Anda di halaman 1dari 44

ANESTHESIA FOR

PATIENTS WITH
RESPIRATORY
DISEASE
IWAN
NURYAWAN

Faktor-faktor resiko Paru

Gangguan fungsi paru adalah


komplikasi postoperative secara
umum.
Kejadian atelektasis, pneumoni,
emboli paru dan gagal nafas pada
pembedahan secara luas 6% sampai
60%.

Merokok dan ganguan respirasi


abnormalitas rata-rata pada maximal
midexspiratory flow (MMEF) sering
tampak sebelum gejala cronic
obstructive pulmonary disease
(COPD).
Prosedur pembedahan thorax dan
abdominal atas gangguan fungsi
diafragma FRC 60% - 70%, efek
maksimal pada satu hari postoperasi
sampai 7 10 hari.

Table 23-1 Risk factor postoperative


pulmonary complications
===========================
==========
Preexisting pulmonary disease
Thoraxcis or upper abdominal surgery
Smoking
Obecity
Age(>60 years)
Prolonged general anesthesia(>3 hours)

PENYAKIT OBSTRUKSI PARU


Secara umum menimbulkan gangguan
fungsi paru yang meliputi :
asthma
emphysema
bronchitis kronik
fibrosis cystic
bronchiectasis
bronchiolitis

Menimbulkan :
forced expiratory volume dalam satu
detik (FEV1) dan rata-rata
FEV1/FVC(forced vital capacity) >
70% dari yang diperkirakan.
MMEF < 70%
Forced Expiratory Flow (FEF) 25
75% pada laki-laki dewasa dan
wanita > 2.0 dan > 1,6 L/detik

Peningkatan tahanan jalan nafas dan


udara yang tersumbat kerja
pernafasan dimana pertukaran gas
yang lemah ventilasi/perfusi tidak
seimbang.

ASTHMA
Klinik
Manifestasi dari episode serangan :
Dyspnea
Cough
Wheezing

Pembagian klasifikasi :
Extrinsic (allergic) asthma
berhubungan dengan lingkungan
Intrinsic (idiopatic) asthma
serangan biasanya terjadi tanpa
provokasi
Klasifikasi sekarang
Acut
Kronis

Penanganan
Obat yang dipergunakan meliputi :
adrenergic agonists
methylxanthines
glukocorticoid
anticholinergic
leukotriene blockers
mast cell stabilizing agents
Simpathomimetic agent

Pasien dengan serangan atsma acut


PaCO2 normal atau tinggi indikasi
pasien kerja pernapasan tidak lama
tanda gagal nafas.
Pulsus paradoxus elektrocardiografi
ditandai right ventricular strain ( ST
segment berubah, right axis
deviation dan right bundle branch
block ) indikasi dari severe airway
obstruction.

Table 23-2 a Comparison of commonly used


bronchodilators
Agents
Adrenergic Activity
1
2
Albuterol(ventolin)
+
-Bitolterol(tornalate)
+
Ephinephrine(various)
++++
Isoetharine (bronkosol)
++
Isoproterenol(isuprel)
+++
-Metaproterenol(alupent)
+
Pirbuterol(maxair)
+
Salmeterol(serevent)
+
++
Terbutaline(brethaire)
+++

++++
++
+++
+
++++
++
+

Pengelolaan
Preoperatif
Bagaimanapun juga mungkin pasien
yang mempunyai astma dengan
bronchospasme aktif pada bedah
emergensi -- > pengobatan
intensif.
Pemberian oksigen, 2 agonists
spray dan glukocorticoid intravena
fungsi paru-paru dalam beberapa
jam.

Bronchodilator, agonist,
glokocortichoid, leukotriene blockers,
chromones, theophylines dan
antikolinergik.
Hidrokortison diberikan 50 100 mg
preoperative dan 100 mg
postoperative selama 1 sampai 3
hari.

Intraoperatif
Reflek bronchospasme dapat besar
sebelum intubasi diberikan thiopental 1 -2
mg/kg , volatile agent dengan MAC 2 -3
selama 5 menit dan lidocain 1 2 mg?kg
IV atau Intratracheal.
Bronchospasme intraoperative
wheezing, tekanan pompa puncak
(plateu pressure tidak berubah), tidal
volume pernafasan atau gelombang
yang lambat pada kapnograf.

Jika wheezing tidak berhenti


sesudah anestesi dalam
beberapa kasus
dipertimbangkan sebelum
memulai diberikan obat
pencegahan.

Sumbatan ET, sekresi atau


pompa balon yang lebih,
intubasi endobronchial, usaha
ekspirasi aktif ( tegang) oleh
karena anestesi ringan,
oedem pulmo atau emboli
dan peumothorax
bronckospasme.

PENYAKIT OBSTRUKSI
PARU KRONIK
BRONCHITIS KRONIK

Klinis :
Ditemukan batuk produktif > 3 bulan sampai 2
tahun

Infeksi paru berulang bronchospasme


RV tetapi total lung capacity ( TLC) normal

Pada pasien dengan gangguan obstruksi


pulmonar kronik, hypoxemia kronik
sampai erytrositosis, hipertensi pulmonary
dan kegagalan ventrikel kanan cepat
( jantung paru ).
EMPHYSEMA
Secara patologis meluas dari distal jalan
nafas sampai cabang bronchus dan
mematikan septum alveolar

Table 23-3 Signs and symptoms of chronic obstructive


pulmonary disease
Feature
Chronic Bronchitis
Emphysem

.
Cough
Frequent
with exertion
Sputum
Copius
Scant
Hematokrit
Elevated
normal
PaCO2(mmHg)
Often elevated >40
Usualy
normal
or
<40
Chest radiograph
increased lung
markings
hiperinflation
Elastic recoil
decreased
Airway resistenca

normal
increased

normal to
slightly

increased
Cor pulmonale
early

late

Penanganan
Meliputi :
Supportive
Menghentikan merokok
Bronchodilator
Inhaled 2 adrenergic agonists
Ipratropium
Antibiotic
Suplemental Oksigen hypoksemia
dan hipertensi pulmonal low flow
oksigen 1 2 L/menit

Terapi oksigen dapat peningkatan


PaCO2 pada pasien dengan CO2
tertahan PaO2 diatas 60 mmHg,
kegagalan respirasi cepat pada
pasien ini.

Pengelolaan
Preoperatif
Intervensi sebelum operasi koreksi
hipoksia, bebas bronchospame,
mengurangi dan melancarkan sekresi
dan mencegah infeksi.mungkin
komplikasi paru-paru post operasi
pada pasien dengan gangguan
obstruksi paru-paru kronik.

Pasien-pasien resiko besar untuk


komplikasi ini pengukuran fungsi
paru-paru preoperative lebih dari
50% dari yang diperkiraan.

Menghentikan merokok 6 8 minggu


sebelum operasi sekresi dan
mengurangi komplikasi paru.
Bronchodilators, glucokorticoid dan
oksigenasi

Postoperatif
Preoksigenasi sampai induksi pada
general anestesi mencegah
kekurangan oksigen .
Kelembaban gas digunakan jika
secara signifikan tampak
bronchospasme dan untuk lama
prosedur > 2 jam.

RESTRICTIVE PULMONARY
DISEASE

Volume paru-paru dengan


memelihara rata-rata aliran ekspirasi
normal
forced expiratory volume (FEV1)
dalam satu detik
forced vital capacity(FVC) akan
meningkat tetapi perbandingan
FEV1/FVC normal.

Acut Intrinsic Pulmonary


Disorders
Meliputi :
oedema pulmo
ARDS
Infeksi pneumoni
Aspirasi pneumonitis

Pertimbangan preoperatif
Penurunan compliance paru
meningkatkan :
cairan ekstravaskuler paru
tekanan kapiler pulmo
Permibielitas kapiler paru

Pengelolaan :
Preoperatif
Oksigenasi dan ventilasi untuk
tindakan emergensi
Diuretic mencegah kelebihan cairan
Vasodilator dan inotropic diperlukan
pada gagal jantung
Drainase untuk pleural efusi dan acites
Distensi abdominal massive dengan
nasogastic kompresi

Intraoperatif
Penurunan hasil compliance paru
dalam tekanan inspirasi tinggi selama
tekanan ventilasi positif dan meningkat
pada barotrauma dan volutrauma
Tidal volume dikurangi sampai 4-8
ml/kg dengan meningkatkan
kompensasi dalam ventilator rate 1418 pernafasaan/menit
Tekanan jalan nafas biasanya tidak
lebih dari 30 cm H2O

Chronic Intrinsic Pulmonary


Disorders
Panyebab :
Radang kronik alveolar dan perialveolar
tissue
Fibrosis paru
Pertimbangan
Penanganan diarahkan mencegah dan
memperluas penyakit dengan mencari
penyebabnya
Glukocorticoid dan immonosupressive
untuk fibrosis paru idiophatic
Hipoksemia kronik dan right ventikel
failure dengan oksigen terapi

Pengelolaan
preoperatif
dyspnea dievaluasi dengan test
fungsi paru dan analisa gas darah
Capasitas vital kurang dari 15 ml/kg
indikasi severe disfungsi ( normal 70
ml/kg)
Foto rongent membantu untuk
mengetahui seberapa berat penyakit

Intraoperatif
pengelolaan predisposisi komplikasi
kontrol ventilasi pertukaran gas
secara optimum
Oksigenasi konsentrasi minimal
Tekanan inspirasi tinggi selama
mventilasi mekanik meningkatkan
pneumothorax

Extrinsic Restrictive Pulmonary


Disorders
Meliputi :
pleural efusi
pneumothorax
mediastinal masses
kyphoscoliosis
pectus excavatum
neuromuscular disorders
Peningkatan tekanan intraabdominal
Pregnancy
Perdarahan

EMBOLI PARU
Pertimbangan preoperatif
Merupakan hasil dari :
Pembekuan darah
Kegemukan
Sel tumor
Udara
Cairan amnion
Benda asing dalam sistem pembuluh
darah

Pathofisology
Dalam sirkulasi paru akan
meningkatkan dead space jika menit
ventilasi tidak berubah PaO2 me
Me tahanan vaskuler paru
crossectional area me reflek
dan vasokonstriksi
Bronchokonstriksi akan meningkat
dengan ratio V/Q rendah me
shunt paru dan hipoksemia

Table 23-4 Factors associated with deep venous


thrombhosis and pulmonary embolism
Prolonged bed rest
Postpartum state
Fracture of the lower exstremitas
Surgery of the lower exstremitas
Carcinoma
Heart failure
Obesity
Surgery lasting more than 30 minutes
Hipercoagulability

Antithrombin III deficiency

Protein C deficiency

Protein S deficiency

Plasminogen-activator deficiency

Diagnosis
klinik
tachipnea
dyspnea
chest paint
Hemoptosis
Tachicardi
Hipotensi
Analisa gas darah
- mild hipoxsemia
- Alkalosis respirasi
Foto thorax
EKG
Angigrafi

Penanganan
Minidose heparin 5000U q12 h
preoperative
Anticoagulasi oral
Aspirin
Dextran
High elastic stocking
Kompresi pneumatic
Heparin dua kali selama 4-5 hari dan
diperiksa/diukur 24 jam sebelum
dihentikan
Warfarin dilanjutkan untuk 3-12 bulan

Pengelolaan
Preoperatif
Dalam ruang operasi ditempatkan
caval filter untuk embolectomy
Jika episode acut > satu tahun
hentikan terapi antikoagulan
Pada chronic recurrent pulmonary
emboli fungsi paru dikembalikan
normal

Intraoperatif
Regional anestesi kontra indikasi
paien dengan anticoagulant dan
perdarahan yang memanjang
General anestesi menggunakan short
acting agent
Inotropic support
Dosis kecil opioid, etomidate atau
ketamin bisa digunakan tetapi
tekanan arteri pulmonal

Emboli Paru Intraoperatif


Emboli paru intraoperatif biasanya
tidak banyak menimbulkan hipotensi
mendadak, hipoksemia atau
bronchospasme.
Penurunan konsentrasi pada tidal
akhir CO2 juga tidak berarti tetapi
tidak spesifik.

Anda mungkin juga menyukai