Upk Pengembangan Puskesmas Palaran 1. Perawatan Kesehatan Masyarakat
Upk Pengembangan Puskesmas Palaran 1. Perawatan Kesehatan Masyarakat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
Petugas Perkesmas adalah semua perawat fungsional yang bekerja di puskesmas dan
mendukung adanya kolaborasi dengan petugas kesehatan lain (dokter, bidan, petugas gizi,
petugas kesling, dll) sesuai kebutuhan dan lingkup permasalahan yang dihadapi ketika melayani
masyarakat.
Kegiatan pelayanan Perkesmas dapat dilaksanakan di dalam dan di luar gedung
puskesmas. Di dalam gedung, perawat melakukan asuhan keperawatan bagi individu yang
datang ke puskesmas sedangkan kegiatan di luar gedung, perawat dapat melakukan asuhan
keperawatan keluarga maupun asuhan keperawatan kelompok khusus/rawan kesehatan di daerah
binaan Perkesmas. Berbagai masalah kesehatan yang memerlukan pelayanan Perkesmas antara
lain; kasus penyakit menular (Tuberkulosis, Malaria, HIV/AIDS) penyakit tidak menular
(Hipertensi, DM, Paska Stroke, Jantung), masalah kesehatan gizi (gizi kurang dan gizi buruk)
atau asuhan keperawatan kepada kelompok lansia, kelompok balita, kelompok calon jemaah
haji, kelompok dengan penyakit tertentu. Jenis kegiatan yang dilakukan selama memberikan
pelayanan perkesmas seperti; deteksi dini, penyuluhan kesehatan, konseling, perawatan
kesehatan dasar, dan rujukan ke pelayanan kesehatan terdekat.
Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang
dapat terbagi menjadi:
1.
Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia
(lansia), masalah mental/jiwa.
2.
Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa.
3.
Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak
terjangkau pelayanan kesehatan.
Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah
keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga
bumil, balita, lansia, menderita penyakit).
Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:
a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)
b. Penyuluhan kesehatan
c. Tindakan Keperawatan (direct care)
d. Konseling keperawatan
e. Pengobatan (sesuai kewenangan)
f. Rujukan pasien/masalah kesehatan
g. Dokumentasi keperawatan
Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat di PKM Palaran Induk diwujudkan
dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah :
5. Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosiologi yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang elektif, konsep
diri yang positif, dan kestabilan emosional.
6. Kesehatan Olahraga
Kesehatan olahraga diwujudkan dengan dilakukannya beberapa program, antara lain
adalah :
1. Pendataan Kelompok Olahraga
Senam Kesehatan Jasmani, Bulu Tangkis, Sekolah Sepak Bola.
2. Penyuluhan kesehatan olahraga
Hingga saat ini program tersebut belum dilaksanakan.
N
O
KEGIAT
AN
SASAR
AN
Targe
t
PENANGG
UNG
JAWAB
BULAN
2 3 4 5 6 7
8 9
1
0
1
1
1
2
Penyuluhan
Masyara
PHBS
di
kat
masyarakat
6 x 1
tahun
Penyuluhan
Masyara
kesehatan di
kat
masyarakat
6 x 1
tahun
Pengadaan
Media
Promosi
Leafle
t 500
lemba
r,
poster
10
lemba
r
Penyuluhan
kesehatan
Siswa
reproduksi
sekolah
remaja
di
sekolah
4
SMA,
3
SMP
Tim Promkes
Penyuluhan
Siswa
narkoba di
SMP
sekolah
3
SMP
Rawa
makm
ur
Tim Promkes
Survey
PHBS
150
RT di
Rawa
Makm
ur
Masyara
kat
Masyara
kat
Tim Promkes
Tim Promkes
Tim Promkes
Tim Promkes
Pertemuan
Kader
kader PHBS
1 x 1
tahun
Penyuluhan
Kesehatan
Siswa
Mata
dan
SD
Pendengara
n
10
Sekol
ah
Kelas
hamil
14 x 1
tahun
ibu
Bumil
Tim Promkes
Tim Promkes
Tim Promkes
NO NAMA
TANGGAL
KEGIATAN
PELAKSANAAN
1
Penyuluhan bekal 15 Januari 2015
sehat anak sekolah
TEMPAT
PESERTA
PELAKSANAAN
Gereja
Harmoni Jemaat gereja
Gotong Royong
Puskesmas
Pembinaan
Posyandu
5
6
Wilayah
kerja
Puskesmas
kader Januari,
Februari, Puskesmas
Kader Posyandu
Maret ( hari Selasa
minggu ke - 4 setiap
bulan)
Kampanye Vitamin 27-28 Februari 2015 Pasar Palaran
Bayi dan balita
A
yang ada di
28 Februari 2015
Pasar Malam Simpang wilayah
kerja
Pasir
Puskesmas
palaran
Pembuatan spanduk Februari 2015
Puskesmas
Wilayah
kerja
DBD
Puskesmas
Pendistribusian
Januari - Maret 2015 Rawat Inap Puskesmas Pasien
yang
leaflet kesehatan
Palaran
berkunjung ke
Puskesmas
Deteksi
Dini Februari 2015
Tumbuh Kembang
Pembinaan UKS
3 Maret 2015
SDN. 003
4 Maret 2015
5 Maret 2015
SMPN. 14
6 Maret 2015
SMAN. 6
Sekolah
Penyuluhan KB
25 Maret 2015
Puskesmas
Kader Posyandu
10
Koordinasi
lintas 24 Maret 2015
sektor
pembinaan
PHBS
Kelurahan
Makmur
1. Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin
Program Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga
miskin ini dilaksanakan dalam rangka perbaikan status gizi anak terutama pada keluarga miskin.
Rencananya, makanan pendamping ASI yang diberikan berasal dari Dinas Kesehatan yang
didistribusikan melalui kader Posyandu di lingkup wilayah puskesmas. Kader Posyandu akan
membagikan ke anak usia 6 24 bulan yang berasal dari keluarga miskin. Bayi balita Keluarga
Miskin (Gakin) adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-24 bulan dari keluarga miskin
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/
Kota dengan melibatkan Tim Desa. Namun, menurut pelaksanaannya, hal ini mnegalami
beberapa ketidaksesuaian dikarenakan kurang tersedianya supply dari dinas, yang
mengakibatkan program ini sempat terhenti selama 2 tahun lebih, dan baru mulai berjalan lagi
tahun ini. Biasanya dari dinas akan diberikan sejumlah pax, lalu tim gizi akan terjun ke
masyarakat dan membagikan kepada masyarakat yang mau. Berdasarkan data Puskesmas tahun
2015, program ini baru berjalan kembali bulan April dan Mei 2015, dengan jumlah penerima
masing-masing 6 orang per bulan.
program ini yaitu bayi (6-11 bulan) dan balita (1-5 tahun). Untuk bayi balita sumber data berasal
dari register pemberian vitamin A baik dari posyandu maupun dari puskesmas yang dikumpulkan
oleh bidan maupun dari petugas gizi. Pemberian vitamin A juga disertai dengan pemberian
penyuluhan mengenai peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami (sayuran hijau) dan bahaya
akan kekurangan vitamin A.
5.
bisa maksimal dalam beroperasi karena kurangnya sumber daya manusia. Klinik gizi melayani
masalah gizi pada anak-anak, dewasa, dan juga lansia. Klinik gizi juga melayani konseling
masalah gizi untuk para pasien. Pasien yang dikonsulkan oleh poli lain (umum, lansia, KIA)
misalnya gizi kurang, hipertensi, dan diabetes melitus. Pasien secara langsung dijelaskan tentang
pengaturan diet harian yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.
diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu
1.
2.
Teknik Non-Skoring
Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan
adalah dengan teknik non-skoring
I.
Metode Delbeq
Caranya
1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6
sampai 8 orang
2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan
peringkat prioritasnya
3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat urutan prioritas
untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya
4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup
5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan
di belakang setiap masalah
6. Nilai peringat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti
mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan
harapan masing-masing orang akan mempertimbangkan kembali peringkat yang
diberikan setelah mengetahui nilai rata-rata
Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan
mempengaruhi orang lain
Kelemahan
1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas
tersebut
2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif
3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak
untuk menentukan prioritas atas dasar fakta
II.
Metode Delphi
Caranya
1. Identifikasi masalah yang hendak/ perlu diselesaikan
2. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap mengetahui
dan menguasai permasalahan
3. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban
kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah
4. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan
mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
5. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas/
memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan kepada
pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
Teknik Skoring
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk
berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah:
1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)
3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet
need)
4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit)
5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)
6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah
(resources availibility)
A. Metode Bryant
3. Manageability
kesehatan tersebut
: Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan
sumber daya
4. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah
kesehatan tersebut
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya
diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang
ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan
dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.
Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi
metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah
terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan
diambil.
B. Metode
Matematik
PAHO
Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom
dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai
prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:
1. Magnitude
2. Severity
mana
masalah
MCUA
(Multiple Criteria Utility Asessment Method)
Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai
kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima kriteria untuk
penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan
dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari
masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi
Kriteria
1. Emergency
2. Greetes member
3. Expanding scope
4. Feasibility
: Kemungkinan dapat/tidaknya
dilakukan
/nasional
Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga
didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 10.
1. C =
2. A =
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar
1-5 atas serangkaian kriteria:
1. M =
pemecahan
masalah
dalam
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun
urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,
keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 5 atau 1 10. Isu
yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya,
pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:
I.
Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia
serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi.
II.
Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat
yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
III.
Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
SISTEM RUJUKAN
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertical dalam arti dari satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal
dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Macam-macam rujukan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
1) Rujkan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,
atau
melakukan
bimbingan
tenaga
puskesmas
dan
atau
mampu
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
masyarakat
wajib
dan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko
untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. Surveilan epidemiologi masalah
kesehatan, meliputi:
SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan gizi)
Kekurangan Gizi mikro (kekurangan yodium, anemia gizi besi, kekurangan vitamin A)
Kekurangan Gizi makro (Gizi kurang, Gizi buruk)
Gizi lebih
Kesehatan ibu dan anak (termasuk kesehatan reproduksi)
Usia lanjut
Penyalahgunaan napza
Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetik dan alat kesehatan
Kualitas makanan dan bahan makanan tambahan
5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko
untuk upaya mendukung program kesehatan matra. Survelans epidemiologi masalah matra,
meliputi:
Kesehatan haji
Kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan
Bencanan dan masalah sosial
Kesehatan matra laut dan udara
KLB penyakit dan keracunan
6. Manfaat Surveilans Puskesmas
Adapun manfaat Surveilans Epidemiologi adalah:
Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya
Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan
dimasa datang
Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada
tahap perencanaan
Sumber data Surveilans Puskesmas
1. Laporan (catatan/registrasi)
Kematian
2.
3.
4.
5.
Kesakitan
Laboratorium
Kejadian Luar Biasa/Wabah
Kasus individu
Laporan penelitian (eksperimen atau observasi)
Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening
Laporan vector binatang (reservoir)
Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)
Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)
Umpan Balik.
Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan
perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.
Laporan.
Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data
STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya
sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP
Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader
kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit
potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah
dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi
yang berisiko
Data Faktor Risiko Lingkungan Kerja
Data Pemantauan Higiene Industri
Data Pemantauan Ergonomi
Data Pemantauan Stres Kerja
Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return to Work,
PHK/Pensiun
Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara
Faktor Risiko & Efek Kesehatan
Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut;
Pekerja
Lingkungan kerja
Pekerjaan
Pengukuran Pajanan pada Pekerja:
Noise dosimeter
Personal dust sampler
Pengukuran dengan Spirometer
Pengukuran logam berat di urine & darah
Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja
Kebisingan di lingkungan kerja
Debu di lingkungan kerja
Temperatur di lingkungan kerja
Logam berat di lingkungan kerja
Berdasarkan pekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan
dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun;
pajanan x tahun = person-years
Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni
Pajanan sesaat
Pajanan kumulatif
Pajanan rata-rata berdasarkan:
Sampel area
Sampel individu. Misalnya:
o azide iodide pd urine krn karbondisulfida
o asam t-t mukonat dalam urine karena benzene)
1. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah
setempat
2. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan) dan
terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan,
antara lain seperti berikut:
a. Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di udara
lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan
b. Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko
dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.
c. Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase atau
bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan indeks
pajanan biologik
d. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan
dengan standar atau target yang ditetapkan
e. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan dengan
stanar atau target yang ditetapkan
5. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan pajanan
hazard di tempat kerja
6. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas yang
akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
7. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi perbaikan
secara terus menerus
Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1. Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang
teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan penilaian
risiko serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri dari wakil
pimpinan dan pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan, keselamatan, HI ataupun
lingkungan dan ergonomis.
2. Perencanaan program
Setelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah
Dokter Kesehatan kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga
menetapkan pekerja yang berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.
3. Penetapan pekerja yang beresiko
4. Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantau
Tabel 1. Cara penyajian data mengenai jenis Hazard yang dipantau.
Aktivitas
Hazard
Hazard
yang Antisipasi
Teridentifikasi
dipantau
kesehatan
Survei dan Racun flora fauna
Racun flora
Iritasi kulit
efek
pembukaan
hutan
Pengupasan
kerak bumi
Debu
Vibrasi
Bising
Postur Janggal
Debu
Vibrasi
Bising
Postur janggal
Pneumokoniosis
Gangguan syaraf tepi
Penurunan
pendengaran
CTD
Pneumokoniosis
Gangguan syaraf tepi
Penurunan
pendengaran
CTD
SDM. Supervisor untuk mengawas hazard dan pekerja serta memastikan pekerja terlibat
aktif dalam surveilans kesehatan kerja.
8. Hasil pemeriksaan kesehatan dan informed concern
Tahapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja
1.
Tahap pengumpulan data
a. Data Faktor Risiko
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan
dokumen seperti safet data sheet.
b. Data gangguan kesehatan
Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan
kesehatan pekerja.
c. Data pemantauan biologic
2.
Biasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium
Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH
Tahap analisis data dan surveilans PAK
Dilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek
kesehatan yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok. Analisis hasil surveilans
hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas.
Analisi hasil surveilans efek kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana,
bilamana gangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit
berdasarkan beberapa faktor risiko. Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat
menjawab intensitas, pajanan dan surveilans efek kesehatan pada pekerja menyediakan data
status kesehatan pekerja.
Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat
dilakukan analisis epidemiologi untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu gangguan
kesehatan timbul. Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja
terpajan dan tidak terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko
dan efek yang ditimbulkan.
Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan
3.