Anda di halaman 1dari 35

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama penderita

: by. Ny. D

Umur/ tgl. Lahir

: 0 hari/ 14 Mei 2013

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pendidikan

:-

Orang Tua
Nama Ayah

: Tn.N

Umur

: 28 th

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Nama Ibu

: Ny.D

Umur

: 26 th

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

MRS

: 14 Mei 2013

B. ANAMNESIS
Anamnesis tanggal

: 14 Mei 2013 dengan ibu penderita dan rekam medik

Keluhan utama

: lahir tidak langsung menangis

Riwayat Penyakit Sekarang


Tanggal 14 Mei 2014 pukul 21.15 WIB via VK lahir bayi laki-laki secara
spontan dari ibu G3P2A0, usia 28 tahun hamil 28-29 minggu, ANC (+) di bidan,
riwayat demam (-), riwayat KPD (-), riwayat KWH (-), riwayat minum jamu saat
hamil (-), trauma (-), kencing manis (-), darah tinggi (-) minum obat selain resep dari
dokter (-).
Ketuban dipecahkan sesaat sebelum mengeluarkan bayi, warna jernih, jumlah
cukup, bau wajar. Lahir bayi secara spontan , lahir tidak langsung menangis, birubiru(+), APGAR scor 6-7. Berat badan lahir 1400 gram, PB = 38 cm. Dilakukan
pembersihan jalan nafas, pemberian O2, rangsang taktil dan pencegahan hipotermi.
Plasenta lahir secara manual, tidak tampak pengapuarn plasenta, infark (-),
hematom (-). Setelah 15 menit, telapak tangan dan kaki bayi nampak kebiruan, nafas
sesak, tidak aktif, dan tangis merintih.
pencegahan hipotermi.

Tetap dilakukan pemberian oksigen dan

Setelah 30 menit dilakukan resusitasi, kemudian bayi

dirawat di ruang Perinatologi.


Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang yang mengalami hal seperti ini sebelumnya
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah bekerja sebagai seorang karyawan swasta dengan penghasilan rata-rata
perbulan Rp. < 1.000.000. ibu tidak bekerja. Menanggung 1 orang anak yang belum
mandiri. Biaya kesehatan ditanggung Jamkesmas.
Kesan : Sosial Ekonomi kurang

Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Prenatal

: Ante Natal Care di bidan, pada awal kehamilan setiap bulan,


mendapat 2x TT, selama hamil tidak minum jamu, minum
vitamin dan tablet Fe

Natal

: Lahir di tolong bidan dari ibu G3P2A0, usia 28 tahun, lahir


tidak langsung menangis, BBL : 1400 gr, PB : 38 cm, AS : 6-7.

Postnatal

: perawatan di ruang Perinatologi RSUDRM, keadaan anak


asfiksia.

Riwayat Makan dan Minum


Riwayat imunisasi Dasar dan Ulangan
BCG

:-

Hepatitis B

:-

Polio

:-

DPT

:-

Campak

:-

Kesan

: imunisasi dasar belum diberikan

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak


Perkembangan

: belum bisa dinilai

Pertumbuhan

: BBL 1400 gr usia kehamilan 28-29 minggu

Kesan
Perkembangan belum bisa dinilai
Pertumbuhan sesuai masa kehamilan.
3

Riwayat Keluarga Berencana Orang Tua


Ibu penderita tidak memakai KB

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 14 Mei 2013
Seorang anak laki-laki, umur 0 hari, BB ; 1400 gr, PB : 38 cm
Keadaan umun : Somnolen, kurang aktif, nafas spontan (+) inadekuat.
Tanda vital

: Frek. Nadi

: 130x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

Frek. Pernapasan

: 50 x/ menit

Suhu

: 360 C

STATUS INTERNUS
Anemia

:-

Sianotik

:-

Ikterik

:-

Turgor

: kembali cepat

Tonus

: hipotoni

Rambut

: hitam, tidak mudah dicabut

Kulit

: sianosis (+)

Edema

:-

Serebral

: kejang (-)

Dispnu

:-

Lingkar kepala: 29 cm
4

Ubun-ubun besar: datar


Mata

: anemis (-), ikterik (-)

Telinga: tulang rawan belum sempurna


Hidung

: nafas cuping hidung (+)

Bibir

: sianosis (+)

Mukosa

: kering(-)

Mulut

: sianosis (+)

Lidah

: makroglosi (-)

Gigi-geligi

: belum tumbuh

Tenggorokan : sulit dinilai


Leher

: pembesaran kelenjar limfe (-)

THORAK
Paru-paru
Inspeksi

: simetris, retraksi (+) epigastrial

Palpasi

: sulit dinilai

Perkusi

: sulit dinilai

Auskultasi

: Suara dasar
Suara tambahan

: vesikuler +/+
: Hataran -/- , Ronki -/Wheezing -/-

JANTUNG
Inspeksi

: Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus kordis teraba di LMK sinistra

Perkusi

: tidak dilakukan
5

Auskultasi

: BJ I/II reguler normal, gallop (-), bising (-)

ABDOMEN
Inspeksi

: datar, tali pusat layu (-)

Auskultasi

: BU (+) normal

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, hati dan limpa tidak teraba

Alat kelamin

: laki-laki, anus (+)

Anggota Gerak

Superior

Inferior

hipotoni

hipotoni

Sianosis

+/+

+/+

Cap refill

>2/>2

>2/>2

Tonus
Reflek primitif

STATUS ATROPOMETRI
Kurva Lunchenco

Bayi laki-laki, preterm 28-29 minggu, BBL = 1400 gr, PB = 38 cm


6

Kesan : Berat badan lahir sesuai masa kehamilan


Ballard Score :
Maturitas Fisik

Kulit

:2

Lanugo

:2

Lipatan plantar

:2

Payudara

:1

Daun telinga

:2

Kelamin

:1

Maturitas neuromuskular

Sikap

:2

Sudut pergelangan tangan

:1

Arm recoil

:1

Sudut poplitea

:2

Scarf sign

:2

Tumit ke telinga

:2

Jumlah skor

Masa gestasi : 30-31 minggu

: 20

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah ( 14 Mei 2013)
Hemoglobin

: 13,6 gr/%

Hematokrit

: 41,5 %

Eritrosit

: 3,77 juta/mm3
7

Leukosit

:11.600/mm3

Trombosit

: 426.000/ mm3

GDS

:95 mg/dL

DAFTAR MASALAH
No
1.

Problem aktif
Asfiksia Sedang

Tgl
10/12/11

Problem Pasif
Imunisasi dasar

2.

BBLR

10/12/11

dilakukan

3.

Neonatus Preterm

10/12/11

4.

Neonatal Infeksi

10/12/11

Tgl
belum 10/12/11

E. DIAGNOSIS KERJA
1. Asfiksia Sedang
DD

: - Faktor umur kehamilan


DD : persalinan prematur

2. BBLR 1400 gr
DD

: - Sesuai Masa Kehamilan


- Kecil Masa Kehamilan

3. Neonatus preterm 28-29 minggu


DD

: - N. Aterm

4. Neonatus infeksi
DD

: - early onset
- late onset

F. RENCANA PEMECAHAN MASALAH


8

Assesment :
1. Asfiksia Sedang
DD

: - Faktor umur kehamilan


DD : persalinan prematur

IP Dx

S :O : Foto Thorak

IP Rx : - CPAP PEEPS
- IVFD D5 100 ml + Ca. Glukonas 6 cc
- Aminofilin 16 mg

6 gtt/i

selanjutnya 3 x 6 mg dalam D5

- Inj. Vit. K 1 mg i.m


- Ceftazidin 2 x 50 mg
- Gentamicin tetes mata

Kebutuhan 24 jam
Kebutuhan

Cairan

Kalori

Protein

24 jam
Infus D5 %
ASI
Total
AKG (%)

220 cc
108
112
2
100 %

220 kkal
20
75
95
41,3 %

4,4 g
2,4
2,4
56,5 %

IP Mx : - Pengawasan tanda-tanda vital


- Pengawasan tanda tanda henti napas
- awasi hipoglikemi dan hipotermi

IP Ex : - Memberitahukan kepada orang tua bahwa bayi lahir mengalami


gangguan napas sedang, perlu di rawat di CPAP PEEPS untuk
memenuhi kebutuhan oksigennya.
- Menjelaskan kepada orang tua tentang pemeriksaan pemeriksaan
yang akan dilakuakan guna menunjang diagnosis dan terapi yang akan
diberikan.

2. BBLR 1400 gr
DD

: - Sesuai Masa Kehamilan


- Kecil Masa Kehamilan

IP Dx S : O:IP Rx : IP Mx : awasi berat badan, akseptabilitas diet


IP Ex : Menjelaskan kepada orang tua bayi bahwa berat badan anak rendah
karena lahir sebelum taksiran persalinan sehingga harus dilakukan
pemantauan berat badan secara teratur.

3. Neonatus preterm 28-29 minggu


DD

: - N. Aterm

IP Dx S : O:IP Rx : IP Mx : awasi pertumbuhan dan perkembangan neonatus, akseptabilitas diet

10

IP Ex : memberitahu kepada orang tua tentang pentingnya pemberian ASI


ekslusif, pentingnya memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi.

4. Neonatus infeksi
DD

: - early onset
- late onset

IP Dx S : O : DR, kultur darah


IP Rx : IP Mx : tanda vital, tanda sepsis
IP Ex : menjelaskan kepada orang tua bahwa bayi perlu melakukan
serangkaian pemeriksaan, untuk membuktikan ada atau tidaknya infeksi,
dikarenakan adanya riwayat ibu dengan ketuban pecah dini.

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
PENDAHULUAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau
sama dengan 2500 gram (2500 gram) disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas
bayi.1
Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine II di
London (1970) telah diusulkan defenisi berikut : 1,2
-

Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.

Bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu sampai 42
minggu.

Bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih. 1,2

Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi
dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya <37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.
Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilan (KMK). 1,3
INSIDENS
Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di negara dengan
sosio ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan sekitar 90 kasus BBLR terjadi di negara
berkembang. Di negara berkembang, angka kematian BBLR mencapai 35 kali lebih tinggi
dibandingkan bayi dengan berat lahir di atas 2500 gram. 4

12

Sejak tahun 1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan
jumlah kelahiran preterm. Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami
dismaturitas, dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Di negara-negara yang sedang berkembang
sekitar 70% bayi BBLR tergolong dismaturitas. 4
Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di
Negara sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali lipat. Di Indonesia,
kejadian bayi prematur belum dapat dikemukakan, tetapi angka kejadian BBLR di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di
rumah sakit pada tahun yang sama adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan
oleh BBLR. 1,2
ETIOLOGI
A. Prematuritas murni
1.

Faktor ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia
gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyebab
lainnya adalah diabetes mellitus, penyakit jantung, bacterial vaginosis,
chorioamnionitis atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi
prematuritas.
b. Usia
Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah pada usia dibawah 20 tahun dan
pada multi gravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Pada ibu-ibu yang
sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan. Kejadian
terendah adalah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

2.

Faktor janin
Hidramnion, gawat janin, kehamilan ganda, eritroblastosis umumnya akan
mengakibatkan BBLR. 1,4

B. Dismaturitas
Penyebab dismaturitas adalah setiap keadaan yang menganggu pertukaran zat antara ibu
dan janin (gangguan suplai makanan pada janin). Dismaturitas dihubungkan dengan
13

keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan insuffisiensi plasenta, pertumbuhan dan
perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu. 2,3
PATOGENESIS
Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur kehamilan pretermnya
biasanya dihubungkan dengan keadaan medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk
mempertahankan janin (incompetent cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan
kehamilan, pelepasan plasenta, atau rangsangan tidak pasti yang menimbulkan kontraksi
efektif pada uterus sebelum kehamilan mencapai umur cukup bulan. 2
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu sirkulasi dan
efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi
ibu. Dismaturitas mungkin merupakan respon janin normal terhadap kehilangan nutrisi atau
oksigen. Sehingga masalahnya bukan pada dismaturitasnya, tetapi agaknya pada resiko
malnutrisi dan hipoksia yang terus menerus. Serupa halnya dengan beberapa kelahiran
preterm yang menandakan perlunya persalinan cepat karena lingkungan intrauteri berpotensi
merugikan. 2,4
GEJALA KLINIK
A. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masa gestasi kurang
dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak,
lemak subkutan kurang. Ossifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia
imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup
oleh labia mayora. Rambut biasanya tipis dan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum
cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mamma belum sempurna,
puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal, yaitu
posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur
daripada bangun. Tangisnya lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan
apnoe. Otot masih hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi, sendi
lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. 1,2
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, begitu
juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis, gelisah, aktivitas bertambah. Bila
dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita
14

infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang
menjadi lebih nyata sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat
pitting edema. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes
mellitus, dan toksemia gravidarum. 1,2
Frekuensi pernapasan bervariasi terutama pada hari-hari pertama. Bila frekuensi
pernapasan terus meningkat atau selalu diatas 60x/menit, harus waspada kemungkinan
terjadinya penyakit membran hialin, pneumonia, gangguan metabolik atau gangguan susunan
saraf pusat. Dalam hal ini, harus dicari penyebabnya, misalnya dengan melakukan
pemeriksaan radiologis toraks. 1,2
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm akan terlihat gejala
fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala dismaturitas. Dalam hal ini berat badan
kurang dari 2500 gram, karakteristik fisis sama dengan bayi prematur dan mungkin ditambah
dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan dengan dismaturitas,
gejala yang menonjol adalah wasting, demikian pula pada post term dengan dismaturitas. 1,3
Bayi dismatur dengan tanda wasting tersebut, yaitu :
1. Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen,
tetapi belum terdapat noda mekonium.
2. Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit,
plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam
amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus, dan plasenta sebagai
akibat anoksia intrauterin.
3. Stadium ketiga
Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning, demikian
pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang sudah
berlangsung lama. 1,3

15

DIAGNOSIS
Bayi berat lahir rendah didiagnosis bila termasuk dalam golongan :
1. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannnya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Bayi Kurang Bulan-Sesuai Masa
Kehamilan (BKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
yang Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK). 1
PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Prematur Murni
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus, maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi, serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi. 2
-

Atur suhu
BBLR mudah mengalami hipotermi, oleh karena itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. Bisa dengan membersihkan cairan pada tubuh bayi,
kemudian dibungkus. Atau bisa juga dengan meletakkannya di bawah lampu atau
dalam inkubator. Dan bila listrik tidak ada, bisa dengan metode kangguru, yaitu
meletakkan bayi dalam pelukan ibu (skin to skin). 5

Cegah sianosis
Cara mencegah sianosis dapat dengan cara pemberian oksigen agar saturasi oksigen
dalam tubuh bayi dapat dipertahankan dalam batas normal.

Cegah infeksi
BBLR mudah sekali diserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk membentuk antibodi dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, antara lain mencuci tangan sebelum
dan sesudah memegang bayi, membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak
dipakai lagi, membersihkan kulit dan tali pusat bayi dengan baik. 5,6
16

Pemberian vitamin K
Dosis 1 mg intra muskular, sekali pemberian. Pemberian vitamin K pada bayi imatur
adalah sama seperti bayi-bayi dengan berat badan dan maturitas yang normal.

Intake harus terjamin


Pada bayi-bayi prematur, refleks isap, telan dan batuk belum sempurna. Kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan, terutama lipase masih kurang.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000
gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500
gram kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari
pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung. 2,6

B. Penatalaksanaan bayi dismaturitas


Pada umumnya sama dengan perawatan neonatus umumnya, seperti pengaturan
suhu lingkungan, makanan, mencegah infeksi dan lain-lain. Bayi dismatur biasanya
tampak haus dan harus diberi makanan dini (early feeding). Hal ini sangat penting untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia. Kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam.
Frekuensi pernapadan terutama dalam 24 jam pertama harus diawasi untuk mengetahui
adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernapasan. Bila frekuensi lebih dari 60x/menit,
dibuat foto thorax. Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat
rentan terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.
Temperatur harus dikelola, jangan sampai kedinginan karena bayi dismatur lebih mudah
menjadi hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif
lebih besar dan jaringan lemak subkutan kurang. 1,6
Perawatan bayi dalam inkubator
Inkubator yang canggih dilengkapi oleh alat pengatur suhu dan kelembaban bayi
agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang dapat
diatur, serta kelengkapan lain untuk mengurangi kontaminasi bila inkubator dibersihkan.
Kemampuan bayi berat lahir rendah dan bayi sakit untuk hidup lebih besar bila mereka
dirawat pada suhu mendekati suhu lingkungan yang netral. Suhu ini ditetapkan dengan
mengatur suhu permukaan yang terpapar radiasi, kelembapan yang relatif, dan aliran
udara sehingga produksi panas sesedikit mungkin dan suhu tubuh bayi dapat
dipertahankan dalam batas normal. Bayi yang besar dan lebih tua memerlukan suhu
17

lingkungan lebih rendah dari bayi yang kecil dan lebih muda. Suhu inkubator yang
optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal
sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,5- 37,5 oC.
Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam
keadaaan tertentu, bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk
mengatur suhu tubuhnya, tetapi juga memerlukan pleksiglas penahan panas atau topi
maupun pakaian. 2,6
Seandainya tidak ada inkubator, pengaturan suhu dan kelembapan dapat diatur
dengan memberikan sinar panas, dan botol air hangat, disertai dengan pengaturan suhu
dan kelembapan ruangan. Mungkin pula diperlukan pemberian oksigen melalui pipa
intubasi. 6
Ibu yang memiliki bayi berat lahir rendah (BBLR) tidak perlu khawatir lagi soal
perawatan buah hatinya itu selepas keluar rumah sakit. Sekarang para ahli di bidang
kedokteran mengembangkan metode kangguru untuk merawat BBLR itu. Metode
tersebut memungkinkan panas tubuh ibunya memberikan kehangatan bayinya. Metode
kangguru ini memang terkesan unik, dengan sebuah pakaian yang berbentuk seperti
tubuh kangguru yang berkantung, bayi bisa mendapatkan kehangatan cukup karena
bersentuhan langsung dengan tubuh ibunya. Ada tiga kriteria BBLR sudah bisa dirawat
di rumah setelah keluar dari inkubator. Pertama, berat sudah kembali ke berat lahir dan
lebih dari 1500 gram. Kemudian berat bayi cenderung naik dan suhu tubuh stabil selama
tiga hari berturut-turut. Yang juga harus diperhatikan, bayi sudah mampu mengisap dan
menelan. Selain itu, ibu sudah harus merawat dan memberi minum. Metode kangguru ini
cukup efektif sebab selain membuat bayi tidak tergantung pada rumah sakit, ibu lebih
percaya diri merawat bayinya di rumah. Keuntungan lainnya, BBLR bisa mendapatkan
ASI eksklusif dan menurunkan resiko bayi terkena kehilangan panas tubuh. 6
KOMPLIKASI
Komplikasi prematuritas 1,5,6
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
Disebut juga sebagai penyakit membran hialin karena pada stadium akhir akan terbentuk
membran hialin yang akan melapisi paru.
2. Pneumonia aspirasi
Sering ditemukan pada bayi prematur karena refleks menelan dan batuk belum
sempurna.
18

3. Perdarahan intraventrikuler
Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral karena anoksia otak. Kelainan ini biasanya
hanya ditemukan pada otopsi.
4. Fibroplasias retrolental
Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan oleh gangguan oksigen
yang berlebihan.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hiprebilirubinemia dibandingkan dengan bayi
cukup bulan. Hal ini disebabkan oleh faktor kematangan hepar yang tidak sempurna
sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.
6. Infeksi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya IgG gamma globulin.
Komplikasi dismaturitas 1,2,5
1. Sindrom aspirasi mekonium
Keadaan hipoksia intrauterin mengakibatkan janin mengadakan gasping dalam uterus.
Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likuor amnion, akibatnya cairan yang
mengandung mekonium yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena inhalasi.
Pada saat lahir, bayi akan menderita gangguan pernapasan idiopatik.
2. Hipoglikemia simptomatik
Tertama pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin sekali disebabkan
oleh persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi dismaturitas. Diagnosis dapat
dibuat dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah. Bayi BBLR dinyatakan
hipoglikemia bila kadar gula darah yang kurang dari 20 mg%.
3. Asfiksia neonatorum
Bayi dismatur lebih sering menderita asfiksia neonatorum dibandingkan dengan bayi
biasa.
4. Penyakit membran hialin
Terutama pada bayi dismatur yang preterm. Hal ini karena surfaktan pada paru belum
cukup sehingga alveoli selalu kolaps.
5. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering mendapat penyakit ini dibandingkan dengan bayi yang sesuai
dengan masa kehamilannya. Hal ini disebabkan gangguan pertumbuhan hati.

19

PROGNOSIS
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya masa
gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tingggi angka kematian),
asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler,
fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan metabolik. Prognosis ini juga tergantung dari
keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan
dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, pencegahan infeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain). 2,4

ASFIKSIA NEONATORUM
Definisi 7
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
-

Ikatan Dokter Anak Indonesia: Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis.

WHO: Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir

ACOG dan AAP: Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi
kondisi sebagai berikut:
Nilai Apgar menit kelima 0-3
Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)
Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)

Adanya gangguan sistem multiorgan

(misalnya: gangguan

kardiovaskular,

gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).

Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati


hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang mengalami episode hipoksiaiskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan
disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.

20

Etiologi dan Faktor Risiko 7


Asfiksia neonatorum

dapat

terjadi

selama

kehamilan,

pada proses persalinan dan

melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran
plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada
aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.

Patofisiologi
1.

Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir 4,7

Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam
keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh
darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah
janin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu
duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama oksigen.
Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan berisi
21

udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke

dalam

pembuluh darah di sekitar alveoli.Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga
menurunkan tahanan pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik.
Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru
akan mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang.
Keadaan relaksasi tersebut dan

peningkatan

tekanan darah sistemik, menyebabkan

tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga
aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen
yang diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang
banyak mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke
seluruh tubuh bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen
(21%) untuk menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen
meningkat dan pembuluh paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit.
Darah yang sebelumnya melalui duktus arteriosus sekarang melalui

paru-paru,

akan

mengambil banyak oksigen untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.8


Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru- parunya
untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam

akan

mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan
rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam
pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.8
2.

Kesulitan yang dialami bayi selama masa transisi

Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah lahir.
Kesulitan yang terjadi dalam kandungan, baik sebelum atau selama persalinan, biasanya akan
menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta atau tali pusat. Tanda klinis awal dapat
berupa deselerasi frekuensi jantung janin. Masalah yang dihadapi setelah persalinan lebih
banyak berkaitan dengan jalan nafas dan atau paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan
cairan atau benda asing seperti mekonium dari alveolus, sehingga akan menghambat
udara masuk ke dalam paru mengakibatkan hipoksia. Bradikardia akibat hipoksia dan
iskemia akan menghambat peningkatan tekanan darah (hipotensi sistemik).
Selain itu kekurangan oksigen atau kegagalan peningkatan tekanan udara di paru-paru
akan mengakibatkan arteriol di paru-paru tetap konstriksi sehingga terjadi penurunan
22

aliran darah ke paru-paru dan pasokan oksigen ke jaringan. Pada beberapa kasus, arteriol
di paru-paru gagal untuk berelaksasi walaupun paru-paru sudah terisi dengan udara atau
oksigen.
3.

Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal 4,8

Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru- parunya
yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru
sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol
berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi,
alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen.
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti usus,
ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak tetap stabil atau
meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah
akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital. Walaupun demikian jika kekurangan
oksigen berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke
seluruh organ akan berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi

jaringan,

akan

menimbulkan

kerusakan jaringan otak yang irreversible,

kerusakan organ tubuh lain, atau kematian. Keadaan bayi yang


memperlihatkan

membahayakan

satu atau lebih tanda-tanda klinis seperti tonus otot

buruk

akan
karena

kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain; depresi pernapasan karena otak
kekurangan oksigen; bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot jantung atau sel otak; tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada
otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta
sebelum

dan selama proses persalinan; takipnu (pernapasan cepat)

karena kegagalan

absorbsi cairan paru-paru; dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah.

23

4.

Mekanisme yang terjadi pada bayi baru lahir mengalami gangguan di dalam
kandungan atau pada masa perinatal 8

Gambar 1. Perubahan Frekuensi Jantung dan Pernapasan selama periode apnea8


Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pernapasan adalah tanda vital pertama yang
berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. Setelah periode awal pernapasan yang
cepat maka periode selanjutnya disebut apnea primer (gambar 1).
Rangsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan
pernapasan. Walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan
melakukan beberapa usaha bernapas megap-megap dan kemudian terjadi apnea sekunder,
rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali usaha pernapasan bayi baru lahir.
Bantuan pernapasan harus diberikan untuk mengatasi masalah akibat kekurangan oksigen.
Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnea primer. Tekanan darah
akan tetap bertahan sampai dimulainya apnea sekunder sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar di bawah ini (kecuali jika terjadi kehilangan darah pada saat memasuki periode
hipotensi). Bayi dapat berada pada fase antara apnea primer dan apnea dan seringkali
keadaan yang membahayakan ini dimulai sebelum atau selama persalinan.
Akibatnya saat lahir, sulit untuk menilai berapa lama bayi telah berada dalam keadaan
membahayakan. Pemeriksaan fisik tidak dapat membedakan antara apnea primer dan
sekunder, namun respon pernapasan yang ditunjukkan akan dapat memperkirakan kapan
mulai terjadi keadaan yang membahayakan itu.
Jika bayi menunjukkan tanda pernapasan segera setelah dirangsang, itu adalah apnea
primer. Jika tidak menunjukkan perbaikan apa-apa, ia dalam keadaan apnea sekunder.
Sebagai gambaran umum, semakin lama seorang bayi dalam keadaan apnea sekunder,
24

semakin lama pula dia bereaksi untuk dapat memulai pernapasan. Walau demikian, segera
setelah ventilasi yang adekuat, hampir sebagian besar bayi baru lahir akan memperlihatkan
gambaran reaksi yang sangat cepat dalam hal peningkatan frekuensi jantung.
Jika setelah pemberian ventilasi tekanan positif yang adekuat, ternyata tidak memberikan
respons peningkatan frekuensi jantung maka keadaan yang membahayakan ini seperti
gangguan fungsi miokardium dan tekanan darah, telah jatuh pada keadaan kritis. Pada
keadaan seperti ini, pemberian kompresi dada dan obat-obatan mungkin diperlukan untuk
resusitasi.
Penegakan Diagnosis7
Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia neonatorum.
Pemeriksaan fisis
-

Bayi tidak bernafas atau menangis

Denyut jantung kurang dari 100x/menit

Tonus otot menurun

Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium
pada tubuh bayi

BBLR

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil
darah tali pusat:
-

PaO2 < 50 mm H2O

PaCO2> 55 mm H2

pH < 7,30

asidosis pada

Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang
diarahkan pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
-

Darah perifer lengkap

Analisis gas darah sesudah lahir

Gula darah sewaktu

Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Kalium)


25

Ureum kreatinin

Laktat

Pemeriksaan radiologi/foto dada

Pemeriksaan radiologi/foto abdomen tiga posisi

Pemeriksaan USG Kepala

Pemeriksaan EEG

CT scan kepala

TATALAKSANA
Sebagian besar bayi baru lahir tidak membutuhkan intervensi dalam mengatasi transisi
dari intrauterin ke ekstrauterin, namun sejumlah kecil membutuhkan berbagai derajat
resusitasi.
-

Antisipasi kebutuhan resusitasi

Antisipasi, persiapan adekuat, evaluasi akurat dan inisiasi bantuan sangatlah penting
dalam kesuksesan resusitasi neonatus. Pada setiap kelahiran harus ada setidaknya satu
orang yang bertanggung jawab pada bayi baru lahir. Orang tersebut harus mampu untuk
memulai resusitasi, termasuk pemberian ventilasi tekanan positif dan kompresi dada. Orang
ini atau orang lain yang datang harus memiliki kemampuan melakukan resusitasi
neonatus secara komplit, termasuk melakukan intubasi endotrakheal dan memberikan
obat-obatan. Bila dengan mempertimbangkan faktor risiko, sebelum bayi lahir
diidentifikasi bahwa akan membutuhkan resusitasi maka diperlukan tenaga terampil
tambahan dan persiapan alat resusitasi.
Bayi prematur (usia gestasi < 37 minggu) membutuhkan persiapan khusus. Bayi prematur
memiliki paru imatur yang kemungkinan lebih sulit diventilasi dan mudah mengalami
kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta memiliki pembuluh darah imatur dalam
otak yang mudah mengalami perdarahan Selain itu, bayi prematur memiliki volume darah
sedikit yang meningkatkan risiko syok hipovolemik dan kulit tipis serta area permukaan
tubuh yang luas sehingga mempercepat kehilangan panas dan rentan terhadap infeksi.
Apabila diperkirakan bayi akan memerlukan tindakan resusitasi, sebaiknya sebelumnya
dimintakan informed consent. Definisi informed consent adalah persetujuan tertulis dari
penderita atau orangtua/wali nya tentang suatu tindakan medis setelah mendapatkan
penjelasan dari petugas kesehatan yang berwenang. Tindakan resusitasi dasar pada bayi
dengan depresi pernapasan adalah tindakan gawat darurat.
Dalam hal gawat darurat mungkin informed consent dapat ditunda setelah tindakan.
Setelah kondisi bayi stabil namun memerlukan perawatan lanjutan, dokter perlu
26

melakukan informed consent. Lebih baik lagi apabila informed consent dimintakan
sebelumnya apabila diperkirakan akan memerlukan tindakan.

27

Algoritma 1. Tatalaksana Resusitasi neonatus8

28

Pemberian oksigen7

Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen. Pemberian
oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan sungkup oksigen, sungkup
dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece resuscitator dan selang/pipa oksigen.
Pada bayi cukup bulan dianjurkan untuk menggunakan oksigen 100%. Namun beberapa
penelitian terakhir menunjukkan bahwa penggunaan oksigen ruangan dengan konsentrasi
21% menurunkan risiko mortalitas dan kejadian ensefalopati hipoksik iskemik (EHI)
dibanding dengan oksigen 100%.18-22 Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan
pada bayi kurang bulan karena dapat merusak jaringan.
Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat sianosis
sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik walaupun konsentrasi
oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali sianosis, maka
pemberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian
secepatnya dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan
kadar oksigen mencapai norma.8
-

Ventilasi Tekanan Positif

Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan sebagai langkah resusitasi lanjutan bila semua
tindakan diatas tidak menyebabkan bayi bernapas atau frekuensi jantungnya tetap kurang
dari 100x/menit. Sebelum melakukan VTP harus dipastikan tidak ada kelainan
congenital seperti hernia diafragmatika, karena bayi dengan hernia diafragmatika harus
diintubasi terlebih dahulu sebelum mendapat VTP. Bila bayi diperkirakan akan mendapat
VTP dalam waktu yang cukup lama, intubasi endotrakeal perlu dilakukan atau
pemasangan selang orogastrik untuk menghindari distensi abdomen. Kontra indikasi
penggunaan ventilasi tekanan positif adalah hernia diafragma.

29

Tabel 1. Alat bantu VTP 7

3.6.3.5 Kompresi dada7


Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah
dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Tindakan kompresi dada (cardiac
massage) terdiri dari kompresi yang teratur pada tulang dada, yaitu menekan jantung ke arah
tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi darah ke
seluruh organ vital tubuh. Kompresi dada hanya bermakna jika paru-paru diberi oksigen,
sehingga diperlukan 2 orang untuk melakukan kompresi dada yang efektifsatu orang
menekan dada dan yang lainnya melanjutkan ventilasi.Orang kedua juga bisa melakukan
pemantauan frekuensi jantung, dan suara napas selama ventilasi tekanan positif. Ventilasi
dan kompresi harus dilakukan secara bergantian.
Teknik ibu jari lebih direkomendasikan pada resusitasi bayi baru lahir karena akan
menghasilkan puncak sistolik dan perfusi koroner yang lebih besar.

30

Intubasi endotrakeal 7,9


Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi sesuatu
dengan keadaan, antara lain beberapa keadaan berikut saat resusitasi:
(1) Jika terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi pernapasan, maka intubasi
dilakukan sebagai langkah pertama sebelum melakukan tindakan resusitasi yang lain,
untuk membersihkan mekoneum dari jalan napas.
(2) Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi,
pengembangan dada, atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari beberapa
menit, dapat dilakukan intubasi untuk membantu memudahkan ventilasi.
(3) Jika diperlukan kompresi dada, intubasi dapat membantu koordinasi antara kompresi
dada dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan positif.
(4) Jika epinefrin diperlukan untuk menstimulasi frekuensi jantung maka cara yang umum
adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal sambil
menunggu akses intravena.
(5) Jika dicurigai ada hernia diafragmatika, mutlak dilakukan pemasangan selang
endotrakeal. Cara pemasangan selang endotrakeal perlu dikuasai diantaranya melalui
pelatihan khusus.
Pemberian obat-obatan
Obat-obatan jarang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir. Bradikardi pada bayi
baru lahir biasanya disebabkan oleh ketidaksempurnaan pengembangan dada atau
hipoksemia, dimana kedua hal tersebut harus dikoreksi dengan pemberian ventilasi yang
adekuat. Namun bila bradikardi tetap terjadi setelah VTP dan kompresi dada yang
adekuat, obat-obatan seperti epinefrin, atau volume ekspander dapat diberikan. Obat yang
diberikan pada fase akut resusitasi adalah epinefrin. Obat-obat lain digunakan pada pasca
resusitasi atau pada keadaan khusus lainnya.
Resusitasi pada bayi kurang bulan7,8
Bayi kurang bulan mempunyai risiko terkena berbagai komplikasi setelah lahir.
Secara anatomi dan fisiologi bayi kurang bulan adalah imatur, sehingga mereka memiliki
berbagai risiko sebagai berikut:

Kulit yang tipis dengan permukaan tubuh yang relatif luas serta kurangnya lemak
tubuh memudahkan bayi kehilangan panas

Jaringan yang imatur memungkinkan lebih mudah rusak oleh oksigen yang
berlebihan

Otot yang lemah dapat menyebabkan bayi kesulitan bernapas

31

Usaha bernapas dapat berkurang karena imaturitas sistem saraf

Paru-paru mungkin imatur dan kekurangan surfaktan sehingga kesulitan ventilasi,


selain itu paru paru bayi lebih mudah cedera setelah tindakan VTP

Sistem imunitas yang imatur rentan terhadap infeksi

Kapiler yang rapuh dalam otak yang sedang berkembang dapat pecah

Pengambilan darah berulang untuk pemeriksaan pada bayi prematur lebih mudah
menyebabkan hipovolemi karena volume darah yang sedikit.
Secara garis besar hal-hal berikut harus diperhatikan pada resusitasi bayi kurang

bulan :

Menjaga bayi tetap hangat

Bayi yang lahir kurang bulan hendaknya mendapatkan semua langkah untuk mengurangi
kehilangan panas.

Pemberian oksigen

Untuk menghindari pemberian oksigen yang berlebihan saat resusitasi pada bayi
kurang bulan, digunakan blender oksigen dan oksimeter agar jumlah oksigen yang
diberikan dapat diatur dan kadar oksigen yang diserap bayi dapat diketahui. Saturasi
oksigen lebih dari 95% dalam waktu lama, terlalu tinggi bagi bayi kurang bulan dan
berbahaya bagi jaringannya yang imatur.Namun begitu, tidak ada bukti yang meyakinkan
bahwa pemberian oksigen 100% dalam waktu singkat selama resusitasi akan merugikan.
Ventilasi7,9
Bayi kurang bulan mungkin sulit diventilasi dan juga mudah cedera dengan ventilasi
tekanan positif yang intermiten.Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan :
Pertimbangkan pemberian Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) Jika bayi
bernapas spontan dengan frekuensi jantung diatas 100x/menit tapi tampak sulit bernapas
dan sianosis pemberian CPAP mungkin bermanfaat. CPAP diberikan dengan memasang
sungkup balon yang tidak mengembang sendiri atau T-piece resuscitator pada wajah bayi
dan mengatur katup pengontrol aliran atau katup Tekanan Positif Akhir Ekspirasi (TPAE)
sesuai dengan jumlah CPAP yang diinginkan. Pada umumnya TPAE sampai 6 cmH 2O
cukup. CPAP tidak dapat digunakan dengan balon mengembang sendiri.
Gunakan tekanan terendah untuk memperoleh respons yang adekuat
Jika VTP intermiten diperlukan karena apnu, frekuensi jantung kurang dari 100x/menit,
atau sianosis menetap, tekanan awal 20-25 cmH2O cukup untuk sebagian besar bayi
kurang bulan. Jika tidak ada perbaikan frekuensi jantung atau gerakan dada, mungkin
32

diperlukan tekanan yang lebih tinggi. Namun hindari terjadinya peningkatan dada yang
berlebihan selama dilakukan ventilasi karena paru-parunya mudah cedera.
Pertimbangkan pemberian surfaktan secara signifikan
Bayi sebaiknya mendapat resusitasi lengkap sebelum surfaktan diberikan. Penelitian
menunjukkan bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan 30 minggu mendapatkan
keuntungan dengan pemberian surfaktan setelah resusitasi, sewaktu masih di kamar
bersalin atau bahkan jika mereka belum mengalami distres pernapasan.
Pencegahan terhadap kemungkinan cedera otak
Otak bayi kurang bulan mempunyai struktur yang sangat rapuh yang disebut matriks
germinal. Matriks germinal terdiri atas jaringan kapiler yang mudah pecah, terutama jika
penanganan bayi terlalu kasar, jika ada perubahan cepat tekanan darah dan kadar CO2
dalam darah, atau jika ada sumbatan apapun dalam aliran vena di kepala. Pecahnya matriks
germinal mengakibatkan perdarahan intraventrikuler yang menyebabkan kecacatan seumur
hidup.
Setelah resusitasi, perlu dilakukan pemantauan terhadap hal-hal berikut ini:
Kadar gula darah. Kadar gula darah yang rendah sering terjadi pada bayi-bayi
dengan gangguan neurologis setelah mengalami asfiksia dan menjalani resusitasi.
Pemantauan kejadian apnu dan bradikardi pada bayi
Jumlah oksigen dan ventilasi yang tepat
Pemberian minum, harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati sambil
mempertahankan nutrisi melalui intravena
Kecurigaan tehadap infeksi

3.6.5 Penghentian resusitasi8


Bila tidak ada upaya bernapas dan denyut jantung setelah 10 menit, setelah usaha
resusitasi yang menyeluruh dan adekuat dan penyebab lain telah disingkirkan, maka
resusitasi dapat dihentikan. Data mutakhir menunjukkan bahwa setelah henti jantung
selama 10 menit, sangat tipis kemungkinan selamat, dan yang selamat biasanya menderita
cacat berat.

33

BAB III
ANALISA KASUS

Telah diperiksa lahir bayi laki-laki secara spontan dari ibu G3P2A0, usia 28 tahun
hamil 28-29 minggu, ANC (+) di bidan, riwayat demam (-), riwayat KPD (-), riwayat KWH
(-), riwayat minum jamu saat hamil (-), trauma (-), kencing manis (-), darah tinggi (-) minum
obat selain resep dari dokter (-). Ketuban dipecahkan sesaat sebelum mengeluarkan bayi,
warna jernih, jumlah cukup, bau wajar.
Lahir bayi secara spontan , lahir tidak langsung menangis, biru-biru(+), APGAR score
6-7. Hal ini sesuai dengan definisi dari asfiksia itu sendiri, asfiksia neonatorum adalah
kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat
lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. Sementara menurut
WHO: Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Hal ini sesuai dengan teori asfiksia Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan bayi
tidak bernafas atau menangis. Denyut jantung kurang dari 100x/menit, Tonus otot menurun,
Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada
tubuh bayi, BBLR .
Berat badan lahir 1400 gram, PB = 38 cm. Hal ini sesuai dengan definisi dari BBLR
itu sendiri, dimana BBLR adalah Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.
Dilakukan pembersihan jalan nafas, pemberian O2, rangsang taktil dan pencegahan
hipotermi. Plasenta lahir secara manual, tidak tampak pengapuran plasenta, infark (-),
hematom (-). Setelah 15 menit, telapak tangan dan kaki bayi nampak kebiruan, nafas sesak,
tidak aktif, dan tangis merintih. Tetap dilakukan pemberian oksigen dan pencegahan
hipotermi. Setelah 30 menit dilakukan resusitasi, kemudian bayi dirawat di ruang
Perinatologi.
Pada penangan di ruang perinatologi, pemberian oksigen pada bayi menggunakan alat
CPAP. Penggunaan CPAP dinilai tepat karena bayi tersebut terindikasi untuk menggunakan
CPAP. Indikasi Penggunaan CPAP adalah gangguan napas sedang atau berat dengan retraksi
dan adanya merintih, adanya apnea berulang, dan pada penggunaan Head Box PaO2 < 60
torr dengan FiO2 > 0.6(60%).
Pada kasus ini diduga terdapat hubungan antara BBLR pada bayi ini dengan kejadian
asfiksia. Karena salah salah satu komplikasi dari BBLR adalah dapat terjadinya asfiksia.

34

DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4. Jakarta :
FKUI, 1985;1051-7.
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu Kebidanan;
edisi ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;771-83.
3. Arifuddin J, Palada P. BBLR-LBW. Dalam : Perinatologi dan Tumbuh Kembang.
Jakarta : FKUI, 2004;9-11.
4. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson
Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.
5. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta : yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
6. Gomella, TL, Cunningham MD. Management of the Extremely Low Birth Infant
During the First Weekof Life. In : Lange Neonatology; 5 th ed. New York : Medical
Publishing Division, 2002; 120-31.
7. Depkes RI. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum.2008.
8. American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Buku Panduan
Resusitasi Neonatus. Edisi ke-5. Jakarta: Perinasia. 2006.
9. Bissinger RL. Neonatal Resuscitation. Medscape.2013. Diakses tanggal 18 Mei 2013.

35

Anda mungkin juga menyukai