Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN KERJA

Satuan Kerja

: Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Kalimantan Tengah

Posisi

: Fasilitator Provinsi Kelembagaan

Tahun Anggaran

: 2016

A.

LATAR BELAKANG
Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) pada tahun
2014 ini telah memasuki tahun ke-5. Program ini dimaksudkan antara lain untuk
membantu Pemerintah Daerah dalam hal-hal berikut : peningkatan kapasitas dalam
pembangunan sanitasi, peningkatan dan percepatan dalam perencanaan dan investasi
sektor sanitasi yang dilaksanakan selama periode tahun 2014 2019, dan peningkatan
kondisi sanitasi permukiman di kabupaten/kota yang menghadapi masalah serius di salah
satu atau beberapa sektor sanitasi.
Roadmap

PPSP

mengindikasikan

bahwa

terdapat

330

(tiga

ratus

tiga

puluh)

kabupaten/kota yang memiliki masalah sanitasi, yang akan menjadi target implementasi
PPSP dalam kurun waktu 5 tahun. Adapun titik berat yang menjadi sasaran yang ingin
dicapai pada tahun 2015, adalah sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMN 2014
2019; yaitu:

Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABs), baik di wilayah perkotaan maupun
perdesaan, melalui penyediaan akses ke sistem saluran limbah terpusat sebesar 10%,
dan sistem pengolahan setempat sebesar 90% dari populasi Indonesia.

Pengurangan sampah pada sumbernya dan peningkatan pengelolaan persampahan


yang ramah lingkungan seperti penerapan sanitary landfill atau controlled landfill
untuk TPA dan teknologi yang aman bagi 80% rumah tangga di wilayah perkotaan.

Pengurangan genangan air di 100 (seratus) kawasan strategis perkotaan yang rawan
banjir dengan cakupan seluas 22.500 Ha.

Guna mencapai sasaran tersebut maka perlu ditempuh proses pengusulan program dan
kegiatan yang difokuskan untuk mengatasi permasalahan sanitasi saat ini dan
mengantisipasi permasalahan sanitasi lima tahun mendatang. Proses tersebut dituangkan
dalam dokumen-dokumen PPSP berupa dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS), Strategi
Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan Memorandum Program Sanitasi (MPS). Penyusunan

dokumen tersebut dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui suatu wadah lintas
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang dinamakan Kelompok Kerja Sanitasi/AMPL
atau

Pokja

Sanitasi/AMPL.

Di

tingkat

Provinsi

juga

dibentuk

Pokja

untuk

mengkoordinasikan, memonitor dan memverifikasi proses penyusunan dokumen PPSP


tersebut.
Dalam proses penyusunan dokumen PPSP tersebut, Pokja difasilitasi oleh tenaga ahli yaitu
Fasilitator Provinsi (PF) dan Fasilitator Kabupaten/Kota (CF). Adapun di tingkat nasional,
Program PPSP dikelola oleh Program Management Unit (PMU) yang dijalankan oleh
Bappenas dan tiga Program Implementation Unit (PIU) yang terdiri dari PIU Advokasi dan
Pemberdayaan di Kementerian Kesehatan, PIU Kelembagaan dan Pendanaan di
Kementerian Dalam Negeri dan PIU Teknis di Kementerian PU.
Sementara itu masih terdapat bantuan teknis dari Pemerintah Belanda yang dinamakan
Urban Sanitation Development Program (USDP) yang menugaskan tenaga ahli di tingkat
Pusat dan juga di tingkat Provinsi yang disebut dengan PROSDA (Provincial Sanitation
Development Advisor) untuk memberikan pendampingan kepada Pokja Provinsi.
Fasilitator yang mendampingi Pokja diharapkan memiliki kemampuan yang baik terkait
penyusunan dokumen perencanaan sanitasi yaitu BPS, SSK dan MPS. Selain itu fasilitator
juga diharapkan memiliki kemampuan untuk mendorong terjadinya perubahan-perubahan
cara pandang terkait sanitasi oleh anggota Pokja terutama para pengambil keputusan
karena masih banyak pemerintah daerah memandang sektor sanitasi bukan sebagai
sektor prioritas di daerah. Dan melalui kegiatan fasilitasinya para fasilitator diharapkan
dapat merubah cara pandang pemerintah daerah sehingga prioritas sektor sanitasi dapat
meningkat. Fasilitator-fasilitator tersebut diharapkan juga dapat berperan mendorong
kesinambungan program melalui pembentukan Kelompok Kerja baik di tingkat Provinsi
maupun Kabupaten/Kota, dengan keluaran yang dihasilkannya berupa dokumen BPS, SSK
dan MPS. Kategori dan jumlah fasilitator di tingkat Provinsi bergantung kepada jumlah
Kabupaten/Kota peserta PPSP di Provinsi tersebut.

Gambar 1. Skema Kelembagaan PPSP dalam Proses Fasilitasi Penyusunan BPS, SSK dan MPS

B.

KUALIFIKASI UMUM

Berpengalaman bekerja bersama masyarakat dan atau pemerintah daerah.

Memiliki pengetahuan yang memadai terhadap prosedur, mekanisme dan substansi


Program PPSP

Mampu berkomunikasi aktif dengan semua elemen masyarakat.

Mampu bekerja sama dalam kelompok/organisasi dan bekerja secara team work.

Mampu memimpin pertemuan dan koordinasi dalam lingkup satuan organisasi


pemerintahan Mampu mengoperasikan komputer dan menguasai program aplikasi
perkantoran.

Mampu berbahasa Inggris secara lisan dan tulisan, menjadi nilai lebih.

Bersedia bekerja fulltime di Kabupaten/Kota sesuai dengan penugasan, tidak sedang


menjalani kontrak dengan instansi/lembaga lain, serta tidak berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil/pengajar/dosen

C.

Bersedia ditempatkan di Provinsi sesuai penugasan

Memiliki pengalaman kerja sebagai PF/CF menjadi nilai tambah

KUALIFIKASI KHUSUS:
1.

Tenaga Fasilitator Provinsi Kelembagaan:


Minimum S1, ekonomi, manajemen, Kelembagaan publik dan hokum, Kesehatan
Masyarakat, diutamakan: 1) Administrasi Negara, 2) Ekonomi Studi Pembangunan,
3) Kebijakan Publik, 4) Kesehatan Masyarakat
Memiliki pengalaman 5 tahun di bidang perencanaan infrastruktur kota.

D.

LINGKUP TUGAS TENAGA AHLI FASILITATOR PROVINSI:


1.

Memberikan pemahaman mendalam mengenai pelaksanaan Program PPSP bagi Pokja


Provinsi.

2.

Mendorong keaktifan Pokja Provinsi dalam pelaksanaan Program PPSP.

3.

Mendorong terciptanya lingkungan yang kondusif dan interaktif bagi Pokja Provinsi
sehingga mampu melakukan fungsinya secara optimal dalam pengelolaan Program
PPSP,

yaitu

meliputi

fungsi

koordinasi,

pemantauan,

pendampingan

dalam

penyusunan BPS, SSK dan MPS serta fungsi penjaminan kualitas terhadap dokumendokumen PPSP
4.

Mendampingi Pokja Provinsi dalam melaksanakan koordinasi, pemantauan dan


pendampingan kepada Pokja Kabupaten/Kota pada tahap persiapan awal Program
PPSP yaitu sosialisasi program (kick off meeting), penguatan terhadap Pokja
Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota dan pengecekkan kembali terhadap anggaran
operasional Pokja.

5.

Mendampingi Pokja Provinsi dalam melaksanakan koordinasi, pemantauan dan


pendampingan kepada Pokja Kabupaten/Kota pada tahap penyusunan BPS, meliputi
koordinasi, pemantauan dan pendampingan pelaksanaan EHRA, analisis data EHRA,

pengumpulan data sekunder bidang teknis, pendanaan maupun kelembagaan sampai


dengan penyusunan dan finalisasi dokumen BPS.
6.

Mendampingi Pokja Provinsi dalam melaksanakan koordinasi, pemantauan dan


pendampingan kepada Pokja Kabupaten/Kota pada tahap penyusunan SSK, meliputi
koordinasi,

pemantauan

dan

pendampingan

penyusunan

strategi

sanitasi,

penyusunan dan finalisasi dokumen SSK.


7.

Mendampingi Pokja Provinsi dalam melaksanakan koordinasi, pemantauan dan


pendampingan kepada Pokja Kabupaten/Kota pada tahap penyusunan MPS, meliputi
koordinasi, pemantauan dan pendampingan dalam review SSK, penyusunan program
dan kegiatan tahunan Kab/Kota, dan finalisasi dokumen.

8.

Mempelajari isi dokumen BPS, SSK dan MPS sebagai bahan untuk mendampingi Pokja
Provinsi dalam melaksanakan penjaminan kualitas dokumen BPS, SSK dan MPS yang
telah disusun oleh Pokja Kabupaten/Kota.

9.

Mendorong dan mengaktifkan tim panel provinsi yang akan melaksanakan


penjaminan kualitas dokumen BPS, SSK dan MPS.

10. Membangun konsensus antar anggota Pokja Provinsi agar dapat membantu
memecahkan masalah dalam pelaksanaan penyusunan Buku Putih, SSK dan MPS di
Kabupaten/Kota.
11. Melakukan pemantauan progres penyusunan BPS, SSK dan MPS di Kabupaten/Kota
melalui CF dan nawasis.info serta memberikan laporan secara rutin kepada Pokja
Provinsi, Satker Pengembangan PLP dan PMU-PIU (terutama PIU Teknis) di tingkat
Pusat, serta pihak lain sesuai arahan Satker Pengembangan PLP atau PIU Teknis.
12. Mengumpulkan program & kegiatan hasil kajian dalam SSK dan MPS yang telah
dibuat oleh Kabupaten/Kota dan melaporkannya kepada Pokja Provinsi, Satker
Pengembangan PLP dan PIU Teknis di tingkat Pusat atau pihak lain sesuai arahan
Satker Pengembangan PLP.
13. Mendorong Pokja Provinsi untuk membawa hasil kajian dalam SSK dan MPS sebagai
acuan program dan kegiatan yang akan dialokasikan dalam proses penganggaran
tingkat Provinsi.
14. Mendorong Pokja Provinsi untuk mengakses sumber-sumber pendanaan sanitasi
khusunya dari sumber non-pemerintah di tingkat Provinsi.

15. Berkoordinasi intensif dan menjalankan instruksi dengan Satker Pengembangan PLP
dalam pelaksanaan lingkup tugas sebagaimana butir di atas. Apabila ada instruksi
dari pihak selain Satker Pengembangan PLP, harus dikoordinasikan terlebih dahulu
dengan Satker Pengembangan PLP.
16. Menyerahkan softcopy dan hardcopy dokumen PPSP kepada Satker Pengembangan
PLP setelah dokumen tersebut dibahas oleh para pihak terkait Program PPSP.
17. Mendorong Pokja Kabupaten/Kota untuk menginternalisasikan program & kegiatan
yang memenuhi readiness criteria atau kriteria kesiapan yang tercantum dalam SSK
ke dalam proses penganggaran reguler.
18. Melaksanakan kegiatan pendampingan kepada Pokja Kabupaten/Kota dan CF melalui
kegiatan sebagaimana berikut :

Pendampingan dan Monev Rutin

Pendampingan Kick Off Meeting Kab/Kota

Lokalatih Penyusunan BPS, SSK dan MPS

19. Memfasilitasi terlaksanya kegiatan pendukung Program PPSP di tingkat Provinsi


sebagaimana berikut :

E.

Kick Off Meeting/Sosialisasi Awal PPSP

Penjaminan Kualitas BPS, SSK dan MPS

Rapat - Rapat Koordinasi

DESKRIPSI TUGAS AHLI KELEMBAGAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK :


1.

Bekerjasama dan berkoordinasi dengan Tenaga Ahli Fasilitator Koordinator (KO), Ahli
Teknis (AT) dan Tenaga Ahli Fasilitator Kota (CF) dalam menjalankan kegiatan
fasilitasi kepada Pokja Provinsi dan Pokja Kabupaten/kota sesuai dengan lingkup
tugas di atas.

2.

Bertindak sebagai co-koordinator pelaksanaan kegiatan dalam rangka fasilitasi


kepada Pokja Provinsi sesuai dengan lingkup tugas di atas.

3.

Bertindak sebagai mediator komunikasi dan informasi antara Pokja Provinsi dengan
Pokja Kabupaten/Kota melalui CF.

4.

Memberikan input terhadap laporan pemantauan persiapan awal pelaksanaan


program PPSP di Kabupaten/Kota kepada Pokja Provinsi dan Satker.

5.

Memberikan input terhadap laporan pemantauan progres penyusunan dokumen BPS,


SSK dan MPS secara rutin kepada Pokja Provinsi dan Satker, termasuk laporan
permasalahan dalam penyusunan dokumen terutama untuk aspek finansial dan
kebijakan publik.

6.

Memberikan alternatif solusi terhadap permasalahan yang dihadapi Kabupaten/Kota


dan menyampaikannya kepada Pokja Provinsi, terutama untuk aspek finansial dan
kebijakan publik.

7.

Memberikan masukan kepada Pokja Provinsi dalam menganalisa dan mengakses


sumber pendanaan alternatif potensial yang ada.

8.

Bersama-sama Pokja Provinsi, melakukan fasilitasi untuk terselenggaranya pertemuan


antara Pokja Kabupaten/Kota dengan Pokja Provinsi dengan sumber-sumber
pendanaan potensial di tingkat Provinsi dalam rangka sosialisasi dan pemasaran
terhadap program & kegiatan sanitasi.

9.

Bersama-sama dengan tenaga ahli lain memberikan masukan kepada Pokja


Kabupaten/Kota dalam menyusun proposal pendanaan untuk mengakses sumbersumber pendanaan alternatif.

10. Mendorong CF agar dapat memfasilitasi terselenggaranya pertemuan antara Pokja


Kabupaten/Kota

dengan

sumber-sumber

pendanaan

potensial

di

tingkat

Kabupaten/Kota untuk melakukan pemasaran program & kegiatan sanitasi.


11. Berkoordinasi dengan PMU-PIU, Satker, Prosda maupun dengan SKPD terkait di
tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam menyiapkan perangkat pelaksanaan
EHRA

(questioner,

program,

dll),

perangkat

penjaminan

kualitas,

petunjuk

penyusunan dokumen dan pedoman lainnya agar dapat dipergunakan oleh Pokja
Provinsi dan Pokja Kabupaten/Kota.
12. Melakukan verifikasi dokumen BPS, SSK dan MPS yang disusun Kabupaten/Kota
bersama-sama dengan Pokja Provinsi, terutama untuk aspek finansial dan kebijakan
publik.
13. Memberikan masukan terhadap hasil verifikasi kepada Pokja Kabupaten/Kota melalui
CF.
14. Berkoordinasi intensif dengan satker mengenai rencana kegiatan pendampingan (kick
off meeting kab/kota, lokalatih, pendampingan konsultasi publik, dll) kepada CF dan
Pokja Kabupaten/Kota.

15. Melaporkan hasil pendampingan terhadap daerah kepada Pokja Provinsi dan Satker
Pengembangan PLP.
F.

KOORDINASI :
1.

Tenaga Ahli Fasilitator Provinsi mengikat kontrak dengan Satker Pengembangan PLP
Provinsi sebagai perwakilan PIU Teknis di Provinsi.

2.

Tenaga Ahli Fasilitator Propinsi mempertanggungjawabkan seluruh kegiatannya


secara administratif kepada Kasatker Pengembangan PLP.

3.

Tenaga Ahli Fasilitator Provinsi secara fungsional bertugas menfasilitasi/mendampingi


Pokja Provinsi dalam pelaksanaan Program PPSP.

4.

Tenaga Ahli Fasilitator Provinsi membantu Pokja Provinsi melakukan koordinasi,


pemantauan dan pendampingan penyusunan BPS, SSK dan MPS oleh Pokja
Kabupaten/Kota melalui CF.

5.

Memberikan masukan terhadap penyusunan BPS, SSK dan MPS kepada Pokja
Kabupaten/Kota melalui CF.

G.

OUTPUT DAN HASIL YANG DIHARAPKAN :


1.

Tersusunnya dokumen BPS, SSK dan MPS sesuai dengan target waktu yang
ditetapkan.

2.

Tersusunnya dokumen BPS, SSK dan MPS yang berkualitas.

3.

Tersusunnya rencana kerja Pokja Provinsi dalam pelaksanaan Program PPSP.

4.

Terlaksananya kegiatan sosialisasi PPSP kepada Pokja Kabupaten/Kota.

5.

Terlaksananya kegiatan penjaminan kualitas BPS, SSK dan MPS.

6.

Terlaksananya workshop penjaminan kualitas BPS, SSK dan MPS.

7.

Terlaksananya kegiatan pendampingan ke Kabupaten/Kota dalam bentuk lokalatih,


monev dan pendampingan konsultasi publik.

8.

Terlaksanaya pertemuan Pokja Kabupaten/Kota dan Pokja Provinsi dengan sumbersumber pendanaan alternatif yang potensial di tingkat Provinsi dalam rangka
sosialisasi dan pemasaran program & kegiatan.

Tabel Acuan Pelaksanaan PPSP Di Daerah

Bulan
No

Kegiatan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Ju

Ags

Sep

Okt

Nop

Des

l
1

Penyiapan Organisasi &


Anggaran Pokja

Kick off meeting Provinsi

Penyusunan BPS

Lokalatih BPS

Penjaminan Kualitas BPS

Konsultasi Publik BPS

Penyusunan SSK

Lokalatih SSK

Penjaminan Kualitas SSK

10

Konsultasi Publik SSK

11

Penjaminan

Kualitas

MPS
12

Konsultasi Publik MPS

H.

PELAPORAN:
1.

Menyampaikan laporan persiapan/pendahuluan pelaksanaan Program PPSP di


Kabupaten / Kota

(kondisi anggaran, pokja, pelaksanaan kegiatan pendukung)

kepada Pokja Provinsi.


2.

Menyampaikan laporan bulanan progres penyusunan BPS, SSK dan MPS yang
diterima dari CF kepada Pokja Provinsi, Satker, PIU Teknis di tingkat Pusat dan pihak
lain sesuai arahan Satker Pengembangan PLP atau PIU Teknis.

3.

Menyampaikan laporan akhir yang memuat lessons learned kegiatan fasilitasi Pokja
Provinsi dan Pokja Kabupaten/Kota yang didampinginya pada akhir masa kontrak
kerja.

4.

Menyampaikan Back Up data (CD) dalam bentuk soft copy yang memuat lessons
learned

kegiatan

fasilitasi

Pokja

Provinsi

dan

Pokja

Kabupaten/Kota

yang

didampinginya pada akhir masa kontrak kerja.


I.

IMBALAN GAJI DAN FASILITAS OPERASIONAL KERJA:


1.

Fasilitator Provinsi Kelembagaan akan menerima imbalan gaji sebesar maksimal Rp.
8.000.000,- (Delapan Juta Rupiah) per bulan, yang akan dibayarkan oleh Satker
Pengembangan PLP setiap akhir bulan setelah menyerahkan laporan hasil kerja akhir
bulan sebelumnya. Imbalan ini sudah termasuk biaya hidup, peralatan kerja serta
transportasi lokal dalam melaksankan tugasnya.

2.

Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini 10 (Sepuluh) Bulan Kalender

3.

Fasilitator Provinsi Kelembagaan akan mendapatkan fasilitas biaya perjalanan dinas


sesuai kebutuhan dan akan diatur oleh Satker pengembangan PLP Propinsi.

4.

Apabila dalam pelaksanaan tugasnya, Fasilitator Provinsi Kelembagaan tidak dapat


melaksanakan tugasnya sesuai kerangka acuan yang telah disepakati, atas masukan
dari berbagai pihak terutama Pokja setempat. Maka, pihak pemberi tugas dapat
memberhentikan Fasilitator Provinsi Kelembagaan tersebut dengan pemberitahuan
terlebih dahulu kepada Fasilitator Provinsi Kelembagaan yang bersangkutan.

10

Anda mungkin juga menyukai