Anda di halaman 1dari 26

Sejarah Hutumuri

Uli Siwa Siwa Sama Suru Amalatu


Ceritakan dari Tua2 Adat

Daftar isi:
1. Hena Hutumuri Siwa Sama Suru Amalatu 1
2. Asal Usul Kelompok Soa 2
3. Badan Pemerintah 5
4. Hari yang ditetapkan untuk acara upacara di Negri Hutumuri 7
5. Pela Gandong 9
6. Patung Alifuru 10
7. Organisasi Kemasyakaratan 11
8. Pengertian Upu, Mara dan Teon/Teung 12
9. Nama nama Moyang 18
10. Rumah Suluh Waming 20

1. HENA HUTUMURI SIWA SAMA SURU AMALATU


Hena/Negeri Hutumuri adalah sebuah negeri adat dari kelompok Pata Siwa
/Kakehan/Alifuru yang terletak di semenanjung selatan jazirah Leitimur.
Hutumuri merupakan negeri yang ketiga.
Hena/Negeri yang pertama dibangun oleh seorang kapitan besar, namanya Patituanawa (marga Matakena) dari Soa Pattihutung. Tempat Hena/Negeri yang pertama itu adalah sekitar Sekolah Inpres 52 Lawena. Negeri itu diberi nama Aman
Wala atau Hena Wala. Artinya Negeri empat kampung (Hena = Negeri ; Wala
Empat).
Terdiri dari :
1. Kampung Ehut (Soa Mokihutung)
2. Kampung Nusa Rumang (Soa Puasel)
3. Kampung Sarsaila (Soa Pattihutung)
4. Kampung Totu (Soa Tutupasar)
Sedangkan Kampung Lana (Soa Lapaut) tidak turut serta karena mereka tinggal
jauh dari keempat soa ini, kira-kira 2 km atas Batu Gong (Waiyari).
Hena/Negeri yang kedua dibangun oleh moyang Simanole, Pemuda Gunung
Batu Hatumeten dari kelompok Patasiwa Kakehan Alifuru.
Kapitan besar Simanole dapat mempersatukan kelima soa ini, inilah :
1. Soa Pattihutung
2. Soa Mokihutung
3. Soa Tutupasar
4. Soa Puasel
5. Soa Lapaut
dan membangun sebuah Hena/Negeri yang diberi nama: Lounusabesi = kumpul
orang-orang di tanah milikku.
Lou = kumpul
Nusa = tanahku, milikku
Besi = kuat
Teung Hena/Negeri Lounusabesi ialah : Uli siwa, siwa sama suru Ama Latu.
Uli = satu kelompok besar yang terdiri dari beberapa kampong.
Tempatnya puncak Gunung Maot, kira-kira 3 km dari kampung Toisapu.
Hena/Negeri yang ketiga dibangun oleh Upu Satu Fransiscus Laurens Patiuseng (marga Waas) dari Soa Pattihutung pada tahun 1737, sesudah perang
melawan bangsa Belanda.
Negeri yang ketiga ini diberi nama: Hutumuri, artinya = turun dari belakang .
Hutu atau Hotu = berjalan turun atau naik.
Muri = belakang.
Rumah baileu diberi nama Suluh Waming = Pelita yang bercahaya.

1.

Suluh = Pelita.
Waming = cahaya.
Satu buah rumah Upu Latu atau Rumah Negeri diberi nama Puli Yaing = peluk
kaki atau turut perintah atau perintah Upu Latu.
Satu buah rumah Gereja diberi nama : Baitlehem = Rumah Roti.
Istana Baileu Suluh Waming dengan nama Siwa Sama Suru Ama Latu, Leitimur
SuluhWaming, Resilolo, Nunusaku.
Siwa Sama Suru Ama Latu = isi, awa-ama-usu-uru = bapa hakim/Sembilan
berkuasa tunggal yang asa.
Hetilmu = Nama batu pamali.
Suluh Waming = Nama Baileu.
Resilolo = Jangan langgar atau lawan dia, dia bunuh, dia patah batang kepala
(adalah nama labuhan).
Nunu saku ialah pusat kerajaan bangsa Alifuru.
Nunu = Pohon beringin.
Saku = Allah sebelah atas pohon beringin.
Teung Negeri : Naniang Ohu Malamang Tersili.
Naniang = Berkat dalam tanah, atas tanah, buah-buahan.
Tersili = Teung Aman Upu/Tuan Tanah.
Pusat tanah atau pusat Negeri namanya : Wauwong.
Wau = Satu Kekuatan kebesaran.
Wong = Jangan coba kekuatan atau keperkasaan laki-laki, semuanya akan kalesu
dan terkubur.
Dua buah jalan raya :
1. Jalan utama namanya Sorohait, artinya: jalan ke pelabuhan.
2. Jalan Siri Sori (jalan dara).
Lima buah lorong : dengan nama masing-masing soa.
Lima buah sumur : dengan masing-masing soa.
Satu buah sumur Upu Latu, atau Sumur Negeri.
Tinggalnya per kelompok soa.
Batas Negeri :
Mulai dari lorong labuhan Resilolo sampai pohon temar/bambu temar di
tikungan rumah tua Bapa Mamung Souhuwat/Puti.
2. ASAL USUL KELOMPOK SOA
Soa atau Sual = dipisahkan atau dibagi.
Soa, artinya kepala yaitu ada seorang untuk memimpin dahulu, sebelum di ke-5
soa ini digabung menjadi satu Hena atau satu Uli, mereka tinggal berjauhan satu
dengan yang lain. Masing-masing Soa mempunyai Kepala Suku atau Upu Latu
yang memimpin Soa itu sendiri. Ada mempunyai Aman Upu atau Tuan Tanah
2.

dibantu Kapitan dan Malesi. Barulan ke-5 Soa itu dengan hidup yang terpisah
satu dengan yang lain.
Soa Pattihutung : menduduki gunung Ama Putut.
Pimpinannya: 1. Upu Satu Argolas Marapati Untung Baiys (Paays).
2. Ama Satu Siti Pati Teru (marga Waas).
Aman Upu/Tuan Tanah : Kapitan Seku Spadu (marga Matuankotta).
Soa Pattihutung dengan 7 Teung mata rumah :
1. Kapitan Satu Argolas Marapati Untung Baiys : marga Paays.
2. Ama Latu Siti Pati Teru : marga Waas.
3. Kapitan Seku Spadu : marga Matuankotta.
4. Kapitan Domeklius Besi atau Kapitan Monimout : Leiwakabessy.
5. Kapitan Malesi Matahena/Matakena : marga Matakena.
6. Kapitan Tabaki : marga Lesiasel.
7. Kapitan Seihatu : marga Lekahatu.
8. Malesi Peipute : marga Pessy.
Patihutung = Banyak orang dari bangsa Raja.
Pati = Raja.
Hutung = Banyak.
Ama Putut = Bapa dibungkus dalam cahaya api.
Ama = Bapa.
Putut = dalam cahaya api.
Upu Kebesaran Soa Patihutung ialah : Burung Merpati; jarak dari Negeri
Hutumuri ke Gunung Ama Putut kira-kira 1,5 km. Burung merpati melambangkan ketulusan hati.
Soa Mokihutung : Mereka menduduki pegunungan Ehud kira-kira 3 km dari
Negeri Hutumuri.
Pimpinannya : Upu Latu Sekukudaging (marga Pattiapon).
Aman Upu/Tuan Tanah : Latu Kakulipet atau Saropet (marga Souripet).
Soa Mokihutung dengan 7 Teung mata rumah :
1. Upu Latu Sekuku Daging : marga Pattiapon.
2. Latu Kakalipet, atau Latu Soropet : marga Souripet.
3. Kapitan Titapatiwatin : marga Tepalawatin.
4. Kapitan Kapa Kapurake/Kapa Kapurale : marga Kappuw.
5. Latu Pati Peiory atau Pati Gondalia : marga Tehupeiory.
6. Kapitan Kalaumbar : marga Pattiasina.
Mokihutung = Bertambah banyak.
Moki = Bertambah.
Hutung = Banyak.
Upu kebesaran Soa Mokihutung ialah : Burung Mainggole.
Burung Mainggole melambangkan fisik lidah, suka humor.

3.

Soa Tutupasar : Mereka menduduki pegunungan Totu, kira-kira 1,5 km dari


Negeri Hutumuri.
Pimpinannya : Kapitan Latu Halilintar Latu Surinaiy : marga Pesurnay.
Aman Upu/Tuan Tanah: Kapitan Latu Tamalayueng : marga Tamilueng.
Sekarang diganti dengan Upu Tenu atau Upu Soi :
marga Lewaherilla dan marga Thenu.
Soa Tutupasar dengan 7 Teung mata rumah :
1. Latu Halilintar, Latu Surinaiy : marga Pesurnay.
2. Latu Tamalayueng : marga Tamilueng/pinda ke Passo.
3. Kapitan Komalima : marga Thenu (Hitumeseng).
4. Kapitan Sahusilit : marga Thenu (Hituila).
5. Kapitan Latu Warang Ila : marga Pattihahuan.
6. Kapitan Latu Lewaherilla : marga Lewaherilla.
7. Kapitan Latu Lia : marga Harmusial.
8. Kapitan Salanghutungteru : marga Salhuteru (lenyap).
Tutupasar = Buku tutup semua acara adat atau keramaian.
Upu Kebesaran Soa Tutupasar ialah : Biawak = Setia dalam berbagai panggilan.
Soa Puasel : Mereka menduduki pegunungan Nusa Ruman kira-kira 1,5 km dari
Negeri Hutumuri.
Pimpinannya : Upu Latu Sibunda Raya : marga Horhoruw.
Aman Upu/Tuan Tanah : Kapitan Moniloro : marga Moniharapon.
Soa Puasel dengan 4 Teung mata rumah yang ada dan 14 mata rumah pendatang :
1. Kapitan Sigunda Raya : marga Horhoruw.
2. Kapitan Monilori : marga Moniharapon.
3. Kapitan Titimau : marga Matuahitimahu.
4. Kapitan Realangit : marga Rehatalanit.
Marga Pendatang :
1. Hursepuny.
2. Laturake/Sopalatu.
3. Mole.
4. Manuputy.
5. Muyu.
6. Patianakota.
7. Patinasarany.
8. Siahaya.
9. Titawael.
10. Tan.
11. Keppy.
12. Koten.
13. Karley.
14. Latuheru.
4.

Nusa Rumang = Tempat hukuman/pembuangan.


Poasel = Tempat yang berair.
Upu Kebesaran Soa Puasel ialah : Katak, artinya ; orang-orangnya pintar dalam
seni nyanyi, tari dan lain-lain dan juga mencari sumber air.
Soa Lapaut : Mereka menduduki Gunung Lana kira-kira 2 km atas Batu Gong/
Waiyori.
Pimpinannya : Upu Latu Yana Puti : marga Sameaputty.
Aman Upu/Tuan Tanah : Bajira Umar Sameteng : marga Keiluhu.
Soa Lapaut ini dengan 5 Teung mata rumah :
1. Latu Yana Putiy : marga Sameaputty.
2. Kapitan Bajira Umar Sameteng : marga Keiluhu.
3. Kapitan Usuhua Latu Kumi-Kumi : Marga Souhuwat (Lamote).
4. Kapitan Usuhua Latu Pata Simpir : Marga Souhuwat (Pelapesi).
5. Malesi Imam Sababa, Talahaha : marga Pattalala.
6. Malesi Halalutu : marga Lilipory.
Lapaut = Bungkus.
Pahutu = Berkelahi/suka berkelahi.
Upu Kebesaran Soa Lapaut ialah : Ular, artinya ; cerdik, lingkar dan bungkus.
3. BADAN PEMERINTAH
Badan pemerintah terdiri dari :
1. Badan Saniri.
2. Badan Saniri lengkap.
Badan Saniri, terdiri dari :
1. 10 orang Kepala Soa, dari masing-masing Soa dua orang.
2. Badan Pertimbangan dari masing-masing Soa 2 orang.
3. 5 orang Marinyo, dari masing-masing Soa 1 orang.
Marinyo tidak turut serta dalam rapat-rapat Badan Saniri.
Tempat dan Jabatan Kepala Soa
Utusan-utusan dari Soa yang menduduki jabatan Kepala Soa, ialah marga yang
jabatannya menjadi Upu Latu di Soa atau diwakili oleh orang yang statusnya
Kapitan, maka dia menjabat sebagai Kepala Soa Perintah atau Pemerintahan.
Marga-marga yang menjadi Aman Upu atau Tuan Tanah di Soa, maka dia menjabat sebagai Kepala Soa Adat dan tidak boleh diwakili oleh marga lain pun.
Sebab itu, peraturan itu dia berjalan sampai sekarang dalam Pemerintahan Adat
Negeri Hutumuri.
1. Soa Pattihutung
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Perintah/Pemerintahan, adalah Kepala Soa :
Waas, Upu Tou, Mara Pei, Teung Seruhu. Yang menjabat sebagai Kepala Soa
Adat adalah Kepala Soa Matuankotta, Upu Latu, Mara Pelu, Teung Titimula.
5.

2. Soa Mokihutung
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Perintah/Pemerintahan, adalah Kepala Soa :
Pattiapon, Upu Pati, Mara Teung
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Adat adalah Kepala Soa Souripet : Upu
Mara Teung
3. Soa Tutupasar
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Perintah/Pemerintahan adalah Kepala Soa :
Thenu, Upu Tenu, Mara Kakalipet, Teung Tersili.
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Adat adalah Kepala Soa Lewaherilla, Upu Loi
Mara Teung Tersili.
4. Soa Puasel
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Perintah/Pemerintahan adalah Kepala Soa :
Horhoruw : Upu Mau, Mara Teung
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Adat adalah Kepala Soa Moniharapon, Upu
Mara Teung
5. Soa Lapaut
Yang menjabat sebagai Kepala Soa Perintah/Pemerintahan adalah Kepala Soa :
Souhuwat : Upu Hena, Mara Teung
Yang menjabat Kepala Soa Adat adalah Kepala Soa Keiluhu, Upu Kei Mara
Teung Siloi.
Badan Saniri Lengkap
Badan Saniri Lengkap adalah Badan LMD/Ketua LKMD, utusan-utusan dari
dewan guru dan utusan Majelis Jemaat, Kepala Bujang Jujaro, Kepala Kewang ditambah dengan Badan Saniri, maka menjadi Badan Saniri Lengkap.
Inilah Badan Pemerintahan Hutumuri sekarang.
* Penjaga Negeri
Penjaga Negeri Hutumuri Siwa Sama Suru Amalatu, adalah seekor naga, namanya Upu Latu Cora Siwa, Swara, Kawakana.
Penjaga rumah Upu Latu, ialah : Kapitan Monimout (marga Leiwakabessy).
Pengatur dalam rumah Upu Latu, ialah : Peipute (marga Pessy).
Penjaga rumah Baileu Suluh Waming, ialah : Kapitan Warang Ila (marga Pattihahuan).
Penjaga labuhan, ialah : Latu Upu Sia (marga Harmusial).
* Penjaga Laut
Upu Malananiang/Upu Huaya/Buaya di Hutumuri.
Upu Pakuala/Buaya Simanole.
Upu Sia-Sia Umba-Umba/Nama Sarina/Gurita Balayar.
Upu manusama/Opea/Kaluyu dari Upu Poli/Lilipory.

6.

4. HARI YANG DITETAPKAN UNTUK


ACARA UPACARA DI NEGERI HUTUMURI
Kenapa acara upacara adat di Negeri Hutumuri harus dilaksanakan pada hari
jumat atau hari selasa ?
Semua acara upacara yang menyangkut adat, itu dilaksanakan pada hari jumat
atau hari lima, karena hari jumat atau hari lima adalah hari lachirnya bangsamu
/Alifuru. Sebab itu, semua acara upacara adat harus dilaksanakan pada hari
jumat/lima/cadangannya hari selasa/dua/karena bila dihitung dari hari jumat
ke hari selasa, terdapat lima hari juga.
Siri Masa
Siri Masa, yaitu sirih kapur, pinang, tembakau, diisi pada satu daun sirih, yang
dibuat seperti pembungkus kacang garam.
Bungkussannya harus 9 (sembilan) buah ditambah dengan sembilan batang
rokok, yaitu tambakau yang dibungkus/digulung dengan daun kikir.
Sebelum pelaksanaan adat, bahan-bahan siri masa ini diatur di atas daun kontal,
daun yang dipakai untuk masud tersebut.
Bahan-bahan ini diatur bontal, siri masa duluan, sesudah itu rokok daun kikir
itu dimasukan dalam cela-cela siri masa itu. Semuanya dengan angka sembilan,
sesuai patasiwa.
Bila pada malam hari, sembilan buah lilin kanjoli juga harus dinyalakan. Kanjoli
yaitu isi buah mintagor, ditumbuk dengan kapas, campur sampai halus lalu ditaruh pada bumbu mentah, dan didalamnya ada sumbu yang keluar untuk dibakar. Tapi sekarang ini, kanjolinya sukar untuk dibuat, maka diganti dengan
lilin kecil berwarna merah.
Lilin juga diatur sebelah luar dari sirih dan rokok itu. Setalah lilin dibakar,
kemenyan juga dibakar. Kemenyan ditaruh dalam tempurung kelapa, ditambah
sedikit sabut kelapa, lalu dibakar. Setelah asam kemenyan mengepul ke atas,
maka acara upacara dimulai.
Siri masa ini dipakai, hanya pada upacara-upacara adat tertentu saja.
Misalnya :
- Upacara pemanggilan upu ;
- Upacara auneng baileu ;
- Upacara panggayo manggurebe ;
- Upacara pemberitahuan para leluhur di negeri tua Lounusa dan
upacara-upacara yang lain, yang memerlukan siri masa itu.
Falsafah Sirih Pinang :
Sirih dan kapur melambangkan hati uru yang suci dan murni.
Pinang : melambangkan tubuh uru.
Tambakau : melambangkan urat-urat pada tubuh uru.
Bila semuanya dikunyak, maka keluarlah air ludah seperti darah.
Artinya : Alifuru : Alif, artinya awal.
Uru atau ulu, artinya kepala.
Dalam kelahiran manusia, yang awal keluar ke dunia ini,
7.

adalah kepala. Kepala keluar kekung darah. Dengan keluarnya


kepala kekung darah, maka dengan tandanya sampai hari ini,
anak, bangsa, alifuru, selalu ikat berang di kepala.
Upacara Adat
- Upacara pelantikan Upu Latu.
- Upacara pelantikan Kepala Soa.
- Upacara pelantikan Marinyo.
- Upacara pelantikan Kepala Bujang Jujaro.
- Upacara pelantikan/pengukuhan kewang darat/laut.
- Upacara bangun rumah Baileu.
- Upacara tutup rumah Baileu.
- Upacara kawin adat/pamana.
- Upacara kasih masuk harta kawin/mata rumah/negeri.
- Upacara penerimaan Tauli.
- Upacara pemanggilan dara kasih pulang upu.
- Upacara panas gandong/bongso.
Simbol-Simbol Negeri
Pohon beringin yang dilingkari upu-upu kebesaran soa yang dilambangkan
dengan binatang-binatang. Gambar batu hatumari dengan tulisan Mosilou .
a. Mo, artinya : Mositoa Ama Latu (Tamilou).
b. Si, artinya : Siwa Sama Suru Ama Latu (Hutumuri).
c. Sou, artinya : Louhata Ama Latu (Sirisori).
Tugu Mangkuk
Mangkuk adalah pemberian ibu Lounusa Mosilou kepada Silaloi anak yang
bungsu. Dalam sumpah janji di Hatumari, mangkuk ini dipergunakan untuk me
nampung percikan darah yang keluar dari jari kelingking mereka. Timanole
Simanole Silaloi dan mereka meminumnya sebagai tanda pengesahan atas
sumpah janji mereka di atas batu Hatumari itu.
Nilai-Nilai Sastra Lisan
- Bahasa adat, atau bahasa tanah.
- Lagu-lagu adat.
- Kapata-kapata, pasawari-pasawari.
Nilai-Nilai Seni
Tari-tarian :
a. Tari cakalele bulu ayam.
b. Tari cakalele alifuru.
c. Tari Lengso.
d. Suling bambu/kulit bia.
Budaya
a. Baju hitam.
b. Baju hitam borci.
8.

c. Baju kain salele.


d. Kebaya dansa.
e. Baju berwarna biru.
Sastra Gaib
1) Binatang-binatang yang adalah lambang kebesaran masing-masing soa :
binatang-binatang itu dipanggil dengan bahasa rahasia, dan bukan ditangkap.
2) Pusat tanah atau pusat negeri.
3) Batu goso parang atau batu perkasa.
4) Batu pamali.
5) Tanda keperkasaan negeri yang diikat pada kedua hujung bubungan Baileu.
5. PELA GANDONG
Pela, artinya : Saling tarik menarik menjadi satu, menjadi satu perhubungan
persekutuan yang tidak boleh atau tidak dapat dilepas pisahkan. Pehelatan pela
gandong itu terjadi pada waktu perang patasiwa patalima dan sesudahnya. Misalnya perang Huamual tahun 1651 1656, pimpinan Laksamana Saidi dan Kemelaka Majira. Didalam perang itu, banyak negeri-negeri yang menjadi perhubungan pela gandong. Sebab itu, pela gandong tidak terasa bagi Maluku Tenggara
dan Maluku Utara.
Ada beberapa pela gandong, yaitu :
1) Pela gandong.
2) Pela batu karang.
3) Pela keras.
4) Pela darah.
5) Pela tampasiri.
Pela gandong :
adalah satu perhubungan persekutuan yang terdiri adik kakak, yang dilahirkan
dari satu ibu dan satu bapa.
Pela batu karang :
Pela batu karang ini, terdiri dari perhubungan persekutuan orang-orang perkasa,
yang terjadi setelah selesai dalam satu peperangan, dimana mereka sama-sama
bantu membantu tolong menolong dalam menyelesaikan sebuah peperangan.
Berdirinya pela batu karang, artinya yang kuat, yang kokoh dan tidak dihancurkan.Tetap kuat, kekar, seperti batu karang.
Pela darah :
Pela darah ini, adalah perhubungan persekutuan yang didasarkan dengan sumpah janji, dan dikuatkan dengan minium darah. Darah dipotong dari jarinya
dari persekutuan itu sendiri, dan dituangkan dalam sebuah mangkuk lalu diminum. Itu adalah pela darah, atau pela minum darah.
Pela tampa siri :
Pela tampa siri ini, adalah perhubungan persekutuan yang terjadi dalam keadaan
9.

tolong menolong, bantu membantu antara negeri satu dengan yang lain, misalnya dalam keadaan kerja kayu untuk keperluan satu negeri. Dalam hal ini, siring
pinang ditaruh atau diletakkan pada tempat yang disediakan, kemudian ditegakkan dengan sumpah janji atas sirih pinang itu, lalu mereka makan bersamasama.
Sebab itu, kami Negeri Hutumuri mencakup dua buah pela, yaitu Pela Gandong
dan Pela Darah.
Tempat-tempat bersejarah:
1) Aman Wala atau Hena Wala.
2) Hena atau Negeri Lounusa Besi Uli Siwa-Siwa Sama Suru Ama Latu.
3) Batu Lubang Gerci/Pantai Warul.
4) Benteng Raja/Benteng Upu Ama Upu Rua. Kaberisi Tamata.
5) Pusat Negeri.
6) Batu Goso Perang/Batu Perkasa.
7) Leolema Latar.
8) Labuhan Penihesi/Pantai Ula.
9) Tiang Garam.
10) Hatu Lisa atau Batu Gepe.
11) Liang Payer.
12) Tuisapu atau Toisapu.
13) Batu Lekahatu.
14) Batu Capeu.
15) Batu Naga Putih atau Batu Hatu Putih.
16) Tiang Bendera.
17) Bulu Mamasa.
18) Batu Gong.
6. PATUNG ALIFURU
Yaitu sebuah patung yang dimainkan oleh cakalele Alifuru itu, adalah kisah perang Toiyamarima/Patasiwa/Patalima.
Moyang Simanole, membunuh raksasa Patalima. Lagunya masih dinyanyikan
oleh tari cakalele Alifuru sampai hari ini, seperti begini :

Artinya :

Ria molo, nusa ria molo


Siwa si pameri, toiyama rima o
Dimana punt tidak, di pulau manapun tidak, tidak
bisa lawan sembilan (Patasiwa) potong kesana kemari (pameri) sampai kepada tete moyang lima (pata lima)

Cakalele Alifuru
Cakalele Alifuru yang badannya dicat atau dilabor hitam menandakan :
keturunan bangsa Kakehan/Alifuru yang disebut orang gunung.

10.

7. ORGANISASI KEMASYARAKATAN
Organisasi kemasyarakatan yang paling kuat dan masih hidup di Negeri Hutumuri, adalah :
1. Soa : Semua masyarakat Negeri Hutumuri, semuanya sudah tertampung di Soa, sampai pun kepada saudara-saudara pendatang
yang sudah menetap di Negeri Hutumuri, bagi mereka tidak
dibuat soa baru atau soa masing, karena sudah menjadi kesepakatan kelima Soa di Negeri Hutumuri ini, semua pendatang di
tampung pada Soa Puasel.
2. Muhabet : Perkumpulan Muhabet Sosial di Negeri Hutumuri ini
ada tujuh buah, lima buah di Negeri Hutumuri, dan 2 buah di
kampung Toisapu.
Muhabet atau organisasi sosial ii telah menampung seluruh masyarakat Negeri Hutumuri.
Harta Kawin
Untuk anak-anak perempuan yang kawin dalam negeri, ialah :
- 1 kayu kain putih/besar.
- 1 botol jenefer.
- 1 kain pembungkus.
Untuk anak-anak perempuan yang kawin keluar Negeri Hutumuri :
- 1 kayu kain putih besar.
- 1 botol jenefer.
- 1 kain pembungkus.
- Kain loyar untuk ibu, 5 m kain putih (bisa uang).
- Kain tim/kain om, 5 m kain putih + 1 buah anggur.
- Kain putih 1 kayu besar untuk Negeri.
- Kain putih 1 kayu kecil untuk bujang jujaro.
Nilai-Nilai yang dianut
- Gotong royong/kerja sama atau Masohi.
- Naamu/Manno.
- Solidaritas/kebersamaan.
- Kerukunan antar umat beragama.
- Keterbukaan.
- Keadilan.
- Kejujuran.
- Sopan santun.
- Kesatriaan/berani dan bertanggung jawab.
- Keberanian memajukan pendapatan dan menghargai pendapat
orang lain.
- Toleransi.
- Demokrasi dan hak asasi manusia.

11.

8. PENGERTIAN UPU, MARA dan TEON/TEUNG


Bagi masing-masing marga, ada mempunyai upu, mara dan teon dan teung.
Upu yaitu yang disebut dari pihak bapa.
Mara yaitu yang disebut dari pihak mama.
Jadi upu dan mara, artinya : marga bapa dan marga mama telah menjadi satu
dalam mata rumah bapa. Sebab itu, bagi anak perempuan yang kawin dia keluar
dari rumah suaminya, dia punya marga hilang, tapi dia punya mara dari rumah
bapanya hidup di sana. Bila nanti keduanya punya anak laki-laki pamana, maka
upu dari bapa si anak laki-laki itu disebut dan mara dari marga ibu anak laki-laki
itu juga disebut.
Teon atau Teung
Teon atau teung artinya pengelompokan dalam mata rumah. Teon atau teung
adalah sebuah lambang dan sebuah nama yang dirahasiakan.
Teon atau teung juga menunjuk langsung atau tidak langsung, tempat dan asal
moyang-moyang atau leluhur-leluhur kita.
Arti dari Kapata atau Tita
Kapata > Kapa artinya : Puncak gunung yang berbentuk tajam, seperti jari telunjuk menunjuk ke langit.
Pata artinya : Ucapan-ucapan tegas atau sabda tegas.
Kapata tita artinya : ucapan-ucapan tegas yang tak dapat dirubah, yang unik seperti puncak gunung berpucuk tombak tertuju kepada allah.
Arti Pasawari
Pasawari ialah : Ucapan-ucapan permohonan dan penghormatan kepada para leluhur dan kepada Tuhan Allah yang diucapkan dalam bernetuk
lagu.
Arti Molameit
a. Molameit yaitu adalah ucapan-ucapan penghormatan dan permintaan dari pada leluhur dan kepada Allah. Karena ada kesalahan-keselahan yang dibuat
oleh seseorang agar dia diberikan pengampunan.
b. Molameit juga adalah ucapan-ucapan penghormatan kepada seseorang, yang
mau masuk mata rumah atau Baileu, agar dia diperkenalkan dengan upu ama
upu ina, dalam mata rumah atau negeri.
Arti Pamana
Pamana, artinya : yang mana, anak yang mana, ini ditujukan kepada anak perem
-puan, yang masuk mata rumah lelaki atau calon suaminya.
Pamana ialah satu persekutuan mata rumah. Dalam menyambut anak perempuan yang disebut konyadu itu.

12.

Dalam upacara pamana, semua orang perempuan dalam mata rumah itu, yang
sudah kawin keluar, mulai dari nenek-nenek, mama-mama dengan berbagai
marga dan negeri. Semuanya diundang datang ke pertamata rumah itu. Dan
nanti anak-anaknya satu-satu orang akan duduk dalam meja persekutuan adat
itu. Anak yang perempuan yang masuk mata rumah itu, dikele oleh dua orang
konyadu dari mata rumah itu. Seorang gadis dari pihak bapa anak laki-laki dan
seorang gadis dari pihak mama anak laki-laki.
Yang duduk meja adat pamana, hanya anak-anak mata rumah yang satu rangk.
Satu generasi dengan anak perempuan atau calonnya (laki-laki) itu. Di meja adat,
berapa banyak yang duduk terserah, tapi harus jumlahnya ganjil sesuai angka
patasiwa, angka yang ganjil.
Arti dari Panuri
Panuri yaitu barang-barang pangan yang diantar dari mata rumah perempuan ke
mata rumah lelaki pada waktu acara perkawinan. Sehari sebelum acara perkawinan malam itu, acara panuri dijalankan. Maksudnya untuk membantu anak
perempuan dari mata rumah lelaki.
Barang-barang panuri, antara lain :
- 1 sak beras.
- 1 tumang sagu.
- 1 baki sagu bakar/sagu lemping.
- 1 baki keladi
- 1 baki ubi jalar/patatas
- 1 baki pisang besar
- 1 baki pisang kecil
- 1 baki sayur kondor
- 1 baki sayur terong
- 1 baki cili
- 1 baki ikan
- 1 ikat kelapa (10 12 buah)
- 2 ikat kayu bakar.
Barang-barang ini bukan terbatas di sini, boleh ditambah dengan yang lain,
sesuai kemampuan. Barang-barang ini diantar ke mata ramuh lelaki, dipimpin
oleh seorang ibu yang dituakan. Barang-barang ini sesuai kalau kawin lari. Kalau
kawin masuk minta atau meminang, barang-barang ini tambah dengan tas pakaian atau lemari. Yang didalamnya pakaian anak perempuan, ditambah dengan
kain pintu, kain gorden dan lain-lain. Barang-barang pecah belah sampai pun terompong tiup api, gata-gata api, batu tungku, gata-gata papeda, aru-aru papeda,
semuanya diantar ke mata rumah laki-laki dan ini untuk perempuan.
Tetapi sekarang sesuai keadaan, barang-barang ini sudah terkikis oleh zaman,
sehingga hampir punah. Hanya yang ada berlaku sampai sekarang, perkawinan
sederhana atau besar, yaitu panuri barang pangan.
Arti Tauli
Tauli adalah salah satu acara perkawinan, yang sama dengan acara panuri. Acara
13.

Tauli ini kalau misalnya anak laki-laki Hutumuri kawin dengan nona dari luar
Negeri Hutumuri, misalnya dari Rutong, Leahari atau lain-lain Negeri. Bila dari
mata rumah perempuan mau antar barang Tauli itu. Bukannya di malam
sebelum pesta kawin, tapi itu terjadi di hari perkawinan. Setelah acara resepsi
perkawinan selesai, diadakan acara penerimaan Tauli oleh keluarga mata rumah
lelaki. Barang-barang yang diantar, sama saja dengan barang-barang panuri.
Disamping barang-barang makanan itu, pakaian anak perempuan, kain pintu,
kain gorden dan lain-lain diikut sertakan, sampai pun pada barang-barang pecah
belah. Hanya terompong api, gata-gata api, batu tungku tidak diikut sertakan.
Rombongan Tauli disambut oleh keluarga laki-laki dengan kain gendong, sambil
nyanyi lagu adat, sampai rombongan masuk mata rumah lelaki. Sesudah keluarga perempuan selesai makan, maka acara melantai (dansa) dibuka oleh kedua
mempelai, komper, dengan keluarga perempuan, dan semua keluarga perempuan diminta dulu, sesudah itu yang lainnya. Acara melantai (dansa) dilanjutkan
sampai pukul 04.00 pagi dan diganti dengan acara dendang yang disebut Tari
Masa Kupang .
Kupang artinya uang. Jadi, Tari Masa Kupang, ialah : Tari Uang. Tari ini perlu
seorang yang cakap dalam berpantun. Biasanya tari ini memakai sapu tangan,
uang diikat dihujung sapu tangan, dan para penari menari di muka mempelai,
dan pemantun bikin pantun sesuai dengan orang yang menari. Sesudah itu, sapu tangan diletakkan di atas bahu mempelai perempuan. Bila sudah asyik dendang dan berbalas pantun antara mata rumah perempuan dan mata rumuah
lelaki, para penari dari mata rumah perempuan, gabung sapu tangan, lima
sampai enam orang, mereka menari dan gabungan sapu tangan-sapu tangan itu
diletakkan pada bahu kedua mempelai. Begitu juga keluarga lelaki tidak mau
kalah. Bila para penari sudah tidak ada uang, maka diikatnya daun sagu atau
daun kelapa di ujung sapu tangan dan letakkan pada bahu mempelai
perempuan atau lelaki. Daun sagu dan daun kelapa menandakan sagu satu
pohon, dan kelapa sepotong dusun. Kalau sekarang, mungkin bisa cengkih,
duku atau durian. Tapi sekarang, jarang untuk ada acara begini, karena
pernikahan sekarang hanya sederhana saja. Inilah acara Tauli.
Panggilan Penghormatan dalam Adat Mata Rumah
- Yaya : Panggilan Yaya, ditujukan untuk papa punya saudara perempuan.
- Tiu atau Oma : Panggilan Tiu ini, ditujukan pada mama punya
saudara laki-laki.
- Cocong : Panggilan Cocong ini, ditujukan kepada papa punya
bapa, punya bapa basudara punya anak perempuan.
- Uwa : Panggilan Uwa ini, ditujukan pada papa punya bapa punya istri.
- Mui : Panggilan Mui ini, ditujukan pada papa punya bapa punya
saudara perempuan.
- Wate : Panggilan Wate ini, ditujukan pada papa punya saudara
Perempuan punya suami.
- Ciceng : Panggilan Ciceng ini, ditujukan pada papa punya bapa
Punya istri, punya saudara laki-laki.
14.

Arti dari Tari lengso


Tari lengso atau tari adat ini pada mulanya merupakan tari penjemputan perang.
Tari ini memakai alunan tifa dan totobuang. Bila roman buka para penari ini
dengan muka yang senyum dan berseri-seri, itu menandakan para laskar mereka
pulang membawa kemenangan. Bila penari itu dengan muka yang sedih dan
menggugurkan air mata, itu berarti para laskar mereka pulang membawa kekalahan, dan air mata yang jatu itu menandakan kekasihnya telah meninggal dalam
medan pertempuran. Sekarang ini di Negeri Hutumuri, tari ini dijadikan tari
penyambutan, dalam acara penyambutan tamu-tamu yang dihormati.
Tari ini memaki Torban yang dipasan di para penari yang berbentuk kopia. Pada
kedua ujung topi itu, dipasang bulu burung cendrawasih.
Bulu burung cendrawasih adalah mengenangkan Bapa dari moyang Timanole,
Simanole dan Silaloi yang berasal dari Irian (tanah Papua).
Bapa Lukuna atau Lokonda ini berasal dari daerah Kainama (Papua) dan dia
adalah seorang kepala suku, ialah suku Manggarengga. Setelah dia merantau ke
Nusa Ina (Seram) maka dia lalu menikah dengan Lounusa Usalou, anak dari seorang kapitan besar bangsa Kakehan, dan dia mendapat gelar kapitan Supuhalatain.
Arti dari Cakalele Bulu Ayam/Adat
Tari cakalele bulu ayam ini, adalah menunjukkan satu kekuatan keperkasaan
Negeri Hutumuri. Tari ini terbentuk dari masing-masing soa dua orang yang
menjadi persatuan Negeri dipimpin oleh dua orang Kapitan, yaitu di muka Kapitan Leiwakabessy dan di belakang Kapitan Waas.
Tari ini menunjukkan semangat juang laskar-laskar Hutumuri dalam menjaga tanah tumpah darahnya melawan siapapun. Tari ini memakai topi pelindung
kepala yang disebut Kapseti. Pada kedua ujung kapseti, dihiasi dengan bulu
ayam bahagian ekor (yang panjang). Bulu ayam adalah menandakan satu perintah tegas dari bangsa Kakehan (Alifuru) yang tidak boleh ditahan atau diubah dalam keadaan apapun.
Bila seorang kurir atau seorang suruhan dalam keadaan penting, bila dia memakai bulu ayam di tangan, di pos-pos penjagaan manapun tidak bisa menahan dia
dan perintah ini setelah sampai pada yang menerima, segera harus dilaksanakan.
Golo, dalam tari ini dipergunakan tari Gole. Gole bagi bangsa kakehan alifuru,
menandakan satu penghormatan kepada atasannya. Bila seorang bawahan mau
menghadap atasannya, kira-kira jarak 10 meter dia sudah gole sampai di muka
atasannya baru dia sembah. Sikap dan gaya tarinya, parang dan salawaku menunjukan kelincahan berperang, mengatasi semua kemungkinan yang akan terjadi.
Tifa dan Gong
Tari ini disemangati dengan bunyi tifa dan gong, itu pertanda, bunyi tifa dan
gong ini juga untuk menyemangati para laskar pejuang.
Tari cakalele alifuru, badannya disapu hitam, ini menandakan tarian ini adalah
khas dari Kakehan Alifuru. Tarian ini dipimpin oleh dua orang kapitan yaitu
kapitan muka oleh kapitan Souhuwat (Lamote) dan kapitan belakang adalah
Kapitan Keiluhu.
15.

Kapitan memakai salawaku dan Tombak, sedangkan Malesi dan anak buahnya
parang dan salawaku. Tarian ini hanya terdiri dari Soa Lapaut saja.
Pada betis tangan para kapitan, dipasang bulu burung kaswari. Ini mengenangkan Ina/Ibu Lounusa Usalou. Ibu dari Timanole, Simanole dan Silaloi yang berasal dari bangsa Kakehan Alifuru. Bangsa Kakehan mempunyai binatang andalan, adalah burung kaswari. Didalam tari ini juga terdapat ibu dan anak-anak.
Ibu dan anak-anak melambangkan satu kegembiraan bangsa Kakehan/Alifuru
dalam menyambut laskar-laskarnya pulang dari peperangan membawa kemenangan atau kekalahan, itu sudah menjadi tugas mereka secara rutin.
Dalam tari, mereka mengekspresikan parang dan salawaku, menandakan cara kelincahan dalam menghadapi musuh. Tari ini berakhir dengan tari mako-mako
atau maro. Mako-mako atau maro, mainan maro atau mako-mako adalah satu
permainan bangsa Kakehan (Alifuru) setelah pulang perang membawa kemenangan dan juga dalam acara-acara pesta. Maro (mako-mako) ini merupakan mainan
kegemaran mereka, baik laki-laki maupun perempuan. Mainan maro (makomako) harus berbentuk seperti mani-mani. Bangsa Kakehan (Alifuru) bila mau
mengadu kekuatan laki-laki atau menunjukan keperkasaanya harus garis bundar
seperti mani-mani dan yang bertanding harus masuk dalam garis tersebut. Siapa
yang keluar garis, dia yang kalah. Dalam pertandingan baku potong, sampai mati
pun tidak boleh keluar dari garis tersebut. Kakehan ( Alifuru) dalam bahasa
Pasawari dia katakan yo menareah, teta maku mani-mani, artinya: Hai yang
mana, siapa yang hantam lebih dulu, bikin lingkaran seperti mani-mani.
Sebab itu, tari cakalele dan maro (mako-mako) ini masih dipertahankan di
Negeri Hutumuri sebagai anak-anak keturunan dari bangsa Kakehan (Alifuru)
sampai hari ini.
Patong-patong dan sebuah potong yang diekspresikan dalam tarian cakalele Alifuru ini, adalah menggambarkan keperkasaan moyang Simanole dalam perang
Patasiwa (Patalima) yang mengalahkan raksasa Patalima dank anak buahnya.
Sebab itu, dalam lagu Pasawari Kakehan Alifuru, ada bilang:
1. Ria molo, nusa ria molo
Siwa si pameri, toiyama rima o
Artinya : Dimanapun tidak, di pulau manapun tidak,
Tidak bisa lawan sembilan patong
Ke sana ke mari (pameri) sampai kepada tete moyang lima.
2. Yori-yori o, yapa pela yori o
La isa sawa o, yapa pela yori o
Artinya : Habis o, habis o, semuanya habis o
Satu pun, siapa pun tiada
Semuanya habis o
Alunan Tifa dan Gong
Alunan Tifa dan gong Kakehan (Alifuru) berbeda dengan alunan tifa dari kelom
-pok-kelompok yang lain. Dalam perang, alunan tifa dan gong untuk menyemangati para laskar-laskar pejuang.

16.

Tahuri (Kulit bia)


Bunyi Tahuri (Kulit Bia), adalah sebagai satu kode, atau perintah. Bagi yang
meniup Tahuri (Kulit Bia), dia sudah harus tahu aba-aba dalam perintahnya.
Tiup berapa kali, maju dan maju terus. Tiup berapa kali, mundur dan tiup
berapa kali, istirahat dan lain-lain.
Minuman Sopi dan Acara Adat
Dalam acara adat, sopi tidak bisa dilepas pisahkan dari tampa siri. Sopi dalam
acara adat adalah melambangkan air yang bersih, murni dan keras yang keluar
dari Nunu Wae Same atau Waele Buturi, kepala dari tiga batang air: Eti, Tala
dan Sapalewa.
Air dari kelamin laki-laki yang mempersatukan teman, mata rumah, pela dan
gandong. Sebab itu, sopi tidak bisa dilepas pisahkan dari tempat sirih.
Dalam acara-acara adat sopi dan tempat sirih ini yang diutamakan.
Sistem Hukum Adat Negeri Hutumuri
- Hukum tanah adat atau tanah dati.
- Hukum perkawinan adat.
- Hukum peraturan sasi.
- Hukum budaya, sumber daya alam dan laut.
- Hukum sumpah janji Hatumari.
Masyarakat Hena/Negeri, Mosilou Berpindah-Pindah
Hena Waiputi/Yohun Hahan
Hena Kota Raja/Tamilou/Mositoa Amalatu
Hena Hutumuri/Siwa Sama Suru Amalatu
1. Dari Soa ke Hena/Negeri
2. Aman Wala/Hena Wala
3. Lounusa Besi/Uli Siwa-Siwa Sama Suru Ama Latu (Gunung Maot)
4. Gunung Eril
5. Gunung atas tanjung halat (Negeri lama)
6. Hena Hutumuri Siwa Sama Suru Ama Latu.
Hena Louhata Amalatu
1. Ga Ilo Samo Ikolo Hailo dan Samo Ikolo Hailo
2. Sia Matani
3. Amoi Lalo
4. Hena Latu
5. Elhau
6. Honimua
7. Sirsori atau Sili Soli atau Siri Sori
8. Siri Sori Ama Latu
9. Siri Sori Ama Pati.

17.

9. NAMA NAMA MOYANG


Dari Gunung Mai tempat Kakehan Alifuru, seorang Kapitan besar, seorang
Amalesi namanya Kapitan Latu Ama Mar. Dari gunung Mai Kapitan Latu Ama
Mar turun dan pindah ke Amaheine yaitu yang disebut Manusela. Dari Manusela, Kapitan Latu Ama Mar turun ke Buria, di Buria Kapitan Latu Ama Mar kawin dengan seorang gadis namanya Mahina Ina Waku Samae dan digelar Kapitano Ama Mar Sopo Latu Buria.
Ama Mar dan Ina Waku Samae dikaruniai seorang anak perempuan namanya
Mahina Lounusa Usalou. Kemudian, Lounusa Usalou kawin dengan seorang
perkasa dari Irian (tanah Papua) namanya Lukuna atau Lokonda.
Lukuna atau Lokonda adalah seorang Kepala Suku dari Suku Manggarengga di
daerah Kainama. Dari perkawinan Lukunda/Lokonda dengan Lounusa Usalou,
mereka dikaruniai 5 (lima) orang anak, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Timanole atau Cora atau Bunlete (Tamilou)


Simanole atau Cara atau Bunwilla (Hutumuri)
Oka Wanda atau Nyai Mas, kawin di Waai > Bakarbesi
Oki Wanda atau Nyai Intan, kawin di Haria > Manuhutu
Silaloi atau Corale atau Inuwissa (Siri Sori)

Sesudah Lukuna atau Lokonda kawin dengan Lounusa Usalou, dia digelar
Kapitan Lupuhalatain. Dalam satu pertandingan menguji keperkasaan, dimenangkan oleh Kapitan Supuhalataun, dan dia digelar Amalesi artinya bapa
beruntung dalam keperkasaan. Sebab itu, namanya dijuluki : Amalesi Nitua
Supuhalatain dan menjadi Amalesi dalam kepemimpinan Patasiwa.
Janji di Hatumari oleh Timanole, Semanole dan Silaloi
1. Upu yama, lepa pela, lepa hon
2. Su Wele taru taru welu
3. Siwa sai yo mae
4. Sima sai yo mae
5. Na ipa pon, kotu halusi
6. Mae na incapkan janji
7. Sai Waka sai, sae elau wesai
8. Sai ena susa na, sai tei.
Artinya :
1. Yang satu tidak boleh kawin yang lain
2. Yang satu harus mengunjungi yang lain
3. Yang satu tidak boleh melupakan yang lain
4. Yang satu harus melindungi yang lain
5. Yang satu tidak boleh menggagahi yang lain
6. Yang satu harus mengasihi yang lain
7. Yang satu harus menolong yang lain
8. Yang satu harus menghormati yang lain
9. Yang satu terhadap yang lain, wajib bersifat jujur dan terbuka.

18.

Sumpah di Hutumari
Sei heka lasa-lasa esaui :
Segala sesuatu yang telah ditutup, tidak boleh dibuka kembali, karena akan mem
-bawa petaka bagi yang membukanya. Lasa pada hakekatnya adalah langit. Apabila dibuka, langit akan runtuh.
Sei heka hatu, hatu esa pei :
Semua permasalahan adat yang telah dikeluarkan, maka tidak boleh digali kembali, karena akan mendapat menguburkan yang menggalinya. Hatu atau batu di
sini, dalam arti bumi yang kita pijak.
Bei heka sou, sou ehekai :
Cerita yang merupakan sejarah yang tidak perlu ditambah atau dikurangi karena
bila hal itu dilakukan, akan membawa petaka bagi yang menceritakannya.
Sou pela lepa hou, sepa pela lepa hou :
Ceritanya sudah selesai diulang kembali. Ceritanya sudah dibilang, ceritanya sudah selesai.
Berkat Nunusaku
Berkat Latu Nunusaku, Latu Sohi Lawasihu
Berkat Upu Latu Sahulau
Berkat Upu Latu Sehisalewang Pati
Berkat Upu Latu Sole mata Latu mata Wane
Berkat Upu Latu Nitau Supuhalatain
Berkat Upu Latu Timanole
Berkat Upu Latu Simanole
Berkat Upu Latu Silaloi
Berkat Upu Latu Risapori Sari Ata
Berkat Upu Lanit o
Bei amane Nunusaku, Barakate Ami o
Tete Moyang Tete Bapa, Sopo-Sopo Berkat
Berkat Lounusa Besi
Berkat Satu Lounusa Besi, Upu Latu Hetabei Nusa Leitimur
Berkat Upu Latu, Latu Tapisamal
Berkat Upu Latu, Latu Aman Telu Aman Talang
Berkat Upuu Allah Tete Sorga
Tete Moyang Tete Bapa, Sopo-Sopo Berkat
Berkat Mosilou
Berkat Mositoa Amalatu-Salauli
Berkat Siwa Sama Suru Ama Latu
Hentilmu Suluh Waming Resilolo Nunusaku
Berkat Louhata Ama Latu Sigunala Pailemahu
Berkat Nitua Lukuna, Sopo-Sopo Berkat

19.

10. RUMAH BAILEU SULUH WAMING


Panjang rumah Baileu Suluh Waming 19 meter
Lebarnya 7 meter.
Tiang:
Tiang Baileu Suluh Waming terdiri dari : 12 buah tiang utama dan 6 buah tiang
tambahan, masing-masing Soa mempunyai 2 buah tiang utama yang terdiri dari
tiang perintah/pemerintahan dan tiang adat. Tiang pemerintahan duduknya di
depan jalan raya, sedangkan tiang adat duduknya bahagian belakang arah ke laut
Tiang Perintah/Pemerintahan dikuasai oleh kepala soa perintah/pemerintahan.
Tiang Adat dikuasai oleh kepala soa adat.
Tiang Raja/Tiang yang tua ditanggung oleh soa Patihutung dan Soa Tutupasar/
Tiang Raja Soa Patihutung dan Tiang yang tua Soa Tutupasar.
Jenis Kayu untuk Tiang Utama
Kayu untuk tiang utama ialah kayu Nani.
Falsafahnya:
Kayu Nani, adalah kayu yang kuat, tegar dan kekar,
Falsafahnya: orang-orang Patasiwa Kakehan Alifuru adalah orang-orang yang
kuat, perkasa dan kekar.
Ada kata bahasa :
Lei manno, hatu lei manu o
Patasiwa, kuru hatu lei manu o
Artinya :
Bersama pimpinan yang kuat dan keras seperti batu,
Patasiwa kuat, karena pemimpinannya kuat, keras seperti batu.
Jenis Kayu untuk Pemasangan Trali-trali mengelilingi Istana Baileu
Kayu untuk untuk pagar trali itu adalah kayu cempedak.
Falsafahnya:
Rakyat Negeri Hutumuri harap hidup dalam satu persatuan dan persekutuan
yang harmonis, seperti manisnya isi cempedak.
Bila ada saudara-saudara yang mengunjungi Negeri Hutumuri stelah ia kembali
Negeri Hutumuri tidak pernah dilupakan.
Jenis Kayu untuk Balok dan Lain-lain
Jenis kayu untuk balok, kap dan lain-lain itu adalah kayu besi.
Falsafahnya:
Betapa kuat dan kerasnya adat Negeri ini.
Lokasi bagi Masing-masing Soa dalam Rumah Baileu
Dalam rumah Baileu, sudah dibagi masing-masing Soa punya tempatnya. Jarak
dari tiang satu ke tiang Soa yang lain 3 meter. Pekerjaan Baileu sampai tutupnya
masing-masing Soa kerja pada lokasi pembagiannya.

20.

Falsafahnya:
Dahulu, walaupun soa-soa ini berjauhan satu dengan lain, tapi sekarang bagaikan berpegagan tangan, membangun/menyambung menjadi satu. Mereka semua
menjadi satu mata rumah, satu Teung Mata Rumah, ialah Negeri Hutumuri ini.
Tandanya:
Tiang nan tua dan tiang Raja terletak pada Soa yang pertama Soa Patihutung.
Tiang bungsu, terletak pada Soa terakhir, ialah Soa Lapaut.
Pembangunan Rumah Baileu
Rumah Baileu Suluh Waming Negeri Hutumuri dibangun diatas 10 Tiang
Utama, tapi didalamnya didasarkan atas 9 Teung Mata Rumah yang mewakili 5
Soa dari Negeri ini. Sebab, Kepala Soa Perintah Upu Teur dan Kepala Soa Adat
Upu Soi Soa Tutupasar hanya mempunya satu Teung Mata Rumah. Jadi hanya
9 Teung Mata rumah yang berperan. Disamping 10 buah tiang utama, maka ada
lagi 2 buah Tiang Upu Latu/Raja dan Tiang yang tua. Dengan demikian 9
Teung Mata Rumah digabung menjadi satu yaitu Teung Negeri.
Mangkuk Penadah Tiang
Masing-masing tiang utama dimassukkan dalam mangkuk. Yang telah tersedia
didalam tanah itu, dan setiap panta tiang ditaruh natsar-natsar Soa.
Falsafahnya:
Mangkuk bagaikan digendong, didukung. Jadi Baileu ini, Negeri ini, dudukung,
digendong oleh kelima Soa ini dalam satu persatuan dan persekutuan.
Ahuneng/Balok Bubungan Baileu
Ahuneng Baileu, harus dari akar tunjang pohon beringin. Karena dahulu,
rumah Baileu Kakehan/Alifuru adalah pohon beringin yang disesuaikan. Menurut kepercayaan mereka, di pohon beringin itu, ada Allah pelindung yang
mereka panggil dengan nama: Kapua Upu Ila Kahuresi.
Sebab itu ahuneng atau akar tunjang pohon beringin itu adalah melambangkan
Tuhan Allah, atau Kapua Upu Ila Kahuresi. Dalam aturan adat pohon ahuneng
harus dijaga, tidak boleh kena di tanah.
Yang potong pohon ahuneng, yang di atas pohon/sebelah atas, dipotong oleh
Soa Tutupasar, yaitu: Kepala Suku atau Upu Latu Soa Tutupasar/Pesurnay dan
Amah Upu Tuan Tanah: yang potong ujung ahuneng. Sebelah bawah, di tanah,
yaitu Soa Lapaut, mata rumah Souhuwat Lamote. Di hari sebelum potong Ahuneng, malam itu siri masa ditaruh oleh Soa Lapaut, mata rumah Keiluhu didampingi Malesi Patalala bersama anak-anak cakalele alifuru.
Tiba di Negeri, rombongan disambut oleh malona-maloni degan sebuah tarian
di muka Rumah Tua Amah Upu, sesudah itu istirahat.
Catatan:
Negeri Tua Lounusa Besi, Rumah Baileu masih pohon beringin. Setelah turun
ke Negeri Hutumuri ini, dan karena sudak masuk agama, maka rumah Baileu dibuat sebagai rumah dan diatur dengan peraturan-peraturan Pata Siwa. Kakehan
/Alifuru membawa Ahuneng Baileu dengan segala macam peraturannya, itu
berarti kita membawa Allah pelindung/Kapua Upa Ella Kahuresi/yaitu Tuhan
21.

Allah, untuk melindungi Baileu itu, berarti melindungi Negeri ini.


Sebab itu, semua rumah tua di Negeri Hutumuri yang ahuneng rumah keluar seperti rumah Baileu, bila upacara pamana/masuk rumah, tidak boleh masuk
manumata, harus samping manumata. Bila masuk manumata, itu berarti tidak
sopan masuk Tuhan Allah punya muka. Sebab itu, harus masuk samping manumata, Peraturan ini masih dipertahankan di Negeri Hutumuri, bila ada upacara
adat Pamana.
Daun Sagu, Daun Rumbia
Rumah Baileu ditutup dengan daun rumbia/sagu/atap. Bumbungan Baileu juga
dengan daun rumbia/daun atap.
Falsafahnya:
a. Isi dari pohon sagu, adalah makanan khas bangsa Alifuru. Dijadikan papeda,
sagu bakar, dan lain-lain.
b. Pohon sagu berdiri tegap dan kekar, melambangkan bangsa Alifuru, yang kuat
dan kekar.
c. Duri-durinya melambangkan keperkasaannya bangsa Alifuru, bengis, kejam
dan suka berkelahir.
d. Jaganya dipakai untuk dinding rumah dan tapalang atau tempat tidur.
Bubungan Rumah Baileu
Bubungan rumah Baileu, adalah untuk menaungi ahuneng itu, melambangkan
menaungi Kapua Upu Ela Kahuresi (Allah). Sebab itu bila ada pertukaran atap
rumah Baileu atau pembongkaran rumah Baileu, bubungannya harus dibawa
oleh masing-masing Soa dan diletakkan pada tempat-tempat buang sampahnya.
Begitu juga Ahuneng, ditanam saja dekat fandasi rumah Baileu atau dibagi-bagi
ke lima Soa dan dibuang di tempat sampah masing-masing.
Tanda Keperkasaan Negeri Hutumuri
Setelah bubungan rumah Baileu siap dikerjakan, maka Soa Tiang yang tua dan
Soa Tiang bungsi, memasang tanda keperkasaan Negeri Hutumuri pada ujung
bubungan tiang yang tua dan tiang bungsu.
Tanda keperkasaan itu, ialah gamutu yang diplating, dan diikat pada kedua
ujung bubungan itu.
Falsafahnya:
Sebagai bangsa Kakehan Alifuru, bila rambutnya sudah dipelating bersama-sama
dengan kain berang, dan dililit di leher, maka pertanda dia sudah siap sebagai
laki-laki perkasa, siap tempur/berkelahi/menghadapi siapapun. Sebab itu, semua
orang yang masuk Negeri Hutumuri dengan jimat-jimatnya, maka dia akan seperti orang dungu, bingung-bingung dan bisa gila.
Dengan tanda keperkasaan itu, dia sangat antik, orang yang masuk dengan jimatjimat, pakatang-pakatang, perkasa laki-laki, sampai pun pada barang-barang yang
antih cukur, semuanya tidak boleh masuk di Negeri Hutumuri ini, semua keperkasaan dari luar itu, akan terkubur di Negeri ini.
Manu Mata
Rumah Baileu harus mempunyai manumata
22.

Falsafahnya:
a. Manu yaitu Roh yang turun dari atas mata yaitu untuk melihat. Jadi Roh yang
turun dari atas untuk melihat anak cucu, tidak melalui pintu, tapi melalui manu mata.
Roh-roh leluhur yang tidak masuk melalui pintu, tapi melalui manu mata.
b. Sebagai bangsa Alifuru manumata juga sebagai pos, untuk dapat mengintip
adakah musuh yang datang.
Tempat Kakehan
Di dalam rumah Baileu, ada tempat khusus untuk penyimpanan barang-barang
kakehan/barang-barang tua.
Barang-barang tua yang ditaruh/disimpan itu, ada mempunyai nilai-nilai sejarah
tempo dulu.
Baileu Panggung
Bagi orang Pata Siwa, Pata Siwa Kakehan/Alifuru/mereka disebut orang gunung
Orang gunung harus mempunyai panggung supaya terluput dari serangan binatang buas dan dengan cepat bisa melihat musuh yang datang.
Sebagaimana bangsa Pata Siwa sebagai orang gunung, yang rumahnya rumah
panggung, maka Baileu Pata Siwa pun harus Baileu panggung, seperti Kapata
Pata Siwa.
Atap Pipit
Atap Pipit Baileu Suluh Waming diikat (digabung menjadi satu), baru dinaikkan, adalah pertanda kelima Soa ini bergandengan tangan dalam satu persatuan
dan persekutuan membangun rumah adat (Baileu) ini, yang diberi nama:
Suluh Waming,
artinya:
Pelita yang bercahaya.
Tangga Naik Istana Suluh Waming
Baileu Suluh Waming mempunya 9 anak tangga untuk naik ke istana Suluh
Waming. 9 anak tangga itu melambangkan Pata Siwa.

23.

Anda mungkin juga menyukai