Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi masih
menjadi fokus penting dalam kesehatan. Angka kematian ibu dan angka kematian
anak merupakan dua indicator penting keberhasilan pembangunan suatu negara,
terutama dalam bidang kesehatan yang menunjukkan derajat kesehatan negara
tersebut. Angka kematian ibu dan angka kematian anak masih tinggi di Indonesia
(Kuntari, 2012).
Angka kematian ibu diIndonesia masih tinggi dan dan bahkan lebih tinggi
dibandingkan beberapa negara. Angka kematian ibu diIndonesia sampai saat ini
masih tinggi, yaitu sekitar 307 per 100 ribu kelahiran angka kematian ibu di
Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Jawa
Timur, pada lima tahun terakhir, dari tahun 2007 sampai 2011, menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. Pada tahun 2011, angka kematian ibu mencapai
104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut melampaui dari target MDGs
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu juga bisa
disebabkan karena adanya aborsi yang tidak aman. Angka kematian ibu, sekitar
75 sampai 85 persen disebabkan oleh sebab langsung, yaitu perdarahan post
partum, abortus tidak aman, sepsis, persalinan tidak maju, dan hipertensi karena
kehamilan. Penyebab lain dari kematian ibu yaitu anemia.
Penyebab kematian ibu dinegara berkembang disebabkan oleh 3 terlambat.
Pertama, wanita hamil terlambat mengenali tanda dan gejala dari bahaya
kehamilan. Kedua,
2.
3.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Persalinan
Persalinan (labor) merujuk pada serangkaian proses pengeluaran hasil
konsepsi dari dalam uterus melalui jalan lahir. Penelitian terbaru menyebutkan
bahwa kombinasi beberapa mekanisme maternal dan janin dilibatkan dalam
memulai awitan persalinan dan mendukung proses persalinan (Reeder dkk,
2011).
1. Teori awitan persalinan
Awitan persalinan biasanya terjadi ketika janin telah cukup matang untuk
menghadapi kondisi ekstrauteri tetapi tidak cukup besar untuk
menyebabkan masalah mekanis dalam persalinan. Namun sebagian besar
peneliti yang mempertanyakan alasan mulainya persalinan, memfokuskan
pada keseimbangan antara kadar hormon yang cenderung merelaksasi otot
uterus.
2. Teori esterogen-progesteron
Mengajukan
bahwa
rasio
estrogen-progesteron
penting
dalam
(PGE2),
dengan
pelepasan
atau overdistensi
rabas
Definisi
Kala I Periode
dari
(tahap
kontraksi pertama
dilatasi) persalinan sejati
sampai
dilatasi
serviks
yang
lengkap.
Fase
Dimulai dari awal
Laten
persalinan sejati
dan
berakhir
dengan
awal
persalinan aktif;
0-3-4 cm
Durasi
Aktivitas Uterus
Ringan,
seringkali
kontraksi
tidak
teratur setiap 5-30
menit, lamanya
10-30
detik,
serviks menjadi
lebih lunak dan
Ibu
bersalin
secara
umum merasa gembira,
waspada, banyak bicara
atau diam, tenang atau
cemas, dapat mengalami
kram abdomen, nyeri
punggung,pecah
ketuban,nyeri
dapat
Bervariasi
sesuai dengan
fase
dan
paritas
Sekitar
8,6
jam
untuk
nullipara dan
5,3 jam untuk
multipara.
Fase
Aktif
Fase
Transisi
Kala II Periode
dari
(tahap
dilatasi
serviks
panggul) lengkap sampai
kelahiran bayi
Sekitar 1jam
untuk
nullipara dan
- jam
untuk
multipara.
tipis, dilatasi 0
sampai 3-4 cm.
Kontraksi uterus
sedang
sampai
kuat setiap 2-5
menit, lamanya
30-90
detik,
dilatasi
serviks
untuk nullipara
1,2cm/jam
dan
untuk multipara
1,5cm/jam,begitu
juga pada fase
transisi.
Kontraksi uterus
kuat, setiap 2-3
menit, lamanya
45-90
detik,
tekanan
intra
abdomen
dilakukan
Kontraksi uterus
kuat,
uterus
berubah
ke
bentuk globular,
tekanan
intra
abdomen
dilakukan
dikontrol,dapat berjalan.
Ibu
bersalin
secara
umum
merasakan
peningkatan
ketidaknyamanan,
berkeringat, mual dan
muntah,
kemerahan,
mengalami gemetar pada
paha dan kaki, tekanan
pada kandung kemih,
nyeri
punggung,pucat
disekitar mulut, amnesia
antar kontraksi, fase
transisi mungkin lebih
mencemaskan,
takut
kehilangan
kontrol,
berfokus
pada
diri
sendiri
Dapat
mengalami
penurunan rasa nyeri,
tekanan pada rectum,
perineum
menggelembung,
desakan
untuk
mengejan, sering kali
bersemangat,
suara
merintih atau terdengar
suara hembusan nafas.
Fokus pada bayi baru
lahir, bahagia terhadap
kelahiran, merasa lega.
yang lahir pada 14 Oktober 1939 di Los angeles, California. Dia menerima gelar
S1 Keperawatan pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di los angeles
dan menyelesaikan master keperawtan di universitas California Los Angeles tahun
1966. Setelah menyelesaikan pendidikan keperawatan, Sister C. Roy memulai
pendidikan di bidan sosiologi, dan menyelesaikan master pada tahun 1973 dan
doktoral 1977 di Universitas California. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy
E. Johnson, Sister C. Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Sister C. Roy dalam kerangka
konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori
sistem. Sister C. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang
ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai
membangun
pengertian
model
yang
masih
berkembang,
Sister
C.
Roy
kerja
pendidikan
keperawatan,
praktek
keperawatan
dan
tahun
menunjukkan
1971
dan
beberapa
survey
penelitian
penegasan
pada
sementara
tahun
dari
model
1976-1977
adaptasi.
kemampuan
bawaan,
tujuan
dan
nilai
kemanusiaan,
Sistem
Sistem adalah satu set bagian yang dihubungkan untuk berfungsi sebagai
keseluruhan untuk tujuan tertentu dan bekerja berdasarkan saling
ketergantungan bagian-bagiannya. (Roy & Andrew, 1999). Agar menjadi
keseluruhan dan bagiannya berhubungan sistem juga memiliki input,
output dan kontrol dan proses umpan balik
Tingkat adaptasi/ level adaptasi
Tingkat
adaptasi
memperlihatkan
kondisi
proses
kehidupan
yang
10
adaptasi.
Memperlihatkan
kesulitan
berhubungan
dengan
11
Mekanisme yang secara genetik ditentukan atau umum pada spesies dan
umumnya dipandang sebagai proses otomatis, manusia tidak harus berpikir
tentang itu.
Mekanisme koping yang didapat
Mekanisme
yang
dikembangkan
melalui
strategi
yaitu
belajar.
12
13
Input
Stimuli adaptation
level
control process
efektor
Mekanisme koping
Regulator
kognator
output
Fungsi fisiologis
Konsep diri
Fungsi peran
interdependen
Feed back
Gambar 2.1 Person as an adaptive system
Sistem adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya. Sistem terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan
balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai berikut :
Adaptif dan
respon inefektif
14
1. Input
Sister C. Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,
kontekstual dan stimulus residual.
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang,
efeknya segera, misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan
dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia,
isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada
yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Sister C. Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang
merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah
15
kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain
sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator
sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator
subsistem.
b) Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku
output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak
dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan
mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan)
dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa.
Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.
3. Output.
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt diamati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Sister C. Roy mengkategorikan output
sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon
yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan
dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
16
Asumsi mayor
1. Adaptasi
Dalam memahami konsep model ini, Sister C. Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
1.
2.
3.
baik
stimulus
internal
maupun
eksternal,
yang
dapat
17
5.
melaksanakan
tujuan
untuk
kelangsungan
kehidupan,
18
Sesuai dengan model Sister C. Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep
diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit
(Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien
tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal.
Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran social
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi
klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.
Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang
mengalami gangguan fisik, psikis dan sosial agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Sister C. Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan
internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi koping
individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang merupakan
tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan ditentukan oleh
19
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang
diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan
fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap
seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus residual
adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva dengan
situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Person (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Sister C. Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu,
keluarga, kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing dilakukan oleh
perawat sebagai sistem adaptasi yang holistik dan terbuka. Sistem terbuka
tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan terhadap informasi,
kejadian, energi antara sistem dan lingkungan. Interaksi yang konstan antara
individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal.
Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya,
dimana setiap individu secara kontinyu beradaptasi.
Sister C. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu
kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan balik.
Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan caracara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem
adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri,
20
21
(4). Aktivitas dan istirahat: menggambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan
tidur.
(5). Integritas kulit: menggambarkan pola fungsi fisiologis kulit.
(6). Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensori perseptual berhubungan
dengan panca indera
(7). Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan
dan elektrolit
(8). Fungsi neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan
dan intelektual
(9). Fungsi endokrin: menggambarkan pola control dan pengaturan termasuk
respon stress dan system reproduksi
b). Konsep Diri (Psikis)
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan
keadaan diri sendiri tentang fisik, individual, dan moral-etik
c). Fungsi Peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasi tentang pola interaksi social seseorang
berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
d). Interdependent
Interdependen mengidentifikasi pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta dan
memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap
individu maupun kelompok.
4. Kesehatan
Sister C. Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal
22
23
2.4.5
Penerimaan
oleh
keperawatan
(Praktik,
pendidikan,
penelitian)
Penerimaan teori adaptasi Sister C. Roy pada keperawatan komunitas
Model adaptasi Sister C. Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam
mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan
menurut Sister C. Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua,
diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama
dengan proses keperawatan secara umum.
a). Pengkajian
Sister C. Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II.
Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien
sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing mode
adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh
karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu
pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik
dan holistik
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku
klien
tentang
ketidakefektifan
respon
atau
respon
adaptif
yang
24
dan
berhubungan
dengan
mode
adaptif
dalam
perilaku
dari
satu
atau
lebih
adaptif
mode
sesuai
adalah
kegagalan
peran
berhubungan
dengan
stimulus
fokal,
kontekstual,
dan
residual.
25
dapat
menggambarkan
ketersediaan
energi
penyelesaian
untuk
masalah
memenuhi
adaptif
kebutuhan
dan
tersebut
terakhir
dari
proses
keperawatan
berdasarkan
tujuan
26
27
menggunakan
konsep
Bronfenbrenners
(1979)
memperlihatkan
28
perilaku
pengasuhan
anak
meningkat
seiring
dengan
29
Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang
digambarkan sebagai proses dalam mempertahankan komitmen sikap dan
emosi yang telah terbentuk.
Infant temperament dikaitkan dengan apakah bayi sulit mengirimkan untuk
membaca isyarat, arahan pada perasaan ketidakmampuan dan keputusasaan
dari ibu.
Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang disebabkan
oleh permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi proses kasih sayang
(attachment).
Karaktersitik
bayi
(infant
characterize)
meliputi
temperamen
bayi,
Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang terdiri atas
subsistem-individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibu-ayah, ibu-janin/bayi,
30
hubungan pasangan yang mencakup nilai, tujuan antara keduanya dan perjanjian.
Kasih sayang ibu terhadap bayinya berkembang seiring dengan lapangan
emosional dari hubungan orangtuanya
2.5.4 Paradigma Keperawatan Bedasarkan Model Konseptual Ramona T.
Mercer
Keperawatan
Ramona T. Mercer (2004) mengemukakan bahwa keperawatan adalah profesi
yang dinamis dengan tiga fokus utama yaitu promosi kesehatan, mencegah
kesakitan dan menyediakan layanan keperawatan bagi yang memerlukan untuk
mendapatkan kesehatan yang optimal serta penelitian untuk memperkaya dasar
pengetahuan bagi pelayanan keperawatan. Pengkajian selanjutnya pada klien dan
31
32
33
2.
Formal : tahapan ini dimuai dari kelahiran bayi yang mencakup proses
pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi
petunjuk formal, harapan konseptual yang lain dalam sistem sosial ibu.
3.
4.
Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan bayi baru lahir Respon perkembangan bayi sebagai respon
terhadap perkembangan peran ibu adalah:
a.
34
2.5.6 Model Revisi pada tahun 2003, Ramona T. Mercer merevisi model
maternal role attainment menjadi a becoming mother.
Pada model ini ditempatkan interaksi antara ibu, bayi dan ayah sebagai sentral
interaksi yang tinggal dalam satu lingkungan (dapat dilihat dalam gambar di
bawah)
Dalam model ini dijelaskan variabel lingkungan keluarga dan teman meliputi
dukungan sosial, nilai dari keluarga, budaya, fungsi keluarga dan stressor.
Lingkungan komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat kerja, sekolah,
rumah sakit, fasilitas rekreasi dan pusat kebudayaan. Lingkungan yang lebih besar
dipengaruhi oleh hukum yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak,
termasuk ilmu tentang bayi baru lahir, kesehatan reproduksi, budaya terapan dan
program perawatan kesehatan nasional.
2.5.7 Asumsi Mayor terkait Paradigma keperawatan
35
Inti dari sebuah konsep peran diri yang stabil, diperoleh melalui proses
sosialisasi yang berlangsung seumur hidup seorang ibu, mempengaruhi
bagaimana seorang ibu mampu mengartikan dan mempersepsikan suatu
peristiwa, persepsi ibu tentang respon bayi dan orang lain mengenai peran
keibuannya, dengan kondisi lingkungannya yang ada, adalah sebuah
kenyataan yang direspon ibu.
Selain sosialisasi ibu, tingkat perkembangan dan karakteristik kepribadian
bawaan juga mempengaruhi respon perilaku ibu tersebut.
Peran mitra ibu, respon bayi, akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam
mencapai
peran
keibuannya
melalui
proses
pertumbuhan
dan
perkembangan.
Bayi dianggap sebagai mitra aktif dalam peran ibu pada proses mengambil
peran, mempengaruhi dan menjadi terpengaruh oleh berlakunya peran.
Ayah atau pasangan intim ibu memberikan kontribusi untuk pencapaian
peran dengan cara yang tidak dapat diduplikasi oleh orang lain (pendukung
lainnya).
Pengenalan diri ibu berkembang bersamaan dengan pemahaman dan
kemampuan ibu dan masing-masing tergantung pada faktor yang lain
2.5.8 Penerimaan dalam Keperawatan
1. Penerimaan
dalam
Praktik
keperawatan:
konsep
Maternal
Role
36
37
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Kasus
Ny. S, 30 tahun masuk ke ruang bersalin tanggal 14 september 2013 jam 23.00
WIB. Klien mengatakan pertama kali merasakan kontraksi pada pukul 21.00, dan
ketuban utuh. Kehamilan saat ini adalah kehamilan kedua. Persalinan sebelumnya
secara normal. Tekanan darah: 130/80 mmHg, Nadi: 80x/ menit, RR: 20x/menit,
Suhu:37,60C. Pasien mengatakan pada perawat bahwa sangat takut mengalami
kegagalan dalam persalinan saat ini. Suami pasien bekerja sebagai tentara dan
telah lama ditugaskan ke luar daerah, sehingga tidak bisa mendampingi pasien
saat akan melahirkan. Meskipun saudara perempuan pasien tinggal tidak jauh dari
tempat tinggalnya, namun pasien tidak ingin menghubunginya. Pasien juga
bertanya apakah bisa menghubungi ibunya melalui telepon rumah sakit. Pasien
menjerit kesakitan dan sambil marah-marah mengatakan: "Aduh..sakit sekali ini,
berapa lama ini sakitnya?.
1. PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum Klien
Identitas Ibu dan Ayah
Nama
Ayah
: Tn. S
: 35 tahun
Ibu
: Ny. S
: 30 tahun
38
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal MRS
: D3
: Tentara
: Jl.Mojo Kidul, Surabaya
: 14 September 2013
: D3
: Jl. Mojo Kidul, Surabaya
Jam: 23.00 WIB
B. Pengkajian Tahap 1
1. Mode Fisiologis
a. Kondisi umum:
TB : 158 cm
BB: 70 kg
:2
HPHT
: 2 Desember 2012
dr.,SpOg
39
Taksiran partus
ANC
: 21 September 2013
: Trimester I : 3 kali
Trimester II : 3 kali
Trimester III : 4 kali
Imunisasi TT : Iya
Masalah selama kehamilan : tidak ada
k. Riwayat Persalinan Sekarang *)
Resume pengkajian nomer 1-6:
- Pukul 23.00: Kehamilan cukup bulan kepala turun 4/5, kontraksi uterus 2
kali dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik, DJJ Janin 135x/menit.
Pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh. Tekanan darah 130/70
mmHg.Suhu badan 36.8C, nadi 90x/menit, Berkemih kurang lebih 200cc
- Pukul 03.00: Turunnya kepala 4/5, kontraksi uterus 1 kali dalam 10 menit
selama 40 detik, DJJ 125x/menit, pembukaan serviks 1 cm, ketuban utuh,
Tekanan darah 130/70 mmHg.Suhu badan 36.8C, nadi 90x/menit
- Pukul 06.00: Turunnya kepala 4/5, kontraksi uterus 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik, DJJ 120x/menit, pembukaan serviks 2 cm, ketuban utuh,
Tekanan darah 130/70 mmHg.Suhu badan 37C, nadi 85x/menit, dilakukan
pemberian oksitosin (OD).
- Pukul 07.00: Turunnya kepala 3/5, kontraksi uterus 3 kali dalam 10 menit
selama 40 detik, DJJ 120x/menit, pembukaan serviks 4 cm, ketuban utuh,
Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 90x/menit.
-Pukul 09.00: Turunnya kepala 1/5, kontraksi uterus 5 kali dalam 10 menit
selama 45 detik, DJJ 130x/menit, pembukaan serviks 10 cm, ketuban
40
Jenis
Terapi
Oksitosin
Hasil
-
Rute
Pemberian
IV
Interpretasi
-
Dosis
Indikasi
5 IU
dalam
500 ml
dekstro
se 5 %
Tidak ada
kemajuan
pembukaan
: Laki-laki
: 3100 gram
Panjang badan : 49 cm
APGAR skor
Jam
: 09.30
Lingkar kepala : 35 cm
Lingkar dada
: 34 cm
41
keluarga yang mendampingi, ibu merasa lebih takut akan resiko yang
terjadi.
b. Persepsi keluarga tentang persalinannya **): tidak terkaji karena tidak
ada anggota keluarga yang mendampingi proses persalinan klien.
c. Harapan selama Persalinan**) : ibu berharap ibunya bisa dihubungi dan
mendampingi proses persalinan dan ibu dapat melahirkan secara normal.
3. Mode Fungsi Peran
a. Peran yang dilakukan ibu selama persalinan**) : klien kurang dapat
menyesuaikan diri dengan proses persalinan saat ini.
b. Peran ayah selama kelahiran**)
Suami klien tidak dapat mendampingi saat persalinan karena menjalankan
tugas pekerjaan
4. Mode Interdependensi
Interaksi selama persalinan
a. Interaksi ibu dengan keluarga**) : klien tidak ada dukungan maupun
berinteraksi dengan suami maupun anggota keluarga yang lain.
b. Interaksi ibu dengan orang lain**): klien hanya dapat berinteraksi dengan
tetangga yang mengantar dan para petugas kesehatan.
C. Pengkajian Tahap 2
1. Stimulus Fokal: Peningkatan tekanan darah saat persalinan
2. Stimulus Kontekstual: Nyeri persalinan
3. Stimulus Residual:
a. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu**)
Pada persalinan sebelumnya ibu melahirkan secara normal tanpa penyulit dan
42
43
44
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur dan secara subyektif dilaporkan. Stimulus kontekstual ini merupakan
penyebab dari stimulus fokal. Dalam situasi inpartu ibu akan merasakan nyeri
yang hebat, hal ini dikarenakan adanya dilatasi serviks (proses pendataran,
pembukaan dan penipisan serviks) dan kontraksi otot rahim sehingga
terjadinya penekanan pada syaraf yang menimbulkan nyeri.
c)
Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi, dalam keadaan ibu inpartu
pengalaman yang lalu terhadap nyeri persalinan maupun situasi saat bersalin
sangat menentukan, bila diaplikasikan pada kasus semu diatas Ny. S saat ini
adalah proses persalinan yang kedua, dimana seharusnya toleransi terhadap
nyeri persalinan akan lebih baik, namun faktor-faktor lain seperti yang
disebutkan pada konsep teori stimulus residual ini yaitu tidak adanya
dukungan dari keluarga saat ini angat mempengaruhi respon nyeri yang
diterima.
2. Kontrol
Proses kontrol pada Ibu inpartu yang dikembangkan dari teori Sister C. Roy
adalah bentuk mekanisme koping yang digunakan selama menjalani proses
persalinan. Mekanisme kontrol merupakan suatu sistem yang digunakan oleh ibu
yang sedang menjalani inpartu sebagai proses adaptasi dengan kondisi fisik
maupun psikologis yang berbeda dengan keadaan yang dialami seperti biasanya,
selain itu proses inpartu dibagi menjadi beberapa tahapan dimana setiap tahapan
dan sub tahapan yang dialami ibu memiliki tingkat stressor yang berbeda.
45
Sistem adaptasi ibu inpartu yang dikembangkan dari teori Sister C. Roy yang
mana memiliki empat mode adaptasi yaitu:
a.
Tahapan inpartu atau persalinan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu Kala I yaitu
sejak terjadi kontraksi uterus secara teratur sampai dilatasi serviks lengkap.
Dimana kala I ini dibagi fase laten dan fase aktif. Fase laten dicirikan dengan
pembukaan serviks kurang dari 3 cm, serviks membuka secara berlahan,
sedangkan fase aktif dicirikan dengan pembukaan serviks antara 3 cm sampai
dengan 10 cm, His lebih kuat dan dilatasi serviks lebih cepat. Diikuti dengan Kala
II ditandai dengan pembukaan serviks lengkap dan kontraksi yang kuat dan yang
terakhir adalah kala III yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.
Tahapan inpartu tersebut dapat disebut sebagai fungsi fisiologis menurut Sister C.
Roy dimana jelas menunjukkan bahwa akan menimbulkan stressor yang semakin
meningkat pada setiap tahapannya terutama nyeri.
Ny. S pada kasus semu kami mengalami nyeri yang hebat pada kala 1 dimulai dari
skala 7 meningkat menjadi 8-9 dan terus meningkat terutama menjelang Kala II
pada pemeriksaan pukul 04.30 Ny. S pembukaan serviks lengkap menjerit dan
menangis kesakitan, dengan skala 10 secara obyektif ditunjukkan, yang mana
dapat diukur dengan skala verbal atau skala wajah.
b.
46
pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Dukungan dan
47
48
49
menyusui.
3.3 Kesenjangan Teori
Teori adaptasi Sister C. Roy memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi.
Sesuai dengan model Sister C. Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit. Sedangkan
teori Mercer adalah bayi baru lahir diyakini sebagai partner yang aktif dalam
proses pencapaian peran ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peran ibu serta
peran pasangan dan bayinya akan merefleksikan kompetensi ibu dalam
menjalankan perannya sehingga dapat tumbuh dan bekembang. Perkembangan
identitas peran ibu sangat terpengaruh oleh kondisi psikologis dan perilaku ibu
dan bayi. Aplikasi teory Sister C. Roy dengan dimodifikasi dengan Teori Ramona
T. Mercer terhadap pengkajian ibu inpartu dirasa cukup sesuai. Teori Ramona T.
Mercer lebih banyak diaplikasikan pada pre dan post partum, karena pada teori
Ramona T. Mercer lebih ke arah bagaimana penyesuaian peran sebagai seorang
ibu dalam merawat bayi dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya. Attachment,
kepekaan terhadap Isyarat-isyarat bayi (infant cues) dan Karaktersitik bayi (infant
characterize) sebenarnya sudah terbentuk sejak proses persalinan terutama pada
Kala III dan diharapkan menjadi awal terbentuknya peran menjadi seorang ibu
bayi yang baru dilahirkan tersebut. Dukungan keluarga atau suami saat persalinan
dengan jelas digambarkan oleh Ramona T. Mercer pada Teorinya. Sehingga aspek
adaptasi yang cukup kompleks dan holistik yang ada pada teori Sister C. Roy akan
sangat sesuai apabila diaplikasikan bersama dengan pengkajian pengembangan
dari teori Ramona T. Mercer yang terdapat fokus pada peran sebagai Ibu-ayah-
50
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Model teori Ramona T. Mercer merupakan model teori maternal role
attainment yang didalamnya terdapat 3 lingkaran yaitu Mikrosistem,
mesosistem dan mikrosistem, Lingkaran mikro sistem ini memiliki 4
bagian yang terdiri dari: Ibu, Anak, Maternal role identity dan dampak
pada anak
2. Model teori Sister C. Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi
dua bagian, yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian
pertama
diartikan
sebagai
pengkajian
perilaku.
Jika
ditemukan
51
cukup kompleks dan holistik yang ada pada teori Sister C. Roy akan
sangat
sesuai
apabila
diaplikasikan
bersama
dengan
pengkajian
52
DAFTAR PUSTAKA
FK UNPAD.1981. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.
Hastuti. 2009. Pengaruh dukungan suami terhadap lama persalinan kala II pada
ibu primipara, Humanitas, 6 (2).
Lowdermilk,et al. 1999. Maternity nursing. 5th ed. St.Louis. Mosby,Inc
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana.Jakarta : EGC.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP, 2002
Reeder dkk. 2011. Keperawatan maternitas volume 1 edisi 18 hal 592-603.
Jakarta: EGC.
Waspodo, dkk., 2000. Panduan Asuhan Persalinan Bersih dan Aman. Jakarta:
DepKes RI