Anda di halaman 1dari 6

Abses Kutis

Disusun Oleh:
Nurul Hazliana binti Harun
11-2012-229

Dokter Pembimbing
dr. Wong Hendra Wijaya, MSi

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
PERIODE 13 OKTOBER 2014 15 NOVEMBER 2014

Definisi
Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan. Apabila abses mengenai kulit berarti di dalam
kutis atau subkutis yang disebut abses kutis atau abses kutaneus. Batas antara ruangan yang
berisikan nanah dan jaringan di sekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrat
proses radang. Sel dan jaringan akan hancur kemudian membentuk nanah. Dinding abses
terdiri dari jaringan sakit, yang belum menjadi nanah.1

Gambar 1. Abses kulit.


Epidemiologi
Abses bisa terkena pada semua umur dan tidak ada erbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Faktor predisposisi abses adalah:2
1.
2.
3.
4.
5.

Diabetes mellitus
Obesitas
Higiene yang buruk
Sindroma hiper-IgE
Penderita HIV terutama dengan infeksi Staphylococcus aureus yang resisten metisilin

Etiologi
Yang paling umum menyebabkan abses kulit adalah infeksi oleh bakteri piogenik seperti
Staphylococcus aureus.abses kulit juga bisa terjadi setelah luka ringan, cedera atau sebagai
komplikasi dari folikulitis atau bisul. Abses kulit bisa timbul di setiap bagian tubuh. Abses
bisa menyumbat dan mengganggu fungsi jaringan di bawahnya. Infeksi bisa menyebar, baik

secara local maupun sistemik. Penyebaran infeksi melalui aliran darah bisa menyebabkan
komplikasi yang berat.2
Infeksi bakteri dapat menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu:
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infekski di bagian tubuh lain secara limfatogen atau
hematogen
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia atau tidak
menimbulkan gangguan, terkadang dapat menyebabkan terbentuknya abses
4. Adanya cedera dapat menjadi penyebab terjadinya abses
Selain itu peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1)
2)
3)

Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi


Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
Terdapat gangguan sistem kekebalan misalnya daya tahan tubuh yang menurun

Patofisiologi
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau
perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda asing membunuh sel-sel lokal
yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon
inflamasi (peradangan), yang menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih
(leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel
sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah pus menginfeksi struktur lain di
sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung
menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda
asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam pus. Abses harus dibedakan
dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada
sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas
yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri memasuki ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati

dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di
dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung kepada lokasi abses.

Gambar 2. Proses terjadinya abses kulit.


Gejala klinis
Lesi dapat menetap beberapa hari sampai beberapa bula. Gejala yang didapatkan pada kulit
adalah nyeri seperti menusuk-nusuk dan nyeri tekan. Gejala lain yang dapat mnyertai adalah
demam dan malaise. Pada abses, dapat dilihat peninggian dari kulit yang berasal dari dermis,
lemak subkutan, otot atau struktur kulit lain dan berisi cairan nanah. Abses merupakan salah
satu manifestasi peradangan, maka gejala yang dapat mengikuti abses adalah kemerahan,
panas, pembengkakan, rasa nyeri dan hilangnya fungsi.
Pada awalnya lesi yang timbul merupakan nodul kemerahan dan nyeri. Dalam beberapa hari
sampai minggu, pus atau nanah akan berkumpul di dalam ruang tengah lesi. Abses dapat
terjadi soliter atau multipel (Gambar 3).2

Gambar 3. Abses kulit soliter.


Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita abses adalah:2
1. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui apakah terjadi infeksi dengan adanya
leukositosis
2. Gram stain. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan kokus gram positif dengan leukosit
polimorfonuklear (PMN)(Gambar 4)
3. Kultur bakteri dilakukan dengan mengambil cairan nanah untuk mengisolasi kuman
Staphylococcus aureus

Gambar 4. Pewarnaan gram pada bakteri Staphylococcus aureus.


Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Menjaga kebersihan luka jika terdapat luka pada kulit
2. Tindakan bedah

a. Terapi yang paling adekuat untuk abses adalah dengan tindakan insisi dan
drainase nanah dari abses
3. Terapi lain
a. Terapi lain yang dapat diaplikasi pada abses adalah dengan kompres hangat
pada lesi untuk memicu konsolidasi dan drainase secara spontan
4. Teapi antibitoik sistemik
a. Antibiotik sistemik dapat diberikan untuk resolusi yang cepat pada orang
dengan keadaan umum baik
b. Contoh antibiotik yang dapat diberikan adalah:
i. Penisilin G 1,2 juta U IM selama 7 hari
ii. Amoksisilin 500 mg 3 kali perhari
iii. Ampisilin 250-500 mg 4 kali perhari selama 7-10 hari
iv. Cefixime 200-400 mg 2 kali sehari
v. Doksisiklin 100 mg dua kali sehari2
Prognosis
Secara umum, diagnosis dan penangan yang tepat dapat memberikan hasil yang baik.
Daftar pustaka
1. Budimulja U.morfologi dan cara membuat diagnosis. Dalam : Djuanda. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Edisi 2. Jakarta: FKUI;2005.h.36
2. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatricks color atlas & synopsis of clinical dermatology. 6 th
ed. United States: McGraw-Hill Inc;2009.p.604-8

Anda mungkin juga menyukai