A. Hasil Penelitian
1. Profil Desa Cakkeawo Kecamatan Suli Kabupaten Luwu
Desa Cakkeawo Kecamatan Suli Kabupaten Luwu terbentuk pada tahun 1993
hasil pemekaran dari Desa Sumber Agung. Dengan dipimpin oleh Kepala Desa Bapak
Haidar. Desa Cakkeawo berada pada 15 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Suli,
sedang dari pusat pemerintahan Kota Belopa pada 35 km sebelah Utara Kabupaten
Luwu,1 batas-batas wilayah Desa Cakkeawo sebagai berkut:
a.
b.
c.
d.
2.
29
30
No.
1.
2.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Sumber: Data Statistik Desa Cakkeawo
Jumlah
597 jiwa
603 jiwa
1200 jiwa
1.
Jenis Perkerjaan
Pegawai Negeri:
-
Jumlah
Pegawai Desa
Guru
Bidan
Mantri kesehatan/Perawat
12 Orang
8 Orang
2 Orang
3 Orang
2.
Wiraswasta
15 Orang
3.
Petani
320 Orang
Sumber: Data Statistik Desa Cakkeawo
c. Kategori Tingkat Pendidikan Penduduk
Berdasarkan latar belakang pendidikan jumalah penduduk diklasifikasikan
kedalam kategori tamatan sekolah.
Tabel 4.3.
Kategori Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Cakkeawo Kecamatan Suli
No.
1.
2.
Tamatan
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
Jumlah
245 Orang
112 Orang
31
3.
4.
SMA/Sederajat
219 Orang
S1/DI/DII
8 Orang
Total
584 Orang
Sumber: Data Statistik Desa Cakkeawo
d. Kategori Agama
Berdasarkan latar belakang Agama Jumlah penduduk diklasifikasikan pada
kategori Agama Islam dan Kristen.
Tabel 4.4.
Kategori Agama Penduduk Desa Cakkeawo Kecamatan Suli
No.
1.
2.
Agama
Jumlah
Islam
1192 Orang
Kristen
8 Orang
Total
1200 Orang
Sumber: Data Statistik Desa Cakkeawo
32
33
5. Struktur Organisasi
Seperti hal organasasi lain yang memiliki struktur organisasi yang jelas, maka
Majelis Talim An-Nisa di Desa Cakkeawo Kecamatan Suli Kabupaten Luwu juga
membentuk struktur organisasi secara jelas untuk menunjang pelaksanaan majelis
talim tersebut. Secara jelas, struktur organisasi majelis talim An-Nisa di Desa
Cakkeawo Kecamatan Suli Kabupaten Luwu dapat dilihat dalam bagan berikut:
Struktur Organisasi Majelis Ta'lim An-Nisa
Penasehat
Haidar
Pembina
Drs. H. Aris
34
Ketua
Munariah
Wakil Ketua
Muhasyim
Sekretaris
Supiati
Seksi-Seksi
Bendahara
Sri Wahyuni
Jamaah
BADAN PELAKSANA KEGIATAN ORGANISASI
Departemen Pendidikan dan Da'wah: Departemen Sosial dan Humas:
1. Siti Muthiah
1. Ashabul Kahfi
2. Fitri
2. Sanuddin
3. Andi Rijal
3. M. Fahmi
4. Khoirul
4. Munaya Annisa
5. Malki
5. Sholhanah
1. M. Furqon
1. Misbahul Khoir
2. Abdillah
2. Ahmad Rifa'i
3. Firdaus
3. M. khoiri Yunus
4. Zainuddin
4. Nining HZ
5. Siti Handayani
5. Siti Romlah
35
Pengurus inilah yang mengelola kegiatan yang ada di Majelis Ta'lim sehingga
berbagai kegiatan keagamaan berjalan dengan baik. Kegiatan Majelis Ta'lim An-Nisa
dilaksanakan satu kali seminggu, yaitu malam Kamis setelah shalat Isya. Materi yang
dikaji adalah Hadits, Tafsir, Akhlak, Fiqh, yang diajarkan secara bergiliran oleh para
guru dalam satu minggu.5
Selain kegiatan pengajian Mingguan, pengajian Majelis Ta'lim An-Nisa juga
melaksanakan pengajian bulanan, dengan mengundang para ulama atau Kyai untuk
memberikan siraman rohani atau pengetahuan agama Islam (ceramah).
B. Pembahasan
1. Peran Majelis Talim An-Nisa di Desa Cakkeawo Kecamatan Suli
Kabupaten Luwu
Majelis Talim An-Nisa merupakan lembaga pendidikan non formal
keagamaan yang memberikan ilmu tambahan bagi jamaah yang bersekolah pada
pendidikan formal dan memberikan pemahaman bagi yang tidak bersekolah pada
pendidikan formal. Majelis Talim An-Nisa merupakan wadah pengembangan bagi
jamaah untuk mengenal al-Quran dan ajaran-ajaran Islam sehingga jamaah dapat
mengetahui dan mengamalkan ajaran Islam dengan baik dan benar. Adapun peran
Majelis Talim An-Nisa dalam mewujudkan kualitas keagamaan masyarakat Desa
Cakkeawo adalah sebagai berikut:
36
a. Memberikan corak warna Desa yang agamis. Proses pembelajaran di Majelis Talim
An-Nisa dilakukan setelah shalat Ashar. Jamaah setelah shalat berjamaah di masjid
kemudian belajar di Majelis Talim An-Nisa. Dengan adanya Majelis Talim jamaah
yang semula hanya bermain saja setiap sore, maka jamaah menjadi mempunyai
kegiatan yang positif dan bermanfaat yaitu menuntut ilmu agama. Kegiatan para
jamaah yang dilakukan setiap sore inilah yang menjadi salah satu ciri desa yang
agamis. Suatu Desa dikatakan agamis apabila hampir seluruh masyarakatnya
beragama Islam dan mereka menjalankan dengan benar sesuai dengan al-Quran dan
Al-Hadits. Masyarakat selalu antusias apabila ada peringatan hari besar Islam dan
banyaknya lembaga nonformal yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam.
Dari wawancara diketahui bahwa jamaahdi Desa Cakkeawo pada sore hari pergi ke
Majelis Talim An-Nisa untuk belajar. Hal ini menjadikan suasana Desa yang agamis
dan Islami. Penampilan jamaah yang rapi, baik laki-laki maupun perempuan dengan
mengenakan pakaian sopan dan Islami, membuat suasana lingkungan Desa menjadi
agamis.
b. Jamaah mengenal ajaran agama dan pengetahuan tentang Islam. Jamaah yang
menuntut ilmu di Majelis Talim An-Nisa akan mendapat pengetahuan tentang Agama
Islam dengan baik. Dengan pengetahuan yang diperoleh para jamaah, maka
pengetahuan dan ajaran-ajaran agama yang dimilikinya semakin luas, karena waktu
untuk mendapatkan materi pelajaran agama di sekolah terbatas, sedangkan dengan
belajar di Majelis Talim An-Nisa jamaah akan mendapatkan materi pelajaran agama
37
dengan waktu yang lebih banyak.6 Dengan pengetahuan yang diajarkan oleh para
ustadz/ustadzah di Majelis Talim, maka jamaah mempunyai bekal keagamaan yang
cukup kuat dalam kehidupan sehari-hari dan akan memperoleh ilmu agama seperti
pelajaran Akhlak, Fiqih, Ilmu Tajwid, Peshalatan dan pelajaran lainnya.
c. Membina akhlakul karimah bagi jamaah. Dimanapun kita berada baik di rumah, di
masjid, di sekolah, di jalan, ditempat beribadah akhlakul karimah harus selalu
dilakukan oleh siapapun. Demikian pula berdiri, berjalan, duduk, makan, minum,
tidur, berbicara, berpakaian dan sebagainya harus selalu berahlakul karimah. Untuk
membina akhlakul karimah pada jamaah dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:
1)
Memberikan keteladanan yang baik.
2)
Memberikan nasehat untuk mengarahkan jamaah agar dapat menjadi orang
yang beriman dan berakhlakul karimah.
3)
Memberikan perhatian kepada jamaah agar jamaah dengan mudah menangkap
apa yang diajarkan.
4)
Menanamkan kebiasaan yang baik karena kebiasaan yang baik terjadi melalui
proses pendidikan.
Jamaah belum dapat berpikir secara logis, belum dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Oleh karena
itu peranan ustazd/ustadzah sangat penting dalam pembinaan pribadi masyarakat.
Masa jamaahadalah masa yang paling baik untuk menanamkan dasar-dasar
pendidikan akhlak. Mendidik masyarakat agar berakhlakul karimah merupakan salah
satu tujuan pengajaran di Majelis Talim An-Nisa Desa Cakkeawo.
38
Jamaah yang mengaji di Majelis Talim memiliki akhlak yang baik karena
sudah terbiasa dengan perbuatan yang baik terutama saat belajar. Keteladanan
yang dicontohkan oleh ustadz/ustadzah baik ucapan, sikap maupun tingkah
lakunya akan membuat anak menirunya dan akan tertanam di dalam hatinya.7
Bila anak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku,
maka ustadz/ustadzah akan menasehatinya. Nasehat sangat tinggi nilainya karena
anak masih membutuhkan bimbingan dari ustadz/ustadzah. Dengan demikian anak
akan selalu terbiasa dengan tingkah laku yang baik dan akan terbentuk dalam
kepribadian jamaah. Perhatian yang diberikan oleh ustadz/ustadzah juga akan
mempengaruhi tingkah laku para jamaah. Dengan membiasakan perbuatan yang baik
diharapkan anak yang belajar di Majelis Talim selalu berakhlakul karimah dalam
kehidupan shari-hari.
d. Persahabatan semakin erat. Majelis Talim merupakan suatu tempat untuk menuntut
ilmu. Para jamaah berkumpul untuk belajar agama Islam secara bersama-sama kepada
ustadz/ustadzah di Majelis Talim An-Nisa. Mereka saling bertemu, berjabat tangan
dan memberi salam kepada sesama. Dengan demikian hubungan antar sesama teman
semakin akrab dan dekat. Hubungan antar jamaah dan ustadz/ustadzah juga
terbentuk. Jamaah akan semakin dekat dengan ustadz/ustadzahnya dan sebaliknya
ustadz/ustadzah semakin mengenal/menyayangi jamaahnya. Selain itu komunikasi
antar ustadz/ustadzah pun juga menjadi dekat.8 Dengan seringnya bertemu dan
39
40
f. Jamaah mampu menulis Arab dengan baik. Belajar menulis dapat dilakukan di
sekolah maupun di luar sekolah. Waktu untuk belajar agama di sekolah sangat
terbatas, sehingga kemampuan untuk menulis Arab juga masih terbatas. Jamaah yang
belajar di Majelis Talim An-Nisa akan memperoleh tambahan pelajaran agama salah
satunya
dengan
menulis
ayat-ayat
al-Quran
maupun
huruf-huruf
Arab.
Dengan terbiasanya menulis Arab di Majelis Talim maka kemampuan jamaah dalam
menulis Arab akan semakin bertambah baik. Di Majelis Talim An-Nisa diberikan
pelajaran Baca Tulis al-Quran sehingga jamaah dalam menulis ayat-ayat/huruf Arab
tidak asing lagi.
g. Waktu lebih bermanfaat. Waktu yang digunakan oleh para jamaah untuk menuntut
ilmu di Majelis Talim An-Nisa akan lebih bermanfaat dari pada mereka yang tidak
mengaji. Kesempatan ini digunakan oleh para jamaah untuk memperoleh ilmu dengan
sebaik-baiknya, karena untuk mendapatkan ilmu tidaklah mudah, memerlukan waktu
dan kesabaran.
Jamaah yang mengaji sejak dini berarti sudah dapat menggunkan waktu
dengan baik. Karena di dalam menuntut ilmu membutuhkan waktu yang lama agar
ilmunya bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun untuk orang lain.
h. Jamaah memiliki kebiasaan yang baik. Kebiasaan-kebiasaan dan latihan merupakan
pengalaman bagi anak. Pengalaman yang didapat akan menjadi unsur yang penting
dalam pribadinya dan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, sebab
kepribadian anak terbentuk oleh lingkungan sekitarnya. Bila lingkungannya baik akan
berpengaruh
baik
pula
bagi
anak
begitu
pula
sebaliknya.
41
42
k. Jamaah mengetahui hukum Islam. Dengan menuntut ilmu di Majelis Talim, jamaah
menjadi lebih tahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana
yang salah. Dengan ilmu yang diperoleh di Majelis Talim, jamaah dapat
membedakan hukum-hukum dalam Islam, mana yang wajib, sunat, makruh atau
haram. Dengan ketekunan dan kesabaran jamaah dalam menuntut ilmu maka ilmu
yang didapat akan semakin bertambah banyak. Oleh karena itu dengan bertambahnya
waktu pengetahuan jamaah tentang hukum Islam juga semakin luas.
l. Jamaah lebih menghargai waktu. Bimbingan dan nasehat kepada jamaah sangatlah
diperlukan. Selain itu jamaah juga perlu dilatih untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitarnya. Jamaah yang mengaji di Majelis Talim An-Nisa merasa
tergugah untuk berbuat dan melaksanakan apa yang sudah menjadi tugasnya dan
kewajibannya.
Bila datang waktu shalat fardu jamaah segera melaksanakan kewajibannya
dengan ikhlas tanpa harus dipaksa atau merasa berat. Begitu juga bila waktu
sore tiba maka dengan senang hati jamaah segera berangkat ke Majelis Talim
An-Nisa untuk belajar ilmu agama dengan bimbingan ustazd/ustadzah.10
m. Jamaah menjadi pandai. Majelis Talim An-Nisa yang merupakan lembaga
pendidikan non formal juga ikut membantu membuat anak lebih pandai. Jamaah yang
mengaji di Majelis Talim mendapat pengetahuan yang tidak sedikit sehingga
jamaahmenjadi lebih pandai khususnya dibidang agama. Jamaah yang belajar di
sekolah/madrasah hasil prestasinya meningkat terutama pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
43
Orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah umum, banyak yang merasakan
pendidikan agama di sekolah belum cukup dalam menyiapkan keberagamaan
anaknya. Salah satu usaha untuk menambah pendidikan agama anaknya adalah
dengan cara mencari tamabahan ilmu agama memasukan putra-putrinya ke Majelis
Talim. Di Majelis Talim An-Nisa anaknya akan dibimbing tentang pengetahuan
agama yang lebih banyak.
n. Pakaian jamaah menjadi rapi. Pakaian merupakan alat penutup tubuh sekaligus
sebagai pelindung dari panas atau dingin. Selain itu pakaian juga merupakan
penampilan atau hiasan bagi pemakainya. Jamaah yang mengaji di Majelis Talim
An-Nisa selalu memakai baju yang rapi dan sopan. Pakaian yang dikenakan jamaah
selain berfungsi sebagai pelindung tubuh juga sesuai dengan aturan agama yaitu dapat
menutup aurat. Pakaian yang dikenakan jamaah selalu rapi dan sesuai dengan
lingkungan masyarakat yang Islami.
o. Jamaah mampu
membaca
al-Quran
sesuai
dengan
Ilmu
Tajwid.
Jamaah yang belajar di Majelis Talim An-Nisa akan mendapat pelajaran Ilmu
Tajwid. Jamaah dapat mengerti dan menerapkan bacaan-bacaan al-Quran sesuai
dengan hukum bacaannya. Seperti hukum bacaan nun mati/tanwin maupun hukum
bacaan mim sukun. Membaca ayat-ayat al-Quran harus mengetahui pedoman cara
membacanya tidak boleh asal membaca. Dengan belajar ilmu tajwid jamaah dapat
mengetahui dan menerapkan hukum hukum/bacaan al-Quran, seperti idzhar,
idghom, ikhfa dan iklab. Dengan demikian maka dalam membaca al-Quran akan
sesuai dengan aturan atau kaidah membca al-Quran.
44
p. Jamaah menjadi disiplin beribadah. Jamaah yang menuntut ilmu di Majelis Talim
An-Nisa menjadi lebih rajin untuk beribadah terutama shalat lima waktu dengan tepat
pada waktunya. Bila datang waktu shalat jamaah dengan segera melaksanakan shalat.
Dengan kesadaran sendiri tanpa disuruh mereka berangkat ke Majelis Talim An-Nisa
untuk belajar bersama bimbingan ustad/ustadzah.
Dari wawancara di atas baik dengan kapala Majelis Talim, ustazd/ustadzah,
jamaah maupun masyarakat diketahui bahwa Majelis Talim An-Nisa mempunyai
peran yang sangat penting dalam mewujudkan kualitas keagamaan jamaah Desa
Cakkeawo. Terbukti dengan eksistensinya sampai sekarang dan masih banyaknya
jamaah yang belajar di Majelis Talim An-Nisa. Apabila Majelis Talim tersebut tidak
berperan atau tidak berfungsi bagi masyarakat Desa Cakkeawo tentu sudah lama
Majelis Talim tersebut ditinggalkan oleh masyarakat.
Majelis talim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi
pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikanyang sifatnya non formal, karena
tidak di dukung oleh seperangkat aturan akademik kurikulum, lama waktu belajar,
tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan sebagainya sebagaimana lembaga
pendidikan formal yaitu sekolah.11 Dilihat dari segi tujuan, majelis talim termasuk
sarana dakwah Islamiyah yang secara self. standing dan self disciplined mengatur dan
melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk
kelancaran pelaksanaan talim Islami sesuai dengan tuntutan pesertanya.
45
46
47
remaja yang ada disekitar (Majelis Talim An-Nisa) memahami ajaran agama Islam
dan mewariskannya kepada generasi-generasi penerusnya.
d. Menciptakan masyarakat yang bertakwa serta memiliki akhlaqul karimah. Peran
majelis talim An-Nisa dalam menciptakan masyarakat yang bertakwa serta
berakhlaqul karimah, dilakukan dengan cara memberikan pemahaman tentang
pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang akan
menjadikan benteng pertahanan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan
perkembangan zaman.
e. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, serta bangsa dan negara. Dengan kegiatan-kegiatan dan pemahaman
tentang agama yang diberikan di majelis talim An-Nisa diharapkan para jamaah
mampu menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta menjadi pribadi yang
bertanggung jawab di berbagai aspek kehidupan.
2. Upaya Pembinaan Majelis Talim An-Nisa di Desa Cakkeawo Kecamatan
Suli Kabupaten Luwu dalam menerapkan Prinsip-Prinsip
Pendidikan Modern
Kehadiran Majelis Talim An-Nisa di tengah-tengah masyarakat Desa
Cakkeawo mempunyai posisi yang sangat strategis. Sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam, Majelis Talim An-Nisa senantiasa berpartisipasi dalam
pembangunan masyarakat sekitar terutama pembangunan dalam bidang keagamaan
khususnya agama Islam.
48
jamaah
untuk
semangat
belajar.
Guru
tidak
hanya
sekedar
49
(( : :
, , ,
, ,
( (( )
15
Artinya:
Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda: Setiap bayi itu di
lahirkan atas fitrah maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani atu Majusi sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang
sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?. (HR. Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, Malik dan Ahmad).16
Melihat dalil di atas sudah barang tentu setiap lembaga pendidikan tidak dapat
hanya mengandalkan guru saja untuk setiap potensi jamaah malainkan juga harus
melihat unsur-unsur yang menjadi penunjang terhadap keberhasilannya dalam tujuan
pendidikan agar menjadi pendidikan yang berkualitas.
c.
50
Praktik ibadah
Untuk menerapkan dan melaksanakan pembelajaran pada jamaah sekaligus
memberikan contoh dari ustadz/ustadah maka diadakan praktek-praktek ibadah
sebagai berikut:
1) Shalat berjamaah. Shalat lima waktu merupakan kewajiban yang harus dikerjakan
oleh setiap umat Islam. Setiap jamaah sudah menjadi kewajibannya untuk
menjalankan rukun Islam yang kedua ini. Jamaah yang mengaji di Majelis Talim AnNisa dengan kesadaran sendiri melakukan shalat berjamaah di masjid An-Nisa.
Lokasi masjid ini kebetulan berdekatan dengan Majelis Talim, letaknya disebelah
selatannya langsung berbatasan dengan Majelis Talim An-Nisa. Hal ini yang
memudahkan bagi jamaah untuk menjalankan shalat berjamaah. Para ustadz/ustadzah
yang mengajar di Majelis Talim tidak hanya menyuruh shalat berjamaah tetapi
sebagai tauladan bagi para jamaah, memberikan contoh selalu rajin berjamaah shalat
di Masjid, sehingga para jamaahnya mengikuti perintahnya, saran dan nasehat para
ustadz/ustadzah untuk selalu shalat berjamaah.
2) Tilawatil Quran
Para jamaah yang mempuyai bakat dibidang seni suara bisa mengikuti
Tilawatil Quran di Majelis Talim An-Nisa. Tilawati Quran ini dilakukan setiap
seminggu sekali yaitu dilakukan setiap hari Ahad pagi oleh Bapak Arifin. Beliau
51
pernah menjadi juara pertama dalam lomba Tilawatil Quran tingkat propinsi.
Kegiatan Tilawatil Quran ini terbuka untuk umum, 17 artinya yang bisa mengikuti
kegiatan ini tidak hanya para jamaah yang mengaji di Majelis Talim An-Nisa tetapi
bagi masyarakat yang menginginkannya juga diperbolehkan mengikutnya. Dengan
adanya kegiatan Tilawatil Quran ini diharapkan jamaah-jamaah kelak bisa
meneladani guru/ustadz dan menjadi jamaah yang berguna dan bermanfaat bagi
agama.
3) Khatmil Quran dan Muhafadzah
Khatmil Quran dan Muhafadzah merupakan program Majelis Talim An-Nisa
setiap tahunnya. Kegiatan ini dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Kegiatan ini
biasanya diselenggarakan menjelang bulan Ramadhan yaitu diadakan pada bulan
Syaban. Khatmil Quran dan Muhafadzah ini sering dikenal dengan nama
Khataman.
Khatmil Quran dan Muhafadzah ini diikuti oleh seluruh jamaah yang mengaji di
Majelis Talim An-Nisa dan disaksikan oleh jamaah serta masyarakat sekitar.
Biasanya acara ini menghadirkan kyai dari daerah lain untuk menambah semangat
pengunjung.
3. Hambatan yang Dihadapi Majelis Talim An-Nisa Desa Cakkeawo
Kecamatan Suli Kabupaten Luwu
52
Selain kemajuan yang signifikan dirasakan oleh jamaah majelis talim AnNisa, ada kendala dan problematika yang dirasakan yang tentunya bila dibiarkan terus
menerus akan menghambat kemajuan dan perkembangan majelis talim ke depannya.
Problem-problem tersebut antara lain:
a. Kurangnya penyuluhan dari Dinas Kementerian agama
Salah seorang jamaah memberikan responya mengenai hal tersebut sebagai
berikut: Majelis talim yang ada di Desa Cakkeawo ini sebenarnya termasuk daerah
yang sangat dekat dengan kota Kabupaten dan Kantor Depag tapi untuk masalah
penyuluhan para Dinas sepertinya kurang perhatian.18
b. Kurangnya perhatian langsung dari pemerintah setempat untuk lebih menunjang
sarana dan prasarana
Satu lagi masalah yang dari dulu sampai sekarang masih terjadi yaitu
mengenai pengadaan sarana dan prasarana. Untuk menunjang hal tersebut jamaah
yang secara swadaya mengadakan iuran bulanan untuk membantu menutupi
kekurangan-kekurangan yang ada pada majelis talim.
Memang pemerintah sepertinya kurang perhatian kalau mengenai kemajuan dan
perkembangan agama. Padahal kami para jamaah masih sangat perlu dan
membutuhkan bantuan-bantuan dari pemerintah. Misalnya, pada saat para
jamaah majelis diundang untuk menghadiri pengajian-pengajian di Desa lain,
kami semua tentunya memerlukan semacam baju seragam dan lain-lain.19
53
c. Masih kurang kesadaran masyarakat untuk aktif dalam kegiatan majelis talim
Sekalipun jamaah yang dimiliki majelis talim ini cukup banyak namun
sebahagian kecil kesadaran yang dimilik masyarakat dalam hal aktif dalam kegiatan
pengajian majelis talim masih kurang, hal ini dikarenakan mayoritas pencaharian
mereka adalah sebagai petani dan pekebun, sehingga banyak waktu mereka tersita
untuk berada di sawah dan di ladang.
Masalah tersebut menjadi tugas dan kewajiban para jamaah majelis talim kedepan
untuk memberikan pengarahan dan pemhaman tentang pentingnya ilmu pengetahuan
agama sebagai bekal hidup menuju akhirat.
Selain beberapa masalah di atas, ada beberapa problem internal dan eksternal
dari majelis talim, di antaranya:
a.Permasalahan yang timbul dari sisi sang dai
1) Terjadinya penyempitan makna dakwah oleh para jamaah. Dakwah saat ini sering
terkesan dimaknai sebatas pada ceramah-ceramah di mesjid, majelis talim, dan
pengajian-pengajian.
2) Merosotnya kualitas ilmu yang dimiliki para dai. Hal ini berdampak pada
menurunnya profesionalisme sang dai.
3) Manajemen dakwah yang dilakukan oleh para dai masih bersifat konvensional, yang
hanya terbatas pada ceramah dan kuliah agama.
b.
Permasalahan yang timbul dari internal umat Islam
1) Kurangnya keinginan untuk mendengarkan kebajikan
2) Sistem masyarakat yang gengsi untuk mendengarkan ceramah, majelis talim serta
3)
4)
5)
c.
54
1) Maraknya ghazwul fikri yang dilakukan oleh beberapa pihak yang tidak suka melihat
laju pertumbuhan dakwah Islam.
2) Imperialisme budaya asing peninggalan penjajah yang tidak sejalan dengan budaya
Islam.
3) Gerakan pemurtadan yang gencar dilakukan oleh para misionaris agama tetangga"
4) Dampak negatif dari perkembangan IPTEK yang memberikan celah kepada orang
yang tidak senang dengan Islam untuk menyerang Islam sendiri.
d. Permasalahan yang timbul dari majelis taklim sendiri
1) Problem rekrutmen
Masih kurangnya kesadaran dari masyarakat muslim tentang amar maruf dan
nahi mungkar menjadi dasar kesulitan para dai dalam mencari anggota jamaah dan
para kader demi kelangsungan majelis talim An-Nisa ke depan.
2) Problem pada awal pembinaan
Minimnya ilmu pengetahuan yang dimiliki para jamaah membutuhkan waktu
yang lama untuk memberikan pemahaman dasar-dasar ilmu agama pada awal
pembinaan. Hal ini bukanlah perkara yang mudah karena mayoritas penduduk Desa
Cakkeawo adalah patah pinsil/putus sekolah.
3) Problem komunikasi
Rasa malu dan minder yang dimiliki para jamaah An-Nisa menjadi
penghambat komunikasi di antara jamaah dengan pengurus ataupun dai majelis
talim, sehingga kurang adanya tukar pendapat dan sebagainya.
4) Problem personal
Setiap jamaah memiliki masalah yang berbeda-beda. Ada yang mengenai
pekerjaan, ada yang mengenai keluaraga, dan ada yang karena rasa malas sehingga
menjadikan suatu hambatan untuk mengikuti kegiatan majelis talim.
55
5) Problem sistem
Sistem kerja dan penataan kurikulum pendidikan kelembagaan yang baik
merupakan daya tarik dan keterikatan jamaah untuk aktif mengikuti kegiatan majelis
talim. Dengan sistem yang semerawut dan berantakan akan menimbulkan rasa malas
dan bosan bagi jamaah.20
Dengan melihat problem dan permasalah yang dihadapi, majelis talim dapat
berbenah diri untuk lebih baik dan lebih maju lagi.