Anda di halaman 1dari 4

Buku Syariat Islam

Beranda

Buku Syarieat Islam

Ustadz Menjawab

Opini Penulis

Tentangku

Minggu, 10 November 2013


Hukum Menonton Film Bokef atau Video Porno menurut Syari'at Islam

Apakah Nonton Film Porno Termasuk Dosa Besar?


Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan orang-orang beriman untuk menjaga
pandangan dari melihat aurat atau kehormatan orang lain, sebagaimana firman Allah Swt :
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : "Hendaklah mereka menahan
pandanganya,
dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa
yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. (QS. An Nuur : 30 31)
Senada dengan ayat diatas, Nabi saw juga telah melarang seseorang melihat aurat orang lain
walaupun seorang laki-laki terhadap laki-laki yang lain atau seorang wanita terhadap wanita
yang lain baik dengan syahwat maupun tanpa syahwat, sebagaimana sabdanya saw,
Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki (lain) dan janganlah seorang wanita
melihat aurat wanita (lain). Janganlah seorang laki-laki berada dalam satu selimut dengan
laki-laki lain dan janganlah seorang wanita berada dalam satu selimut dengan wanita lain.
(HR. Al Baihaqi).
Didalam film-film porno, batas-batas aurat atau bahkan inti dari aurat seseorang diperlihatkan
dan dipertontonkan kepada orang-orang yang tidak halal melihatnya, ini
merupakan perbuatan yang diharamkan baik orang yang mempertontokan maupun yang
menontonnya.
Untuk itu tidak diperbolehkan bagi seseorang menyaksikan film porno walaupun dengan
alasan belajar tentang cara-cara berhubungan atau menghilangkan kelemahan syahwatnya

karena untuk alasan ini tidak mesti dengan menyaksikan film tersebut akan tetapi bisa dengan
cara-cara lainnya yang didalamnya tidak ditampakkan aurat orang lain, seperti buku-buku
agama yang menjelaskan tentang seks, buku-buku fiqih tentang pernikahan atau mungkin
buku- buku umum tentang seks yang bebas dari penampakan aurat seseorang didalamnya.
Meskipun tidak ada nash yang jelas yang secara tegas memberikan hukuman (hadd) kepada
orang yang menyaksikan atau melihat aurat orang asing, atau melaknat maupun
mengancamnya dengan siksa neraka yang bisa memasukkan perbuatan itu kedalam
dosa besar seperti yang disebutkan Imam Nawawi bahwa diantara tanda-tanda dosa
besar adalah wajib atasnya hadd, diancam dengan siksa neraka dan sejensnya
sebagaimana disebutkan didalam Al Quran maupun Sunnah. Para pelakunya pun
disifatkan dengan fasiq berdasarkan nash, dilaknat sebagaimana Allah swt melaknat
orang yang merubah batas-batas tanah. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 113).
Atau yang disebutkan oleh Izzuddin bin Abdul Aziz bin Abdus Salam bahwa sebagian ulama
mengatakan dosa-dosa besar adalah segala dosa yang disertai dengan ancaman atau
hadd (hukuman) atau laknat. (Qawaidul Ahkam Fii Mashalihil Anam juz I hal 32) Akan tetapi
apabila perbuatan itu dilakukan tanpa ada perasaan takut kepada Allah swt,
penyesalan atau bahkan menyepelekannyasehingga menjadi sesuatu yang sering
dilakukannya maka perbuatan itu bisa digolongkan kedalam dosa besar, sebagaimana
pendapat dari Abu Hamid al Ghazali didalam Al Basiith bahwa batasan menyeluruh dalam
hal dosa besar adalah segala kemaksiatan yang dilakukan seseorang tanpa ada perasaan takut
dan penyesalan, seperti orang yang menyepelekan suatu dosa sehingga menjadi kebiasaan.
Setiap penyepelean dan peremehan suatu dosa maka ia termasuk kedalam dosa besar. (Shahih
Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 113)
Menonton Film Porno Termasuk Perzinahan Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Abu Hurairoh berkata dari Nabi saw, Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anakanak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil.
Zina mata adalah penglihatan, zina lisan adalah perkataandimana diri ini menginginkan dan
menyukai serta kemaluanmembenarkan itu semua atau mendustainya. (HR. Bukhori) Ibnu
Hajar menyebutkan pendapat Ibnu Bathol yaitu, Pandangan dan pembicaraan dinamakan
dengan zina dikarenakan kedua hal tersebut menuntun seseorang untuk melakukan
perzinahan yang sebenarnya.Karena itu kata selanjutnya adalah serta kemaluan
membenarkan itu semua atau mendustainya. (Fathul Bari juz XI hal 28)

Tidak ada yang menyanggah bahwa ciuman bibir dapat membawa seseorang melayang dan
makin mencintai pasangannya. Sebuah studi menyatakan bahwa ciuman dapat mengaktifkan
hormon oksitosin yang membuat pelakunya merasa cukup nyaman. Lebih jauh lagi, ciuman
memiliki seninya sendiri. Salah satunya adalah french kiss, yaitu berciuman dengan
melibatkan adu lidah.

Hanya saja, ciuman juga mengenal etika. Dalam budaya ketimuran, termasuk Indonesia yang
mayoritas penduduknya muslim, berciuman dibatasi oleh norma agama. Setiap pria dan
wanita yang memadu kasih tidak diperbolehkan untuk melakukannya sebelum terikat dalam
pernikahan yang sah. Termasuk menyentuh fisik di antara mereka, seperti berpegangan
tangan, statusnya haram atau tidak diperbolehkan.
Berciuman menjadi jalan untuk menuju perzinaan. Sekalipun banyak orang berpacaran
mengatakan hal tersebut tidak dimaksudkan berlanjut ke hubungan seksual, namun seiring
berjalannya waktu biasanya tindakan mereka jauh lebih berani. Fakta telah berbicara bahwa
banyak wanita yang kini sudah tidak perawan lagi. Padahal keperawanan merupakan salah
satu tanda wanita terjaga kehormatannya.
Salah satu larangan untuk mendekati zina dalam Islam disebutkan dalam Al Quran pada surat
Al Israa ayat 32. Dalam ayat tersebut Alla berfirman, Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.
Oleh karena itu, ciuman bibir sebaiknya dihindari pada orang berpacaran yang belum
menikah. Dan, jika kasus zina sudah terjadi, biasanya wanita yang akan menjadi korban
utamanya. Dia ternoda dan banyak celaan yang dialamatkan padanya lantaran kehilangan
keperawanan.

Berciuman batal puasa? Saya mau konsul, bagaimana hukumnya berciuman


sama pacar di bulan puasa, maaf bukan ciuman bibir tapi ciuman pipi saja, dan
tidak menimbulkan nafsu, apa membatalkan puasa? Berciumannya sendiri kalo
antara suami isteri, tidaklah membatalkan puasa walaupun itu ciuman di bibir,
ada hadits tentang ini: Diriwayatkan dari Umar r.a, ia berkata: Pada suatu
hari aku senang melihat istriku, kemudian aku menciumnya sedang aku dalam
keadaan puasa. Kemudian aku datang kepada Rosulullah saw sambil berkata,
Pada hari ini aku telah melakukan sesuatu yang besar, saya telah mencium
istriku dalam keadaan puasa. Rosulullah saw bersabda, Bagaimana
pendapatmu jika kamu berkumur dengan air dalam keadaan puasa? Saya
berkata, tidak apa-apa. Bersabda Rasululullah saw, Kalau begitu, apa
yang ditanyakan?." (Hadits Shahih, HR Abu Daud). Dengan catatan mampu
menahan diri tidak sampai kebablasan seperti dalam hadits lain
dinyatakan: "Dari Aisyah ra bahwasanya ia berkata: "Bahwasanya Rosulullah saw
mencium (istrinya) sedang beliau dalam keadaan puasa , begitu juga beliau
menyentuh istrinya sedang beliau dalam keadaan puasa, tetapi beliau paling
kuat menahan syahwatnya diantara kalian." (HR Bukhari Muslim). Tetapi pacaran,
apalagi sampai berciuman, baik dibulan puasa maupun di luar bulan puasa, tetap

saja terlarang seperti dinyatakan dalam hadits: "Seandainya kepala seseorang di


tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang
tidak halal baginya." (Hadits hasan riwayat Thobroni) Pertanyaan dari hamba
Allah: Saya perempuan, lagi halangan (tidak berpuasa), saya punya teman dekat
seorang cowok, lalu saya berusaha mendekatinya apakah saya membatalkan
puasanya? Ini bukan persoalan batal atau tidak puasa, tapi mendekati
cowok/cewek (jika yang dimaksud adalah seperti lazimnya pacaran) hendaknya
dihindari sebab bias menjerumuskan kita pada zina minor seperti yang
disabdakan Rosul saw: Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina,
akan diperolehnya hal itu (sebagai dosa), tidak bisa tidak. Kedua mata itu
berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina, zinanya dengan
mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan berbicara. Tangan itu berzina,
zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, zinanya dengan melangkah.
Sementara itu, hati berkeinginan dan beranganangan (YANG DILARANG SEBELUM
MENIKAH), sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua (menjadi Zina
yang terkena hukum pidana Islam) atau mendustakannya (tidak terkena hukum
pidana Islam, tapi tetap berdosa dengan zina kecilnya tadi) . (H.R. Muslim:
2657, alBukhori: 6243).

Anda mungkin juga menyukai