol/l

Hasil EKG 8 Maret 2015

Interpretasi EKG :
Irama : Supra ventikular takikardia
Frekuensi : 200 x/menit
Axis : Normal
P. Interval : tidak terlihat gelombang P
Interval QRS : 0.08 detik
ST depresi : ST elevasi : -

Hasil Foto Thorax 8 Maret 2015

Interpretasi foto thorax:


-

Identitas : sesuai, tanggal 8 Maret 2015

Proyeksi : AP posisi supine

Soft tissue : normal, tidak terdapat emfisema subkutis, tidak ditemukan


masa

Tulang: intak, fraktur (-), deformitas (-), tidak ada pelebaran sela iga

Trakea : ditengah (normal)

Hilus : tidak ada pembesaran hilus

Sudut costofrenikus kanan dan kiri tajam

Cor: tampak pembesaran jantung, dengan CTR >50% dan pinggang jantung
menghilang. Apeks jantung bergeser ke lateral kaudal.

Hemidiafragma kanan & kiri : bentuk kubah

Pulmo : tidak terdapat infiltrat, tidak terdapat perselubungan

Kesan : cardiomegaly dengan hipertrofi atrium dan ventrikel kiri

3. IDENTIFIKASI MASALAH
Subjective

Objective

Berdebar

RR : 26 x/menit

Sesak

Nadi : 160x/menit

Mual dan muntah

4. ASSESSMENT
Diagnosis fungsional: Supra Ventikular Takikardia
Diagnosis etiologi:
Diagnosis anatomi: hipertrofi ventrikel kiri
5. PLANNING TERAPI

Medikamentosa
o

O2 nasal canul 3 lpm

IVFD normal saline 20 tpm

Drip tiaryt 100 mg dalam 100 cc NS habis dalam 10 menit

Tiaryt 300 mg

dalam 50 cc NS habis dalam 6 jam,

menggunakan syringe pump


Tiaryt 600 mg dalam 50 cc NS habis dalam 18 jam,

menggunakan syringe pump

Non-medikamentosa
o

Manuver vagal

Balance cairan

Monitoring : Keadaan umum, tanda vital, dan keluhan.

6. USULAN PEMERIKSAAN

Foto rontgent

EKG

TSH, FT4

7. PROGNOSIS
*

Ad vitam: dubia ad malam

10

Ad functionam: dubia ad malam

Ad sanactionam: dubia ad malam

11

FOLLOW UP
Tgl
8/03/15

S
Berdebar (+),
sesak (+), mual
(+), muntah (+)

O
TD : 110/80
N : 72 x
RR : 20
Tax : 36,6
Iktus kordis melebar

A
SVT

P
O2 nasal canul 3 lpm
IVFD normal saline
20 tpm
Drip tiaryt 100 mg
dalam 100 cc NS
habis dalam 10 menit
Tiaryt 300 mg dalam
50 cc NS habis dalam
6 jam, menggunakan
syringe pump
Tiaryt 600 mg dalam
50 cc NS habis dalam
18 jam, menggunakan
syringe pump

Terlampir di atas
9/03/15

Berdebar (-), TD : 110/80


sesak (-), mual N : 72 x
(-), muntah (-) RR : 20
Tax : 36,6
Iktus kordis melebar

10/3/15

SVT

Tiaryt tab 2 x 1 tab

BPL

BAB II

12

PEMBAHASAN
II.I Analisis Kasus
Palpitasi : dapat diakibatkan oleh kontraksi jantung yang cepat, pada pasien
ini takikardi diakibatkan oleh kontraksi dari supraventrikuler yang dapat
disimpulkan dari gambaran ekg 12 sadapan. Dimana proses dari supraventrikuler
takikardi pada pasien terjadi akibat proses re-entry impuls yang kemungkinan
diakibatkan oleh AV block.
Sesak : merupakan proses kompensasi terhadap oksigen demand yang
meningkat akibat kontraksi jantung yang kurang adekuat dalam memompakan
darah ke seluruh tubuh.
II.II Pendahuluan
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal impuls atau
gangguan konduksi yang menyebabkan perubahan dalam urutan normal aktivasi
atrium hingga ventrikel1.
Takikardia adalah suatu kondisi yang ditandai denyut jantung melebihi 100
kali denyutan permenit. Denyutan jantung yang cepat dengan irama sinus seringkali
merupakan respon fisiologis (stress, hipoksia, demam, nyeri, hipovolemia). Tetapi
denyut yang cepat dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung (takiaritmia).
Takiaritmi melebihi 150 kali permenit dapat menurunkan curah jantung dan
meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium2.
II.III Klasifikasi Takikardia2
a. Kompleks QRS sempit ( 0,12 detik) (supraventricular tachycardia/SVT)

Sinus takikardia

Atrial fibrilasi

Atrial flutter

Re-entry nodus av

Takikardi dimediasi jalur aksesoris

Takikardi atrium

Multifocal atrial tachycardia

13

Junctional tachycardia (jarang pada dewasa)

a. Kompleks QRS lebar ( 0,12 detik)

Ventrikular takikardi dan ventrikular flutter

SVT dengan aberant

Takikardia pre-eksitasi (WPW syndrome)

Irama pacu ventrikel

Takikardi dengan QRS Sempit


a. Sinus takikardi
Umumnya terjadi akibat stimulus fisiologis (demam, anemia, hipotensi). Sinus
takikardi didefinisikan sebagai denyut jantung lebih dari 100 kali permenit.
Pada sinus takikardi tidak diperlukan tatalaksana iram jantung, tatalaksana
ditujukan untuk mengatasi penyebab yang mendasari terjadinya takikardi.2
b. Atrial fibrilasi
Pada EKG terlihat gelombang yang sangat tidak teratur dan cepat sekali,
mencapai 300 -500 kali permenit dan sering kali ditemukan pulsus deficit. Pada
atrial fibrillation beberapa signal listrik yang cepat dan kacau "menyala" dari
daerah-daerah yang berbeda di atrium, dari pada hanya dari satu daerah pemacu
jantung di SA node. Signal-signal ini pada gilirannya menyebabkan kontraksi
ventricle yang cepat dan tidak beraturan. Penyebab-penyebab dari atrial
fibrillation termasuk serangan jantung, tekanan darah tinggi, gagal jantung,
penyakit katup mitral (seperti mitral valve prolapse), tiroid yang aktif berlebihan,
gumpalan darah di paru (pulmonary embolism), alkohol yang berlebihan,
emphysema, dan radang dari lapisan jantung (pericarditis)3,4.
c. Atrial flutter
Gambaran terlihat baik pada sadapan II, III, dan aVF seperti gambaran
gigi gergaji, kelaianan ini dapat terjadi pada kelainan katub mitral atau

14

tricuspid, cor pulmonal akut atau kronis, penyakit jantung koroner dan dapat
juga akibat intoksikasi digitalis3,4.
d. Supraventricular takikardi
Sebagian besar SVT reguler disebabkan oleh re-entry. Irama dikatakan
berasal dari supraventrikular jika kompleks QRS sempit atau kompleks QRS
lebar tapi telah diketahui adanya bundle branch block atau aberansi
sebelumnya. Sirkuit re-entry yang menghasikan SVT dapat muncul pada
miokardium atrium (menghasilkan atrial fibrilasi, atrial flutter, dan beberapa
bentuk takikardi atrium). Sirkuit re-entry juga dapat berada pada nodus av
sehingga menghasilkan av nodal re-entry takikardi (AVNRT) jika kedua
tungkai sirkuit re-entry berada dalam jaringan nodus av atau av re-entry
takikardi (AVRT) jika salah satu tungkai sirkuit re-entry melibatkan jalur
aksesoris dan yang lain melibatkan nodus av. Ciri-ciri AVNRT dan AVRT ini
memiliki awitan dan terminasi mendadak sehingga gelombang P sukar dilihat2.
Takikardi Kompleks QRS Lebar
Takikardi kompleks QRS lebar dapat reguler mupun ireguler, apabila
reguler kemungkina ventrikel takikardi atau SVT dengan aberan. Ireguler
kemungkinan atrial fibrilasi dengan aberan, atrial fibrilasi pre eksitasi atau VT
polimorfik atau torsades de pointes2.

15

II.IV Algoritma Penatalaksanaan Takikardi


Nilai kesesuaian dengan kondisi klinis.
HR 150 kali permenit

Identifikasi dan atasi penyebab


- Jaga patensi jalan napas, bantu
napas jika perlu
- Oksigen (jika hipoksemia)
- Identifikasi irama, monitor TD
dan oksimetri

Apakah takiaritmia menyebabkan :


1. Hipotensi ?
2. penurunan kesadaran ?
3. tanda-tanda syok ?
4. nyeri dada iskemik ?
5. gagal jantung akut ?

Synchronized cardioversion
1. Pertimbangkan sedasi
2. Jika QRS sempit dan reguler
pertimbangkan adenosin

tidak
ya
QRS lebar

tidak
-

Akses IV dan EKG 12 sadapan jika


tersedia
Pertimbangkan adenosin jika QRS
reguler dan monomorfik
Pertimbangkan konsultasi ahli

Akses IV dan EKG 12 sadapan jika


tersedia
Mauver vagal
Pertimbangkan adenosin (QRS
kompleks teratur)
Beta blocker atau CCB
Pertimbangkan konsultasi ahli

16

Kardioversi, rekomendasi dosis inisial


QRS sempit teratur : 50-100 J
QRS sempit tidak teratur : 120-200 J bifasik atau 200 J monofasik
QRS lebar teratur : 100 J
QRS lebar tidak teratur : dosis defibrilasi
Adenosin IV
Dosis I : 6 mg IV bolus cepat, diikuti dengan flush NS
Dosis II : 12 mg IV jika diperlukan
Obat antiaritmia
Amiodaron IV: dosis inisial 150 mg dalam 10 menit, dapat diulang bila
terjadi VT kembali. Dosisi rumatan 1 mg/menit untuk 6 jam pertama.

Algoritma Takikardi
1. Evaluasi awal dan tatalksana umum takiaritmia
ketika menghadapi pasien dengan takikardi, upaya pertama yang harus
dilakukan adalah menentukan gejala klinis yang ada memang disebabkan
oleh takikardi atau sekunder dari kondisi klinis lain yang mendasari.
Evaluasi awal meliputi evaluasi jalan nafas dan pernafasan hipoksemia
merupakan penyebab umum dari takikardi, beri oksigen dan bantuan
pernafasan bila diperlukan kemudian pasang monitor ekg dan evaluasi
tekanan darah dan saturasi oksigen. Jika gejala klinis memang diakibatkan
oleh kondisi takikardi maka lakukanevaluasi kondisi pasien.
Evaluasi apakah pasien memiliki kondisi yang stabil atau tidak stabil, jika
ditemukan salah satu tanda tidak stabil maka pasien tergolong tkikardi tidak
stabil dan berikut tanda pasien tidak stabil :
-. Hipotensi
-. Penurunan kesadaran (akut)
-. Tanda-tanda syok
-. Nyeri dada iskemik
-. Gagal jantung akut
2. Takikardi Tidak Stabil
Takikardi dengan hemodinamik tidak stabil memerlukan usaha cepat
mengatasi takikardidengan terapi listrik (kardioversi synchronized). Pasien
yang tidak stabil dengan gambaran irama takikardi kompleks QRS lebar

17

harus dianggap sebagai VT dan segera dilakukan kardioversi. Pasien dengan


kompleks QRS sempit teratur, dapat dipertimbangkan pemberian adenosine
sebelum di kardioversi terutama jika pasien tidak hipotensi.
3. Takikardi Stabil
Pada takikardi stabil makka kita dapat melakukan pemasangan EKG 12
sadapan dan menentukan kompleks QRS dan terapi
a. Takikardi Stabil Kompleks QRS sempit teratur
Manuver Vagal karena dengan maneuver vagal kita dapat
mengurangi dari denyut kontraksi ventrikel yang deilakukan dengan
cara pijat sinus karotis. Kontraindikasi dilakukan pijat sinus karotis
jika pasien, riwayat infark miokard, riwayat TIA dalam 3 bulan
terakhir, riwayat ventricular fibrillation atau ventricular tachycardia,
dan adanya bruit pada arteri karotis.
Adenosin jika tidak berhasil dengan maneuver vagal dapat diberikan
adeosisn 6 mg iv secara cepat dengan flush cairan salin 20 ml. jika
irama tidak berubah dalam 1 hingga 2 menit maka dapat diberikan
adenosine 12 mg dan pemberian adenosisn 12 mg dapat diulang
sekali lagi jika tidak ada perubahan jika terjadi rekuren atau tidak
merespon dapat diberikan kalsium kanal blocker dan Beta blocker
Takikardi QRS sempit tidak teratur sebagian besar diakibatkan oleh
atrial fibrillation dimana kardioversi pada pasien atrial fibrillation
yang stabil dikontraindikasian dan indikasi terapi mengatur irama
dengan penggunaan beta blocker dan kalsium kanal blocker non
dihidropiridin seperti diltiazem. Digoksi dan amiodarone dapat juga
digunakan sebagai pengatur irama.
b. Takikikardi Stabil Kompleks QRS lebar teratur
Jika pasien mengalami perubahan kondisi menjadi tidak stabil atau
menjadi VF atau menjadi VT polimorfik segera lakukan defibrilasi.
Penggunaan digoksin dikontraindikasikan pada pasien dengan VT
yang irama irregular atau polimorfik. Digoksin relative aman untuk
digunakan, karena SVT dapat mengakibatkan gelombang QRS yang
lebar pada ksus SVT dengan aberensi maka perlu dibedakan antra
SVT dan VT pada gambaran EKG dan dapat diberi digoksin jika
irama membaik maka kasus tersebut kemungkinan SVT
Takikardi QRS lebar tidak teratur

18

Biasanya pada QRS lebar tidak teratur diakibatkan oleh atrial


fibrillation dengan konduksi aberan, atrial fibrillation pre-eksitasi
atau VT polimorfik.

19

Anda mungkin juga menyukai