Anda di halaman 1dari 56

BAHAN LAPIS KERAS

Yang dimaksud dengan bahan lapis keras adalah semua bahan


susun yang diperlukan untuk membuat perkerasan jalan meliputi agregat,
aspal, bahan tambah (additive) serta bahan stabilisasi tanah dasar jika
diperlukan khususnya untuk jalan yang dibuat pada daerah dengan tanah
dasar yang jelek.
I. LAPIS KERAS JALAN
Lapis keras jalan adalah bagian dari struktur jalan yang terletak di atas
tanah dasar atau subgrade yang dibuat keras agar dapat dilalui lalu lintas
yang lewat di atasnya.
Tujuan pembuatan lapis keras jalan adalah agar dapat dicapai suatu
kekuatan tertentu sehingga mampu meneruskan beban beban lalu lintas
yang diterima oleh lapis keras ke dalam bidang yang lebih luas pada tanah
dasar, sehingga beban beban tersebut dapat didukung oleh tanah dasar.
Pada umumnya, lapis keras jalan dapat digolongkan menjadi tiga
golongan besar yaitu :
-flexible pavement

- rigid pavement
- composite pavement
- interblock pavement
Dalam hal ini, yang akan dibahas hanya bahan dari lapis keras yang masuk
ke dalam golongan flexible pavement, karena untuk bahan yang
digunakan pada rigit pavement sudah dibahas panjang lebar pada
matakuliah teknologi beton.
PERANCANGAN PERKERASAN
Pada umumnya Perancangan Perkerasan dapat dibedakan atas dua
pengertian yaitu :

1. Structural Pavement Design


(Perancangan Struktur Perkerasan)
Yaitu menentukan tebal dari pavement beserta komponenkomponennya antara lain :
Menentukan tebal :
surface course
base course

untuk flexible pavement

sub base course


Subgrade
1

plat beton
untuk rigid pavement

lapis fondasi
lapis pasir
subgrade

2. Paving Mixture Design


(Perancangan Campuran Perkerasan)
Yaitu

tahapan

yang

harus

dilakukan

sebelum

pelaksanaan

dilapangan dimulai yang bertujuan untuk menentukan kualitas bahan


susun yang akan digunakan serta proporsi campuran bahan yang akan
digunakan untuk bahan perkerasan.
Misal :
Menentukan jenis aspal yang akan dipakai serta perbandingan
jumlah aspal dengan batuan
Menentukan gradasi serta jenis batuan
Menentukan mutu beton serta perbandingan campuran antara
semen, pasir
kerikil (untuk rigid pav)
Dll

II. BAHAN LAPIS KERAS


Bahan utama perkerasan jenis flexible pavement pada umumnya
terdiri dari bahan yang disusun sebagai berikut :
bahan pengikat : aspal
bahan pengisi

: agregat kasar, agregat halus, filler.

ASPAL
Aspal merupakan salah satu bahan pengikat perkerasan yang paling
banyak dipakai di Indonesia.
Disamping harganya relatif murah, aspal juga banyak tersedia di negara
kita yang kaya akan minyak mentah yang banyak mengandung aspal.
Aspal merupakan bahan yang termoplastis, yaitu suatu sifat viskositas
/kekentalan yang sangat dipengaruhi oleh temperatur. Pada saat
temperatur rendah (dingin) aspal akan bersifat keras, dan sebaliknya pada
saat temperatur tinggi (panas) aspal akan bersifat lunak, dan lebih bersifat
plastis.
Kepekaan terhadap temperatur dari tiap hasil produksi aspal berbeda-beda
tergantung dari asalnya, walaupun aspal tersebut diambilkan dari jenis
yang sama.

A
Viscositas

(kekentalan)

Temperatur (oc)
Gambar Hubungan Viscositas dan Temperatur (suhu)
Oleh karena hal seperti diatas, maka sebelum memakai jenis aspal lebih
dahulu perlu diketahui aspal tersebut berasal dari mana, sehingga pada
proses pencampuran antara agregat dengan aspal dapat ditetapkan
temperatur yang paling baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
caspal dari dari jenis yang sama produksi Pertamina akan mempunyai
kepekaan temperatur yang berbeda dengan aspal produksi Esso.
Ada beberapa jenis perkerasan yang menuntut perhatian kusus yang ada
kaitannya dengan masalah temperatur, yaitu konstruksi perkerasan pada
landas pacu (runway). Bahan maupun jenis konstruksi yang dipakai pada
landas pacu secara garis besar menyerupai dengan perkerasan pada
perkerasan jalan raya. Bedanya pada runway harus mempunyai daya
dukung yang lebih besar, dan biasanya temperatur disekitar landas pacu
3

lebih panas. Sehingga dibutuhkan jenis aspal yang lebih tahan terhadap
pengaruh temperatur.

Kekuatan
aspal

Lama Pembebanan
Gambar Hubungan Kekuatan aspal dan Lama Pembebanan
Di samping itu aspal juga bersifat reologic yaitu suatu sifat yang sangat
dipengaruhi oleh lamanya pembebanan. Semakin lama bebn beada di atas
perkerasan, maka kekuatan aspal akan semakin turun, Sebagai contoh bila
aspal dibebani selama satu menit akan sangat berbeda pada aspal yang
dibebani pada beban yang sama tapi dalam tempo yang lebih lama misal
satu jam. Aspal yang dibebani pada waktu yang lebih lama akan
mengalami perubahan geometrik yang lebih besar.
Disamping kedua sifat terebut aspal juga memiliki sifat yang lain yang
disebut sifat Tyxotropy yaitu sifat yang dipengaruhi oleh cuaca. Aspal yang
disimpan di udara terbuka dalam dalam jangka waktu yang cukup lama
akan mengalami penurunan kelenturan atau fleksibilitasnya menurun
sehingga aspal akan menjadi kaku. Hal ini akan labih cepat terjadi apabila
aspal dalam drum sudah dibuka.

kelenturan

lama penyimpanan/pengaruh cuaca


Gambar hubungan kelenturan aspal dan lama penyimpanan
4

Aspal juga merupakan bahan yang memiliki kohesi (kemampuan


saling tarik-menarik) yang cukup besar. Sehingga aspal merupakan bahan
pengikat aggregat yang baik serta memiliki kemampuan untuk
mempertahankan agregat supaya tetap ditempatnya sebagai bahan
pengisi pada suatu lapis keras.
Aspal juga merupakan bahan yang mudah teroksidasi. Pada udara
terbuka, aspal akan mudah beroksidasi dengan udara yang banyak
mengandung oksigen, sehingga lama kelamaan permukaan aspal secara
perlahan akan menjadi keras dan getas, dan akan kehilangan sifat
kohesifnya. Tapi peristiwa oksidasi ini lebih banyak terjadi pada daerah
permukaan aspal saja, sehingga biasanya yang mengeras dan yang menjadi
getas hanya pada permukaan lapis luarnya sedang lapis aspal bagian
dalam tidak banyak mengalami perubahan kecuali hanya perubahan
viskositasnya. Pada campuran antara aspal dan agregat, semakin tipis
lapisan aspal yang menyelimuti agregat, akan semakin besar tingkat
kerapuhan yang terjadi. Lapis aspal yang sudah kehilangan sifat kohesifnya
biasanya dikatakan sebagai aspal usang.
MACAM-MACAM ASPAL
Menurut

proses

terjadinya, aspal

dapat

dibedakan

menjadi

dua

golongan besar.
yaitu :
aspal alam
aspal minyak/buatan
Aspal alam
Di Indonesia, jenis aspal ini banyak terdapat di Pulau Buton, sehingga
aspal alam ini sering disebut Butas ( Buton Aspal).
Proses terjadinya:
Sebelum di proses lebih lanjut, aspal alam ini terdapat di alam terbuka
sebagai batuan sehingga biasa disebut batuan aspal / aspal batu (rock

asphalt) atau batuan yang bersifat aspal ( asphaltic rock).


Dalam bentuk aslinya, Butas di P. Buton (Sulawesi Tenggara) berbentuk
sebagai lapisan batu berwarna hitam yang kadang-kadang muncul di atas
tanah sebagai gunung kecil.

Butas ini dapat terjadi karena pada daerah tersebut banyak mengandung
minyak mentah dengan kadar aspal yang cukup tinggi (asphaltic base

crude oils).
Minyak yang mengandung aspal (bitumen) ini dapat keluar dari bumi
akibat adanya tekanan yang disebabkan oleh proses geologi, kemudian
meresap diantara celah-celah lapisan serta batuan yang poros (poreous).
Oleh karena terjadinya Butas disebabkan dari proses alam seperti yang
sudah dijelaskan di atas, maka akibatnya kandungan aspal pada batuan
jumlahnya tidak me nentu, artinya kandungan aspal pada batuan sangat
bervariasi ada yang kandungannya sedikit dan ada kandungan aspalnya
yang banyak.
Di dalam prakteknya, batuan aspal yang ditambang harus diseleksi dulu
serta dipilih dari batuan yang memiliki kandungan aspal minimum 25 %.
Karena aspal memiliki sifat termoplastis, maka akibatnya batu aspal ini
memiki beberapa sifat diantaranya pada temperatur dingin yaitu pada
malam dan pagi hari dengan temperatur 28o ke bawah bersifat getas dan
mudah pecah. Sebaliknya pada siang hari dengan temperatur 30o ke atas,
batu aspal bersifat liat/ulet dan agak sukar untuk dipecah.
Oleh karena itu pemecahan batu aspal sebaiknya dilakukan pada malam
hari atau pagi hari. Kalau dilakukan pada siang hari sebaiknya harus
dilakukan pada tempat yang teduh atau beratap.
Karena umur dari batu aspal (yang ditambang) sudah terlalu tua, maka
biasanya aspal yang dikandung sudah kehilangan sifat plastisnya. Tapi justru
batu aspal seperti inilah yang mudah dikerjakan dari pada jenis batu aspal
yang sifatnya plastis yang masih banyak mengandung minyak.
Sebaliknya untuk keperluan pengaspalan jalan dibutuhkan aspal yang
agak cair supaya mudah pengerjaannya dan bersifat lentur, sehingga tahan
terhadap getaran dan pukulan roda kendaraan. Oleh karena itu pada batu

flux oil

aspal/butas perlu ditambahkan

(minyak pengencer) yang

mengandung minyak mentah sehingga aspalnya menjadi lebih encer


(diremajakan).
Batu

butas

yang

banyak

dipergunakan

sekarang

mengandung bagian-bagian sebagai berikut :


Aspal murni (bitumen)

berat rata-rata sekitar 30 %

Debu kapur (debu mineral)


Pasir

,,
,,

,,
,,

,,
,,

55 %
15 %

kira-kira

Dari hasil penelitian pada butas dapat diambil kesimpulan :

Kadar bitumen sangat bervariasi


Kualitas bitumen ber beda-beda
Komposisi batuan ber beda-beda
Berdasarkan kadar bitumen yang dikandungnya, Butas dapat dibedakan
atas B25, B30, B35, B40.
Sebagai contoh untuk Butas B30, berarti butas tersebut memiliki kadar
bitumen rata-rata sebesar 30 %.
Aspal minyak/aspal buatan
Yang dimaksud dengan aspal minyak atau aspal buatan adalah aspal
yang diperoleh dari hasil penyaringan minyak mentah (crude oils).
Minyak mentah atau minyak kasar adalah minyak yang didapat secara
langsung dari hasil tambang (belum diolah).
Pada saat diproses akan didapatkan jenis-jenis minyak yang masing-masing
dibedakan atas berat jenisnya.
Bahan yang dikandungnya setelah melalui proses penyaringan yang dimulai
dari BJ yang paling kecil adalah sbb:
Avtur
gasoline (bensin)
kerosine (minyak tanah)
diesel oils (solar)
minyak pelumas/olie
BJ yang paling besar ada tiga kemungkinan :
a) aspal, dikatakan minyak mentah memiliki dasar aspal (asphaltic

base crude oils)


b) parafin, dikatakan minyak mentah memiliki

dasar parafin

(parafin base crude oils)


c) campuran antara aspal dan parafin, dikatakan minyak mentah
memiliki dasar campuran (mixed base crude oils)
Jadi minyak mentah belum tentu dapat menghasilkan aspal.
Bila dilihat dari proses pembuatannya serta bahan dasarnya, jenis aspal
dibedakan atas bentuknya ada tiga macam :
aspal keras (cement asphalt)
aspal cair (liquit asphalt) (aspal keras + bhn pencair)
aspal emulsi (emulsified asphalt) (aspal keras + emulsifier)
7

Aspal keras (aspal semen / aspal penetrasi)


Semen jenis ini disebut aspal keras karena pada suhu biasa (temperatur
ruang)

aspal

jenis

ini

bersifat

keras

dan

padat.

Untuk

memanfaatkan/menggunakan semen jenis ini harus dipanaskan dulu


sehingga

menjadi

panas

dan

mencair.

Untuk

menentukan

kekerasannya/kekentalannya digunakan standar penetrasi.


Proses pemeriksaan penetrasi mengikuti standar AASTHO

49-80.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara memasukkan jerum penetrasi


berdiameter 1 mm dengan beban seberat 100 gram (sudah termasuk berat
jarumnya). Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan jarum penetrasi
selama 5 detik dengan temperatur aspal sebesar 77o F atau 25o C. Besarnya
penetrasi diukur dan dinyatakan dengan angka yang merupakan kelipatan
0,1 mm. Misal masuknya jarum penetrasi sedalam 5 mm, maka 5 mm
dibagi dengan 0,1 mm adalah 50, dikatakan angka penetrasi aspal sebesar
50.

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tambah kecil angka

penetrasi aspal maka aspal tersebut akan semakin keras.


Beberapa contoh jenis aspal ini a.l. :
AC 40-50
AC 50-60
AC 60-70 ------------ paling sering digunakan lho !!!!!!!
AC 80-100
AC 120-150
dst.
Oleh karena itu pemakaian perkerasan yang berkualitas tinggi perlu
dipilih jenis aspal semen yang akan dipakai dengan melihat angka
penetrasinya. Untuk daerah bercuaca panas atau untuk jalan dengan
volume lalu-lintas yang tinggi digunakan jenis aspal semen dengan penetrasi
rendah, sedang aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah yang bercuaca dingin atau untuk jalan dengan volume lalu-lintas
rendah.
Di Indonesia aspal semen yang banyak dipakai yaitu aspal semen dengan
penetrasi 60-70 dan 80-100.
Seperti yang sudah dijelaskan di depan bahwa aspal merupakan bahan
yang bersifat termoplastis, sifat termoplastis pada setiap jenis aspal tidak
sama tergantung dari aspal tersebut berasal dari mana. Sebagai contoh ada
8

aspal dari grup A dan B dengan angka penetrasi yang sama. Ini
mengandung arti bahwa kedua grup aspal tersebut pada temperatur 25o C
mempunyai kekentalan yang sama. Tetapi aspal grup A memiliki kepekaan
temperatur yang lebih besar bila dibandingkan dengan aspal dari grup B.
Maka tampak sekali pada gambar bahwa untuk jenis aspal grup A
mempunyai perbedaan viskositas yang sangat menyolok pada temperatur
rendah minimum dengan temperatur tinggi maksimum.

Aspal A
Aspal B
viskositas

0o F

77o F

100o F

Grafik viskositas vs temperatur pada dua aspal yang


memiliki angka penetrasi yang sama.
Untuk jenis perkerasan tingkat tinggi dengan persyaratan yang ketat misal
untuk landas pacu, untuk jalan klas tinggi yang lewat daerah dengan
temperatur panas maka yang paling cocok adalah jenis semen dari grup B,
sebab aspal grup B merupakan

jenis aspal yang memiliki kepekaan

terhadap temperatur lebih kecil bila dibandingkan dengan aspal dari grup
A atau dapat dilihat pada gambar di atas nilai b lebih kecil bila dibanding
dengan a.

Aspal Cair (liquit asphalt)


Yang dimaksud dengan aspal cair yaitu jenis aspal yang dibuat dengan
mencampur Aspal semen dengan bahan pencair, yaitu minyak yang
dihasilkan dari penyaringan minyak mentah. Dari hasil pencampuran di
atas menghasilkan aspal yang berbentuk cair dalam temperatur ruang,
sehingga untuk menggunakannya tidak diperlukan pemanasan kecuali
untuk hal-hal yang kusus.
Berdasarkan bahan pencairnya

dan kemudahan menguap bahan

pelarutnya, aspal cair dapat dibedakan atas :


a. RC ( Rapid Curing Asphalt)
Yaitu jenis aspal cair yang dibuat dari pencampuran antara semen
aspal dengan bensin (Asphalt Cement (AC) + gasoline).

Jenis aspal ini

merupakan jenis aspal cair yang paling cepat menguap. Akibatnya kalau
kita memakai aspal cair dari jenis ini tidak boleh terlalu lama menunda
pekerjaan karena aspal akan lebih cepat mengeras.
b. MC (Medium Curing Ashalt)
Yaitu jenis aspal cair yang dibuat dari pencampuran antara semen
aspal dengan bahan pencair yang lebih kental yaitu minyak tanah (Asphalt

Cement (AC) + kerosine). Jenis aspal ini merupakan jenis aspal cair yang
penguapannya lebih lambat bila dibandingkan dengan jenis RC.
c. SC ( Slow Curing Asphalt)
Yaitu jenis aspal cair yang dibuat dari pencampuran antara semen
aspal dengan bahan pencair yang lebih kental lagi yairu solar ( Asphalt

Cement (AC) + diesel oils). Jenis aspal ini merupakan jenis aspal cair yang
penguapannya paling lambat bila dibandingkan dengan dua jenis di atas.
Boleh dikatakan bahwa aspal cair jenis SC ini merupakan jenis yang paling
rendah mutunya bila dibandingkan dengan dua type di atas, sebab daya
ikatnya kalau sudah mengeras tidak sebaik yang di atas.
Pada prakteknya, aspal cair ini banyak digunakan sebagai bahan perekat
lapis perkerasan

atau biasa disebut pelaburan,

permukaan jalan yang berlubang,

untuk perbaikan lapis

dan untuk lapis perkerasan dengan

mutu sedang dan rendah yang tidak membutuhkan persyaratan yang


ketat, dll.
Jenis pelaburan/pengeleman lapis keras ada bermacam-macam antara lain :
prime coat, tack coat, seal coat.

Prime coat :
10

Adalah

jenis

pelaburan

yang

pertama

kali dilakukan

untuk

merekatkan antara base course (lapis fondasi) dengan lapis permukaan


(lapis non aspal dengan lapis aspal).
foto

PRIME COAT

Tack coat :
Adalah jenis pelaburan yang dilakukan untuk merekatkan antara lapis
yang lama
dengan lapis yang baru untuk jalan yang di upgrade pada saat dilakukan

overlay (memberikan lapisan tambahan perkerasan )( lapis aspal dengan


lapis aspal di atasnya).

TACK COAT

Seal coat
Pelaburan yang dilakukan untuk merekatkan antara permukaan jalan
yang berlubang dengan lapisan penutupnya.

Jadi Seal coat

hanya

dilakukan pada pekerjaan penambalan jalan yang dilakukan secara


sepotong-sepotong

(hanya dilaburkan pada permukaan jalan yang

berlubang saja).
Karena aspal cair merupakan bahan yang berasal dari pencampuran
antara benda padat dan benda cair, yang kualitasnya sangat tergantung
dengan bahan pencairnya dan juga perbandingan jumlah campurannya,
maka hasil campuran merupakan hasil aspal baru dengan kekentalan dan
kualitas yang berbeda-beda. Berdasarkan nilai viskositas pada temperatur
60o C, aspal cair dapat dibedakan atas :
11

RC 30 -

60

MC 30 - 60

SC 30 -

60

RC 70 - 140

MC 70 - 140

SC 70 - 140

RC 250 - 500

MC 250 - 500

SC 250 - 500

RC 800 - 1600

MC 800 - 1600

SC 800 - 1600

RC 3000- 6000

MC 3000- 6000

SC 3000 - 6000

Aspal Emulsi
Pada dasarnya, suatu emulsi terdiri dari dua jenis cairan yang sulit
untuk dapat bercampur. Aspal Emulsi adalah jenis aspal yang diperoleh
dari campuran aspal dengan air. Dalam proses pembuatannya, salah satu
bahan tersebut didispersikan / dibaurkan dalam bentuk butir-butir yang
sangat halus, yang dicampurkan dengan proses kimiawi.
Di dalam pelaksanaannya, aspal merupakan fase yang didispersikan,
sedang air merupakan fase pencairnya.
Didalam temperatur ruang aspal emulsi ini dalam kondisi cair (tidak keras).
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya aspal emulsi dapat
dibedakan atas tiga macam :
Aspal emulsi Kation ( + )
Aspal emulsi Anion ( - )
Aspal emulsi Nonion ( ).
Dari ketiga jenis aspal tersebut yang biasa dipergunakan sebagai bahan
perkerasan jalan adalah aspal emulsi Kation dan Anion.
Aspal emulsi Kation :
Aspal jenis ini biasa juga disebut sebagai Aspal Emulsi Asam, merupakan
jenis aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positip.
Sifat istimewa

Aspal

Emulsi Kation adalah bahwa aspal akan cepat

mengering dan bekerja untuk mengikat batuan / agregat

walaupun

batuan tersebut mengandung air. Sifat ini sangat menguntungkan untuk


daerah-daerah yang banyak mengandung air (sering hujan),

daerah

bersalju, daerah yang berikilim dingin, dapat juga untuk klas jalan yang
tidak begitu tinggi.
Aspal Emulsi Anion :
Aspal jenis ini biasa juga disebut sebagai Aspal Emulsi Alkali,
merupakan jenis aspal emulsi yang bermuatan arus listrik negatip.
Pada jenis Aspal Emulsi Anion proses pelekatan batuan hanya dapat terjadi
pada batuan yang kering saja. Kecepatan reaksi/proses pelekatan lebih
lambat bila dibandingkan dengan jenis Aspal Emulsi Kation.
12

Pada prakteknya jenis aspal ini hanya dipakai sebagai bahan untuk
menambal jalan yang berlubang, perbaikan jalan sementara dan
pembuatan jalan dengan mutu rendah.
Aspal Emulsi Nonion
Merupakan jenis aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti
tidak mengantar listrik. Aspal jenis ini tidak biasa dipakai sebagai bahan
perkerasan jalan, tetapi baik untuk bahan pengisi pada dilatasi jembatan,
penambalan atap dll.
Kelebihan aspal emulsi bila dibandingkan dengan aspal keras hanya pada
segi pelaksanaan konstruksi lebih sederhana dan praktis karena dapat
dilakukan tanpa harus dilakukan pemanasan lebih dulu. Untuk Indonesia
aspal jenis ini harus dibeli dari luar negri, sehingga harganya relatip mahal
bila dibandingkan dengan aspal keras.
Berdasarkan kecepatan pengerasannya, aspal emulsi dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu :
RS ( Rapid Setting ) aspal emulsi paling cepat bereaksi
MS (Medium Setting) aspal emulsi lebih lambat bereaksi
SS (Slow Setting )

aspal emulsi paling lambat bereaksi

PENGUJIAN KUALITAS ASPAL


Cara menentukan kualitas aspal dapat dilihat dari besar kecilnya nilai
Penetrasi, Berat jenis, Kelekatan aspal terhadap agregat, Titik nyala (clev
and open cup) , Titik bakar, Titik lembek, Kelarutan dalam cairan Carbon
Tetra Chlorida (CCL4) dan Daktilitas.
Penetrasi.
Yaitu angka yang menunjukkan kekerasan aspal yang diukur dari
kedalaman masuknya jarum penetrasi yang diberi beban 100 gram selama
5 detik pada suhu ruang 25o C. semakin besar nilai penetrasinya, maka
semakin lunak aspal tersebut dan sebaliknya.
Berat Jenis
Yaitu angka yang menunjukkan perbandingan berat aspal dengan
berat air pada volume yang sama pada suhu ruang. Semakin besar nilai
berat jenis aspal, maka semakin kecil kandungan mineral minyak dan
partikel lain di dalam aspal. Semakin tinggi nilai berat jenis aspal, maka
semakin baik kualitas aspalnya. Berat jenis aspal minimal sebesar 1,000.

13

Kelekatan aspal terhadap agregat


Yaitu angka yang menunjukkan prosentase luasan permukaan
agregat batu silikat yang masih terselimuti oleh aspal setelah agregat
tersebut direndam selama 24 jam. Kelekatan aspal yang tinggi dapat
diartikan bahwa aspal tersebut memiliki kemampuan yang tinggi untuk
melekatkan agregat sehingga semakin baik digunakan sebagai bahan ikat
perkerasan. Nilai kelekatan aspal yang baik minimal sebesar 85 %.
Titik nyala aspal
Yaitu angka yang menunjukkan temperature (suhu) aspal yang
dipanaskan ketika dilewatkan nyala penguji di atasnya terjadi kilatan api
selama sekitar 5 detik. Syarat aspal AC 60/70 titik nyala sebesar minimal
200 oC
Titik bakar aspal
Yaitu angka yang menyatakan besarnya suhu aspal yang
dipanaskan ketika dileawatkan nyala penguji diatas aspal terjadi kilatan
api lebih dari 5 detik. Semakin tinggi titik nyala dan titik bakar aspal, maka
aspal tersebut semakin baik. Besarnya nilai titik nyala dan titik bakar tidak
berpengaruh terhadap kualitas perkerasan, karena pengujian ini hanya
berhubungan dengan keselamatan pelaksanaan khususnya pada saat
pencampuran (mixing) terhadap bahaya kebakaran.

Titik lembek aspal (Ring and Ball test)


Yaitu angka yang menunjukkan suhu (temparatur) ketika aspal menyentuh
plat baja. Titik lembek juga mengindikasikan tingkat kepekaan aspal
14

terhadap perubahan temperature, disamping itu titik lembek juga


dipengaruhi oleh kandungan parafin (lilin) yang terdapat dalam aspal.
Semakin tinggi kandungan paraffin pada aspal, maka semakin rendah titik
lembeknya dan aspal semakin peka terhadap perubahan suhu.

Kelarutan aspal dalam cairan Carbon Tetra Chlorida (CCl4)


Yaitu angka yang menunjukkan jumlah aspal yang larut dalam cairan CCl4
dalam prosen setelah aspal digoncang atau dikocok selama minimal 20
menit. Angka kelarutan aspal juga menunjukkan tingkat kemurnian aspal
terhadap kandungan mineral lain. Semakin tinggi nilai kelarutan aspal,
maka aspal semakin baik.
Daktilitas aspal
Yaitu angka yang menunjukkan panjang aspal yang ditarik pada suhu 25o
C dengan kecepatan 5 cm/menit hingga aspal tersebut putus. Daktilitas
yang tinggi mengindikasikan bahwa aspal semakin lentur, sehingga semakin
baik digunakan sebagai bahan ikat perkerasan.
Syarat aspal yang baik adalah sebagai berikut:
No.

Jenis Pemeriksaan

1.

Penetrasi 25oC, 5 det

Syarat
Pen 60/70
Pen 80/100
Min
Maks
Min
Maks
60
79
80
99
15

Satuan
0,1 mm

2.
3.

Titik lembek
48
Titik nyala dan titik
200
bakar
4. Kehilangan berat
163oC, 5 jam
5. Kelarutan dalam CCl4
99
o
6. Daktilitas 25 C, 5
100
cm/menit
7. Penetrasi setelah
75
kehilangan berat
8. Penetrasi aspal hasil
55
ekstraksi benda uji
9. Daktilitas aspal hasil
40
ekstraksi benda uji
10 Kelekatan aspal thd
85
agregat
11. Berat jenis (25OC)
1
Sumber : Depkimpraswil, 2000.

58
-

46
225

54
-

C
C

0,4

0,6

% berat

99
100

% berat
cm

75

55

40

% terhadap
asli
% terhadap
asli
cm

85

II. PEMILIHAN ASPAL


Aspal atau bitumen merupakan material untuk membuat perkerasan
yang berfungsi sebagai pengikat apabila dicampur dengan agregat dan
berfungsi sebagai perekat apabila digunakan sebagai Prime coat atau Tack

coat.
Adapun

klasifikasi aspal dapat dibedakan berdasarkan penetrasi,

kekentalan, aspal cair dan aspal emulsi.


a. Klasifikasi aspal berdasarkan nilai penetrasinilai penetrasi adalah kedalaman
jarum penetrasi dengan beban 100 gr selama 5 detik pada suhu 25

masuk ke dalam aspal dalam satuan 0,1 mm.


Jenis jenis aspal berdasarkan nilai penetrasi adalah :
AC 40-50
AC 60-70

(100 gr / 5 dtk / 0,1 mm)

AC 85-100
AC 120-150
AC 200-300
Sedangkan klasifikasi aspal berdasarkan nilai penetrasi menurut British
Standart (BS.3690) adalah sebagai berikut:
Pen. 15 5

Pen 70 10

Pen. 25 5

Pen 100 20

Pen. 35 7

Pen 200 30
16

Pen. 40 10

Pen 300 45

Pen. 50 10

Pen 450 65

b. Klasifikasi berdasarkan nilai kekentalan yang didapat dari uji kekentalan


adalah sbb:
1) Saybolt Furol (SF)
Aspal suhu 60

C mengalir melalui pipa 1/8 untuk mengisi labu

dengan volume 60 ml. Waktu pengisian menunjukkan kekentalan SF


(detik).
2) Kinematis dengan satuan Centi Stokes (cst)
3) Satuan cgs 1 gr/cm sec, atau 1 dyne sec/cm 3 , disebut poise (P)
S 1unit 1 pa s (1N s/m 2 ) disebut 10 P
4) Thin Film Oven Test

yaitu kehilangan berat aspal dalam % berat

Rolling Thin Film Oven

yaitu karakteristik aspal setelah RTFO test


untuk menentukan grading aspal semula
dinyatakan dalam AR (age residu )

viscosity graded series.


Jenis jenis aspal menurut kekentalannya adalah:
AC 2,5
AC 5

Asphalt Cement angka menunjukkan


kekentalan pada 60 o C (140 o F) dalam satuan
100an poises (toleransi 20%)

AC 10
AC 20
AC 40
AR 1000

Age Residu angka menunjukkan kekentalan


setelah uji RTFO pada suhu 60 o C ( 140 o F)

AR 2000

dalam satuan poises (toleransi 25 %)

AR 4000
AR 8000
AR 16000
c. Aspal cair

Aspal yang merupakan hasil olahan dari aspal keras yang dicairkan dengan
menggunakan bahan pencair sepeti kerosen, bensin atau solar.
Aspal cair diklasifikasikan berdasarkan kecepatan penguapan (Rapid
Curing, Medium Curing, Slow Curing). Jenis aspal cair terdiri dari:
Rapid Curing (RC)

30

angka menunjukkan kekentalan dalam


satuan

Medium Curing (MC)

70

cst pada suhu 60 o C


17

Slow Curing (SC)

250

800

3000

d. Aspal Emulsi
yang dibuat dari aspal keras + Emulsifier + air
bila dilihat dari muatan listrik pada partikel aspalnya, aspal emulsi
dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
- Kationik, yaitu apabila partikel aspalnya bermuatan listrik positif
- Anionik, jika partikel aspalnya bermuatan listrik negatif
- Nonionik, jika partikel aspalnya tidak bermuatan listrik (netral)
Adapun bila ditinjau dari kecepatan pengikatan terdiri dari 3 macam yaitu:
-

Rapid setting

(RS) yaitu aspal emulsi yang memiliki kecepatan

pengikatan paling cepat,


-

Medium Setting (MS) yaitu aspal emulsi yang memiliki kecepatan


pengikatan menengah (medium)

Slow setting (SS) yaitu aspal emulsi yang memiliki kecepatan pengikatan
paling lama.

Pemilihan jenis aspal disesuaikan dengan jenisnya pekerjaan yang akan


dilakukan (CRS,CMS.CSS) tergantung kecepatan pengikatan
kelebihan :
- mudah pengerjaannya
- penggunaan alat bervariasi (dari alat berat sampai ringan)
- ramah lingkungan
- cocok untuk campuran dingin (Cold mix), Tack Coat dan Prime Coat
- paling cocok untuk slurry seal
Tabel 2.1 macam macam aspal emulsi
Anionik
RS 1
RS 2
MS 1
MS 2
MS 2h
CRS 1

Kationik
CRS 2
CMS 2
CMS 2h
CMS 2S

BM
MC 1
MC 2
MS 1
MS 2
MSK 2h

MCK 1
MCK 2
MSK 1
MSK 2
MSK 2h

18

C = cationik/cepat
R = rapid
M= medium/mengendap
S= slow/sedang
S=setting
h=harder base asphalt

HF MS 1
HF MS 2
HF MS 2h
HF MS 2s
SS 1
SS 1h

CSS 1
CSS 1h

ML 1
ML 1K

MLK 1
MLK 1h

HF= hot float (diukur


dengan flaot test,
dimungkinkan
penggunaan
film
aspal tebal
S = solvent (more solvent
than the orthers)
K = kationik/ kental

e. Performance Grade Asphalt


PG 46 (-34, -40, -46)
PG 52 (-10, -16, -22, -28, -34, -40, -46)
PG 58 (-16, -22, -28, -34, -40)
PG 64 (-10, -16, -22, -28, -34, -40)

- angka depan menunjukkan suhu


maksimum perkerasan
- angka blkang menunjukkan suhu
minimum perkerasan

PG 70 (-10, -16, -22, -28, -34, -40)

- pengujian aspal:

PG 76 (-10, -16, -22, -28, -34, )

1. Ttk. Nyala (o C)

PG 82 (-10, -16, -22, -28, -34, )

2. Kekentalan (cP)
3. DSR (oC)
4. Pav (o C)
5. DTT (oC)
6. RTFO residu (%)
7. TFO residu (%)
8. creep stiffness (oC)

T 20mm = (Tair 0,00618 Lat 2 + 0,2289 Lat + 42,2) ( 0,9545) 17,78


Tmin

= 0,859 Tair + 1,7 o C

T20mm = suhu rencana perkerasan tertinggi, suhu 20 mm di bawah


permukaan perkerasan
Tmin = suhu rencana perkerasan terendah, suhu di permukaan perkerasan.
Tair = suhu udara tertinggi rata-rata, 7 hari (o C) untuk T
Suhu terendah rata rata tahunan (o C) untuk T
Lat = lokasi perkerasan di garis lintang (derajat)
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
pilihan jenis aspal yang akan digunakan dalam membuat
perkerasan adalah:
1.

faktor lalu lintas ( beban dan kecepatan kendr )

2. faktor iklim (cuaca ) sekitar lokasi pekerjaan


3. peralatan yang tersedia (mixing, spreading, compacting)
19

4. gradasi agregat (well graded, open graded, poor graded)


5. jarak angkut (waktu tempuh dari AMP ke lokasi)
6. volume pekerjaan
7. tuntutan lingkungan
8. tenaga kerja
9. lain lain
1.

Faktor lalu lintas


Faktor lalu lintas

akan mempengaruhi jenis aspal yang akan

digunakan adalah jumlah lintasan lalu lintas yang diukur dengan ESAL
(ekivalent standart axle load) dan kecepatan lalu lintas.
a. jumlah lintasan (beban kendaraan)
Semakin banyak jumlah lintasan pada suatu jalan yang akan dibuat,
maka jenis aspal yang akan digunakan harus mempunyai viskositas yang
tinggi yang ditunjukkan dengan nilai penetrasi, karena nilai penetrasi yang
rendah akan mempunyai nilai stabilitas yang lebih tinggi dibandingkan nilai
penetrasi yang tinggi.
Sebagai contoh untuk jalan negara atau jalan tol harusnya menggunakan
aspal dengan nilai penetrasi 40 70 ( misal AC 40-50 atau AC 60-70).
Apabila perkerasan yang melayani beban lalu lintas yang cukup besar (>1
juta SAL) menggunakan aspal AC 80-100 atau penetrasi yang lebih tinggi,
maka akibat yang ditimbulkan adalah akan terjadi kerusakan yang lebih
cepat sebelum tercapai umur rencana. Adapun kerusakan yang mungkin
terjadi diantaranya adalah fracture dan rutting.
b. kecepatan kendaraan (speed)
Kecepatan kendaraan akan mempengaruhi lama pembebanan
terhadap perkerasan. Untuk perkerasan yang melayani kendaraan dengan
kecepatan rendah seharusnya menggunakan aspal dengan nilai penetrasi
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perkerasan yang melayani
kendaraan cepat. Sebagai contoh untuk perkerasan terminal dimana
banyak kendaraan yang parkir, sehingga lama pembebanan terhadap
perkerasan cukup tinggi, maka jenis aspal yang digunakan harus
menggunakan aspal dengan penetrasi rendah misal AC 40-50 atau AC 6070. Adapun pengaruh kecepatan terhadap
berikut:
20

perkerasan adalah sebagai

kecepatan akan mempengaruhi

lama pembebanan dan berakibat

pada perubahan temperatur perkerasan yang akan berpengaruh pada


nilai E perkerasan. nilai modulus kekakuan perkerasan sangat tergantung
oleh modulus kekakuan aspalnya yang dipengaruhi oleh temperatur aspal
dan lama pembebanan.
Akibat yang akan terjadi apabila salah dalam memilih aspal ditinjau dari
kecepatan kendaraan adalah terjadinya kerusakan perkerasan jenis
deformasi seperti bleeding dan rutting.
Untuk

memilih

aspal

berdasarkan

kecepatan

lalu

lintas

apabila

menggunakan aspal jenis Performance Grade diperlukan koreksi sbb:


a. untuk lalu lintas lambat dan beban berhenti seperti tempat
parkir, terminal masing masing dinaikkan 1 grade.
b. Untuk jumlah lalu lintas (ESAL) 1 juta 30 juta atau >30 juta
masing masing dinaikkan 1 grade.
2. Iklim
Faktor iklim mempunyai peran yang cukup besar dalam menentukan
jenis aspal yang akan digunakan. Faktor iklim tersebut meliputi:
a. panas/dingin yang berhubungan dengan suhu udara yang akan
mempengaruhi suhu perkerasan
b. basah/kering yang akan mempengaruhi kadar air perkerasan.
c.

Temperatur perkerasan yang dipengaruhi oleh temperatur udara dan


letak geografis.

d. Ketinggian lokasi dari muka air laut yang akan mempengaruhi suhu
udara dan tekanan udara yang akhirnya akan berpengaruh
terhadap temperatur perkerasan.
Memilih aspal berdasarkan suhu udara berhubungan dengan nilai penetrasi,
pada daerah dingin lebih cocok apabila digunakan aspal dengan penetrasi
tinggi sedangkan pada daerah tropis lebih cocok menggunakan aspal
penetrasi rendah (viskositas tinggi). Kerusakan perkerasan yang diakibatkan
karena kesalahan pemilihan aspal pada kasus ini adalah bleeding,
deformasi, rutting. Untuk mengatasi apabila aspal yang tersedia tidak sesuai
yang diinginkan, maka dapat digunakan bahan aditive.
3. Peralatan yang tersedia (equipment) :
Peralatan

untuk

melaksanakan

pekerjaan

dipertimbangkan dalam memilih aspal meliputi :


21

jalan

yang

harus

alat pencampur (AMP & molen) (mixing)


alat penggelar atau penghampar (spreading)
alat pemadat (compacting)
alat yang akan digunakan akan berpengaruh terhadap produktifitas kerja
dan pemilihan jenis aspal. Semakin baik jenis alat yang digunakan maka
semakin leluasa dalam memilih jenis aspal, tetapi apabila alat yang tersedia
kurang memadai, maka jenis aspal yang digunakan harus memberikan
kesempatan pangerjaan yang lebih lama. Sebagai contoh apabila
dilapangan alat yang tersedia hanya alat sederhana (alat pencampur,
penggelar, pemadat), maka aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi
200,300 dst atau aspal cair jenis SC dsb.
Akibat yang ditimbulkan apabila terjadi kesalahan pemilihan aspal melihat
alat yang tersedia, maka akan sulit untuk mendapatkan hasil yang optimal
karena saat pencampuran, penggelaran, pemadatan tidak memenuhi
syarat

khususnya

syarat

temperatur

pencampuran,

penggelaran,

pemadatan.
4. Gradasi agregat
Gradasi agregat dibedakan menjadi 3 yaitu : gradasi menerus (rapat),
gradasi terbuka dan gradasi timpang. Gradasi terbuka maupun gradasi
timpang memiliki rongga yang lebih besar jika dibandingkan dengan
gradasi rapat, hal ini akan berpengaruh terhadap kemudahan aspal untuk
memasuki rongga antar butiran agregat. Jenis aspal yang cocok untuk
gradasi timpang maupun gradasi terbuka adalah aspal yang memiliki
viskositas (kekentalan ) yang tinggi sedangkan untuk gradasi rapat jenis
aspal yang cocok adalah aspal dengan kekentalan sedang sampai rendah.
Disisi lain kebutuhan aspal pada gradasi timpang maupun gradasi terbuka
akan membutuhkan aspal yang lebih besar jika dibandingkan dengan
gradasi menerus, perbedaan tersebut disebabkan karena prosentase rongga
antar agregat.
5. Jarak angkut antara AMP dengan lokasi pekerjaan.
Jarak angkut akan mempengaruhi dalam pemilihan jenis aspal, hal ini
disebabkan karena jarak angkut yang cukup jauh memungkinkan
terjadinya penurunan temperatur yang cukup besar sehingga untuk
mendapatkan suhu pemadatan yang memenuhi syarat akan kesulitan.
Tetapi apabila suhu pencampuran dinaikkan untuk mendapatkan suhu
22

pemadatan yang sesuai dengan spesifikasi, maka aspalnya yang mengalami


kerusakan akibat pemanasan yang berlebihan. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka dalam menentukan jenis aspal untuk jarak yang jauh
seharusnya digunakan aspal yang tidak begitu peka terhadap perubahan
temperatur, misal dengan menggunakan bahan aditive atau menggunakan
aspal cair maupun aspal emulsi.
6. Volume pekerjaan
Volume pekerjaan dibedakan antara volume kecil dan volume besar, hal ini
akan berpengaruh terhadap pemilihan jenis aspal yang akan digunakan.
Untuk pekerjaan dengan volume kecil tentunya alat yang digunakan untuk
mencampur, menggelar maupun untuk memadatkan adalah alat yang
sederhana,

sehingga

aspal

yang

digunakan

cukup

aspal

yang

memungkinkan digunakan alat yang sederhana tersebut. Jenis aspal yang


cocok untuk kasus ini adalah aspal cair, aspal emulsi maupun aspal Buton.
7. Tuntutan lingkungan
Tuntutan lingkungan menyangkut hal apakah dalam melaksanakan
pekerjaan jalan tersebut menimbulkan polusi yang dapat mengganggu
lingkungan dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Sebagai contoh
pekerjaan jalan pada sebuah rumah sakit, apabila aspal yang digunakan
merupakan aspal yang dapat menimbulkan polusi saat pelaksanaan, maka
akan mengganggu pasien. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat
digunakan aspal cair atau aspal emulsi yang dicampur secara dingin (Cold

mix) sehingga tidak menimbulkan polusi yang cukup besar.


8. Buruh (labour)
Tenaga kasar (buruh) sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan dalam
menentukan jenis aspal yang akan digunakan. Hal ini disebabkan karena
tenaga kasar yang tidak terlatih akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam melakukan penggelaran sehingga dimungkinkan akan terjadi
penurunan suhu yang cukup besar yang berakibat suhu pemadatan
menjadi rendah. Hal ini berarti bahwa sebelum pemadatan dilakukan telah
terjadi ikatan awal dan akhirnya akan menyebabkan hasil pemadatan
yang kurang baik. Untuk mengatasi hal ini, maka aspal yang digunakan
sebaiknya aspal yang kurang peka terhadap perubahan suhu ( dapat
digunakan bahan aditive yang sesuai) atau menggunakan aspal emulsi
maupun aspal cair.
23

AGREGAT
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dan sekaligus sebagai bahan pendukung dalam campuran lapis
perkerasan jalan.

Kandungan agregat di dalam lapis perkerasan jalan

berkisar antara 90% - 95% (bila dihitung berdasarkan persentase berat) dan
berkisar antara 75% - 85% (bila dihitung berdasarkan persentase volume).
Maka akibatnya kestabilan serta mutu perkerasan jalan lebih ditentukan
oleh sifat agregat dan kualitas campuran antara agregat dengan material
lainnya.
1. Ukuran Agregat
Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan ialah
dengan dida sarkan kepada ukuran diameter butir. Untuk mengetahui
ukuran butiran dikenal beberapa ukuran saringan sbb:
# 1,5

# No 4 = 4,75 mm

# No 80 = 0,177 mm

# 1,0

# No 8 = 2,36 mm

# No 100 = 0,15 mm

# No 10 = 2,0 mm

# No 120 = 0,12 mm

# No 30 = 0,6 mm

# No 140 = 0,105 mm

# No 40 = 0,42 mm

# No 200 = 0,075 mm

# No 60 = 0,25 mm

Berdasarkan

ukuran butirannya,

agregat dapat dibedakan atas tiga

bagian besar :
Menurut ASTM
Agregat kasar, yaitu butiran yang tinggal di atas saringan no 4 atau
agregat dengan diameter > 4,75 mm
Agregat halus, butiran yang terletak antara saringan No. 4 - No. 200
atau terletak antara diameter 4,75 mm - 0,075 mm
Agregat pengisi / abu batu / filler,

adalah butiran yang lewat

saringan 200
Menurut AASHTO :
Agregat kasar, yaitu butiran yang tinggal di atas saringan No. 10,
atau agregat yang berdiameter > 2mm
Agregat halus, butiran yang terletak antara saringan No.10 - No.
200 atau terletak antara diameter 2,0 mm - 0,075 mm
Agregat pengisi / abu batu / filler,

adalah butiran yang lewat

saringan 200 minimal 75 %.

24

Bila dilihat dari proses terbentuknya, agregat dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu Agregat Alami dan Agregat Buatan.
Agregat Alami
Yaitu agregat yang sudah terbentuk secara alamiah, jadi agregat ini
telah mengalami pengecilan butiran karena proses alam. Sebagai contoh
kerikil yang terdapat di sungai yang mengalir. Kerikil ini mengalami
pengikisan pada dinding luarnya akibat gesekan-gesekan dengan material
lainnya di sungai, sehingga biasanya bentuk dari kerikil sungai agak bulatbulat / agak tumpul. Ciri ciri agregat alami adalah semakin jauh agregat
dari sumber material, maka:
a. bentuknya akan semakin bulat,
b. tekstur permukaannya semakin halus
c. ukurannya semakin kecil (halus)
d. gradasi agregat relatif seragam
Agregat Buatan
Disebut Agregat Buatan karena keberadaannya akibat rekayasa
manusia. Misal Split, batu pecah dll. Material ini diperoleh dari hasil
pemecahan alat pemecah batu (stone crusher)
Agregat buatan yang kedua yaitu agregat yang dahulunya tidak ada
kemudian dibuat menjadi ada ( artificial aggregate )
Agregat ini biasanya memiliki kualitas yang baik dan bentuk yang baik,
karena kuaitas dan bentuk dapat ditentukan pada saat proses pembuatan.
Jenis agregat ini antara lain:
Slag ( agregat yang terbuat dari limbah nikel)
Klelet (agregat yang terbuat dari limbah pengecoran logam)
ALWA (Artificial Light Weight Aggregate) yaitu agregat yang terbuat
dari tanah lempung yang dibakar pada suhu tertentu.
Agregat dari pecahan genting beton
Dll
Ciri ciri agregat buatan:
a. bentuknya bersudut banyak
b. tekstur permukaannya kasar
c. ukurannya bervariasi
d. bidang pecahnya banyak
25

2. Bentuk Agregat
Bentuk dari agregat sangat penting untuk di bahas mengingat bentuk
dari agregat akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kestabilan
lapis perkerasan yang dibentuk oleh agregat itu sendiri.
Bentuk dari agregat akan berpengaruh terhadap kemampuan

geser,

saling mengunci diantara agregat, yang pada akhirnya akan berpengaruh


langsung kepada kestabilan perkerasan.

- Bulat (rounded)
D

Yaitu agregat yang mempunyai diameter ke segala arah relative sama.


Agregat yang berbentuk bulat bila dilihat dari proses terbentuknya
termasuk Agregat Alami. Bentuk agregat semacam ini banyak dijumpai di
sungai-sungai. Bentuk yang bulat ini diakibatkan oleh adanya pengikisan
oleh air dan material kecil lainnya, atau oleh gesekan sesama batuan,
sehingga menyebabkan keausan pada dinding luar batuan yang pada
akhirnya dapat menyebabkan bentuk menjadi tumpul dan bulat. Ada
beberapa kelemahan pada agregat bulat bila dipakai untuk konstruksi
perkerasan antara lain:
a. luas bidang kontak sesama agregat kecil
b. kemampuan mengunci sesama agregat kecil
c. akibat a dan b sesama agregat mudah tergelincir
Oleh karena itu perkerasan yang memakai agregat yang berbentuk bulat
tidak akan memiliki stabilitas tinggi. Disarankan untuk agregat bulat hanya
dipakai pada konstruksi perkerasan klas menengah dan bawah.
- Lonjong (elongated)
D2
26

D1

D1/D2 > 1,8

Agregat berbentuk lonjong banyak dijumpai di sungai atau di bekas


endapan

sungai.

Agregat

dapat

dikatakan

lonjong

bila

ukuran

terpanjangnya > 1,8 kali diameter rata-rata. Pada umumnya sifat mekanis
yang ada pada agregat lonjong hampir sama dengan agregat yang
berbentuk bulat. Sehingga agregat yang berbentuk lonjong juga tidak
menguntungkan bila dijadikan bahan untuk perkerasan yang bermutu
tinggi.
- (cubical)
Ada juga yang mengatakan agregat berbentuk kubus itu dengan
agregat bersudut.
Agregat berbentuk kubus akan banyak dijumpai pada material yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu (stone crusher).
Kelebihan agregat berbentuk sudut ini terhadap konstruksi perkerasan jalan
:
a. luas bidang kontak sesama agregat relatif tinggi
b. kemampuan mengunci (interlocking) antar agregat tinggi
c. akibat a dan b antar sesama agregat sulit tergelincir
Akibat hal diatas maka perkerasan yang memakai agregat yang
berbentuk kubus/bersudut akan memiliki stabilitas yang tinggi, dan bahan
ini sangat cocok untuk perkerasan yang bermutu tinggi.
D1
D2
D3

D1 = D2 = D3
27

- Pipih
D1
D2
D1 = 0,6 x D2
Agregat dikatakan pipih bila agregat tersebut memiliki diameter terpendek
maksimal 0,6 kali sisi terpanjang. Agregat berbentuk pipih akan mudah
pecah pada saat pencampuran, pemadatan, ataupun akibat beban lalulintas. Di samping itu kepipihan agregat berpengaruh jelek terhadap daya
tahan lapis keras, karena agregat ini pada kedudukan rata air (horisontal)
mudah menjebak gelembung udara sehingga akan memperbesar rongga
udara pada campuran.
Oleh karena itu banyaknya agregat pipih biasanya dibatasi, disarankan
jumlah agregat pipih tidak lebih dari 15%.
3. Tekstur Agregat
Tekstur agregat diartikan sebagai kondisi alamiah permukaan agregat
yang berhubungan dengan kekasaran dan kehalusan.
Pada umumnya tekstur agregat dapat dibedakan atas beberapa
tingkatan :
sangat halus / licin (glassy)
halus (smooth)
granular
kasar (rough)
berkristal (crystalline)
berpori
berlubang-lubang.
Tekstur permukaan akan sangat tergantung kepada kekerasan bahan
dasar, ukuran molekul, dan besar gaya yang bekerja pada permukaan
butiran yang telah mempengaruhi tekstur permukaan tersebut.
Bahan agregat yang keras, padat, berbutir kecil-kecil umumnya
menjadikan permukaan butiran agregat bertekstur halus.
Biasanya untuk kebutuhan lapis perkerasan, agregat yang paling disukai
adalah jenis perkerasan yang bertekstur kasar.
28

Kelebihan agregat bertekstur kasar :


mempunyai kekuatan geser yang besar
ikatan antar partikel lebih kuat sebab bahan ikat (aspal) lebih kuat di
dalam mencengkeram agregat.
Akibat dari dua hal di atas maka campuran akan bersifat :
mempunyai stabilitas tinggi
lebih mampu menahan deformasi yang akan timbul akibat gaya-gaya
yang berasal dari luar.
Daya Lekat Terhadap Aspal
Faktor yang mempengaruhi lekatan aspal dan agregat dapat
dibedakan atas dua bagian yaitu :
a. Sifat mekanis yang tergantung pada
kadar pori dan absorbsi
bentuk dan tekstur permukaan
ukuran butiran
b. Sifat kimiawi agregat
Agregat berpori akan menyerap aspal lebih baik, sehingga ikatan antara
aspal dengan agregat biasanya baik. Agregat yang berpori terlalu banyak
akan menyerap aspal lebih banyak, sehingga aspal yang menyelimuti
agregat akan lebih tipis hal ini akan mengakibatkan cepat lepasnya ikatan
antara agregat dengan aspal. Oleh karena itu bila didalam campuran
terlalu banyak mengandung agregat berpori dapat menurunkan durabilitas
campuran.
Di samping itu agregat berpori umumnya lebih mudah pecah/hancur.
Untuk mengetahui pori - pori dapat didekati dengan menghitung
banyaknya air yang dapat terserap / terabsorbsi oleh agregat.
Untuk itu dapat didekati dengan rumus seperti yang tersebut di bawah ini :
Penyerapan = (Bj - Bk)/Bk x 100%
Bk = Berat benda uji kering oven
Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh
Biasanya agregat untuk lapis perkerasan besarnya penyerapan dibatasi
maksimal

3%

dan nilai kelekatan agregat terhadap aspal yang

disyaratkan minimal sebesar 95%.


Daya Tahan Agregat
Yang

dimaksud dengan daya tahan agregat adalah kemampuan

agregat untuk mempertahankan diri terhadap kehancuran baik oleh gayagaya mekanis ataupun oleh pengaruh kimia.
29

Akibat hal di atas maka dikenal dua pengertian :


degradasi, didefinisikan sebagai kehancuran agregat menjadi pertikel
yang lebih kecil akibat oleh gaya mekanik yang dapat terjadi pada
saat penimbunan, pemadatan, ataupun oleh beban lalu-lintas.
disintegrasi, didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat menjadi
butir-butir halus akibat pengaruh kimiawi/alam seperti kelembaban,
dan pengaruh perbedaan temperatur yang ber ulang-ulang (siang
dan malam).
Segregasi, yaitu pisahnya agregat antara agregat yang berukuran
besar dengan agrgat yang berukuran kecil karena adanya perbedaan
berat butiran. Hal ini bisa terjadi karena penimbunan yang terlalu
tinggi (lebih dari 3 m) atau karena penuangan dari dumptruk yang
terlalu tinggi.
Agregat yang akan digunakan sebagai bahan lapis keras haruslah
mempunyai ketahanan terhadap degradasi dan disintegrasi dan pada saat
pelaksanaan harus dihindarkan dari kemungkinan terjadinya segregasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi antara lain :
jenis agregat, agregat yang lunak akan mengalami degradasi yang
lebih besar bila dibandingkan dengan agregat yang keras.
gradasi, gradasi terbuka mempunyai tingkat degradasi yang lebih
besar bila dibandingkan dengan gradasi rapat.
bentuk agregat, agregat pipih akan mengalami degradasi yang lebih
besar bila dibandingkan dengan agregat berbentuk kubus/bersudut.
ukuran partikel, partikel yang lebih kecil mempunyai tingkat
degradasi yang lebih kecil dari pada partikel yang besar.
energi pemadatan, degradasi akan terjadi lebih besar pada
pemadatan dengan energi pemadatan yang lebih besar.
4. Penentuan Tingkat Ketahanan
Ketahanan agregat terhadap penghancuran (degradasi) dapat
diperiksa dengan menggunakan alat untuk melihat keausan yaitu alat
abrasi Los Angeles (Los Angeles Abration Test).
Agregat yang akan diperiksa ditetapkan dulu gradasinya dan
dibersihkan dari kotoran

(tanah, lumpur dll). Sebelum dimasukkan ke

dalam mesin abrasi, agregat terlebih dulu ditimbang dan ditetapkan


beratnya.

Setelah dicatat beratnya, agregat kemudian dimasukkan ke

dalam mesin abrasi bersama dengan bola-bola baja yang jumlahnya sudah
30

ditentukan. Kemudian mesin abrasi Los Angeles diputar dengan kecepatan


sekitar 30 - 33 rpm selama 500 putaran. Setelah selesai agregat dikeluarkan
dari mesin abrasi kemudian disaring dengan saringan No. 12. Nilai akhir
dinyatakan dengan persen merupakan hasil perbandingan antara berat
benda uji yang telah lolos dari saringan No. 12 dengan berat benda uji
semula sebelum dimasukkan ke dalam mesin abrasi.
Semakin tinggi nilai persentase benda uji, berarti bertambah besar pula
degradasi pada agregat.
Sebagai pedoman dasar di dalam pelaksanaan pemakaian di lapangan,
telah diambil patokan sebagai berikut :
Nilai abrasi < 30 % berarti agregat baik dipakai pada lapis keras
sebagai bahan lapis penutup
Nilai abrasi < 40 % berarti agregat baik dipakai pada lapis keras
sebagai bahan lapis fondasi atas
Nilai abrasi < 50 % berarti agregat baik dipakai pada lapis keras
sebagai bahan lapis fondasi bawah.
Ketahanan

agregat

terhadap

kehancuran

akibat

pelapukan

(disintegrasi) pada umumnya diperiksa dengan menggunakan Saundness.


Agregat yang akan diperiksa nilai pelapukannya dicuci dulu untuk
menghilangkan kotoran, kemudian dikeringkan sampai kering dan
ditimbang. Setelah dicatat beratnya, agregat direndam ke dalam larutan
kimia

Natrium Sulfat

atau Sodium Sulfat sampai jenuh.

Agregat

kemudian dicuci dan direndam lagi ke dalam larutan kimia berulang-ulang


sampai lima kali.
Dengan direndamnya agregat ke dalam Natrium Sulfat, maka secara
alamiah larutan kimia tersebut akan masuk ke dalam pori-pori agregat,
karena proses kimia, agregat yang tidak kuat akan mengalami
kehancuran/pelapukan. Kehilangan berat akibat perendaman dinyatakan
ke dalam persen.
Untuk agregat dengan nilai soundness

12% menunjukkan bahwa agregat

cukup tahan terhadap pengaruh cuaca dan dapat dipergunakan sebagai


lapis permukaan.
Besar kecilnya nilai soundness sangat dipengaruhi oleh jenis kandungan
mineral sebagai bahan pendukung pokok agregatnya.
SPESIFIKASI AGREGAT (SYARAT AGREGAT YANG BAIK)
1. abrasi maks 40 %
31

2. berat jenis semu (apparent) min 2,5


3. penyerapan (absorbsi) maks 3 %
5. kandungan lumpur pasir (agregat halus) maks 5 % untuk agregat
kasar maks 1 %.
6. kandungan agregat lunak maks 3 %
7. indeks kepipihan maks 15 %
8. agregat minimal mempunyai 1 bidang pecah
9 kelekatan agregat terhadap aspal min 85 %
5. Gradasi Agregat.
Yang dimaksud dengan gradasi agregat adalah kombinasi ukuran
diameter agregat dalam dalam suatu campuran.
Gradasi agregat dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
a. Gradasi seragam (uniform graded)
Adalah agregat di dalam campuran yang memiliki diameter butiran
yang hampir sama. Kalaupun mengandung agregat halus, jumlahnya tidak
dapat untuk mengisi rongga antar agregat.
Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan suatu perkerasan
yang mempunyai sifat sebagai berikut :
stabilitas rendah
fleksibilitas tinggi
berat volume kecil
Pengalaman di lapangan, gradasi seragam biasanya dihindari untuk segala
macam jenis perkerasan karena gradasi seragam membutuhkan banyak
aspal, sehingga biaya konstruksi dapat menjadi mahal.
b. Gradasi rapat (dense graded)
Adalah agregat di dalam campuran yang memiliki gradasi kasar
sampai dengan gradasi halus dalam porsi yang seimbang atau agregat
yang memiliki diameter butiran dari mulai butiran yang kasar sampai
dengan yang halus semuanya terdapat dalam keadaan yang seimbang.
Oleh karena itu gradasi rapat sering juga disebut sebagai gradasi baik (well

graded) atau dapat juga disebut sebagai gradasi menerus (continuous


graded).

Perkerasan dengan agregat yang bergradasi rapat akan

menghasilkan suatu perkerasan dengan sifat sebagai berikut :


stabilitas tinggi
fleksibilitas rendah
berat volume tinggi
32

Oleh karena itu perkerasan yang menggunakan agregat bergradasi


menerus biasanya meliputi jenis perkerasan bermutu tinggi dengan
kemampuan yang tinggi pula sehingga sangat cocok untuk jalan-jalan yang
dilewati kendaraan-kendaraan berat dengan frekuensi yang tinggi pula.
Pada jenis perkerasan ini, bahan agregat yang dipakai juga harus bermutu
tinggi, sebab sebelum mendapat tekanan dari beban lalu-lintas di atasnya,
masing-masing agregat sudah mendapatkan tekanan yang besar dari hasil
pemadatan sebelumnya serta oleh adanya kemampuan saling mengunci
antar agregat yang baik. Sehingga pada saat diberi beban akibat berat
lalu-lintas, tegangan antar agregat menjadi lebih besar. Kalau mutu agregat
kurang bagus maka kemungkinan agregat akan mengalami kehancuran,
sehingga akan dapat berakibat terjadinya kerusakan pada konstruksi
perkerasan. Pada agregat bergradasi baik biasanya memiliki rongga antar
butiran sangat kecil. Sehingga aspal yang terkandung di dalamnya biasanya
dalam jumlah yang terbatas.
c. Gradasi buruk (poorly graded)
Biasa juga disebut sebagai gradasi terbuka atau gradasi senjang.
Bahan ini merupakan campuran agregat dengan satu fraksi yang hilang
atau terdapat satu fraksi dengan jumlah yang sedikit. Agregat yang
bergradasi senjang akan menghasilkan suatu perkerasan yang bersifat :
fleksibilitas tinggi
stabilitas lebih rendah (bila dibanding dengan gradasi rapat)
berat volume lebih rendah (bila dibanding dengan gradasi rapat)
Karena ada salah satu fraksi yang hilang, maka perkerasan yang
menggunakan gradasi terbuka biasanya kemampuan penguncian antar
butiran kurang sehingga mudah terjadi deformasi antar butiran.
Pengalaman di lapangan, untuk meningkatkan stabilitas dapat digunakan
filler dengan komposisi tertentu (terlalu banyak justru akan menurunkan
stabilitas).
FILLER (bahan pengisi)
Filler adalah salah satu dari bahan lapis keras yang berupa butiran
yang lolos saringan No. 200. minimal 75%. Fungsi filler adalah sebagai bahan
pengisi rongga-rongga antar agregat. Filler yang bercampur dengan aspal
akan mengisi rongga-rongga antar agregat, hal ini akan berakibat naiknya
stabilitas lapis keras, yang sekaligus akan dapat menurunkan fleksibilitasnya.

33

Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai bahan filler antara
lain :
Abu batu
Semen
Kapur
Fly ash (abu terbang)
Pasir halus dll
SYARAT FILLER YANG BAIK
1.

BJ Apparent min 2,5

2. Penyerapan maksimum 3 %
3. Lolos saringan no 200 min 75 %
III. MEMILIH AGREGAT

Klasifikasi agregat dapat dibedakan berdasarkan:


a. Gradasi
Gradasi rapat (dense grading)
Gradasi terbuka (open grading)
Gradasi timpang (gap grading)
b. Ukuran butiran
Agregat kasar, dengan butiran tinggal diatas saringan no.4
Agregat halus, dengan butiran tinggal lolos saringan no.4 tertahan no
200
Pengisi/filler, dengan butiran lewat saringa no 200
c. Bentuk butiran, kubikal(cubical), bulat (rounded), tak beraturan
(irregular), dll.
d. Proses terjadinya, dari aslinya sampai terbentuknya butir agregat dapat
terjadi karena: diangkut air, angin, korosi, pemecahan batu.
e. Berdasarkan teksture permukaannya/surface texture, kasar, sedang, dan
halus.
Memilih agregat untuk bahan perkerasan jalan ada beberapa hal yang
harus dipenuhi yang menyangkut :

34

1.1.

Kesepakatan

Susunan

Agregat

(Consensus

Aggregate

Properties)
Para ahli lapis keras sepakat bahwa karakteristik agregat sangat
menentukan dalam perbaikan daya tahan dari Hot Mix Asphal (HMA),
kesepakatan

ini

selanjutnya

yang

disebut

consensus

properties.

Karakteristik-karakteristik yang disepakati antara lain angularity untuk


agregat kasar maupun halus, flat,elongated particles dan kandungan clay.
Keriteria untuk consensus propertis ini juga dipengaruhi oleh tingkat
kepadatan lalu lintas dan posisi dari struktur lapis keras tersebut. Material
yang dekat dengan permukaan lapis keras memerlukan susunan yang lebih
keras.

Angularity untuk agregat kasar


Kesepakatan ini menyangkut prosentase berat dari agregat kasar yang
tertahan diatas saringan 4,75 mm yang memiliki 1 bidang pecah atau
lebih. Hal ini akan berpengaruh pada gesekan internal agregat dan

rutting.
Tabel 1.1 Standar Angularity Agregat Kasar (%).
Tebal Lapis Permukaan
Lalu lintas ESAL (juta)
< 100 mm
> 100 mm
< 0,3
55/-/<1,0
65/-/<3,0
75/50/< 10
85/80
60/< 30
95/90
80/75
<100
100/100
95/90
100/100
100/100
100
Catatan : 85/80 diartikan bahwa 85% agregat kasar memiliki 1 atau lebih bidang
pecah, dan 80% memiliki 2 atau lebih bidang pecah.

Angularity untuk agregat halus


Kesepakatan ini menyangkut prosentase rongga udara dalam agregat
padat yang lolos saringan 2,36 mm, dimana rongga udara yang tinggi
berarti bidang kontak lebih banyak yang diukur dengan alat tertentu
(alat angularity agregat halus).
Tabel 1.2 Standar Angularity Agregat Halus (%).
Tebal Lapis Permukaan
Lalu lintas ESAL (juta)
< 100 mm
> 100 mm

35

< 0,3
<1,0
<3,0
< 10
< 30
<100
100

40
40
45
45
45
45

40
40
40
45
45

Flat and Elongated Particeles ( prosentase agregat bentuk pipih dan


lonjong)
Kesepakatan ini menyangkut prosentase masa dari agregat kasar yang
memiliki perbandingan dimensi maksimum ke minimum lebih besar dari
5.
Tabel 1.3 Flat and Elongated Particeles
Lalu lintas ESAL (juta)
< 0,3
<1,0
<3,0
< 10
< 30
<100
100
Catatan : berlaku untuk > 4,75 mm

% Max
10
10
10
10
10

Kandungan Lumpur (Clay Content)

Clay content adalah prosentase material lumpur (tanah) yang


terkandung dalam agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Diukur dengan

sand equivalent test dimana sand equivalent

dihitung sebagai

perbandingan dari pasir terhadap ketinggian pembacaan lumpurnya,


dinyatakan dalam satuan prosentase.
Tabel 1.4 Flat and Elongated Particles
Lalu lintas ESAL (juta)
< 0,3
<1,0
<3,0
< 10
< 30
<100
100
Sumber : Superpave

Sand equivalent minimum (%)


40
40
40
45
45
50
50

1.2. Source Aggregate Properties

36

Untuk tambahan terhadap kesepakatan properties agregat, ada beberapa


karakteristik yang ditentukan oleh sumber/asal agregatnya. Sehingga
beberapa propertis agregat yang menyangkut asal dari agregat disepakati
ditetapkan oleh badan lokal, sepanjang propertis ini sesuai untuk
perencanaan campuran dan propertis ini digunakan juga sebagai kendali
dalam penerimaan material. Propertis agregat tersebut adalah keuletanan
(toughness), kekuatan (soundnees) dan material-material yang hilang
(deleterious).

Keuletan (toughness)
Keuletan (toughness) merupakan prosentase hilangnya material agregat
sepanjang pengujian abrasi los angeles. Pengujian ini memeperkirakan
daya tahan dari agregat kasar terhadap abrasi dan degradasi mekanis
sepanjang pemindahan, pengangkutan dan pelayanan. Hasil pengujian
adalah prosentase berat yang hilang selama pengujian karena degradasi
mekanis. Nilai maksimum yang hilang maksimum 40 %. Apabila nilai
tersebut dilampaui, maka akibat yang ditimbulkan adalah terjadinya
kerusakan berupa rutting.

Keawetan (Soundness)
Keawetan (soundness) merupakan prosentase hilangnya material dari
agregat selama pengujian dengan sodium atau magnesium sulfat.
Pengujian ini untuk memperkirakan daya tahan agregat

terhadap

pengaruh cuaca selama pelayanan. Pengujian ini dapat dilakukan pada


agregat kasar maupun agregat halus, dengan memasukkan agregat
tersebut ke dalam larutan sodium ataupun magnesium sulfat kemudian
dikeringkan dalam oven. Nilai maksimum yang lolos antara 10% sampai
20% untuk lima putaran.

Material-material yang hilang (deleterious).


Maretial yang hilang didefinisikan sebagai prosentase dari berat
pencemar yang ada dalam agregat seperti gumpalan tanah, serpihan
kayu, mika dan batu bara. Analisa ini dapat dilakukan untuk agregat
kasar maupun agregat halus. Pengujian ini dilakukan dengan
pengayakan basah menggunakan ayakan khusus. Prosentase dari berat
material yang hilang pada poses pengayakan basah merupakan
prosentase dari material yang hilang (yang berupa gumpalan tanah,
serpihan kayu, mika atau batu bara). Nilai tersebut berada pada skala
37

kurang dari 0,2% sampai tertinggi 10% tergantung dari komposisi


pencemarnya.
1.3. Gradasi (Gradation)
Berdasarkan ukuran butiran untuk pekerjaan jalan dapat dikelompokkan
menjadi:
agregat kasar yaitu butiran yang tinggal diatas saringan no 4
agregat halus, yaitu agregat yang tgl diantara saringan no4-no 200
pengisi/filler yaitu butiran yang lewat saringan no 200
Berdasarkan bentuk butiran yaitu terdapat beberapa bentuk butiran:
kubikal/cubical, bulat/rounded, tak beraturan/irreguler, dan lainnya.
Berdasarkan proses terjadinya agregat, yaitu dari aslinya sampai terbentuk
butir agregat karena diangkut air/water, angin/wind, korosi/corosion,
pemecah batu/crusher. Berdasar tekstur permukaan/surface texture, yaitu
dapat berbentuk kasar, sedang dan halus.
Gradasi agregat adalah bahan agregat campuran dari berbagai diameter
butiran agregat yang membentuk susunan campuran tertentu, terdiri dari :
a). Gradation Master Bands
Gradasi ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

gradasi rapat (well graded)

gradasi terbuka (open graded one size)

gradasi timpang (gap graded)

Gradasi ini mempunyai batas yang sempit sehingga variasi target gradasi
sedikit,sebagai contoh spesifikasi gradasi campuran beton aspal (AC)
dan Split Mastic Asphalt (SMA).
Tabel 1.5 Gradation Master Bands
Ukuran
saringan
38,1 mm
25,4 mm
19,1 mm
12,7 mm
9,52 mm
4,76 mm
2,38 mm
0,59 mm
0,279 mm
0,149 mm
0,074 mm

AC Grading
III
IV

100
80-100
55-75
35-50
18-29
13-23
8-16
4-10

100
80-100
70-90
50-70
35-50
18-29
13-23
8-16
4-10

Split Mastic Asphalt (SMA)


0/11
10
25
30-50
20-30
38

0/8
45-70
70-80
-

0/5
60-70
-

b). Gradation Control Using Control Points and Restricted Zone


Gradasi ini mempunyai batasan yang lebih lebar, sehingga variasi target
gradasi dapat dibuat lebih banyak. Untuk memperbaiki tingkat
pelayanan lapis perkerasan jalan maka dipergunakan garadasi jenis ini.
Sebagai contoh spesifikasi gradasi campuran superpave, seperti tabel
berikut ini :

Tabel 1.6 Gradation Control Points and Rewstricted Zone


Gradasi Superpave Untuk Ukuram Nominal Maks 37,50 mm

Sieve

(mm)
50,00
37,50
25,00
4,75
2,36
1,18
0,60
0,30
0,075

Control Points

Min
90,00

Max
100,00
100,00
90,00

15,00

41,00

0,00

6,00

Rewstricted Zone Boundary

Min

Max

34,70
23,30
15,50
11,70
10,00

34,70
27,30
21,50
15,70
10,00

Tabel 1.7 Gradation Control Points and Restricted Zone


Gradasi Superpave Untuk Ukuram Nominal Maks 25,00 mm

Sieve

(mm)
50,00
37,50
25,00
4,75
2,36
1,18
0,60
0,30
0,075

Control Points

Min
90,00

Max
100,00
100,00
90,00

19,00

45,00

1,00

7,00

Rewstricted Zone Boundary

Min

Max

39,50
26,80
18,10
13,60
11,40

39,50
30,80
24,10
17,60
11,40

seterusnya untuk ukuran nominal maks 19,0 mm, 12,50 mm dan 9,50 mm.
Secara umum agregat sebagai bahan jalan harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Tahan lama ( durable ), resistance to abrasive wear
2) Kuat ( Strong), resistance to slow/rapid loading.
3) Keuletan (toughness), agregat harus memiliki keuletan yang cukup,
akan memberikan tahanan terhadap slow crushing load dan rapid

impact load.
39

4) Kekerasan

(hardness),

akan

memberikan

tahanan

terhadap

abrasion/attrition.
5) Polishing, agregat harus memiliki tahanan terhadap polishing agar
dapat menyediakan koefesien gesekan yang cukup dan dapat
bertahan lama.
6) Stripping, agar agregat tahan terhadap stripping harus mempunyai
adhesi yang baik dengan bahan ikatnya.

III. LAPIS KERAS LENTUR


Pada prinsipnya lapis keras lentur terdiri dari beberapa bagian , dan bila
diambil urutan dari atas susunannya adalah sebagai berikut :
Lapis permukaan (surface course)
Lapis fondasi atas (base course)
Lapis Fondasi bawah (subbase course)
Tanah dasar (subgrade)
Wearing course (lapis aus )
binder course (lapis antara)
base course ( LPA )
subbase course ( LPB )
compacted subgrade
natural subgrade
Gambar 3.1. Lapisan pada lapis keras lentur
1. Lapis Permukaan (surface course)
Merupakan lapis yang paling atas dan berfungsi sebagai :
Penahan beban roda, lapisan yang pertama kali menerima beban
langsung dari roda kendaraan. Lapisan ini harus memiliki stabilitas
yang cukup serta fleksibilitas tinggi.
Lapis kedap air, harus mampu menahan air supaya tidak meresap
kedalam badan jalan.
Lapis aus, yaitu lapisan yang mudah menjadi aus sehingga akan
dapat melindungi ban karet kendaraan dari pengaruh gesekan
dengan jalan.

40

Lapis yang mampu menyebarkan beban kendaraan ke lapis yang


ada di bawahnya.
Adapun jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia
antara lain :
a. Lapis bersifat non struktural, (lapis fungsional) yaitu berfungsi
sebagai lapis aus dan kedap air antara lain :
Burtu (Laburan Aspal Satu Lapis) merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat
bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2 cm
Buras (Laburan aspal pasir) merupakan lapis penutup berupa pasir
yang dihamparkan di atas laburan aspal.
Burda (Laburan Aspal Dua Lapis) merupakan lapis penutup yang
terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat yang
diulang dua kali ber turut-turut maksimum tebal padat 3,5 cm
Latasir (Lapis Tipis Aspal Pasir)/ sand sheet merupakan lapis penutup
yang terdiri dari lapisan aspal dan pasir yang dicampur, dihampar dan
dipadatkan dalam keadaan panas. Lapisan ini ditujukan untuk lapis
permukaan pada jalan-jalan dengan lalu-lintas ringan, khususnya
untuk daerah yang sulit menyediakan bahan agregat kasar.
Campuran latasir biasanya memerlukan tambahan filler agar
memenuhi kebutuhan akan sifat-sifat yang disyaratkan. Ketebalan
tidak boleh terlalu banyak, khususnya pada jalan-jalan dengan lalulintas berat serta pada daerah tanjakan, sebab untuk latasir yang
terlalu tebal akan mudah terjadi deformasi.
Sifat-sifat yang dimiliki antara lain
fleksibilitas cukup tinggi
stabilitas rendah
keawetan cukup tinggi untuk lalu-lintas ringan.
Latasbum (Lapis Tipis Aspal buton Murni), merupakan lapis penutup
yang terdiri dari campuran aspal Buton dengan bahan pelunak
dengan perbandingan tertentu yang dicampur secara dingin, tebal
padat maksimum 1 cm.
Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton)/ Hot Rolled Sheet (HRS)/ Hot
Rolled Asphalt (HRA), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan
41

aspal keras yang dicampur, dihampar, dan dipadatkan dalam


keadaan panas, tebal padat antara 2,5 - 3 cm. Lataston digunakan
pada lapis permukaan pada jalan-jalan yang memikul lalu-lintas
ringan sampai sedang . Lataston memiliki sifat-sifat antara lain :
fleksibilitas cukup tinggi
stabilitas kurang menonjol
ketahanan terhadap kelelahan cukup tinggi, sehingga memiliki
durabilitas/keawetan yang tinggi
b. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan
dan menyebarkan beban roda :
Penetrasi Makadam /Lapen, merupakan lapis perkerasan yang
terdiri dari agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka
yang diikat dengan aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan
dipadatkan lapis demi lapis. Aspal yang digunakan adalah dari jenis
aspal cair.
Lasbutag merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran
agregat, aspal Buton dengan bahan pelunak dengan perbandingan
tertentu yang dicampur secara dingin, tebal padat maksimum 3- 5 cm.
Agregat yang dipakai sebaiknya bergradasi menerus.
Laston (Lapis Aspal Beton) merupakan lapis perkerasan yang terdiri
dari cmapuran agregat bergradasi menerus/tertutup dengan aspal
keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dengan suhu panas.
Lapis perkerasan ini banyak digunakan pada lapis permukaan jalan
yang melayani lalu lintas berat, pada daerah tanjakan, pertemuan
jalan, dll.
Laston memiliki sifat-sifat antara lain :
fleksibilitas kurang menonjol
stabilitas tinggi
Dari sekian banyak jenis lapis keras di atas, yang termasuk keluarga
aspa panas (hot mix) adalah : latasir, lataston, dan laston.
Split Mastic Asphalt (SMA+) adalah campuran yang terdiri dari agregat
bergradasi hampir seragam yang dicampur dengan aspal yang ditambah
dengan serat selulosa.
Super Pave

42

2. Lapis Fondasi
Lapis fondasi adalah lapis perkersan yang terletak di bawah lapis
permukaan yang berfungsi sebagai lapis yang mampu menyebarkan gayagaya yang berasal dari roda kendaraan. Tambah tebal fondasi, gaya-gaya
yang disebarkan fondasi ke tanah dasar lebih luas.
Lapis fondasi dibagi menjadi dua lapis, yaitu Lapis Pondasi Atas (LPA)
dan Lapis Pondasi Bawah (LPB). Bahan lapis fondasi yang banyak dipakai
adalah Sirtu (pasir batu) klas A untuk LPA dan Sirtu klas B untuk LPB. Sirtu
klas A memiliki kekerasan serta gradasi yang lebih baik bila dibandingkan
dengan sirtu klas B. Oleh karena itu harganya lebih mahal sirtu klas A.
Tujuan dari pembedaan mutu semata-mata karena alasan efisiensi.
P
LPA
LPB
Gambar 3.2. Penyebaran gaya oleh lapis fondasi
Dengan adanya penyebaran gaya oleh lapis fondasi, maka tegangan pada
LPA

akan lebih besar bila dibandingkan dengan tegangan pada LPB,

sehingga mutu bahan pada LPA harus lebih baik

bila dibandingkan

dengan mutu bahan pada LPB.


Tabel 3.1. Gradasi agregat pada lapis fondasi
Macam ayakan
(mm)

Persen berat lolos


Klas A

63
37,5
19
9,5
4,75
2,36
1,18
0,425
0,075

Persen berat lolos


Klas B

100
100
65 - 81
42 - 60
27 - 45
18 - 33
11 - 25
6 - 16
0-8

100
67 - 100
40 - 100
25 - 80
16 - 66
10 - 55
6 - 45
3 - 33
0 - 20

Sumber DPU, 1988


Disamping bahan agregat diatas, jenis lapis fondasi yang sering dipakai di
Indonesia antara lain adalah :
Fondasi Makadam, yaitu fondasi yang kekuatannya berdasarkan
tumpuan pada material
Fondasi Telford, yaitu fondasi yang kekuatannya berdasarkan pada
kekuatan gesekan antar material
Penetrasi Makadam (Lapen)
ATB (Asphalt Treated Base)/ laston atas
dll
43

Dalam perjalanannya, komposisi lapis keras mangalami perkembangan.


Salah satu susunan lapis keras lentur dapat dilihat seperti yang tampak di
bawah ini :
wearing course
binder course
base course
subbase course
compacted subgrade
natural subgrade
Gambar 3.3. Perkembangan lapis keras lentur
Wearing cource berfungsi sebagai lapis aus dengan ciri fleksibilitasnya tanggi,
dan stabilitasnya dibatasi. Bahannya dapat dipakai Lataston/HRS. Untuk

binder course memiliki ciri fleksibilitas rendah tapi stabilitasnya tinggi.


Bahannya dapat dipakai Lataston ataupun Laston.
3. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Di bawah lapis fondasi bawah terdapat lapis tanah dasar (subgrade) yang
merupakan lapis tanah asli yang dipadatkan agar memenuhi persyaratan
tertentu Untuk tanah dasar yang kurang memenuhi persyaratan dapat
dilakukan dua cara yaitu
Stabilisasi tanah agar daya dukungnya meningkat
Penggantian bahan tanah dasar dengan tanah yang bekualitas lebih
baik
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat ditentukan
oleh sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Masalah-masalah yang sering muncul pada tanah dasar antara lain :
Tanah kurang mampu untuk mendukung beban lalu-lintas, sehingga
terjadi lendutan pada lapis perkerasan
Terjadinya kembang susut yang besar akibat adanya pengaruh air
Tidak meratanya daya dukung tanah dasar yang diakibatkan oleh
tidak homogennya bahan tanah dasar atau mungkin akibat adanya
faktor geologi.
IV. ALAT PEMERIKSAAN MARSHALL
Kinerja campuran beton aspal dapat diperiksa dengan menggunakan
alat pemeriksaan Marshall. Alat uji Marshall pertama kali diperkenalkan

44

oleh Bruce Marshall, yang untuk selanjutnya dikembangkan oleh US. Corp

of Engineer.
Ada beberapa hal yang dapat diperiksa olah alat ini antara lain :
a. Stabilitas.
Stabilitas diartikan sebagai kemampuan lapis perkerasan dalam menerima
beban lalu-lintas tanpa terjadi deformasi permanen seperti gelombang, alur
atau retak. Stabilitas sangat tergantung antara lain oleh :
jumlah serta beban pemadatan
gradasi dan penguncian antar agregat
kekerasan agregat
kadar serta viskositas aspal
gesekan antar agregat
jumlah rongga antar agregat
kohesi / daya ikat antar campuran
Satuan untuk stabilitas memakai satuan berat yaitu kg.
Stabilitas yang terlalu tinggi juga kurang baik mengingat perkerasan akan
menjadi kaku dan bersifat getas.
b. Kepadatan (density) ( gr/cc)

Density menunjukkan besarnya kepadatan suatu campuran yang telah


dipadatkan.

Semakin

besar

nilai

density

menunjukkan

bahwa

kerapatannya semakin baik. Nilai density dipengaruhi oleh :


gradasi bahan penyusunnya
jumlah lintasan pemadatan dan berat alat pemadat
temperatur pemadatan
kadar aspal dalam campuran
Dengan semakin meningkatnya kadar aspal, jumlah aspal yang dapat
mengisi rongga antar butir semakin besar, sehingga campuran menjadi
semakin rapat dan padat sebab aspal akan akan berfungsi sebagai pelicin,
sehingga memudahkan butiran untuk mengisi rongga-rongga pada saat
dipadatkan. Tapi rongga antar butiran jumlahnya terbatas tergantung dari
type gradasinya, sehingga penambahan aspal yang berlebihan pada
campuran

justru

akan

menyebabkan

seolah-olah

butiran

akan

mengambang di dalam aspal yang akan menyebabkan volume campuran


akan meningkat. Nilai density adalah merupakan perbandingan dari massa
dibagi dengan volume,

sehingga penambahan volume yang tidak


45

sebanding dengan penambahan masa dapat menyebabkan penurunan nilai


density campuran. Satuan untuk density adalah gr/mm2
c. Kelelehan plastis (flow)
Kelelehan menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis
keras akibat beban yang diterimanya. Nilai flow yang tinggi menandakan
campuran bersifat plastis, dan lebih mampu mengikuti deformasi akibat
adanya beban. Sebaliknya nilai flow yang rendah maka campuran akan
bersifat kaku dan getas tidak akan mempu mengikuti deformasi akibat
oleh beban yang diderita, dan biasanya durabilitasnya (keawetannya) akan
rendah juga. Nilai flow banyak dipengaruhi oleh:
kadar dan viskositas aspal
gradasi agregat
pemadatan
Biasanya nilai flow ini selalu berseberangan dengan stabilitas. Tambah tinggi
nilai flow maka stabilitas nilainya akan turun. Flow memakai satuan mm.
d. Marshall Quotient
Marshall Quotient (MQ) merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan
kelelehan (flow). Semakin besar nilai MQ, maka campuran akan bersifat
kaku. Dan sebaliknya semakin kecil nilai MQ, maka lapisan akan bersifat
lentur/plastis.
Untuk jalan yang dilewati oleh kendaraan berat serta folume yang padat
biasanya disyaratkan untuk memiliki nilai MQ yang tinggi.
Secara otomatis, nilai MQ akan dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan nilai

flow. MQ memakai satuan kg/mm.


e. VFWA (Void Filled With Asphalt)
VFWA

akan menunjukkan persen aspal yang terdapat di dalam

rongga antar butiran. Semakin besar nilai VFWA maka semakin banyak
aspal yang terisi di dalam rongga, sehingga kekedapan campuran terhadap
air dan udara semakin besar pula. Tapi bila jumlah aspal didalam
campuran melebihi jumlah rongga, maka akan terjadi bleding (peristiwa
keluarnya aspal dari campuran). Sebaliknya semakin kecil nilai VFWA,
maka kekedapan perkerasan terhadap air dan udara akan semakin kecil

46

pula, sehingga aspal akan mudah teroksidasi, sehingga keawetan akan


berkurang.
Nilai VFWA sangat dipengaruhi oleh :
jumlah aspal
gradasi agregat
pemadatan
f. VITM (Void In The Mix)
VITM menunjukkan banyaknya pori dalam campuran. Semakin besar
nilai VITM menunjukkan semakin porous campuran, sehingga aspal akan
cepat teroksidasi, sehingga keawetan menurun. Nilai VITM yang terlalu
rendah juga kurang menguntungkan, karena tidak menyediakan rongga
yang cukup bila terjadi pemadatan tambahan akibat beban lalu-lintas.
Biasanya nilai VITM akan selalu berseberangan dengan nilai VFWA, artinya
tambah besar nilai VFWA maka nilai VITM akan semakin turun, demikian
pula sebaliknya.
V. BAHAN TAMBAH (Additive)/Suplemen
Yang dimaksud dengan bahan tambah adalah bahan atau material
yang ditambahkan ke dalam campuran selain bahan dasar (agregat dan
aspal) dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas campuran.
Bahan tambah seharusnya hanya berguna kalau sudah ada evaluasi yang
teliti tentang pengaruhnya terhadap mutu perkerasan.
Dalam hal-hal yang meragukan terutama untuk pekerjaan-pekerjaan
khusus perlu dilakukan pemeriksaan

dengan dilakukan pembuatan

benda-benda uji yang nantinya akan dilakukan percobaan dilaboratorium.


Bahan tambah biasanya hanya diberikan dalam jumlah yang sedikit serta
harus dilakukan pengawasan yang ketat agar jumlahnya tidak berlebihan
yang justru dapat mengakibatkan menurunkan kualitasnya.
Sehubungan dengan adanya bahan tambah, pemeriksaan benda uji yang
dilakukan paling tidak dengan dilakukan pengujian marshall.
Biasanya bahan tambah yang baik digunakan pada campuran lapis keras
adalah bahan yang banyak mengandung silika (SiO2) dan alumina (Al2O3)
sebagai bahan utama yang memiliki sifat pozolan, yaitu suatru sifat bahan
yang bila diberi air memiliki sifat plastis dan mudah dibentuk, tapi pada
saat mengering bersifat keras sulit untuk deformasi.

47

Dengan diberikannya bahan tambah, biasanya akan terjadi peningkatan


stabilitas, density, serta memperkecil VITM.
Jenis bahan tambah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja
lapis keras al:
Abu terbang (fly ash)
Semen
Abu vulkanik
Kapur
Abu sekam padi
Sulfur (belerang)
Syarat syarat bahan tambah:

Dapat bercampur dengan baik

Harganya relatif murah

Mudah didapat

Tidak beracun (ramah lingkungan)

Dapat meningkatkan kulitas campuran (stabilitas dan fleksibilitas)

1. Fly ash

Fly ash (abu terbang) asalah abu yang dihasilkan dari sisa pembakaran
batu bara. Fly ash ini memiliki ukuran butiran yang sangat halus dan
berwarna terang ke abu-abuan. Struktur dan ukuran butiran fly ash
bervariasi, hal ini sangat tergantung dari

komposisi kimia, temperatur

pembakaran, dan waktu tinggal. Secara umum ukuran butiran fly ash
berkisar antara 0,1 - 200 m (mikron).

Fly ash banyak terdapat pada pabrik-pabrik atau pembangkit tenaga


listrik yang menggunakan bahan batubara. Bahan ini belum dimanfaatkan
secara maksimal sebagai bahan bangunan, untuk sementara masih
merupakan limbah/ bahan buangan yang belum memiliki nilai ekonomis. Di
P. Jawa banyak dijumpai di Pembangkit Tenaga Listrik Paiton Jawa Timur.
Secara mineralogi, komposisi fly ash terbagi dalam empat kolompok, yaitu :
1. Fasa gelas yang merupakan allumuniumsilica gelas yang membuat fly

ash memiliki sifat sebagai Pozolan


2. Fasa kristal yang terdiri dari mulit, a-kuarsa, hematit, magnetit, deposit
atau walastonit.
3. Komponen sekunder, yang biasanya terdiri dari sisa karbon, kapur
bebas (CaO) dan MgO

48

4. Unsur-unsur jejak/sampingan (trace element) misal Pb, Cd, As dll, untuk


setiap fly ash memiliki kandungan yang berlainan.
Secara kimiawi, komposisi fly ash terdiri dari berbagai masam unsur yaitu:

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Komposisi
Jumlah (%)
SiO2
62,68
Al2O3
20,60
TiO2
2,38
Fe2O3
4,55
CaO
2,96
Na2O
3,20
K2O
0,36
MgO
0,85
P2O3
0,40
H2O
0,25
HD (inclu de)
1,77
H2O
BJ fly ash = 2,14 gr/cc

Penambahan fly ash

dengan persentase tertentu pada campuran

perkerasan dapat meningkatkan stabilitas campuran.


2. Semen
Semen atau PC (portland cement) merupakan bahan yang dihasilkan
dari pabrik. Secara garis besar, bahan dasar/atau bahan utama semen
meliputi : kapur, silika, dan alumina ditambah dengan bahan tambah
lainnya.
Bila dilihat susunan kimianya, maka unsur-unsur pokok pada semen biasa
adalah sebagai berikut :

NO
1
2
3
4
5
6
7

Komposisi
CaO
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
SO3
Na2O + K2O

Jumlah (%)
60 - 65
17 - 25
3 - 8
0,5 - 6
0,5 - 4
1-2
0,5 - 1

Semen juga merupakan bahan tambah yang baik untuk meningkatkan


kinerja campuran perkerasan. Hanya saja karena semen merupakan bahan
hasil produksi pabrik, maka biaya konstruksi menjadi lebih mahal.
49

Bila semen dicampurkan pada campuran perkerasan jalan, maka


pada kadar semen tertentu akan dapat meningkatkan stabilitas campuran.
Sehingga untuk jalan-jalan yang melayani lalu-lintas berat biasanya dapat
ditambahkan semen dalam jumlah tertentu (harus dilakukan trial mix).
3. Abu vulkanik
Abu vulkanik merupakan salah satu bahan alternatif yang dapat
dipergunakan sebagai bahan tambah untuk perkerasan jalan. Abu
vulkanik merupakan bahan yang dihasilkan akibat adanya letusan gunung
berapi yang didapat dalam jumlah cukup banyak. Abu ini ternyata
memiliki kandungan silika dan alumina yang cukup banyak sehingga
memiliki sifat sebagai pozolan. Abu vulkanik merupakan bahan yang
mudah didapat terutama di daerah yang dekat dengan gunung berapi
yang masih aktif, di samping merupakan limbah, harganya juga murah
karena belum terpakai se bagai bahan bangunan.
Idealnya kandungan Oksida

abu vulkanik menurut ASTM C 618-78

harganya dibatasi seperti yang tercantum di bawah ini :


NO
1.
2.
3.
4.

Komposisi bahan
SiO2 + AL2O3 + Fe2O3
MgO
SO3
H2O

Jumlah (%)
minimal 70
maksimal 5
maksimal 4
maksimal 3

Secara terinci kandungan kimia yang terdapat pada abu mekanik


yang diambilkan dari debu gunung Merapi Jawa tengah adalah sebagai
berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Komposisi
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
MnO
TiO
P2O3
H2O
HD

Jumlah (%)
52,84
16,81
10,15
9,06
3,29
3,62
2,06
0,16
0,85
0,36
0,19
0,54

HD = hilang terbakar
Dengan komposisi seperti di atas maka abu vulkanik juga dapat dipakai
sebagai bahan tambah untuk campuran perkerasan.

50

Dari beberapa hasil penelitian, dalam persentase tertentu, abu vulkanik


dapat untuk meningkatkan stabilitas campuran perkerasan.
4. Sulfur (belerang)
Sulfur adalah bahan anorganik non metalik yang berupa padat ke
kuning-kuning an dengan nilai kepadatan 2,00.
Menurut Kennepohl, bahan sulfur dapat dijadikan bahan tambah untuk
campuran beton aspal, dan penambahan sulfur pada beton aspal dengan
berbagai variasi ini akan menyebabkan terjadinya kristalisasi yang berbedabeda tergantung dari kadar sulfur yang ditambahkan serta komosisi
campuran agregat dengan aspal. Penambahan sulfur pada aspal akan
meningkatkan kekakuan pada bahan ikat perkerasan.

Jenis Campuran Aspal Panas


Ada beberapa jenis campuran aspal panas yang dibedakan atas fungsi
serta gradasi yang disyaratkan antara lain :
1. Latasir
Lapisan ini ditujukan untuk lapis permukaan pada jalan-jalan dengan
lalu-lintas ringan, khususnya untuk daerah yang sulit menyediakan bahan
agregat kasar. Campuran latasir biasanya memerlukan tambahan filler agar
memenuhi kebutuhan akan sifat-sifat yang disyaratkan. Ketebalan tidak
boleh terlalu banyak, khususnya pada jalan-jalan dengan lalu-lintas berat
serta pada daerah tanjakan, sebab untuk latasir yang terlalu tebal akan
mudah terjadi deformasi.
Sifat-sifat yang dimiliki antrara lain
fleksibilitas cukup tinggi
stabilitas rendah
keawetan cukup tinggi untuk lalu-lintas ringan.
2. Lataston (HRS)
Hot Rolled Sheet digunakan pada lapis permukaan pada jalan-jalan
yang memikul lalu-lintas ringan sampai sedang . Lataston termasuk jenis
perkerasan yang memiliki gradasi terbuka atau gradasi senjang, dengan
sifat sifat antara lain :
fleksibilitas cukup tinggi
ketahanan terhadap kelelahan cukup tinggi, sehingga memiliki
durabilitas/keawetan yang tinggi
3. Laston (AC)
51

Lapis perkerasan ini banyak untuk lapis permukaan jalan yang


melayani lalu lintas berat, pada daerah tanjakan, pertemuan jalan, dll.
Laston merupakan

lapis keras yang bergradasi tertutup atau gradasi

menerus, dengan sifat-sifat antara lain :


stabilitas tinggi
keawetan/durabilitas kurang begitu menonjol
4. ATB (Asphalt Treated Base)
ATB merupakan bagian dari fondasi, yang digunakan untuk
meningkatkan kekuatan fondasi, sehingga secara keseluruhan dapat
meningkatkan kekuatan perkerasan.
SPESIFIKASI AGREGAT UNTUK ASPAL BETON
Syarat Minimum
Jenis Pemeriksaan

Ukuran butir (% lolos saringan

Fraksi

Fraksi

Agregat

Agregat

Kasar

Halus

100

Maks 40

Satuan

Metode Pemeriksaan

SNI

AASHTO/
ASTM

No. 8)
Abrasi dengan mesin Los

SNI 03-

Angeles

2417-1991

Soundness terhadap larutan

Maks 12

SNI 03-

Kelekatan agregat terhadap

Min 95

SNI 03-

aspal (Strpping)

(kedalaman dari

Lalulintas <

85/80*

Min 40%

10 ESA
Min 45%

cm)

10 ESA

Angularitas

Lalulintas <

95/90*
%

60/50*

Min 40%

10 ESA

permukaan 10 Lalulintas
cm)

T 182-84

2439-1991

permukaan < 10 Lalulintas

(kedalaman dari

T 104-86

3407-1994

natrium atau magnesium sulfat

Angularitas

T 96-87

Min 40%

80/75*

10 ESA

Indeks kepipihan agregat

Maks 10

ASTM
D-4797

Absorbsi air

Maks 3

SNI 031969-1990
SNI 031970-1990

52

Berat jenis semu

Min 2,5

Min 2,5

SNI 03-

T 84

1969-1990

dan

SNI 03-

T 85-88

1970-1990
Partikel lolos saringan No. 200

Maks 8

T 11-90

Nilai sand equivalent

Maks 40

T 104-86

Sumber : Depkimpraswil, 2002

Kadar Aspal Rencana


Perbedaan yang tidak kalah penting antara jenis campuran aspal
khususnya untuk jumlah kandungan aspal adalah harga kadar bitumen
efektif (b)yang didefinisikan sebagai kadar total aspal campuran (b) yang
dikurangi dengan kehilangan aspal karena absorbsi kedalam agregat ( b)
b = b - b (% berat total campuran)
HRS, b minimal = 6,8 %
AC ,

b minimal = 6,3 %

ATB, b minimal = 6,8 %


Pada umumnya nilai absorbsi/serapan aspal panas terhadap aspal sekitar 1,2
% dari berat total campuran. Dengan demikian harga kadar total aspal
campuran (b) adalah sbb :
HRS, b minimal = 8 %
AC ,

b minimal = 7,5 %

ATB, b minimal = 6,7 %

Dasar Filosofi Rencana Campuran


Prosedur rencana campuran yang telah ditetapkan untuk Indonesia
sangat berbeda bila dibandingkan dengan prosedur yang telah diberikan
oleh Asphalt Institute atau organisasi luar negeri yang lain, sebab pada
kenyataannya kondisi di Indonesia sangat berbeda dengan di luar negeri
yang rata-rata memiliki temperatur cukup rendah. Banyak kegagalan yang
telah dialami akibat kita menganut metode dari luar (metode lama)
Metode dari luar dimulai dari menentukan campuran agregat kemudian
membuat variasi kadar bitumen (aspal) sampai didapatkan spesifikasi
rongga udara dan stabilitas terpenuhi.
Untuk indonesia dipakai metode CQCMU (Central Quality Control &
Monitoring Unit)

53

Cara ini dimulai dengan menentukan kadar bitumen efektif, kemudian


dibuat variasi campuran agregat yang kemudian masing-masing variasi
agregat dicampur dengan kadar bitumen yang telah disiapkan. Campuran
yang memenuhi persyaratan rongga udara, film aspal, dan stabilitas yang
baik yang dipilih.

54

55

56

Anda mungkin juga menyukai