Anda di halaman 1dari 8

Anam Hady Nugroho

Good
Environme
ntal
Governanc
e
Prinsip Tata Kelola Lingkungan Yang
Baik

2/6/2016

Good Environmental Governance


Usaha pelestarian lingkungan hidup yang selama ini didominasi oleh
kerangka pikir manajemen telah membuat usaha ini tidak mencapai hasil yang
diinginkan. Keterbatasan kerangka manajemen telah membuat usaha tersebut
terjebak pada ketergantungannya terhadap pemerintah. Kerangka pikir manajemen
melihat lingkungan hidup hanya sebagai obyek manajemen. Sementara itu kita
tahu bahwa misi dari manajemen adalah pemuasan kepentingan para subyeknya:
manusia. Sehingga lingkungan menjadi tidak memiliki makna atau nilai (value),
dan membuatnya tak lebih dari sekedar alat pemuas umat manusia. 1
Maka dari itu, Purwo Santoso dalam makalahnya yang berjudul
Environmental Governance: Filosofi Alternatif Untuk Berdamai dengan
Lingkungan Hidup, menawarkan konsep governance untuk digunakan sebagai
kerangka pikir baru dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Penggunaan
konsep governance ini mengajak kita untuk mengedepankan pola interaksi pihakpihak yang berkepentingan, bukan hanya efisiensi atau efektifitas kerjanya saja
seperti yang ada dalam konsep manajemen.2
Penggunaan konsep governance dalam upaya mengatasi persoalan
lingkungan hidup juga pernah diungkapkan oleh Kotchen dan Young yang
menyatakan bahwa, Governance systems can be considered as institutional
filters, mediating between human actions and biophysical processes.3 Menurut
1

Purwo santoso, Environmental Governance: Filosofi Alternatif Untuk


Berdamai Dengan Lingkungan Hidup, hlm. 9, diakses dari
http://elisa1.ugm.ac.id/files/PSantoso_Isipol/ odufQlMY/GOOD
%20ENVIRONMENTAL%20GOVERNANCE2.doc, pada tanggal 6 November
2013.
2
Ibid., hlm. 2.
3
Kotchen dan Young dalam UNEP. 2006. Interlinkages: Governance for
Sustainability, hlm. 375, diakses dari

mereka governance dapat digunakan untuk memfilter dan memediasi hubungan


antara kegiatan manusia dan lingkungan. Dalam penggunaan konsep governance
ini, sistem Governance harus berjalan untuk menghasilkan tiga kelompok utama
yang sekarang saling berinteraksi terhadap lingkungan yakni negara, masyarakat,
dan swasta.
Konsep governance dalam lingkungan atau bisa disebut dengan
environmental governance, melihat negara dan masyarakat sebagai obyek
sekaligus subyek pada usaha pelestarian lingkungan. Negara sebagai suatu
organisasi yang memiliki kontrol terhadap sumberdaya dan kekuasaan, memiliki
kemampuan mengubah kondisi alam dalam skala yang masif. Oleh karena itu,
nasib lingkungan hidup sangat ditentukan oleh kemampuan menertibkan perilaku
negara agar konsisten dengan kaidah-kaidah ekologis. Melalui konsep governance
ini maka environmental governance dipahami sebagai kerangka pikir pengelolaan
negara dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup melalui interaksinya dengan
rakyatnya. Tapi perlu diingat bahwa peran negara disini adalah untuk memastikan
arah dan derajat perubahan sesuai dengan yang bisa ditolerir oleh ekosistem,
bukan kemampuan negara mengubah kondisi bio-fisik.4
Konsep environmental governance perlu dibangun diatas sebuah premis
sentral bahwa sistem sosial dan ekosistem dari waktu ke waktu terlibat dalam
interaksi (aksi-reaksi) yang tidak berkesudahan.5 Interaksi antar kelompok yang
berkembang dalam konsep governance telah membuat hubungan antara negara,
masyarakat, dan swasta berdiri sejajar. Governance pada konsep environmental
http://www.unep.org/geo/geo4/report/08_Interlinkages_Governance_for_a_
Sustainable_Earth.pdf, pada tanggal 4 April 2014 pukul 20.05 WIB.
4
Purwo santoso, loc. Cit., hlm. 15.
5
Ibid., hlm. 20.

governance digunakan pada keperluan untuk memahami dan mengelola hubungan


timbal balik antara sistem sosial dengan ekosistem. Lebih dari itu, pengelolaan
sistem sosial perlu dikelola dengan mengedepankan nilai-nilai ekologis, dan
sebaliknya, ketahanan ekosistem bisa dipelihara melalui pengelolaan sistem sosial
yang terbimbing oleh kaidah-kaidah ekologis.6
Lahirnya konsep environmental governance ini tidak bisa lepas dari
berkembangnya konsep governance yang telah menjadi ibu dari beberapa
konsep lainnya tentang tata kelola pemerintahan atau organisasi yang baik.
Perkembangan yang pesat tersebut telah membuat kita mengenal adanya istilah
good governance sekarang ini. Konsep good ini disematkan pada pelaksanaan
governance yang sudah sesuai dengan prinsip dan karakteristiknya. Sehingga
governance dikatakan baik jika pelaksanaannya telah memuat nilai-nilai
governance seperti transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi.

Gambar 1.1
Kaitan Antara konsep governance, manajemen
lingkungan hidup dan environmental governance

Interaksi
dalam sistem
bio-fisik
(ekosistem)

Interaksi dalam
sistem sosial

Ibid., hlm. 18.

good
governance

Manajemen
lingkungan

Environmental
governance
Sumber: Purwo Santoso 2001

Pada konsep environmental governance, konsep good ataupun bad pada


dasarnya adalah persoalan pijakan atau keberpihakan pada nilai-nilai tertentu. 7
Jika disepakati bahwa penilaian good ataupun bad perlu dilakukan dalam bingkai
penghormatan terhadap kedaulatan ekosistem, maka environmental governance
dikatakan good jika ia berpihak pada nilai-nilai lingkungan atau ekosistem.
Pemaknaan good atau bad pada environmental governance harus dilihat dari
kacamata ekosistem, bukan kacamata manusia (antroposentris). Sehingga intinya,
konsep environmental governance ini ingin mengarahkan cara pandang kita untuk
melihat segala persoalan dari sudut pandang lingkungan. Lingkungan menjadi
pertimbangan utama dalam setiap keputusan yang kita ambil dan laksanakan.
Penggunaan konsep governance dalam lingkungan telah membuat nilainilai yang ada pada governance juga diterapkan dan disesuaikan dengan
kepentingan lingkungan. Atas dasar itu maka United Nations Development
Programme (UNDP), United Nations Environment Programme (UNEP), World
Bank, dan World Resources Institute menyebutkan dalam publikasinya yang

Ibid.

berjudul A Guide to World Resources, ada tujuh elemen yang dimiliki oleh
environmental governance. Ketujuh elemen tersebut adalah sebagai berikut.8
1. Institusi dan hukum. Siapa yang membuat dan menegakkan peraturan
untuk menggunakan sumber daya alam? Apa saja aturan-aturan dan
hukum apabila peraturan tersebut dilanggar? Siapa yang akan memutuskan
bila ada perselisihan?
2. Hak-hak

partisipasi

dan

keterwakilan.

Bagaimana

publik

dapat

mempengaruhi atau memperjuangkan peraturan mengenai sumber daya


alam? Siapa yang akan mewakili mereka yang menggunakan atau
tergantung pada sumber daya alam ketika kebijakan terhadap sumber daya
alam tersebut dibuat?
3. Tingkatan kewenangan. Pada tingkatan atau skala apa: lokal, regional,
nasional, internasional, kewenangan terhadap sumber daya alam berada?
4. Akuntabilitas

dan

transparansi.

Bagaimana

mereka-mereka

yang

mengawasi dan mengelola sumber daya alam dapat menjawab untuk


kebijakan-kebijakan yang mereka buat dan kepada siapa? Bagaimana
proses pembuatan kebijakan terbuka untuk dikaji?
5. Hak kepemilikan dan kedudukan. Siapa yang memiliki sebuah sumber
daya alam atau memiliki hak yang sah untuk mengawasi?
6. Aliran pasar dan finansial. Bagaimana praktik finansial, kebijakan
ekonomi dan perilaku pasar mempengaruhi kewenangan atas sumber daya
alam?
8

Lilin Budiati, op. Cit., hlm. 63-64.

7. Ilmu pengetahuan dan risiko. Bagaimana ekologi dan ilmu sosial yang
digabungkan dalam kebijakan terjhadap sumber daya alam digunakan
untuk mengurangi risiko terhadap masyarakat dan ekosistem serta
mengidentifikasikan peluang-peluang baru?
Selain tujuh elemen yang disebutkan dalam A Guide to World
Resources, dalam hubungan dengan upaya good environmental governance,
Indonesian Center For Environment Law (ICEL) juga menyebutkan ada beberapa
kriteria yang harus di integrasikan dalam setiap kebijakan yang memiliki urgensi
untuk mewujudkan kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan yang terkait
dengan berbagai hal, yaitu:9
1. Pemberdayaan, pelibatan masyarakat dan akses publik terhadap informasi
2. Transparansi
3. Desentralisasi yang demokrasi
4. Pengakuan terhadap daya dukung ekosistem dan berkelanjutan
5. Pengakuan terhadap masyarakat adat dan masyarakat setempat
6. Konsistensi dan harmonisasi
7. Kejelasan (clarity), dan
8. Daya penegakan.
Dengan demikian, kriteria di atas sebagai parameter yang mendorong
terciptanya pemerintahan yang baik, terutama melalui penguatan masyarakat sipil.
9

Ibid., hlm. 71.

Pemberdayaan masyarakat dan transparansi serta desentralisasi yang bersifat


demokrasi sebagai elemen-elemen pokok untuk mewujudkan pemerintah yang
baik, sedangkan pengakuan terhadap keterbatasan daya dukung dan ekosistem dan
aspek keberlanjutan, serta pengakuan hak masyarakat adat dan masyarakat
setempat sebagai elemen-elemen pokok dari prinsip keberlanjutan ekologis.10
Melalui

pemikiran

environmental

governance,

diharapkan

bisa

dirumuskan pembaruan penyelenggaraan kepentingan publik dengan mengacu


atau mengedepankan nilai-nilai ekologis. Baik-buruknya penyelenggaraan
pemerintahan tidak hanya dilihat dari kualitas hubungan negara dengan rakyatnya,
namun juga dari kualitas interaksi ekologisnya, dan dari segi komitmennya untuk
menjunjung tinggi kaidah-kaidah ekologis.11

10
11

Ibid.
Purwo santoso, loc. Cit., hlm. 21.

Anda mungkin juga menyukai