jaringan
kelenjar/jaringan
fibromuskuleryang
menyebabkan
Teori Sel Stem, sel baru biasanya tumbuh dari sel srem. Oleh karena
suatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau
faktor pencetus lain. Maka sel stem dapat berproliferasi dengan cepat,
2.
3.
estrogen pada
jaringan adiposa
diperifer. Bila
perubahan
detrusor
gagal
berkontraksi
sehingga
kontraksi
menjadi
menunjukkan
staphylococcus
aureus,
proteus,
klebsiella,
KOMPLIKASI
1. Hemoragie
2. Pembentukan bekuan
3. Obstruksi kateter
4. Disfungsi seksual
5. Impotensi
6. Aterosclerosis
7. Infark jantung
8. Haemoragik post operasi
9. Fistula
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-stadium
dari gambaran klinis
1.
Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah,
diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor
alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek
positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses
Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan
biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
3.
Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila
diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai
dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan
terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
4.
Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita
dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah
itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis,
kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan
dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan
memberikan
obat
penghambat
adrenoreseptor
alfa.
Pengobatan
Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan,
kurangi kopi, hindari alkohol, tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing
dan colok dubur.
2.
3.
Medikamentosa
a. Mengharnbat adrenoreseptor
b. Obat anti androgen
c. Penghambat enzim -2 reduktase
d. Fisioterapi
Terapi Bedah
b.
Prostatektomi Suprapubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat
pada kandung kemih.
c.
Prostatektomi retropubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen
bagian bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung
kemih.
d.
Prostatektomi Peritoneal
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi
diantara skrotum dan rektum.
e.
4.
(TULIP)
c. Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD)
H. PROGNOSIS
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diperidiksi pada tiap
individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Sirkulasi
Tanda :
a. Peninggian tekanan darah (Efek pembesaran ginjal)
2. Eliminasi
Gejala :
a. Penurunan kekuatan / dorongan aliran urine, tetesan
b. Keraguan pada awal berkemih
c. Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap, dorongan dan frekuensi berkemih
d. Nokturia, disuria, hematuria
e. Duduk untuk berkemih
f. ISK berulang, riwayat batu ( Stasis urinaria )
g. Konstipasi ( Protusi prostat ke dalam rectum )
Tanda :
Demam
6. Seksualitas
Gejala :
a.
b.
c.
Tanda :
a.
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
a. Riwayat keluarga kanker, hipotensi, penyakit ginjal
b. Penggunaan anti hipertensi atau anti depresan, antibiotik urinaria atau
agen antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu / alergi obat
mengandung simpatomimetik
8. Pertimbangan Rencana Pemulangan :
a.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik, pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi dengan adekuat.
2. Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa, distensi kandung kemih, kolik ginjal,
infeksi urinaria, terapy radiasi
3. Risiko tinggi
diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara
kronis, endokrin, ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi ginjal).
4. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih.
5. Kurang pengetahuan tentang faktor berhubungan dengan masalah dan
protokol pengobatan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik, pembesaran prostat,
dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi dengan adekuat.
NOC:
a. Urinary elimination
b. Urinary Contiunence
Indikator (Kriteria Hasil)
a. Berkemih dengan jumlah yang cukup, tidak teraba distensi kandung
Kemih
b. Menunjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml, dengan tidak
adanya tetesan/ kelebighan aliran.
Intervensi (NIC)
a. Dorong klien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
Rasional: Meminimalkan retensi urine, distensi berlebihan pada
kandung kemih.
b. Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
Rasional : Mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi
c. Awasi dan catat waktu serta jumlah tiap berkemih
Rasional:
Retensi
urine meningkatkan
tekanan
dalam saluran
Membantu
dalam
evakuasi
ductus
kelenjar
untuk
menghilangkan kongesti.
h. Berikan obat sesuai indikasi
Narkotik, spt : eperidin (demerol)
Rasional : Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan
relaksasi fisik dan mental
Antispamodik dan sedatif kandung kemih spt : flavoksat (urispas),
oksibutinin (ditropan)
Rasional :Menghilangkan kepekaan kandung kemih
3. Risiko tinggi
diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi secara
kronis, endokrin, ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi ginjal)
NOC:
a. Fluid balance
b. Hydration
c. Nutritional Status : Food and Fluid Intake
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2007, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3, EGC,
Jakarta.
Corwin, J. Elizabeth, 2006, Buku Saku Pathofisiologi, EGC, Jakarta.
Doenges, Moorhouse & Geissler, 2007, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit
EGC, Jakarta.
Hardjowidjoto S. (2006).Benigna Prostat Hiperplasia.Airlangga University Press.
Surabaya
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Sjamsuhidajat & Wim de Jong, 2007, Ilmu Bedah, Penerbit EGC, Jakarta.
Price & Wilson, 2005, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Penerbit EGC, Jakarta.
www.sumberilmu.blogspot.com/2008/askep-bph-benigna-prostat-hiperplasia.
Diakses tanggal 31 Desember 2014
www.disiniwinny.blogspot.com/2012/benigna-prostat-hiperplasia
Diakses tanggal 31 Desember 2014