Asuhan Keperawatan Kelurga Dengan Napza
Asuhan Keperawatan Kelurga Dengan Napza
1. Definisi
NAPZA : narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Beberapa jenis NAPZA yang populer digunakan di Indonesia :
Putau : tergolong heroin yang sangat membuat ketergantungan, berbentuk bubuk.
Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berbentuk tanaman yang dikeringkan.
Shabu-shabu: kristal yang berisi methamphetamine.
Ekstasi: methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul.
Pil BK, megadon dan obat-obat depresan sejenis.
Pada awalnya, zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang rasa sakit. Namun
apabila zat-zat ini digunakan secara tetap, bukan untuk tujuan medis atau yang digunakan
tanpa mengikuti dosis yang seharusnya, serta dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan
sikap hidup masyarakat, maka disebut penyalahgunaan NAPZA (drug abuse).
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com.
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain istilah
Narkoba juga dikenal istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.
Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai
risiko kecanduan.
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan
akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah
memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997
tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.
Berdasarkan jenisnya Napza memiliki tiga katergori:
PSIKOTROPIKA
NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi pengguannya. Pengaruh tersebut
berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya
khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Jenis -jenis
narkoba yang termasuk narkotika:
OPIOID (OPIAD)
KOKAIN
GANJA
BAHAN BERBAHAYA
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau Zat-zat
baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan. Adapun yang termasuk zat adiktif
pada kategori ini antara lain:
MINUMAN KERAS/ALKOHOL
NIKOTIN
INHALANSIA
ZAT DESAINER
www.smu_net.com
Jadi NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik ditelan
melalui mulut, dihirup melalui hidung maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimia
itu dapat mengubahpikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian
terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan/atau psikologis.
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya Napza adalah singkatan dari
Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
Narkotika secara farmakologik adalah opioida, tetapi menurut UU no 22, tahun 1997
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian
yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau fermentasi tanpa
distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan
bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan
etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan
Yang dimaksud dengan narkotika meliputi :
1. Golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan lain-lain
2. Golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan lain-lain
3. Golongan Koka : kokain, crack.
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol (Etil alkohol).
Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabu-shabu,
LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis.
Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem, nikotin, kafein).
Zat psikotropika yang sering disalahgunakan (menurut WHO 1992) adalah :
1. Alkohol : Semua minuman beralkohol
2. Opioida : heroin, morfin, pethidin, candu
3. Kanabinoida : Ganja, hashish.
4. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack.
6. Stimulansia lain, termasuk kafein, ectasy, dan shabu-shabu
7. Halusinogenika : LSD, mushroom, mescalin
8. Tembakau (mengandung nikotin).
9. Pelarut yang mudah menguap seperti aseton dan lem.
10. Multipel (kombinasi) dan lain-lain, misalnya kombinasi heroin dan shabu-shabu, alkohol
dan obat tidur.
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
Narkoba adalah obat, bahan, Zat bukan makanan, yang Jika diminum, dihisap, dihirup,
ditelan atau disuntikan, Berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan Syaraf pusat ) dan
seringkali menyebabkan ketergantungan. Yang tergolong narkoba adalah : Narkotika,
Psikotropika dan zat Adiktif lain, termasuk minuman beralkhohol. Penyalahgunaan narkoba
adalah penggunaan narkoba bukan untuk maksud pengobatan, tetapi agar dapat menikmati
pengaruhnya
Situs Resmi RSPI - SS 2003 - 2007
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta
email : info@infeksi.com
2. Etiologi
semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi
dengan kelompok teman yang lebih populer, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, sosial
dan akademik, dapat menyebabkan frustrasi dan mencari kelompok lain yang dapat
menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku
dan norma yang mendukung penyalahgunaan NAPZA dapat muncul.
Faktor kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai pemicu.
Indonesia yang sudah mendjadi tujuan pasar narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini
dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melansir bahwa para penjual
narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD.
Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil tentunya dengan berbagai kendalanya
juga turut menyuburkan usaha penjualan NAPZA di Indonesia.
Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satu
berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan NAPZA. Ada faktor yang memberikan
kesempatan, dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu,
penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang tua.
(rt)
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com
Mengapa orang menyalahgunakan NAPZA ?
Ada beberapa alasan mengapa orang menyalah-gunakan NAPZA, yaitu dorongan dari diri
sendiri, dari lingkungan, dan dari NAPZA itu sendiri. ALASAN-ALASAN YANG
BIASANYA BERASAL DARI DIRI SENDIRI SEBAGAI PENYEBAB
PENYALAHGUNAAN NAPZA ANTARA LAIN:
Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai
akibatnya.Keinginan untuk bersenang-senang.
Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.
Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok.
Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup.
Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan ketagihan.
Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok
pergaulan untuk menggunakan NAPZA.
Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA.
Kalau kita perhatikan dengan baik sebab-sebab penyalahgunaan NAPZA, maka jelas bahwa
pendorong utamanya terletak pada diri sendiri: tidak bisa menolak, mudah terpengaruh, ingin
coba-coba tanpa memikirkan akibat, dll. Nah darisini kan jelas masalahnya adalah banyak
remaja tidak percaya diri sehingga mudah terpengaruh dan tidak berpikir kritis tentang akibat
NAPZA terhadap masa depan. Karena itu mari kita mulai membangun kepercayaan diri yang
lebih tinggi dan selalu berpikir dua kali secara kritis tentang akibat dari pilihan-pilihan kita.
Kreatiflah mencari berbagai kegiatan lain yang lebih sehat dan berguna. Bukankah ciri anak
muda itu selalu berpikir kreatif.
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet
3. Manifestasi klinis
CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA
Ciri-ciri pengguna Napza:
Fisik
Berat badan turun drastis.
Buang air besar dan kecil kurang lancar.
Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas
luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
Emosi
Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang.
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap
anggota keluarga atau orang di sekitarnya.
Nafsu makan tidak menentu.
Sangat sensitif dan cepat bosan.
Perilaku
Bicara cedal atau pelo.
Jalan sempoyongan
Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
Mengalami jantung berdebar-debar.
Mengalami nyeri kepala.
Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
Mengeluarkan air mata berlebihan.
Mengeluarkan keringat berlebihan.
Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
Selalu kehabisan uang.
Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala "putus zat".
Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan.
Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang
lewat tengah malam.
Sering mengalami mimpi buruk.
Sering menguap.
Cenderung menarik diri dari acara keluarga dan lebih senang mengurung dikamar
Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti
saat membutuhkan uang untuk beli obat.
Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barangbarang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang
hilang.
Takut air, jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka jadi malas mandi.
Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap,
kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya.
Menghindar dari tanggung jawab yang sesuai, malas menyelesaikan tugas rutin dirumah
Gejala sakaw atau putus obat:
Bola mata mengecil
Hidung dan mata berair
Bersin-bersin
Menguap
Banyak keringat
Mual-mual
Muntah
Diare
Nyeri otot tulang dan persendian
OVERDOSIS
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat. OD
sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu
singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama
alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat penenang
(valium, xanax, mogadon/BK).
Ciri-ciri Overdosis:
Tidak ada respons
Tidur mendengkur
Bibir dan kuku membiru
Tubuh dingin dan kulit lembab
Kejang-kejang
Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik
Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit
Penurunan kesadaran
CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA
Ciri-ciri ketergantungan NAPZA:
Keinginan yang tak tertahankan untuk mengkonsumsi salah satu atau lebih zat yang tergolong
NAPZA. Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan dengan batas toleransi tubuh yang
meningkat. Ketergantungan psikis, yaitu apabila penggunaan NAPZA dihentikan akan
menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lain. Ketergantungan fisik, yaitu apabila
pemakaian dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang disebut gejala putus zat
(withdrawal syndrome).
Akibat Penyalahgunaan NAPZA
Paling tidak terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan NAPZA yang berujung pada
menguatnya ketergantungan. Secara fisik: penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme
tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar
dan gejala putus obat. Keduanya menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-menerus
mengkonsumsi NAPZA.
Secara psikis: berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah,
malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara yang kemudian
ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi mental itu adalah dengan
mengkonsumsi lagi NAPZA.
Secara sosial: dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya
diawali dengan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga (lihat faktor
penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah
atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan si penyalahguna
bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga
Semua akibat ini berujung pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan NAPZA.
Beberapa dampak yang sering terjadi dari peningkatan ini adalah sebagai berikut.
Dari kebutuhan untuk memperoleh NAPZA terus-menerus menyebabkan penyalahguna
sering melakukan pelanggaran hukum seperti mencuri dan menipu orang lain untuk
mendapatkan uang membeli NAPZA.
Menurun bahkan menghilangnya produktivitas pemakai, apakah itu di sekolah maupun di
tempat kerja. Penyalahguna akan kehilangan daya untuk melakukan kegiatannya sehari-hari.
Penggunaan jarum suntik secara bersama meningkatkan resiko tertularnya berbagai macam
penyakit seperti HIV. Peningkatan jumlah orang dengan HIV positif di Indonesia akhir-akhir
ini berkaitan erat dengan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA.
Pemakaian NAPZA secara berlebihan menyebabkan kematian. Gejala over dosis pada
penyalahguna NAPZA menjadi lebih besar karena batas toleransi seseorang sering tidak
disadari oleh yang bersangkutan.
Dilihat secara lebih luas lagi, terutama dari segi kepentingan bangsa Indonesia,
penyalahgunaan NAPZA pada remaja jelas-jelas membawa dampak yang sangat negatif. (rt)
Ciri-ciri Pengguna NAPZA
Secara medis dan hukum, penyalahguna NAPZA harus melewati satu atau serangkaian tes
darah orang yang diduga menyalahgunakannya. Tetapi, sebagai orang tua dan guru,
penyalahguna NAPZA dapat dikenali dari beberapa ciri fisik, psikologis maupun perilakunya.
Beberapa ciri tersebut adalah sebagai berikut.
a. Fisik
Berat badan turun drastis.
Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman.
Buang air besar dan air kecil kurang lancar.
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan.
Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
Sering batuk-pilek berkepanjangan.
Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
Mengeluarkan keringat yang berlebihan.
Kepala sering nyeri, persendian ngilu.
b. Emosi
Sangat sensitif dan cepat bosan.
Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang.
Mudah curiga dan cemas
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar kepada orang
disekitarnya, termasuk kepada anggota keluarganya. Ada juga yang berusaha menyakiti diri
sendiri..
c. Perilaku
Malas dan sering melupakan tanggung jawab/tugas rutinnya.
Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
Di rumah waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar mandi,
ruang-ruang yang gelap.
Nafsu makan tidak menentu.
Takut air, jarang mandi.
Sering menguap.
Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya, misalnya
untuk membeli obat.
Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan
pulang lewat tengah malam.
Selalu kehabisan uang, barang-barang pribadinya pun hilang dijual.
Suka berbohong dan gampang ingkar janji.
Sering mencuri baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun pekerjaan.
Di samping itu, kondisi fisik penyalahguna NAPZA akan sangat mudah dikenali dalam
keadaan putus obat, terutama narkotika (seperti ganja, putau dan sejenisnya), yaitu dengan
ciri-ciri:
air mata berlebihan
banyaknya lendir dari hidung
pupil mata membesar
diare
bulu kuduk berdiri
sukar tidur
menguap
jantung berdebar-debar
ngilu pada sendi
Penting untuk diperhatikan, semua ciri-ciri di atas adalah indikator dari penyalahgunaan
NAPZA, tapi BUKAN ciri yang dapat menentukan apakah seseorang sudah
menyalahgunakan NAPZA. Artinya, perlu kehati-hatian dan kebijaksanaan untuk
menggunakan ciri-ciri itu untuk menuduh seseorang terlibat penyalahgunaan NAPZA. Ciriciri ini digunakan terutama untuk meningkatkan kewaspadaan serta perhatian orang tua dan
guru, untuk kemudian menindaklanjutinya dengan pemeriksaan darah pada lembaga yang
berwenang bila seseorang dicurigai (rt)
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com
Pengaruh atau efek NAPZA
NAPZA dapat dibedakan menurut efeknya pada pemakai, bahan-bahan dasarnya, maupun
cara pembuatannya. Menurut efeknya: NAPZA dapat dibedakan antara STIMULAN, yaitu
zat yang merangsang sistem syaraf pusat; DEPRESAN, menekan sistem syaraf pusat, dan
HALUSINOGEN, yang merubah daya persepsi/halusinasi. Dari bahan-bahan dasar maupun
cara pembuatannya, NAPZA dapat dibedakan antara:
Bahan alamiah yang berasal dari tanaman (poppy, ganja, kecubung, jamur, dll).
zat-zat lain. Contohnya pil psikotropika seperti ecstasy
Bahan buatan yaitu obat-obatan yang dibuat khusus untuk menimbulkan efek yang disukai
pemakai. Efek dari zat-zat ini sangat berbahaya bagi tubuh manusia, bahkan dapat
menyebabkan kematian jika dipakai sembarangan, misalnya dicampur dengan
Alkohol,Tembakau dan Inhalansia
Di Papua banyak sekali orang, termasuk remaja sudah tergantung pada alkohol dan rokok
(tembakau), juga mulai banyak menggunakan inhalansia seperti lem Aica Aibon. Tiga jenis
NAPZA itu sangat berbahaya, terutama bagi anak dan remaja.
Alkohol
adalah cairan yang mengandung zat Ethyl-. Alkohol digolongkan sebagai NAPZA karena
mempunyai sifat menenangkan sistem saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun
perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan,
walaupun juga dapat me-rangsang. Efek alkohol tidak sama pada semua orang tergantung
pada keadaan fisik, mental, dan lingkungan. Banyak orang mengatakan bahaya alkohol jauh
lebih besar daripada obat lainnya.
Tembakau
berasal dari tanaman Nicotania Tabacum. Nikotin dalam tembakau bersifat merangsang
jantung dan sistem saraf. Pada saat tembakau diisap, detak jantung bertambah dan tekanan
darah naik akibat nikotin itu. Tetapi bagi para perokok berat, merokok dapat bersifat
menenangkan. Zat lain adalah tar yang bisa menyebabkan kanker dan gangguan pernafasan.
Sedangkan zat lainnya adalah karbon monoksida dalam asap yang sangat berbahaya.
Pengaruh jangka panjang adalah gangguan pada paru-paru dan jantung. Gejala ketagihan
berupa pusing, gelisah, cemas, sulit tidur, gemetar atau lelah
PERJALANAN ALKOHOL
1. OTAK,
alkohol akan sampai di otak segera setelah kita minum. Alkohol ini akan selalu dibawa darah
melalui otak sampai hati kita mengoksidasi (membakar)nya
2. PERUT/USUS BESAR
sebagian kecil dari alkohol menembus dinding perut dan masuk ke aliran darah, tetapi
sebagian besar masuk ke dalam usus kecil (intestin)
3. USUS KECIL,
dengan cepat alkohol diserap oleh dinding usus kecil ke dalam aliran darah
4. HATI,
berfungsi untuk membakar alkohol dengan kecepatan 1 ons/jam. Pembakaran ini merupakan
proses mengubah alkohol menjadi air. Tubuh kita lalu mengeluarkan air melalui air seni dan
untuk membangun komunikasi yang baik antara anggota keluarga. Selain untuk
menghilangkan kesalahpahaman, agar dapat lebih mengetahui kepribadian anaknya juga
mampu cepat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anaknya. Hal ini penting karena
dari hasil penelitian terungkap bahwa ada tipe kepribadian tertentu dari anak yang lebih
berpeluang terjebak napza. Pengabaian orang tua akan kepribadian, kebutuhan, dan
kemampuan anak akan membuatnya 'lari' kepada temannya. Dan, terbukalah peluang anak
terpengaruh napza.
Ketiga, adanya rasa saling menghargai sesama anggota keluarga. Sering kali dengan segala
'kekuasaannya', orang tua memaksa si anak agar mematuhi kehendaknya dan mengabaikan
keberadaan anak sebagai seorang individu. Padahal sesungguhnya rasa hormat anak terhadap
orang tua dan kewibawaan orang tua dapat ditegakkan dengan cara memberikan apresiasi
terhadap keberadaan anak. Di sisi lain, pengakuan akan keberadaan dan 'keakuan' anak akan
membuat anak menemukan jati dirinya.
Berani menilai diri
Bila memang serius ingin meningkatkan derajat kesehatan dengan memberantas mewabahnya
napza di negeri ini, hendaknya kita tidak lagi hanya sibuk untuk mencerca lingkungan
sebagai biang 'ketertarikan' anak-anak kita akan napza. Memang, menyalahkan lingkungan
itu cara yang paling mudah. Bukankah lingkungan tidak mampu membela diri? Namun, itu
tidak akan menyelesaikan masalah.
Saat ini, hendaknya masing-masing dari kita mulai 'berani' untuk menilai diri dan keluarga
sendiri. Sudahkah sebagai orang tua kita mampu membuat keluarga jauh lebih dominan
dibandingkan dengan lingkungan? Sudahkah orang tua mampu membuat anaknya mau
berkomunikasi secara lebih terbuka tentang kehidupan dan lingkungan pergaulan mereka?
Sudahkah orang tua berhasil membangun ketahanan keluarganya. Sudahkah orang tua
berhasil membentuk keluarga yang bahagia dan sehat?
nasional-m@polarhome.com
Mengatasi Rasa Rendah Diri, Stres dan Emosi
Rendah diri adalah keadaan ketika seseorang tidak dapat menghargai dan menerima diri
sendiri ejajar dengan orang lain dan selalu merasa punya kekurangan. Banyak masalah yang
dialami oleh remaja yang berasal dari keadaan rasa rendah diri itu. Masalah-masalah tersebut
antara lain:membolos, penyalahgunaan NAPZA, berkelahi, mencuri menganggu orang lain,
melakukan hubungan seks sebelum menikah karena takut ditinggal pasangan, dan lain-lain.
iri-Ciri Rasa Rendah Diri:
Kesepian, tertekan, dan tidak bahagia
Sukar bergaul dengan orang lain
Takut ditolak orang
Mendekati orang terlalu hati-hati
Curiga pada orang lain
Tidak percaya bahwa dirinya memiliki kelebihan
Kesulitan untuk tampil di muka umum
Untuk apa rendah diri? Kita begitu tinggi nilainya di hadapan Tuhan sehingga kita harus
mengatasi rasarendah diri kita. Caranya:
Mampu mengontrol diri
Menghargai orang lain
Melihat kekurangan dan kelebihan diri(menyadari diri)
Menyatakan pikiran dan perasaan dengan bebas (komunikasi efektif)
Menghargai kemampuan dan kelebihan diri endiri
Bergaul dengan banyak teman (hubungan positif dengan sesama)
Mengikuti kegiatan-kegiatan positif untuk enemukan bakat-bakat kita
Berkomunikasi dengan Terbuka, Tegas (asertif) dan Mampu Menolak Ajakan (negosiasi)
Berkomunikasi secara terbuka dan Asertif adalah kemampuan menyampaikan apa yang
diinginkan dan dipikirkan kepada orang lain dengan menjaga perasaan pihak lain. Banyak
orang tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan tegas (asertif) karena takut terhadap
orang lain, takut jika dirinya tidak lagi disukai atau diterima di lingkungan kelompok atau
teman sebayanya. Meskipun remaja harus tetap bergaul dengan sesama teman tanpa memilihmilih, tetapi mereka juga harus menjaga agar pergaulan tidak merugikan dan membahayakan
diri sendiri dan lingkungannya. Sekuat apapun pengaruh dan ajakan dari pertemanan tersebut,
remaja harus tetap memiliki rasa percaya diri, berani menolak, dan bisa menilai secara kritis
hal-hal yang dapat merugikan dan membahayakannya, seperti:
Menolak ajakan yang tidak bermanfaat (mabuk, nonton film-film porno)
Menolak ajakan yang jelas merugikan dan melanggar kesopanan (mencuri, melakukan
hubungan seks di luar pernikahan)
Menolak ajakan untuk melakukan perbuatan yang menakutkan atau mencurigakan,
(mengedarkan NAPZA)
Menolak pengaruh atau ajakan teman tidak harus dilakukan dengan kasar atau marah, tetapi
dapat dilakukan dengan halus dan sopan, tetapi tegas dan dengan alasan yang masuk akal.
Dengan cara yang baik tetapi tegas (asertif), teman yang mengajak dapat mengerti dan akan
berhenti merayu atau memaksa. Carilah cara-cara dan alasan yang tepat untuk menolak, tanpa
menyakiti perasaan teman kita.
KIAT-KIAT MENOLAK AJAKAN
Untuk dihargai orang, tidak harus selalu mengikuti kemauan orang lain. Orang yang
berpendirian kuat biasanya lebih dihargai dan disukai teman-temannya.
Menolak ajakan harus disampaikan dengan jelas dan tegas. Katakan : Tidak, Terimakasih!;
atau Maaf, saya tidak bisa ikut, Maaf, saya tidak mau mencobanya.
Bila perlu atau merasa tidak nyaman, segeralah tinggalkan tempat berbahaya itu. Katakan :
Saya harus pergi, saya harus bertemu dengan seorang teman atau ada hal lain yang harus
saya kerjakan!
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH TERJADINYA
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah upaya Yang dilakukan terhadap factor-faktor
yang Berpengaruh atau penyebab, baik secara langsung Maupun tidak langsung, Agar
seseorang atau sekelompok masyarakat Mengubah keyakinan, sikap dan perilakunya
sehingga Tidak memakai narkoba atau berhenti memakai narkoba Keluarga adalah
lingkungan pertama & utama dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan
perilaku seseorang terhadap penggunaan narkoba.
BANGUN KELUARGA HARMONIS
MENDENGARKAN SECARA AKTIF
Mendengarkan secara aktif menunjukan kasih sayang dan perhatian orangtua kepada anak.
Sikap orang tua yang menyebabkan anak berhenti atau menolak mencurahkan isi hatinya :
Menghakimi atau menuduh
Merasa benar sediri
Terlalu banyak memberi nasihat atau ceramah
Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban
Mengkritik atau mencela
Menganggap enteng persoalan anak
Hindari kata-kata negatif: harus, jangan, tidak boleh Gunakan kalimat terbuka yang tidak
membantu pembicaraan. contoh ;
Ayah mengerti bahwa hal itu tidak
detoksifikasi sendiri jarang cukup untuk membantu pecandu mencapai pantang zat jangka
panjang, bagi beberapa individu, detoksifikasi adalah awal yang penting untuk memulai
perawatan adiksi NAPZA.
Perawatan tidak perlu dimulai atas dasar kesukarelaan (pasien untuk sembuh) untuk bisa
efektif. Motivasi yang kuat akan mendukung proses pemulihan. Sangsi atau rayuan keluarga,
tempat kerja, atau sistem pengadilan kriminal dapat secara bermakna meningkatkan jumlah
pecandu yang mencari perawatan dan bertahan di perawatan, serta meningkatkan kesuksesan
perawatan kecanduan.
Kemungkinan penggunaan NAPZA selama perawatan harus dimonitor secara terus-menerus.
Kambuh menggunakan NAPZA dapat terjadi selama perawatan. Tujuan dari monitoring
penggunaan NAPZA dan alkohol pasien selama dalam masa perawatan, misalnya melalui
analisa urine atau test lainnya, dapat membantu pasien untuk menahan dorongan untuk
menggunakan NAPZA. Umpan balik kepada pasien yang positif hasil testnya menggunakan
NAPZA, adalah elemen penting dari monitoring ini.
Program perawatan harus memberikan pelayanan HIV/AIDS, Hepatitis B dan C,
tuberkulosis, dan penyakit menular lainnya, dan konseling untuk membantu pasien
memodifikasi atau mengubah perilaku yang menempatkan mereka atau orang lain pada
resiko terinfeksi. Konseling dapat membantu pasien menghindari perilaku resiko tinggi dan
konseling juga dapat membantu orang yang terinfeksi untuk mengurus penyakitnya.
Pemulihan dari kecanduan NAPZA dapat merupakan proses jangka panjang dan sering
membutuhkan beberapa episode perawatan. Seperti halnya dengan penyakit kronis lainnya,
kekambuhan penyakit menggunakan NAPZA dapat terjadi sementara atau setelah
tindak atau episode perawatan yang berhasil sekalipun. Pecandu bisa saja membutuhkan
perawatan yang cukup lama dan berulang-ulang guna mencapai abstinensi jangka panjang
dan berfungsi secara penuh kembali. Partisipasi dalam program-program bantu diri (dimana
pecandu dan keluarga mendukung diri sendiri) selama dan setelah perawatan sering sangat
membantu dalam mempertahankan pantang NAPZA (abstinensi).
Saat pecandu ada di pusat pemulihan, tidak terlalu banyak yang dikhawatirkan, tetapi
Saat mereka meninggalkan perawatan, masalah dahulu dan baru bisa mendadak kembali
muncul, dan kekambuhan sering terjadi, dan bukan tak mungkin menjadi fatal. Programprogram yang tidak mempertimbangkan perlunya Program Aftecare yang berkesinambungan
akan mempunyai efektivitas yang sangat terbatas. Komunitas, termasuk orangtua merupakan
komponen penting yang perlu tetap mempertahankan pemulihan pribadi dan keluarga mereka
yang pecandu. Bantu diri menuntut kemandirian dan hasrat untuk memperbaiki keadaan
pribadi.
Untuk mendownload materi Prinsip Perawatan Pecandu yang efektif, anda bisa langsung ke
www.drugabuse.gov/PODAT/PODATindex.html
MEMAHAMI PERAWATAN KECANDUAN SEBAGAI PENYAKIT JANGKA PANJANG
Menurut Prof Charles P O`Brien MD, A Thomas McLellan Ph-D, gangguan adiktif perlu
dilihat dalam kategori penyakit seperti penyakit lain yang menuntut perawatan jangka
panjang. Perawatan adiksi sama suksesnya dengan perawatan untuk tekanan darah tinggi,
diabetes, asma, dan karenanya perawatan adiksi akan sama cost effectivenya dengan
perawatan penyakit-penyakit kronis di atas.
Banyaknya masalah kesehatan masyarakat dan keamanan masyarakat terkait adiksi membuat
masyarakat, media dan pembuat keputusan putus asa mencari jalan keluar yang bertahan dan
permanen, dan kecewa bahwa tak ada jalan yang paling pasti menuju kesembuhan seorang
pecandu, terlebih bila mengalami masalah gangguan jiwa dan gangguan kepribadian sejak
awalnya. Seperti halnya merawat kondisi medis lain, tidak ada kata sembuh total dari adiksi
dan yang ada hanyalah pengendalian penyakit seperti halnya orang mengendalikan penyakit
diabetesnya. Pada saat yang sama, ada perawatan yang efektif dalam mengurangi penggunaan
NAPZA, memperbaiki fungsi kehidupan pasien, mengurangi kriminalitas dan biaya legal,
mencegah gangguan medis yang mahal. Mungkin perbedaannya terletak pada persepsi bahwa
diabetes, hipertensi dan asma adalah kondisi medis sementara adiksi dilihat sebagai masalah
sosial atau kecacatan karakter. Kita perlu dapat memahami bahwa adiksi sama parahnya
dengan penyakit lainnya yang kerap menuntut perawatan seumur hidup dan dapat kambuhkambuhan. Bukankah hipertensi juga bisa kambuhan, demikian pula asma dan diabetes?
Namun tidak merawat samasekali cuma akan meningkatkan resiko yang dapat
mengakibatkan masuknya penyakit-penyakit mahal yang dapat bertahan seumur hidup, serta
merusak organ tubuh yang penting untuk selamanya.
http://www.drugtext.org/library/articles/obrien01.htm ).
TERAPI NARKOBA
Banyak sudah upaya dilakukan para ahli medis maupun pakar rehabilitasi untuk mencari
jalan bagi penyembuhan pasien pecandu narkoba. Namun apakah semua model rehabilitasi
itu sesuai bagi semua orang? tentu saja tidak demikian. Karena setiap manusia itu unik, dan
setiap orang tidak bisa diperlakukan sama antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu kita
harus dapat memahami latar belakang dan dasar pemikiran sebuah model rehabilitasi, supaya
kita dapat memberikan evaluasi secara benar terhadap keberhasilan dan efektivitas sebuah
program rehabilitasi.
Keanekaragaman jenis rehabilitasi bagi para pecandu narkoba sangat bergantung pada
keanekaragaman obat-obatan yang disalahgunakan. Bahkan kondisi terapi juga sangat
bergantung pada karakteristik dari pengguna yang besangkutan. Karena seseorang menjadi
pecandu narkoba itu disebabkan oleh berbagai latar belakang yang sangat berbeda satu sama
lain. Apalagi ditambah dengan adanya penyimpangan perilaku sosial mereka yang membuat
upaya penanganan menjadi lebih sulit.
Praktek rehabilitasi terhadap pasien penyalahgunaan narkoba ini harus meliputi baik terapi
tingkah laku, terapi medis, terapi keagamaan, atau kombinasi dari semua terapi tersebut.
Bagaimanapun juga, tingkat keberhasilan dari setiap terapi yang diberikan juga tidak selalu
memberikan hasil yang sama bagi setiap orang. Karena itu, setiap proses rehabilitasi harus
selalu dievaluasi dan dikaji kembali efektifitasnya. Berikut ini beberapa pengertian yang
membuat kita lebih mengenali pengguna narkoba lebih dekat:
Ciri-Ciri Pengguna
Overdosis
Tahap Pengobatan
Terapi
Kiat-kiat Berubah
Pusat Rehabilitasi
KIAT-KIAT BERUBAH UNTUK PECANDU
KapanLagi.com - Kembali menjalani kehidupan normal bukan sesuatu yang mudah bagi
seorang pecandu, hal termudah untuk menghilangkan kebiasaan ngedrug adalah dengan tidak
mulai mengkonsumsinya sama sekali, tapi apakah semudah itu?
Jika hal tersebut sudah mulai menjadi keharusan, pemadat akan terus mengkonsumsi selama
hidupnya akan semakin sulit dihentikan dan makin membuatnya tergantung. Beberapa kiat
dibawah ini membantu para pencandu mengakhiri derita mereka, meskipun dukungan
lingkungan dan niat dari pencandu menjadi modal utama kesembuhan mereka.
Kiat-Kiat Berubah (Sembuh)
Hindari teman sesama pemakai
Jujur dan terbuka
Positif thinking
Hindari hal-hal yang mudah memancing stress
Sharing dengan orang yang dipercaya
Jangan konsumtif
Mencari kesibukan terbatas
Dalami spiritual
Sabar dan menerima keadaan apa adanyaKiat-Kiat Half Way House
Hindari teman pemakai NAPZA.
Upayakan tidak menjalin relasi intim.
Bagi waktu antara bermain dan di rumah (orangtua).
Jangan konsumtif dengan keperluan kosmetika.
Tetap berkomunikasi dan terbuka.
Hindari sifat fait a compli.
Usahakan tepat janji.
Kiat-Kiat Untuk Orang Tua
Pendengar yang baik
Penuh perhatian
Bijaksana membuat keputusan dan meminta pendapat
Tegar berdiskusi meskipun menyangkut perihal sensitif
Beri respons yang konstruktif
Beri pesan dengan jelas
Teladan dalam perilaku
TAHAP PENGOBATAN NARKOBA
PERTOLONGAN PERTAMA
Penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan makanan bergizi dalam
jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu
pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak
dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang.Menurunkan Risiko (Harm Reduction):
Menggunakan jarum suntik sekali pakai
Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet
Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
Yang harus dilakukan bila seseorang mabuk:
Jangan membiarkannya mengemudikan kendaraan
Beri dia minum air yang banyak
Coba ajak dia makan
Jangan biarkan dia sendirian
Jauhkan dia dari tempat-tempat berbahaya, seperti jalan raya, jembatan, balkon, kolam
renang, laut
Jika pecandu tak sadar (pingsan):
Periksa pernafasannya
Menjaga saluran pernafasan supaya tidak ada sumbatan
Baringkan dia pada sisi tubuhnya, jika muntah, sisa makanan tidak menyumbat saluran
pernafasan.
Gejala serius yang memerlukan perhatian medis:
Tidak sadar atau setengah sadar
Pernafasan yang lambat.
Kulit dingin, pucat atau membiru
www.smu_net.com
Kasus
Febri (bukan nama sebenarnya), salah satu remaja penderita HIV. Dia tertular HIV melalui
penggunaan IDU. Febri mengaku mulai memakai jarum suntik secara bergiliran pada 2002.
"Saat itu saya masih kelas 3 SMP. Saya suka mengonsumsi putauw. Suatu hari, saya lagi
nggak punya duit. Sama teman-teman diajak pakai jarum secara gantian. Lebih murah, kata
mereka," ujarnya.
Pesta narkoba pun dimulai bersama teman-temannya. Aktivitas menyimpang itu dilakoninya
selama setahun. Boleh dibilang Febri termasuk pecandu berat narkoba, terutama jenis putauw.
Padahal, dia mengaku tidak memiliki uang yang cukup tebal untuk mengonsumsi putauw.
"Mau tidak mau, memakai jarum suntik merupakan alternatif bagi saya," tuturnya.
Bagi dia, ngedrugs merupakan medium untuk melupakan persoalan hidup. Febri lahir di
tengah keluarga yang kurang harmonis. Dia lebih suka menghabiskan waktu bersama temantemannya di luar rumah. "Dengan teman-teman saya merasa bisa melakukan apa saja.
Mereka tahu apa yang saya mau," tukasnya.
Hidup sarat dengan hedonisme dia lakoni selama bertahun-tahun. Prestasi sekolah Febri yang
terus merosot memacu dirinya terjun bebas ke narkoba. Apalagi orang tuanya cuek saja
dengan segala tindakan yang dia lakukan. "Aku merasa bebas melakukan apa saja, under
controll pokoknya," ujarnya.
Hidup Febri identik bersenang-senang. Pada 2004, dia diajak teman-temannya melakukan
VCT (visite conselling test). "Saat itu aku tidak tahu untuk apa diajak VCT. Ternyata untuk
memeriksakan diri apakah terkena HIV/AIDS atau tidak," ujarnya.
Ternyata teman-teman Febri itu adalah relawan sebuah LSM yang konsen dengan HIV/AIDS.
Mereka prihatin dengan kondisi Febri. Benar saja, dari lima orang yang memeriksakan diri,
tiga orang positif HIV termasuk Febri. "Rasanya saya ingin mati saja saat itu," ucap Febri
yang waktu itu baru kelas 1 SMA. Sejak divonis itu, Febri merasa hidupnya tidak berarti lagi.
Keterputusasaan yang berat meyelimuti dirinya. "Bahkan timbul perasaan jahat dan dendam
terhadap teman-teman yang belum terkena HIV untuk menularinya," ujarnya. Untungnya,
Febri dapat mengendalikan diri. Dia pun berusaha bangkit untuk bertahan hidup. "Untungnya
teman-teman sangat memotivasi saya untuk berobat," ujar Febri yang kini berusia 19 tahun.
Satu tahun lamanya Febri menyembunyikan kenyataan itu dari orang tuanya bila dia positif
HIV. "Lagipula apa bedanya bila saya ceritakan," ujarnya.
Lambat-laun rahasia itu terbongkar. Ibu Febri mendapati hasil tes VCT-nya yang disimpan di
laci meja anaknya itu. "Waktu itu, ibu mencari obat-obat terlarang itu di kamar saya,"
ujarnya.
"Saya tidak menyangka reaksi ibu saat mengetahui saya positif HIV. Ibu menangis
sesunggukan dan memeluk saya," ungkapnya. Sejak itu, orang tua Febri mulai berubah.
Mereka menerima Febri apa-adanya. Mereka berani menerima kenyataan bila anaknya
terjangkit penyakit yang distigmakan buruk oleh masyarakat itu. Namun, apa pun perhatian
itu, bagi Febri tidak bisa mengembalikan dirinya seperti dulu lagi. Di dalam tubuhnya telah
berkembang virus mematikan --yang bila dia tidak aware memperhatikan kesehatannya-- bisa
semakin menyerang kekebalan tubuhnya. Kini, Febri punya semangat hidup lagi. Hidup,
katanya, harus terus berjalan, meskipun dia sempat pesimistis dengan masa depannya. "Siapa
sih yang mau menerima cowok dengan predikat HIV positif?" tanyanya. Beberapa kali Febri
mencoba menjalin hubungan dengan teman perempuannya, namun selalu gagal. "Begitu tahu
saya terinfeksi HIV, ada yang langsung menjauh, ada juga yang mundur pelan-pelan,"
ujarnya.
Menurut Febri, tidak mudah hidup di lingkungan orang yang tidak terkena penyakit
berbahaya itu. Selalu ada benang merah antara ODHA dengan OHIDA (orang yang hidup
dengan HIV/AIDS). Meskipun keluarga menerima Febri apa-adanya, perasaan "berbeda"
tetap melekat dalam hatinya. Febri pun kemudian mencari komunitas yang bisa menampung
nasibnya. "Akhirnya dengan teman-teman sebaya yang aktif memerangi HIV/AIDS, saya
merasa di situlah tempat saya. Tempat saya berkeluh-kesah, bersama, dan berbagi hidup,"
www.smu_net.com
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Data umum
Riwayat dan thap perkembangn keluarga
Data lingkungan
Struktur keluarga
Fungsi keluarga
Stress dan koping keluarga
Pemeriksaan kesehatan
Harapan keluarga
Pengkajin fokus dengan anak usia remaja:
Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
Jenis Napza apa yang digunakan?
Adakah perilaku kriminal di rumah / di luar rumah?
Apakah ada problema : sekolah, keluarga, pekerjaan, masyarakat?
Bagaimana kebiasaan anak menggunkn waktu lung?
Bgaimana perilaku anak selama di rumah?
Bagaimana hubungan antra anak remaja dengan adiknya?
Siapa saja yang berada di rumah selama nk remaja dirumah?
Bagaimana prestasi anak di sekolah dan prestasi apa saja yang pernah diperoleh anak?
Apa kebiasaan anak di rumah?
Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
Siapa yang menjadi figure bagi anak?
Seberapa peran yang menjadi figure bagi anak?
Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Analisa data:
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1 DS:
pasien mengatakan bahwa ia mengkonsumsi putau dengan menggunakan jarum suntik
bagi pasien,ngedrug bisa melupakan masalah
keluarga pasien kurang harmonis
pasien lebih suka bergaul dengan teman pasien, karna bagi pasien, temanya itu mengetahui
apa yang ia inginkan
DO:
Koping individu tak efektif pada anak F dari keluarga ibu N.
2 DS:
Pasien merasa bahwa hidupnya tidak berarti setelah mengetahui bahwa dirinya terinfeksi
HIV
prestasi pasien menurun dan keluarganya tidak memperhatikannya
Pasien merasa rendah diri tiap menjalin suatu hubungan dengan teman perempuannya
DO:-
Menarik diri pada anak F dari keluarga Ibu N.
Diagnosa Keperawatan:
Koping individu tak efektif akibat penggunaan napza pada anak F dari keluarga ibu N
berhubungn dengan kurangnya perhatian dari keluarga anak F
Menarik diri akibat penggunaan napza pada anak F dari keluarga Ibu N berhubungan
dengan harga diri rendah
DAFTAR PUSTAKA
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com
www.smu_net.com
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
Situs Resmi RSPI - SS 2003 - 2007
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta
email : info@infeksi.com
www.tempo.co.id
nasional-m@polarhome.com
http://www.drugtext.org/library/articles/obrien01.htm ).
Diposkan oleh Maryadi hazil di 07.00