Bahan Kul BLK
Bahan Kul BLK
- rigid pavement
- composite pavement
- interblock pavement
Dalam hal ini, yang akan dibahas hanya bahan dari lapis keras yang masuk
ke dalam golongan flexible pavement, karena untuk bahan yang
digunakan pada rigit pavement sudah dibahas panjang lebar pada
matakuliah teknologi beton.
PERANCANGAN PERKERASAN
Pada umumnya Perancangan Perkerasan dapat dibedakan atas dua
pengertian yaitu :
plat beton
untuk rigid pavement
lapis fondasi
lapis pasir
subgrade
tahapan
yang
harus
dilakukan
sebelum
pelaksanaan
ASPAL
Aspal merupakan salah satu bahan pengikat perkerasan yang paling
banyak dipakai di Indonesia.
Disamping harganya relatif murah, aspal juga banyak tersedia di negara
kita yang kaya akan minyak mentah yang banyak mengandung aspal.
Aspal merupakan bahan yang termoplastis, yaitu suatu sifat viskositas
/kekentalan yang sangat dipengaruhi oleh temperatur. Pada saat
temperatur rendah (dingin) aspal akan bersifat keras, dan sebaliknya pada
saat temperatur tinggi (panas) aspal akan bersifat lunak, dan lebih bersifat
plastis.
Kepekaan terhadap temperatur dari tiap hasil produksi aspal berbeda-beda
tergantung dari asalnya, walaupun aspal tersebut diambilkan dari jenis
yang sama.
A
Viscositas
(kekentalan)
Temperatur (oc)
Gambar Hubungan Viscositas dan Temperatur (suhu)
Oleh karena hal seperti diatas, maka sebelum memakai jenis aspal lebih
dahulu perlu diketahui aspal tersebut berasal dari mana, sehingga pada
proses pencampuran antara agregat dengan aspal dapat ditetapkan
temperatur yang paling baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
caspal dari dari jenis yang sama produksi Pertamina akan mempunyai
kepekaan temperatur yang berbeda dengan aspal produksi Esso.
Ada beberapa jenis perkerasan yang menuntut perhatian kusus yang ada
kaitannya dengan masalah temperatur, yaitu konstruksi perkerasan pada
landas pacu (runway). Bahan maupun jenis konstruksi yang dipakai pada
landas pacu secara garis besar menyerupai dengan perkerasan pada
perkerasan jalan raya. Bedanya pada runway harus mempunyai daya
dukung yang lebih besar, dan biasanya temperatur disekitar landas pacu
3
lebih panas. Sehingga dibutuhkan jenis aspal yang lebih tahan terhadap
pengaruh temperatur.
Kekuatan
aspal
Lama Pembebanan
Gambar Hubungan Kekuatan aspal dan Lama Pembebanan
Di samping itu aspal juga bersifat reologic yaitu suatu sifat yang sangat
dipengaruhi oleh lamanya pembebanan. Semakin lama bebn beada di atas
perkerasan, maka kekuatan aspal akan semakin turun, Sebagai contoh bila
aspal dibebani selama satu menit akan sangat berbeda pada aspal yang
dibebani pada beban yang sama tapi dalam tempo yang lebih lama misal
satu jam. Aspal yang dibebani pada waktu yang lebih lama akan
mengalami perubahan geometrik yang lebih besar.
Disamping kedua sifat terebut aspal juga memiliki sifat yang lain yang
disebut sifat Tyxotropy yaitu sifat yang dipengaruhi oleh cuaca. Aspal yang
disimpan di udara terbuka dalam dalam jangka waktu yang cukup lama
akan mengalami penurunan kelenturan atau fleksibilitasnya menurun
sehingga aspal akan menjadi kaku. Hal ini akan labih cepat terjadi apabila
aspal dalam drum sudah dibuka.
kelenturan
proses
terjadinya, aspal
dapat
dibedakan
menjadi
dua
golongan besar.
yaitu :
aspal alam
aspal minyak/buatan
Aspal alam
Di Indonesia, jenis aspal ini banyak terdapat di Pulau Buton, sehingga
aspal alam ini sering disebut Butas ( Buton Aspal).
Proses terjadinya:
Sebelum di proses lebih lanjut, aspal alam ini terdapat di alam terbuka
sebagai batuan sehingga biasa disebut batuan aspal / aspal batu (rock
Butas ini dapat terjadi karena pada daerah tersebut banyak mengandung
minyak mentah dengan kadar aspal yang cukup tinggi (asphaltic base
crude oils).
Minyak yang mengandung aspal (bitumen) ini dapat keluar dari bumi
akibat adanya tekanan yang disebabkan oleh proses geologi, kemudian
meresap diantara celah-celah lapisan serta batuan yang poros (poreous).
Oleh karena terjadinya Butas disebabkan dari proses alam seperti yang
sudah dijelaskan di atas, maka akibatnya kandungan aspal pada batuan
jumlahnya tidak me nentu, artinya kandungan aspal pada batuan sangat
bervariasi ada yang kandungannya sedikit dan ada kandungan aspalnya
yang banyak.
Di dalam prakteknya, batuan aspal yang ditambang harus diseleksi dulu
serta dipilih dari batuan yang memiliki kandungan aspal minimum 25 %.
Karena aspal memiliki sifat termoplastis, maka akibatnya batu aspal ini
memiki beberapa sifat diantaranya pada temperatur dingin yaitu pada
malam dan pagi hari dengan temperatur 28o ke bawah bersifat getas dan
mudah pecah. Sebaliknya pada siang hari dengan temperatur 30o ke atas,
batu aspal bersifat liat/ulet dan agak sukar untuk dipecah.
Oleh karena itu pemecahan batu aspal sebaiknya dilakukan pada malam
hari atau pagi hari. Kalau dilakukan pada siang hari sebaiknya harus
dilakukan pada tempat yang teduh atau beratap.
Karena umur dari batu aspal (yang ditambang) sudah terlalu tua, maka
biasanya aspal yang dikandung sudah kehilangan sifat plastisnya. Tapi justru
batu aspal seperti inilah yang mudah dikerjakan dari pada jenis batu aspal
yang sifatnya plastis yang masih banyak mengandung minyak.
Sebaliknya untuk keperluan pengaspalan jalan dibutuhkan aspal yang
agak cair supaya mudah pengerjaannya dan bersifat lentur, sehingga tahan
terhadap getaran dan pukulan roda kendaraan. Oleh karena itu pada batu
flux oil
butas
yang
banyak
dipergunakan
sekarang
,,
,,
,,
,,
,,
,,
55 %
15 %
kira-kira
dasar parafin
aspal
jenis
ini
bersifat
keras
dan
padat.
Untuk
menjadi
panas
dan
mencair.
Untuk
menentukan
49-80.
aspal dari grup A dan B dengan angka penetrasi yang sama. Ini
mengandung arti bahwa kedua grup aspal tersebut pada temperatur 25o C
mempunyai kekentalan yang sama. Tetapi aspal grup A memiliki kepekaan
temperatur yang lebih besar bila dibandingkan dengan aspal dari grup B.
Maka tampak sekali pada gambar bahwa untuk jenis aspal grup A
mempunyai perbedaan viskositas yang sangat menyolok pada temperatur
rendah minimum dengan temperatur tinggi maksimum.
Aspal A
Aspal B
viskositas
0o F
77o F
100o F
terhadap temperatur lebih kecil bila dibandingkan dengan aspal dari grup
A atau dapat dilihat pada gambar di atas nilai b lebih kecil bila dibanding
dengan a.
merupakan jenis aspal cair yang paling cepat menguap. Akibatnya kalau
kita memakai aspal cair dari jenis ini tidak boleh terlalu lama menunda
pekerjaan karena aspal akan lebih cepat mengeras.
b. MC (Medium Curing Ashalt)
Yaitu jenis aspal cair yang dibuat dari pencampuran antara semen
aspal dengan bahan pencair yang lebih kental yaitu minyak tanah (Asphalt
Cement (AC) + kerosine). Jenis aspal ini merupakan jenis aspal cair yang
penguapannya lebih lambat bila dibandingkan dengan jenis RC.
c. SC ( Slow Curing Asphalt)
Yaitu jenis aspal cair yang dibuat dari pencampuran antara semen
aspal dengan bahan pencair yang lebih kental lagi yairu solar ( Asphalt
Cement (AC) + diesel oils). Jenis aspal ini merupakan jenis aspal cair yang
penguapannya paling lambat bila dibandingkan dengan dua jenis di atas.
Boleh dikatakan bahwa aspal cair jenis SC ini merupakan jenis yang paling
rendah mutunya bila dibandingkan dengan dua type di atas, sebab daya
ikatnya kalau sudah mengeras tidak sebaik yang di atas.
Pada prakteknya, aspal cair ini banyak digunakan sebagai bahan perekat
lapis perkerasan
Prime coat :
10
Adalah
jenis
pelaburan
yang
pertama
kali dilakukan
untuk
PRIME COAT
Tack coat :
Adalah jenis pelaburan yang dilakukan untuk merekatkan antara lapis
yang lama
dengan lapis yang baru untuk jalan yang di upgrade pada saat dilakukan
TACK COAT
Seal coat
Pelaburan yang dilakukan untuk merekatkan antara permukaan jalan
yang berlubang dengan lapisan penutupnya.
hanya
berlubang saja).
Karena aspal cair merupakan bahan yang berasal dari pencampuran
antara benda padat dan benda cair, yang kualitasnya sangat tergantung
dengan bahan pencairnya dan juga perbandingan jumlah campurannya,
maka hasil campuran merupakan hasil aspal baru dengan kekentalan dan
kualitas yang berbeda-beda. Berdasarkan nilai viskositas pada temperatur
60o C, aspal cair dapat dibedakan atas :
11
RC 30 -
60
MC 30 - 60
SC 30 -
60
RC 70 - 140
MC 70 - 140
SC 70 - 140
RC 250 - 500
MC 250 - 500
SC 250 - 500
RC 800 - 1600
MC 800 - 1600
SC 800 - 1600
RC 3000- 6000
MC 3000- 6000
SC 3000 - 6000
Aspal Emulsi
Pada dasarnya, suatu emulsi terdiri dari dua jenis cairan yang sulit
untuk dapat bercampur. Aspal Emulsi adalah jenis aspal yang diperoleh
dari campuran aspal dengan air. Dalam proses pembuatannya, salah satu
bahan tersebut didispersikan / dibaurkan dalam bentuk butir-butir yang
sangat halus, yang dicampurkan dengan proses kimiawi.
Di dalam pelaksanaannya, aspal merupakan fase yang didispersikan,
sedang air merupakan fase pencairnya.
Didalam temperatur ruang aspal emulsi ini dalam kondisi cair (tidak keras).
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya aspal emulsi dapat
dibedakan atas tiga macam :
Aspal emulsi Kation ( + )
Aspal emulsi Anion ( - )
Aspal emulsi Nonion ( ).
Dari ketiga jenis aspal tersebut yang biasa dipergunakan sebagai bahan
perkerasan jalan adalah aspal emulsi Kation dan Anion.
Aspal emulsi Kation :
Aspal jenis ini biasa juga disebut sebagai Aspal Emulsi Asam, merupakan
jenis aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positip.
Sifat istimewa
Aspal
walaupun
daerah
bersalju, daerah yang berikilim dingin, dapat juga untuk klas jalan yang
tidak begitu tinggi.
Aspal Emulsi Anion :
Aspal jenis ini biasa juga disebut sebagai Aspal Emulsi Alkali,
merupakan jenis aspal emulsi yang bermuatan arus listrik negatip.
Pada jenis Aspal Emulsi Anion proses pelekatan batuan hanya dapat terjadi
pada batuan yang kering saja. Kecepatan reaksi/proses pelekatan lebih
lambat bila dibandingkan dengan jenis Aspal Emulsi Kation.
12
Pada prakteknya jenis aspal ini hanya dipakai sebagai bahan untuk
menambal jalan yang berlubang, perbaikan jalan sementara dan
pembuatan jalan dengan mutu rendah.
Aspal Emulsi Nonion
Merupakan jenis aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti
tidak mengantar listrik. Aspal jenis ini tidak biasa dipakai sebagai bahan
perkerasan jalan, tetapi baik untuk bahan pengisi pada dilatasi jembatan,
penambalan atap dll.
Kelebihan aspal emulsi bila dibandingkan dengan aspal keras hanya pada
segi pelaksanaan konstruksi lebih sederhana dan praktis karena dapat
dilakukan tanpa harus dilakukan pemanasan lebih dulu. Untuk Indonesia
aspal jenis ini harus dibeli dari luar negri, sehingga harganya relatip mahal
bila dibandingkan dengan aspal keras.
Berdasarkan kecepatan pengerasannya, aspal emulsi dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu :
RS ( Rapid Setting ) aspal emulsi paling cepat bereaksi
MS (Medium Setting) aspal emulsi lebih lambat bereaksi
SS (Slow Setting )
13
Jenis Pemeriksaan
1.
Syarat
Pen 60/70
Pen 80/100
Min
Maks
Min
Maks
60
79
80
99
15
Satuan
0,1 mm
2.
3.
Titik lembek
48
Titik nyala dan titik
200
bakar
4. Kehilangan berat
163oC, 5 jam
5. Kelarutan dalam CCl4
99
o
6. Daktilitas 25 C, 5
100
cm/menit
7. Penetrasi setelah
75
kehilangan berat
8. Penetrasi aspal hasil
55
ekstraksi benda uji
9. Daktilitas aspal hasil
40
ekstraksi benda uji
10 Kelekatan aspal thd
85
agregat
11. Berat jenis (25OC)
1
Sumber : Depkimpraswil, 2000.
58
-
46
225
54
-
C
C
0,4
0,6
% berat
99
100
% berat
cm
75
55
40
% terhadap
asli
% terhadap
asli
cm
85
coat.
Adapun
AC 85-100
AC 120-150
AC 200-300
Sedangkan klasifikasi aspal berdasarkan nilai penetrasi menurut British
Standart (BS.3690) adalah sebagai berikut:
Pen. 15 5
Pen 70 10
Pen. 25 5
Pen 100 20
Pen. 35 7
Pen 200 30
16
Pen. 40 10
Pen 300 45
Pen. 50 10
Pen 450 65
AC 10
AC 20
AC 40
AR 1000
AR 2000
AR 4000
AR 8000
AR 16000
c. Aspal cair
Aspal yang merupakan hasil olahan dari aspal keras yang dicairkan dengan
menggunakan bahan pencair sepeti kerosen, bensin atau solar.
Aspal cair diklasifikasikan berdasarkan kecepatan penguapan (Rapid
Curing, Medium Curing, Slow Curing). Jenis aspal cair terdiri dari:
Rapid Curing (RC)
30
70
250
800
3000
d. Aspal Emulsi
yang dibuat dari aspal keras + Emulsifier + air
bila dilihat dari muatan listrik pada partikel aspalnya, aspal emulsi
dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
- Kationik, yaitu apabila partikel aspalnya bermuatan listrik positif
- Anionik, jika partikel aspalnya bermuatan listrik negatif
- Nonionik, jika partikel aspalnya tidak bermuatan listrik (netral)
Adapun bila ditinjau dari kecepatan pengikatan terdiri dari 3 macam yaitu:
-
Rapid setting
Slow setting (SS) yaitu aspal emulsi yang memiliki kecepatan pengikatan
paling lama.
Kationik
CRS 2
CMS 2
CMS 2h
CMS 2S
BM
MC 1
MC 2
MS 1
MS 2
MSK 2h
MCK 1
MCK 2
MSK 1
MSK 2
MSK 2h
18
C = cationik/cepat
R = rapid
M= medium/mengendap
S= slow/sedang
S=setting
h=harder base asphalt
HF MS 1
HF MS 2
HF MS 2h
HF MS 2s
SS 1
SS 1h
CSS 1
CSS 1h
ML 1
ML 1K
MLK 1
MLK 1h
- pengujian aspal:
1. Ttk. Nyala (o C)
2. Kekentalan (cP)
3. DSR (oC)
4. Pav (o C)
5. DTT (oC)
6. RTFO residu (%)
7. TFO residu (%)
8. creep stiffness (oC)
digunakan adalah jumlah lintasan lalu lintas yang diukur dengan ESAL
(ekivalent standart axle load) dan kecepatan lalu lintas.
a. jumlah lintasan (beban kendaraan)
Semakin banyak jumlah lintasan pada suatu jalan yang akan dibuat,
maka jenis aspal yang akan digunakan harus mempunyai viskositas yang
tinggi yang ditunjukkan dengan nilai penetrasi, karena nilai penetrasi yang
rendah akan mempunyai nilai stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan nilai
penetrasi yang tinggi.
Sebagai contoh untuk jalan negara atau jalan tol harusnya menggunakan
aspal dengan nilai penetrasi 40 70 ( misal AC 40-50 atau AC 60-70).
Apabila perkerasan yang melayani beban lalu lintas yang cukup besar (>1
juta SAL) menggunakan aspal AC 80-100 atau penetrasi yang lebih tinggi,
maka akibat yang ditimbulkan adalah akan terjadi kerusakan yang lebih
cepat sebelum tercapai umur rencana. Adapun kerusakan yang mungkin
terjadi diantaranya adalah fracture dan rutting.
b. kecepatan kendaraan (speed)
Kecepatan kendaraan akan mempengaruhi lama pembebanan
terhadap perkerasan. Untuk perkerasan yang melayani kendaraan dengan
kecepatan rendah seharusnya menggunakan aspal dengan nilai penetrasi
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perkerasan yang melayani
kendaraan cepat. Sebagai contoh untuk perkerasan terminal dimana
banyak kendaraan yang parkir, sehingga lama pembebanan terhadap
perkerasan cukup tinggi, maka jenis aspal yang digunakan harus
menggunakan aspal dengan penetrasi rendah misal AC 40-50 atau AC 6070. Adapun pengaruh kecepatan terhadap
berikut:
20
memilih
aspal
berdasarkan
kecepatan
lalu
lintas
apabila
d. Ketinggian lokasi dari muka air laut yang akan mempengaruhi suhu
udara dan tekanan udara yang akhirnya akan berpengaruh
terhadap temperatur perkerasan.
Memilih aspal berdasarkan suhu udara berhubungan dengan nilai penetrasi,
pada daerah dingin lebih cocok apabila digunakan aspal dengan penetrasi
tinggi sedangkan pada daerah tropis lebih cocok menggunakan aspal
penetrasi rendah (viskositas tinggi). Kerusakan perkerasan yang diakibatkan
karena kesalahan pemilihan aspal pada kasus ini adalah bleeding,
deformasi, rutting. Untuk mengatasi apabila aspal yang tersedia tidak sesuai
yang diinginkan, maka dapat digunakan bahan aditive.
3. Peralatan yang tersedia (equipment) :
Peralatan
untuk
melaksanakan
pekerjaan
jalan
yang
harus
khususnya
syarat
temperatur
pencampuran,
penggelaran,
pemadatan.
4. Gradasi agregat
Gradasi agregat dibedakan menjadi 3 yaitu : gradasi menerus (rapat),
gradasi terbuka dan gradasi timpang. Gradasi terbuka maupun gradasi
timpang memiliki rongga yang lebih besar jika dibandingkan dengan
gradasi rapat, hal ini akan berpengaruh terhadap kemudahan aspal untuk
memasuki rongga antar butiran agregat. Jenis aspal yang cocok untuk
gradasi timpang maupun gradasi terbuka adalah aspal yang memiliki
viskositas (kekentalan ) yang tinggi sedangkan untuk gradasi rapat jenis
aspal yang cocok adalah aspal dengan kekentalan sedang sampai rendah.
Disisi lain kebutuhan aspal pada gradasi timpang maupun gradasi terbuka
akan membutuhkan aspal yang lebih besar jika dibandingkan dengan
gradasi menerus, perbedaan tersebut disebabkan karena prosentase rongga
antar agregat.
5. Jarak angkut antara AMP dengan lokasi pekerjaan.
Jarak angkut akan mempengaruhi dalam pemilihan jenis aspal, hal ini
disebabkan karena jarak angkut yang cukup jauh memungkinkan
terjadinya penurunan temperatur yang cukup besar sehingga untuk
mendapatkan suhu pemadatan yang memenuhi syarat akan kesulitan.
Tetapi apabila suhu pencampuran dinaikkan untuk mendapatkan suhu
22
sehingga
aspal
yang
digunakan
cukup
aspal
yang
AGREGAT
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dan sekaligus sebagai bahan pendukung dalam campuran lapis
perkerasan jalan.
berkisar antara 90% - 95% (bila dihitung berdasarkan persentase berat) dan
berkisar antara 75% - 85% (bila dihitung berdasarkan persentase volume).
Maka akibatnya kestabilan serta mutu perkerasan jalan lebih ditentukan
oleh sifat agregat dan kualitas campuran antara agregat dengan material
lainnya.
1. Ukuran Agregat
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan ialah
dengan dida sarkan kepada ukuran diameter butir. Untuk mengetahui
ukuran butiran dikenal beberapa ukuran saringan sbb:
# 1,5
# No 4 = 4,75 mm
# No 80 = 0,177 mm
# 1,0
# No 8 = 2,36 mm
# No 100 = 0,15 mm
# No 10 = 2,0 mm
# No 120 = 0,12 mm
# No 30 = 0,6 mm
# No 140 = 0,105 mm
# No 40 = 0,42 mm
# No 200 = 0,075 mm
# No 60 = 0,25 mm
Berdasarkan
ukuran butirannya,
bagian besar :
Menurut ASTM
Agregat kasar, yaitu butiran yang tinggal di atas saringan no 4 atau
agregat dengan diameter > 4,75 mm
Agregat halus, butiran yang terletak antara saringan No. 4 - No. 200
atau terletak antara diameter 4,75 mm - 0,075 mm
Agregat pengisi / abu batu / filler,
saringan 200
Menurut AASHTO :
Agregat kasar, yaitu butiran yang tinggal di atas saringan No. 10,
atau agregat yang berdiameter > 2mm
Agregat halus, butiran yang terletak antara saringan No.10 - No.
200 atau terletak antara diameter 2,0 mm - 0,075 mm
Agregat pengisi / abu batu / filler,
24
Bila dilihat dari proses terbentuknya, agregat dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu Agregat Alami dan Agregat Buatan.
Agregat Alami
Yaitu agregat yang sudah terbentuk secara alamiah, jadi agregat ini
telah mengalami pengecilan butiran karena proses alam. Sebagai contoh
kerikil yang terdapat di sungai yang mengalir. Kerikil ini mengalami
pengikisan pada dinding luarnya akibat gesekan-gesekan dengan material
lainnya di sungai, sehingga biasanya bentuk dari kerikil sungai agak bulatbulat / agak tumpul. Ciri ciri agregat alami adalah semakin jauh agregat
dari sumber material, maka:
a. bentuknya akan semakin bulat,
b. tekstur permukaannya semakin halus
c. ukurannya semakin kecil (halus)
d. gradasi agregat relatif seragam
Agregat Buatan
Disebut Agregat Buatan karena keberadaannya akibat rekayasa
manusia. Misal Split, batu pecah dll. Material ini diperoleh dari hasil
pemecahan alat pemecah batu (stone crusher)
Agregat buatan yang kedua yaitu agregat yang dahulunya tidak ada
kemudian dibuat menjadi ada ( artificial aggregate )
Agregat ini biasanya memiliki kualitas yang baik dan bentuk yang baik,
karena kuaitas dan bentuk dapat ditentukan pada saat proses pembuatan.
Jenis agregat ini antara lain:
Slag ( agregat yang terbuat dari limbah nikel)
Klelet (agregat yang terbuat dari limbah pengecoran logam)
ALWA (Artificial Light Weight Aggregate) yaitu agregat yang terbuat
dari tanah lempung yang dibakar pada suhu tertentu.
Agregat dari pecahan genting beton
Dll
Ciri ciri agregat buatan:
a. bentuknya bersudut banyak
b. tekstur permukaannya kasar
c. ukurannya bervariasi
d. bidang pecahnya banyak
25
2. Bentuk Agregat
Bentuk dari agregat sangat penting untuk di bahas mengingat bentuk
dari agregat akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kestabilan
lapis perkerasan yang dibentuk oleh agregat itu sendiri.
Bentuk dari agregat akan berpengaruh terhadap kemampuan
geser,
- Bulat (rounded)
D
D1
sungai.
Agregat
dapat
dikatakan
lonjong
bila
ukuran
terpanjangnya > 1,8 kali diameter rata-rata. Pada umumnya sifat mekanis
yang ada pada agregat lonjong hampir sama dengan agregat yang
berbentuk bulat. Sehingga agregat yang berbentuk lonjong juga tidak
menguntungkan bila dijadikan bahan untuk perkerasan yang bermutu
tinggi.
- (cubical)
Ada juga yang mengatakan agregat berbentuk kubus itu dengan
agregat bersudut.
Agregat berbentuk kubus akan banyak dijumpai pada material yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu (stone crusher).
Kelebihan agregat berbentuk sudut ini terhadap konstruksi perkerasan jalan
:
a. luas bidang kontak sesama agregat relatif tinggi
b. kemampuan mengunci (interlocking) antar agregat tinggi
c. akibat a dan b antar sesama agregat sulit tergelincir
Akibat hal diatas maka perkerasan yang memakai agregat yang
berbentuk kubus/bersudut akan memiliki stabilitas yang tinggi, dan bahan
ini sangat cocok untuk perkerasan yang bermutu tinggi.
D1
D2
D3
D1 = D2 = D3
27
- Pipih
D1
D2
D1 = 0,6 x D2
Agregat dikatakan pipih bila agregat tersebut memiliki diameter terpendek
maksimal 0,6 kali sisi terpanjang. Agregat berbentuk pipih akan mudah
pecah pada saat pencampuran, pemadatan, ataupun akibat beban lalulintas. Di samping itu kepipihan agregat berpengaruh jelek terhadap daya
tahan lapis keras, karena agregat ini pada kedudukan rata air (horisontal)
mudah menjebak gelembung udara sehingga akan memperbesar rongga
udara pada campuran.
Oleh karena itu banyaknya agregat pipih biasanya dibatasi, disarankan
jumlah agregat pipih tidak lebih dari 15%.
3. Tekstur Agregat
Tekstur agregat diartikan sebagai kondisi alamiah permukaan agregat
yang berhubungan dengan kekasaran dan kehalusan.
Pada umumnya tekstur agregat dapat dibedakan atas beberapa
tingkatan :
sangat halus / licin (glassy)
halus (smooth)
granular
kasar (rough)
berkristal (crystalline)
berpori
berlubang-lubang.
Tekstur permukaan akan sangat tergantung kepada kekerasan bahan
dasar, ukuran molekul, dan besar gaya yang bekerja pada permukaan
butiran yang telah mempengaruhi tekstur permukaan tersebut.
Bahan agregat yang keras, padat, berbutir kecil-kecil umumnya
menjadikan permukaan butiran agregat bertekstur halus.
Biasanya untuk kebutuhan lapis perkerasan, agregat yang paling disukai
adalah jenis perkerasan yang bertekstur kasar.
28
3%
agregat untuk mempertahankan diri terhadap kehancuran baik oleh gayagaya mekanis ataupun oleh pengaruh kimia.
29
dalam mesin abrasi bersama dengan bola-bola baja yang jumlahnya sudah
30
agregat
terhadap
kehancuran
akibat
pelapukan
Natrium Sulfat
Agregat
33
Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan filler antara
lain :
Abu batu
Semen
Kapur
Fly ash (abu terbang)
Pasir halus dll
SYARAT FILLER YANG BAIK
1.
2. Penyerapan maksimum 3 %
3. Lolos saringan no 200 min 75 %
III. MEMILIH AGREGAT
34
1.1.
Kesepakatan
Susunan
Agregat
(Consensus
Aggregate
Properties)
Para ahli lapis keras sepakat bahwa karakteristik agregat sangat
menentukan dalam perbaikan daya tahan dari Hot Mix Asphal (HMA),
kesepakatan
ini
selanjutnya
yang
disebut
consensus
properties.
rutting.
Tabel 1.1 Standar Angularity Agregat Kasar (%).
Tebal Lapis Permukaan
Lalu lintas ESAL (juta)
< 100 mm
> 100 mm
< 0,3
55/-/<1,0
65/-/<3,0
75/50/< 10
85/80
60/< 30
95/90
80/75
<100
100/100
95/90
100/100
100/100
100
Catatan : 85/80 diartikan bahwa 85% agregat kasar memiliki 1 atau lebih bidang
pecah, dan 80% memiliki 2 atau lebih bidang pecah.
35
< 0,3
<1,0
<3,0
< 10
< 30
<100
100
40
40
45
45
45
45
40
40
40
45
45
% Max
10
10
10
10
10
dihitung sebagai
36
Keuletan (toughness)
Keuletan (toughness) merupakan prosentase hilangnya material agregat
sepanjang pengujian abrasi los angeles. Pengujian ini memeperkirakan
daya tahan dari agregat kasar terhadap abrasi dan degradasi mekanis
sepanjang pemindahan, pengangkutan dan pelayanan. Hasil pengujian
adalah prosentase berat yang hilang selama pengujian karena degradasi
mekanis. Nilai maksimum yang hilang maksimum 40 %. Apabila nilai
tersebut dilampaui, maka akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya
kerusakan berupa rutting.
Keawetan (Soundness)
Keawetan (soundness) merupakan prosentase hilangnya material dari
agregat selama pengujian dengan sodium atau magnesium sulfat.
Pengujian ini untuk memperkirakan daya tahan agregat
terhadap
Gradasi ini mempunyai batas yang sempit sehingga variasi target gradasi
sedikit,sebagai contoh spesifikasi gradasi campuran beton aspal (AC)
dan Split Mastic Asphalt (SMA).
Tabel 1.5 Gradation Master Bands
Ukuran
saringan
38,1 mm
25,4 mm
19,1 mm
12,7 mm
9,52 mm
4,76 mm
2,38 mm
0,59 mm
0,279 mm
0,149 mm
0,074 mm
AC Grading
III
IV
100
80-100
55-75
35-50
18-29
13-23
8-16
4-10
100
80-100
70-90
50-70
35-50
18-29
13-23
8-16
4-10
0/8
45-70
70-80
-
0/5
60-70
-
Sieve
(mm)
50,00
37,50
25,00
4,75
2,36
1,18
0,60
0,30
0,075
Control Points
Min
90,00
Max
100,00
100,00
90,00
15,00
41,00
0,00
6,00
Min
Max
34,70
23,30
15,50
11,70
10,00
34,70
27,30
21,50
15,70
10,00
Sieve
(mm)
50,00
37,50
25,00
4,75
2,36
1,18
0,60
0,30
0,075
Control Points
Min
90,00
Max
100,00
100,00
90,00
19,00
45,00
1,00
7,00
Min
Max
39,50
26,80
18,10
13,60
11,40
39,50
30,80
24,10
17,60
11,40
seterusnya untuk ukuran nominal maks 19,0 mm, 12,50 mm dan 9,50 mm.
Secara umum agregat sebagai bahan jalan harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Tahan lama ( durable ), resistance to abrasive wear
2) Kuat ( Strong), resistance to slow/rapid loading.
3) Keuletan (toughness), agregat harus memiliki keuletan yang cukup,
akan memberikan tahanan terhadap slow crushing load dan rapid
impact load.
39
4) Kekerasan
(hardness),
akan
memberikan
tahanan
terhadap
abrasion/attrition.
5) Polishing, agregat harus memiliki tahanan terhadap polishing agar
dapat menyediakan koefesien gesekan yang cukup dan dapat
bertahan lama.
6) Stripping, agar agregat tahan terhadap stripping harus mempunyai
adhesi yang baik dengan bahan ikatnya.
40
42
2. Lapis Fondasi
Lapis fondasi adalah lapis perkersan yang terletak di bawah lapis
permukaan yang berfungsi sebagai lapis yang mampu menyebarkan gayagaya yang berasal dari roda kendaraan. Tambah tebal fondasi, gaya-gaya
yang disebarkan fondasi ke tanah dasar lebih luas.
Lapis fondasi dibagi menjadi dua lapis, yaitu Lapis Pondasi Atas (LPA)
dan Lapis Pondasi Bawah (LPB). Bahan lapis fondasi yang banyak dipakai
adalah Sirtu (pasir batu) klas A untuk LPA dan Sirtu klas B untuk LPB. Sirtu
klas A memiliki kekerasan serta gradasi yang lebih baik bila dibandingkan
dengan sirtu klas B. Oleh karena itu harganya lebih mahal sirtu klas A.
Tujuan dari pembedaan mutu semata-mata karena alasan efisiensi.
P
LPA
LPB
Gambar 3.2. Penyebaran gaya oleh lapis fondasi
Dengan adanya penyebaran gaya oleh lapis fondasi, maka tegangan pada
LPA
bila dibandingkan
63
37,5
19
9,5
4,75
2,36
1,18
0,425
0,075
100
100
65 - 81
42 - 60
27 - 45
18 - 33
11 - 25
6 - 16
0-8
100
67 - 100
40 - 100
25 - 80
16 - 66
10 - 55
6 - 45
3 - 33
0 - 20
44
oleh Bruce Marshall, yang untuk selanjutnya dikembangkan oleh US. Corp
of Engineer.
Ada beberapa hal yang dapat diperiksa olah alat ini antara lain :
a. Stabilitas.
Stabilitas diartikan sebagai kemampuan lapis perkerasan dalam menerima
beban lalu-lintas tanpa terjadi deformasi permanen seperti gelombang, alur
atau retak. Stabilitas sangat tergantung antara lain oleh :
jumlah serta beban pemadatan
gradasi dan penguncian antar agregat
kekerasan agregat
kadar serta viskositas aspal
gesekan antar agregat
jumlah rongga antar agregat
kohesi / daya ikat antar campuran
Satuan untuk stabilitas memakai satuan berat yaitu kg.
Stabilitas yang terlalu tinggi juga kurang baik mengingat perkerasan akan
menjadi kaku dan bersifat getas.
b. Kepadatan (density) ( gr/cc)
Semakin
besar
nilai
density
menunjukkan
bahwa
justru
akan
menyebabkan
seolah-olah
butiran
akan
rongga antar butiran. Semakin besar nilai VFWA maka semakin banyak
aspal yang terisi di dalam rongga, sehingga kekedapan campuran terhadap
air dan udara semakin besar pula. Tapi bila jumlah aspal didalam
campuran melebihi jumlah rongga, maka akan terjadi bleding (peristiwa
keluarnya aspal dari campuran). Sebaliknya semakin kecil nilai VFWA,
maka kekedapan perkerasan terhadap air dan udara akan semakin kecil
46
47
Mudah didapat
1. Fly ash
Fly ash (abu terbang) asalah abu yang dihasilkan dari sisa pembakaran
batu bara. Fly ash ini memiliki ukuran butiran yang sangat halus dan
berwarna terang ke abu-abuan. Struktur dan ukuran butiran fly ash
bervariasi, hal ini sangat tergantung dari
pembakaran, dan waktu tinggal. Secara umum ukuran butiran fly ash
berkisar antara 0,1 - 200 m (mikron).
48
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Komposisi
Jumlah (%)
SiO2
62,68
Al2O3
20,60
TiO2
2,38
Fe2O3
4,55
CaO
2,96
Na2O
3,20
K2O
0,36
MgO
0,85
P2O3
0,40
H2O
0,25
HD (inclu de)
1,77
H2O
BJ fly ash = 2,14 gr/cc
NO
1
2
3
4
5
6
7
Komposisi
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
SO3
Na2O + K2O
Jumlah (%)
60 - 65
17 - 25
3 - 8
0,5 - 6
0,5 - 4
1-2
0,5 - 1
Komposisi bahan
SiO2 + AL2O3 + Fe2O3
MgO
SO3
H2O
Jumlah (%)
minimal 70
maksimal 5
maksimal 4
maksimal 3
Komposisi
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
MnO
TiO
P2O3
H2O
HD
Jumlah (%)
52,84
16,81
10,15
9,06
3,29
3,62
2,06
0,16
0,85
0,36
0,19
0,54
HD = hilang terbakar
Dengan komposisi seperti di atas maka abu vulkanik juga dapat dipakai
sebagai bahan tambah untuk campuran perkerasan.
50
Fraksi
Fraksi
Agregat
Agregat
Kasar
Halus
100
Maks 40
Satuan
Metode Pemeriksaan
SNI
AASHTO/
ASTM
No. 8)
Abrasi dengan mesin Los
SNI 03-
Angeles
2417-1991
Maks 12
SNI 03-
Min 95
SNI 03-
aspal (Strpping)
(kedalaman dari
Lalulintas <
85/80*
Min 40%
10 ESA
Min 45%
cm)
10 ESA
Angularitas
Lalulintas <
95/90*
%
60/50*
Min 40%
10 ESA
permukaan 10 Lalulintas
cm)
T 182-84
2439-1991
(kedalaman dari
T 104-86
3407-1994
Angularitas
T 96-87
Min 40%
80/75*
10 ESA
Maks 10
ASTM
D-4797
Absorbsi air
Maks 3
SNI 031969-1990
SNI 031970-1990
52
Min 2,5
Min 2,5
SNI 03-
T 84
1969-1990
dan
SNI 03-
T 85-88
1970-1990
Partikel lolos saringan No. 200
Maks 8
T 11-90
Maks 40
T 104-86
b minimal = 6,3 %
b minimal = 7,5 %
53
54
55
56