TUGAS
TUGAS
BAB I
PENDAHULUAN
Juni 1973 dan pada tahun 1975 mendirikan PT. District Indonesia
: 51 %
: 35,97 %
Produk
PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk Plant 10 hampir sama dengan PT.
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
perbedaan, yaitu:
Pada Plant 9 hanya membuat semen tipe PCC, sedangkan pada Plant
10 membuat semen tipe PCC dan OPC.
juga memasarkan produk semen dalam kemasan big bag yang beratnya 1,5
2 ton perkantong serta dalam bentuk semen curah.
b. Ketersediaan bahan baku
Bahan baku yang terdiri dari batu kapur, tanah liat, dan pasir silika
diperoleh dari areal pertambangan di Perbukitan Gunung Kromong yang
hanya berjarak 1,5 km dari areal pabrik. Deposit batu kapur ini
diperkirakan habis sekitar 30 tahun lagi.
c. Tenaga kerja
Dengan banyaknya tenaga kerja di daerah sekitar pabrik memudahkan
PT. Indocement Tunggal Prakarsa untuk merekrut tenaga kerja sebanyak
mungkin serta tidak menutup kemungkinan adanya tenaga kerja yang
berasal dari luar lingkungan pabrik (pencari kerja dari daerah).
d. Transportasi
Lokasi pabrik terletak dekat dengan jalan raya utama Cirebon-Bandung
dan Cirebon-Jakarta, sehingga memudahkan dalam pengangkutan hasil
produksi lewat angkutan darat. Disamping itu letak Palimanan yang hanya
berjarak 20 km dari Pelabuhan Cirebon memudahkan sarana pengangkutan
hasil produksi lewat laut.
e. Ketersediaan air dan listrik
Air digunakan untuk produksi dan air minum karyawan, diambil
dengan instalasi pemipaan dari Telaga Remis yang berjarak 15 km dari
lokasi pabrik.
f. Ketersedian Listrik
Tenaga listrik PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Cirebon diambil dari
gardu induk PLN Sunyaragi yang terletak 20 km, sehingga mengurangi
biaya transmisi tenaga listrik serta kontinuitas penyaluran tenaga listrik serta
kontinuitas penyaluran listrik cukup terjamin karena langsung mengambil
dari gardu induk.
Fase
: Padat
Warna
: Putih Kekuningan
Spesifik Gravity
: 2,67 g/cm
Bulk Density
: 1,3 ton/ m
Ukuran Material
: 0-30 mm
BM
: 100 gr/mol
Kuat tekan
: 31, 6 N / mm
Titik lebur
: 1339 C
Kadar Air
:8%
Komposisi
CaCO3
silikat
hydrate,
senyawa
itu
dibutuhkan untuk
membentuk C2S, C3S, C3A, dan C4AF pada reaksi sintering yang
terjadi di kiln. Sifat fisika tanah liat:
Fase
Warna
: Padat
: Coklat kekuningan, kadang sedikit
hitam
Kadar air
: 18-25 %
Spesifik gravity
: 2,36 g/cm
Bulk Density
: 1,45 ton/ m
Ukuran Material
: 0-30 mm
Titik lebur
: 1150 0C
Komposisi
Apabila
dipanaskan/dibakar
maka
sifat
keliatannya
Fase
: Padat
Warna
: Kuning kemerahan
Kadar Air
: 10-25 %
Spesifik gravity
: 2, 37 g/cm
Bulk Density
: 1,45 ton/ m
Ukuran Material
: 0-30 mm
Titik lebur
: 1300 0C
Komposisi
H2O Impuritas
2.0 %
0.1 %
2 CaOSiO2
3. Pasir Besi
Pasir besi merupakan sumber Fe2O3 dengan kadar besi oksida
tinggi yang berfungsi sebagai pembentuk komponen dasar semen
yaitu C4 AF pada reaksi sintering yang terjadi di kiln. Sifat fisika
pasir besi (Fe2O3) :
Fase
: Padat
Warna
Kadar air
: 6-12 %
Spesifik gravity
: 5,12 g/cm
Bulk Density
: 1,8 ton/ m
Ukuran Material
: 0-30 mm
Titik Lebur
: 1560 C
BM
: 159,70 gr / mol
Komposisi
Impuritas
1%
dengan reaksi :
4 CaO + Al2O3 + Fe2O3
4 CaO.Al2O3.Fe2O3
sebagai
retarder,
yaitu
memperlambat
waktu
: padat
Warna
: putih kotor
Ukuran
: 0-30 mm
Bentuk
Komposisi
MgO
Impuritas
65%
3%
0,6% 21% 0,1% 10%
0.3%
Sumber : Quality Control Department
2. Trass atau pozzoland
Trass yang digunakan oleh PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk. Plant 9 dibeli dari desa Brobos, Palimanan.
Penggunaan trass pada proses produksi adalah 20% dari total
klinker. Berdasarkan data dari Quality Control Department
(QCD), spesifikasi trass adalah sebagai berikut:
Wujud
: padat
Bentuk
: butiran
Kenampakan
: putih kekuningan
Komposisi
CaO
25,79%
MgO
0,8%
1.3.2 Produk
1.3.2.1 Jenis-Jenis Semen
Berdasarkan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan karena
kondisi
lokasi
atau
kondisi
tertentu
yang
diperlukan
untuk
Semen Portland
Semen
Portland
adalah
Hidraulic
binder
(material
yang
Semen Putih
Semen putih adalah semen yang dibuat dengan bahan baku batu
kapur yang mengandung oksida besi dan oksida magnesia yang sangat
rendah (kurang dari 1%). Semen putih digunakan untuk tujuan
dekoratif, bukan konstruktif, olahan traso, bangunan arsitektur dan
dekorasi. Kandungan semen putih: C3 A 11,47 %; C3S 56,41 %; dan C2S
21,88 %.
Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)
Semen sumur minyak adalah semen Portland yang dicampur
dengan gypsum sebagai bahan retarder. Fungsi retarder disini adalah
untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat
dipompakan ke dalam sumur minyak atau gas. Semen sumur minyak
digunakan antara lain untuk melindungi ruangan antara rangka sumur
minyak dengan karang atau tanah di sekelilingnya, sebagai pelindung
rangka sumur minyak dari pengaruh air yang korosif, untuk menyangga
rangka sumur minyak sehingga mengurangi tegangan dalam pipa baja,
menyumbat aliran air yang akan masuk ke dalam sumur minyak. Semen
Sumur Minyak mempunyai 48 65 % C3S ; 3 % C3A ; dan 24% C4AF
+ 2C3A.
PCC (Portland Composite Cement)
Portland Composite Cement adalah semen hasil penggilingan terak
(clinker) semen Portland dengan gypsum dan bahan pozzoland yang
3 CaO.Al2O3.3 H2O
C.
Jabatan
Tugas
memberhentikan
Mengangkat
dan
Direksi
perusahaan
Dewan Komisaris
Dipimpin oleh Komisaris Utama Mengesahkan anggaran dan belanja perusahaan
Mengawasi jalannya perusahaan
Menyusun dan melaksanakan anggaran dan belanja
Dewan Direksi
perusahaan
Dipimpin oleh Direktur Utama
Mengelola dan mengembangkan jalannya perusahaan
Mengkoordinasi operasional plant dan divisi
penunjang
Plant Coordinator
Dipimpin oleh Plant Coordinator Menyusun dan melaksanakan anggaran dan belanja
Manager
perusahaan
Advisory Office
Penasihat dari Plant Coordinator Manager
Quality System Management
Menggerakkan Quality Control secara total agar
Dipimpin oleh Quality System dapat memenuhi standart ISO
Manager
Membantu Plant Coordinator dalam menjalankan
Staff Office
tugas-tugasnya
Membantu Plant Coordinator dalam bidang
Secretary
administrasi
Plant/Division Manager
Departement Head
CIREBON PLANT
General Manager
Finance &
Acc
Department
Operation Division
Division Manager
Audit
MIS
Mining
Department
Tech.Service
Department
Delivery
Production
Department
Supply
Department
Paper Bag
Mechanical
Department
Human
Resources
Department
Bulk &
Coal
Transport
Electrical
Department
General
Affair
Department
Quality
Control
Department
kegiatan produksi mulai dari pengadaan bahan baku sampai dihasilkan produk
semen. Departement Head Production membawahi Packing House, Cement
Mill, Burning, Raw Mill.
2. Departement Head Mechanical
Departement Head Mechanical bertugas sepenuhnya dalam pengadaan
peralatan
dalam
melaksanakan
proses
produksi
pembuatan
semen.
P2K3
dan
juga
berdasarkan
keputusan
Direksi
No.
BAB II
DISKRIPSI PROSES
CaCO3(s) + xH2O(g)
Al2O3.yH2O(s)
Al2O3(s) + yH2O(g)
SiO2.zH2O(s)
SiO2(s) + zH2O(g)
Fe2O3.IH2O(s)
Fe2O3(s) + IH2O(g)
CaO(s)
+ CO2(g)
MgCO3(s)
MgO(s) + CO2(g)
c. Molekulerisasi
2 CaO(l) + SiO2(l)
2 CaO.SiO2(l)
(C2S)
3 CaO.Al2O3(l)
(C3A)
3 CaO(l) + SiO2(l)
3 CaO.SiO2(l)
(C3S)
4 CaO.Al2O3.Fe2O3(l) (C4AF)
dalam kiln untuk dibakar. Tahap pembakaran dalam rotary kiln mencakup
proses :
drying
: penguapan air
tanah liat.
kiln mencapai 1643 C dan selanjutnya didinginkan secara cepat dengan suatu
alat pendingin, dan disimpan pada storage clinker, lalu ditambah dengan
gypsum (3 - 5%) dan digiling secara kering.
Keuntungan proses basah :
drying
CaO(s) + CO2(g)
RAW MILL
PENGERINGAN DAN PENGGILINGAN
(DRYING AND GRINDING)
KILN
PEMBAKARAN DAN PENDINGINAN CLINKER
(BURNING AND COOLING)
FINISH MILL
PENGGILINGAN AKHIR
PENGANTONGAN
(PACKING)
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan semen
23 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
Setelah suhunya turun menjadi sekitar 300C maka gas panas tersebut
dapat digunakan untuk pengeringan pada rotary dryer. Adanya putaran
dan kemiringan rotary dryer menyebabkan material akan berjalan sesuai
dengan kecepatan yang telah ditentukan dan di sepanjang rotary dryer
akan terjadi proses pengeringan, suhu gas panas masuk 300C dan keluar
pada suhu 120C, sedangkan untuk materialnya masuk pada suhu 40C
dan keluar dari Rotary Dryer pada suhu 80C.
Alat penggiling yang digunakan pada PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Plant 9, Cirebon adalah Raw Mill dengan tipe Kawasaki Side
Drive Air Swept Ball Mill dengan kapasitas 265 ton/jam (produk kering).
Raw Mill ini berbentuk silinder horizontal yang di dalamnya terdapat
liner yang berfungsi untuk pelindung dinding Raw Mill dari tumbukan
bola-bola baja. Selain itu liner juga berfungsi sebagai tempat penyusun
bola-bola baja dari ukuran 80 mm, 70 mm, 60 mm, 50 mm, 40 mm, 30
mm, dan 20 mm.
Tepung baku yang masuk ke dalam raw mill akan bertumbukan
dengan bola dan silinder baja. Dengan adanya perputaran perputaran dari
rall mill, maka akan terjadi juga tumbukan antar material-material itu
sendiri. Karena adanya proses tumbukan bola-bola baja dari ukuran besar
sampai ukuran kecil di dalam raw mill tersebut, material akan hancur
hinggal menjadi halus. Akibat adanya hembusan dari gas buang SP dan
hisapan dari EP fan, menyebabkan tepung baku akan keluar melalui
lubang pengeluaran. Temperatur keluar dari rall mill dijaga agar tidak
melebihi 110C. hal ini dimaksudkan agar debu yang keluar dari
cerobong tidak terlalu besar, sehingga dalam raw mill dipasang water
spray yang bekerja secara otomatis yaitu dengan menyemprotkan air
dengan
sendirinya
jika
suhu
melebihi
120C.
Selama
proses
penggilingan, material akan dikeringkan oleh gas panas yang berasal dari
suspension preheater dengan suhu sekitar 300C, temperatur dijaga
sekitar 330C bertujuan untuk menjaga efisiensi kerja dari Electrostatic
Precipitator (EP). Gas panas pada raw Mill dialirkan secara co-current
28 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
dengan aliran materialnya. Adanya aliran gas panas dan hisapan dari EP
fan dengan kekuatan hisap -1050 mm
ke atas dan dipisahkan oleh cyclone separator yang terletak pada bagian
atas rall mill. Cyclone separator berfungsi untuk memisahkan yang
masih kasar dengan material yang halus.
Material halus yang lolos dari classifier dengan residu 12% di atas
ayakan 88 mikron dibawa oleh aliran gas menuju EP untuk dipisahkan
antara gas dan material halusnya. Sedangkan material yang kasar atau
kurang dari ayakan 88 mikron akan terjatuh dan membentur dinding
cyclone separator kemudian jatuh ke bawah dan dikeluarkan dari bagian
bawah yang disebut sebagai tailing dan dikembalikan lagi ke raw mill
untuk digiling kembali bersama material-material yang lainnya.
Prinsip kerja dari EP adalah memisahkan material dari gas panasnya
dengan menggunakan elektroda-elektroda positif. Debu yang masuk ke
EP bersifat negatif sehingga akan menempel pada elektroda-elektroda
positif yang dapat dalam EP. Karena elektroda-elektroda tersebut
mengalami pemukulan secara periodik oleh hammer maka debu yang
menempel pada elektroda akan terlepas dan jatuh. Debu yang jatuh akan
dibawa ke air sliding conveyor . Gas panas yang telah dipisahkan
dibuang melalui cerobong atau chimney dengan temperature 100C.
Debu kemudian disimpan ke homogenizing silo dengan menggunakan
air sliding conveyor dan air lift. Homogenizing silo yang terpakai ada 2
buah, dengan kapasitas masing-masing 10000 ton. Homogenizing silo
selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan juga berfungsi sebagai
penyuplai utama umpan ke dalam kiln jika suatu saat terjadi
troubleshooting pada Raw Mill.
2. Homogenisasi
Hasil penggilingan di dalam Raw Mill disimpan dalam dua buah
homogenizing silo dengan kapasitas masing-masing silo adalah 10.000
ton dengan ketinggian 44 m. Homogenizing silo pada prinsipnya
merupakan sistem aliran masuk dan aliran keluar dengan menggunakan
29 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
udara tekan yang dihasilkan oleh blower sehingga terjadi proses fluidisasi
yaitu proses pengadukan atau pencampuran material berdasarkan atas
perbedaan lapisan-lapisan pada saat material tersebut mendapatkan
tekanan yang tinggi dan pada akhirnya tepung hasil penggilingan di
dalam raw mill akan homogen.
Tepung hasil penggilingan masuk ke homogenizing silo pada suhu
850C dan keluar dari homogenizing silo pada suhu 850C juga. Pada
homogenizing silo terdapat enam buah Gate Opening Continuous
Adjustment (Flow Control Rate), tetapi gate yang dibuka hanya dua
saluran atau gate yang saling berhadapan dengan pengaturan bergantian
selama 15 menit. Setelah 15 menit control gate akan menutup dan
digantikan oleh dua control gate lain yang berlawanan arah.
Tepung hasil penggilingan masuk dari atas homogenizing silo
mengalir melalui air sliding conveyor yang saling berhadapan dan
membentuk lapisan-lapisan material kemudian dua control gate yang
berlawanan arah dibuka. Pada bagian bawah homogenizing silo terdapat
dua buah blower yang memberikan udara bertekanan 6000 mmH2O.
Adanya udara dari blower mengakibatkan terjadinya pergolakkan
material di atasnya. Tepung akan tertekan ke bawah dan mengalami
proses pengadukan dengan udara tekan, maka tepung ini akan mengalami
pencampuran sehingga material terdistribusi secara merata. Semakin
banyak lapisan maka semakin homogen materialnya. Selanjutnya tepung
yang telah homogen ditransportasikan ke kiln feed bin melalui air sliding
conveyor, bucket elevator kemudian air sliding conveyor. Tepung dari
kiln feed bin masuk ke dalam weighing feeder untuk ditimbang. Dari
weighing feeder, tepung diangkut dengan air sliding conveyor lalu ke
bucket elevator menuju Reinforced Suspension Heater (RSP).
3. Pembakaran Bahan Baku menjadi Clinker
Tahap Prekalsinasi di RSP
Proses pemanasan awal kiln feed terjadi didalam Reinforced
Suspension Preheater (RSP). RSP adalah bagian dari kiln yang
30 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
secara
co-current
dengan
arah
tangensial
sehingga
H2O(g)
Al2O3.2SiO2 + 2H2O
dan mengalami proses seperti pada stage I dengan suhu panas keluar
pada connecting duct cyclone 3 yaitu 800-9000C. SP feed akan
mengalami gaya sentrifugal kembali dan karena adanya gaya gravitasi
akan jatuh ke connecting duct antara cyclone 1 dan cyclone 2.
SP feed yang keluar dari cyclone 3 akan masuk ke dalam
precalsiner. Dalam precalsiner material dibakar dengan menggunakan
burner dengan suhu mencapai 800-9000C. Dari precalsiner SP feed
jatuh ke dalam mixing chamber, kemudian material bersama gas panas
masuk ke dalam cyclone 1. Dari cyclone 1 material masuk ke dalam
kiln inlet sebagai kiln feed. Kemudian suhu panas keluar pada
connecting duct cyclone I yaitu 894-9150C. SP feed yang keluar dari
precalsiner mengalami kalsinasi sampai 86%. Kemudian SP feed yang
keluar dari precalsiner dengan suhu 900-10000C diumpankan ke
dalam rotary kiln.
Tahap Pembakaran Tepung Baku di Rotary Kiln
Setelah mengalami proses prekalsinasi di RSP, material keluar
dari cyclone 1 dengan suhu sekitar 9000C, kemudian masuk ke dalam
rotary kiln. Rotary kiln berfungsi untuk membakar kiln feed menjadi
clinker. Rotary kiln yang digunakan panjangnya 78 meter dan
dipasang horizontal dengan kemiringan 3,5/100 dan berputar dengan
kecepatan 3 rpm. Bahan pembuatan kiln adalah dari baja yang dilapisi
dengan bata tahan api yang berfungsi untuk melindungi kiln dari
temperatur tinggi dan untuk mempertahankan temperatur proses
dengan mengurangi kehilangan panas. Bahan bakar yang digunakan
untuk pembakaran berasal dari batubara, gas alam, IDO (Industrial
Diesel Oil) dan biomassa. Udara untuk pembakaran berasal dari udara
primer dan udara hasil pendinginan clinker yang disebut udara
sekunder. Di dalam rotary kiln, kiln feed mengalami proses kalsinasi
32 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
CaCO3
CaO + CO2
MgCO3
MgO + CO2
2CaO+SiO2
2CaO.SiO2 (C2S)
CaO + 2CaO.SiO2
3CaO.SiO2 (C3S)
CaO + Al2O3
CaO. Al2O3
Reaksi
(oC)
100 110
Penguapan air
450 800
700 730
-213 kal/gr
750 900
- 275 kal/gr
800 900
Pembentukan 2CaO.SiO2
2CaO(l) + SiO2(l)
900-1200
2CaO.SiO2
Pembentukan 3CaO.Al2 O3
3CaO(l) + Al2O3(l)
1200-1300
- 420 kal/gr
3CaO.Al2O3(l)
3CaO.Al2O3 (C3A(l))
1260-1450
Pembentukan 3CaO.SiO2
3CaO(l) + SiO2(l)
3CaO.SiO2(l)
(C3S (l))
4. Pendinginan Clinker
Klinker yang keluar dari kiln dan masuk ke dalam cooler sudah
terbentuk padatan dan bersuhu kurang lebih 1000 1200C.
Klinker yang masih panas ini perlu didinginkan karena :
a. klinker yang panas sulit diangkut
34 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
antara
klinker
dengan
udara
pendingin
diafragma.
37 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
Material yang keluar dari cement mill dibawa oleh ATC (Air Truck
Conveyor) kemudian dipusingkan kedalam Air Separator. Dalam air
separator terjadi dua gaya yaitu gaya sentrifugal dan gravitasi sehingga
produk yang halus masuk ke siklon dan produk yang masih kasar masuk
kembali ke cement mill sebagai tailing.
Debu dan produk dihisap oleh separator fan, sebagian masuk ke
separator lagi dan sebagian naik masuk ke Dust Collector dan terjadi
pemisahan antara debu dan gas oleh bag filter dan EP, gas buang keluar
melalui Chimney. Debu dan produk ini jatuh ke screw conveyor menuju
TCC (Truck Chain Conveyor), kemudian bersama-sama produk dari
separator diangkuat oleh ATC dan air sliding Conveyor dengan bantuan
Air Lift menuju cement silo.
6. Pengepakan Semen
Produk
semen
yang
berasal
dari
cement
silo
kemudian
packer
yang
masing-masing
berkapasitas
2000
kantong
BAB III
SPESIFIKASI ALAT
Tipe
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
: 800 ton/jam
Ukuran umpan
: 1800 mm x 1500 mm
Motor listrik
: 300 kw
Fungsi
Cara kerja
Jaw Crusher ini terdiri dari sebuah frame baja sebagai fixed jaw dan
sebuah jaw yang dapat bergerak (movable jaw). Jaw ini terbuat dari
baja yang dilapisi dengan bahan logam yang tahan abrasi seperti baja
mangan. Material dimasukkan melalui rongga antara movable dan
fixed jaw. Dengan adanya tekanan movable jaw yang bergerak ke arah
fixed jaw maka material akan mengalami penghancuran.
Secondary Crusher
Tipe
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
: 650 ton/jam
Ukuran umpan
: 25 mm x 2600 mm
Motor listrik
: 850 kW
Fungsi
Cara kerja
Alat tersebut terdiri dari dua buah roll horizontal berukuran besar.
Masing-masing roll tersebut berputar dengan arah berlawanan dan
kecepatan putarannya pun berbeda, sehingga akan menyebabkan efek
gesekan pada material dan material akan mengalami penghancuran.
: Bridge type
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
: 280 ton/jam
Excavation height
: 11 m
Travelling :
- Panjang
: 236 m
- kecepatan
Balde width
: 1300 mm
: 30 m/mnt
Fungsi
Cara kerja
Jumlah
: 2 buah
Kapasitas
Excavation height
: 9,2 m
Travelling :
- Panjang
41 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
: 175 m
- kecepatan
Balde width
: 1000 mm
: 30 m/mnt
Fungsi
Tipe
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
Kehalusan
Ukuran umpan
Dimensi
: 8600 mm
Kecepatan
Tebal shell
: 45 mm
Motor Listrik
: 2500 kW
Fungsi
Cara kerja
Tipe
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
Dimensi
Kecepatan
: 1,8 rpm
Sumber panas
Motor Listrik
Fungsi
Cara kerja
Material masuk searah dengan aliran gas panas yang berasal dari gas
buang SP. Adanya putaran dan kemiringan rotary dryer menyebabkan
material akan berjalan sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan
dan disepanjang rotary dryer terjadi proses pengeringan.
Homogenizing Silo (HS)
Tipe
43 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
: 10.000 ton
Dimensi
- Tipe
- Kapasitas
: 320 ton/jam
Motor Listrik
Fungsi
Tipe
Model
: LM 23-20
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
Umpan
: Coarse coal
- ukuran
: maks. 50 mm
- kadar air
Produk
:
- Kehalusan
- kadar air
: 2 % (total moisture)
Grinding table
: diameter
: 2300 mm
Grinding roller
: jumlah
: 2 buah
Fungsi
Cara kerja :
Material masuk melalui cerobong feed, kemudian jatuh di tengah
grinding table dan menyebabkan material terdorong ke dinding.
Grinding roller menekan ke bawah material yang ada diantara
grinding roller dan grinding table. Di sisi lain, gas panas yang berasal
dari preheater dengan temperatur sekitar 357C, masuk ke dalam
roller mill melalui grinding table.
Kehalusan produk diatur oleh classifier dengan putaran 90 rpm.
Produk yang dihasilkan mempunyai kehalusan 90% lolos dari ayakan
90 mikron dengan kadar air < 1%. Material yang halus akan tertarik
keatas menuju cyclone separator untuk dipisahkan atara material
dengan gasnya, sedangkan untuk material yang belum halus karena
dipengaruhi gaya beratnya akan turun kembali digilas.
Reinforced Suspension Preheater (RSP)
C1
C2
C3
C4
Tipe
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
Ketinggian sistem
: sekitar 74 m
Terdiri dari
Fungsi
Cara kerja :
Material dingin (raw mix) masuk kedalam riser duct stage IV,
kemudian akan kontak dengan aliran gas yang berasal dari cyclone
stage III. Di dalam cyclone umpan dipisahkan dari gas panas yang
membawa material. Campuran umpan dari gas panas yang masuk ke
dalam cyclone dengan arah tangensial, sehingga memungkinkan
terbentuknya
pusaran
angin.
Pusaran
tersebut
mengakibatkan
dan mengalami proses kalsinasi. Dari sini material bersama dengan gas
akan menuju ke cyclone stage I dan setelah keluar dari cyclone stage I
material akan diumpankan ke kiln.
Rotary Kiln (KL)
1
3
2
6
4
5
7
Tipe
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
Dimensi alat :
-
Panjang
: 78 m
Kemiringan shell
: 3,5/100
Revolution
Motor
: 450 kW
Refractories
: 676,3 ton
Fungsi
Cara kerja :
Rotary kiln terbuat dari baja berbentuk silinder yang bagian dalamnya
dilapisi batu tahan api. Cara pemasangan batu tahan api bervariasi
tergantung dari panas yang diinginkan selama proses. Batu tahan api
berfungsi untuk melindungi shell kiln agar tidak cepat rusak dan agar
radiasi, konveksi, dan konduksi tidak banyak terbuang selama
pemanasan berlangsung. Api untuk pembakaran kiln bersumber dari
semburan udara dan batubara yang berasal dari burner (primary air).
Sistem perpindahan panas berlangsung secara counter flow dari gas
47 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
Tipe
: Grate type
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
Dimensi grate
Temperatur klinker
Jumlah chamber
: 9 buah
Jumlah kompartement
: 2 buah
Clinker beaker
- dimensi
- motor
: 130 kW
Fungsi
48 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
Cara kerja :
Cooler merupakan alat pendingin klinker secara mendadak. Alat ini
terdiri dari 9 chamber, dengan 6 buah fan. Tujuan dari proses
pendinginan mendadak adalah agar diperoleh klinker bersifat amorf
sehingga mudah untuk digiling. Dari rotary kiln, klinker akan jatuh
langsung ke cooler dan diterima oleh grate. Di bawah grate grate
tersebut tersedia fan yang berfungsi sebagai penghembus udara
pendingin. Grate grate tersebut dipasang secara selang seling. Pada
grate terdapat lubang-lubang yang berfungsi sebagai tempat lewatnya
udara pendingin dari fan. Karena terdapat lubang ini, maka material
yang halus akan lolos dan diangkut oleh drag conveyor.
Klinker dapar bergerak dari kompartemen 1 sampai outlet cooler
karena adanya gerakan yang saling menggeser. Pada outlet cooler
terdapat hammer yang berfungsi untuk menghancurkan klinker yang
masih berukuran besar. Klinker yang keluar dari cooler diterima oleh
drag conveyor dan akan diangkut ke silo klinker.
Stabilizer
Tipe
Jumlah
: 1 buah
Kapasitas
: 4600 Nm3/menit
Dimensi
Temperatur gas
masuk : 340C
keluar : 210C
Fungsi
digunakan
untuk
: konstruksi beton
Jumlah
: 2 buah
Kapasitas
: 30.000 ton
Dimensi
: diameter 30 m x tinggi 45 m
mengeringkan
Fungsi
Tipe
Jumlah
: 2 buah
Kapasitas
: 85 ton/jam
Kehalusan
: 3200 cm2
Dimensi
Kompartemen
: 2 buah
Revolution
Motor listrik
Tebal shell
: 50 mm
Fungsi
Cara kerja :
Alat tersebut berfungsi sebagai alat pengering campuran clinker
dengan gypsum untuk mendapatkan semen. Cement mill terbuat dari
plat baja berbentuk silinder horisontal. Di dalamnya dilapisi oleh liner
yang terbuat dari baja tuang yang dipasang menempel pada dinding.
Tujuan pemasangan liner tersebut adalah untuk melindungi sel dari
benturan bola penggiling.
Alat tersebut terdiri dari 2 kompartemen, dimana masing-masing
kompartemen mempunyai ukuran bola yang berbeda, yaitu:
50 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
- Kompartemen I
Sepanjang 2,5 m berisi boal-bola logam berdiameter 40-70 mm,
berfungsi sebagai penggiling material kasar menjadi setengah halus.
- Kompartemen II
Sepanjang 10,5 m berisi bola-bola logam berdiameter 20-40 mm,
berfungsi sebagai penggiling material setengah halus menjadi halus.
Material dan bola-bola baja berputar melintasi dinding mill karena
adanya putaran finish mill. Material mengalami penghancuran dan
penghalusan karena adanya tumbukan dan gesekan antara bola-bola
baja dan material. Perputaran ini akan mempertinggi efek grinding.
Di antara kompartemen I dan II dipisahkan dengan sekat tipe
diafragma double wall.
Material setelah dihancurkan pada kompartemen I, kemudian masuk
ke kompartemen II melalui celah diafragma. Karena adanya
perputaran dari mill, material akan dihaluskan oleh bola-bola baja,
namun ukurannya lebih kecil dibanding pada kompartemen I.
Material keluar melalui discharge end karena putaran mill dan
dorongan fresh mill. Produk tersebut kemudian dibawa ke air
separator dengan bantuan bucket elevator.
Cyclone Separator (TS)
Diameter
:6m
Daya motor
: 360 kW
Kecepatan motor
: 400-1500 rpm
Fungsi
Cara kerja :
Material masuk melalui separator di bagian atas, kemudian
didistribusikan secara merata didalam ruangan yang terpisah
(separating chamber) dengan menggunakan distribution plate.
External blower menghasilkan aliran udara yang melewati material di
dalam separating zone dan kemudian memisahkan material yang kasar
dengan yang halus berdasarkan efek gravitasi. Partikel halus akan
terbawa aliran udara dan kemudian dipisahkan di cyclone.
Cement Silo (CS)
Tipe
Jumlah
: 2 buah
Kapasitas
: 23.000 ton
Dimensi
Fungsi
Tipe
Jumlah
: 2 buah
Kapasitas
: 500 ton/jam
Dimensi
Bukaan screen
: 5 mm mesh
Motor listrik
: 11 kW
Fungsi
Jumlah
: 14 buah
Kapasitas
: 2000 kantong/jam
Motor listrik
: 8 set-5,5 kW
1 set-0,75 kW
Cara kerja
Tipe
: - Trough type
- Flat type
Fungsi
berbentuk serbuk,
Belt conveyor merupakan sabuk tak berujung yang dipasang pada roda
baja (bare steel pulleys) yang salah satunya dihubungkan dengan
motor penggerak. Dengan adanya gerakan roda baja maka belt
conveyor akan berjalan. Sabuk yang digunakan biasanya terbuat dari
sejenis karet sehingga tidak dapat digunakan untuk mengangkat
material panas.
Screw Conveyor
Tipe
Fungsi
Cara kerja
Alat ini terdiri dari suatu alur baja dengan dasar setengah lingkaran,
sehingga mempunyai penampang berbentuk U. Di dalam alur tersebut
terdapat poros baja yang mempunyai sirip spiral menyerupai ulir yang
besar dan dalam, dan berputar sedemikian rupa sehingga sirip tersebut
hampir rapat dengan lengan dindingnya. Apabila poros tersebut
berputar maka rongga di antara dua jarak (pinch) yang berisi material
akan terdorong dan bergerak.
Tipe
Fungsi
Cara kerja
Tipe
Fungsi
Cara kerja
Air sliding conveyor dipakai untuk mengangkat raw meal dan semen
terdiri dari duct dan tube, yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian
atas dan bawah. Bagian atas, biasanya 2/3 bagian dari duct atau tube,
55 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
: Vertical Transport
Kapasitas
: 320 ton/jam
Lift
: 50-70 m
Fungsi
Cara kerja
Air lift conveyor digunakan untuk membawa raw meal ke bagian atas
RSP. Udara dihembuskan dengan blower ke dalam air lift dimana
material berada, sehingga terangkat dan terbawa udara sampai
ketinggian tertentu.
Tipe
Fungsi
Tipe
Volume gas :
-
: 95 g/Nm3
Tipe
Kapasitas
: 1,5 kW
Cara kerja
BAB IV
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
4.1 Utilitas
Utilitas di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. terdiri dari beberapa unit
yang mempunyai tugas menyuplai barang-barang yang dibutuhkan dalam suatu
produksi sehingga dapat mendukung kelancaran produksi tersebut.
4.1.1 Unit Penyediaan dan Pengolahan Air
Untuk memenuhi kebutuhan akan air, PT. ITP P-9 menyediakan suatu
unit pengolahan dalam pabrik, yaitu Water Treatment Supply yang berada di
bawah Production Departement. Air yang diolah bersumber dari Telaga
Remis yang jaraknya kurang lebih 15 km dari lokasi pabrik. Air dari Telaga
Remis disalurkan dengan menggunakan pipa-pipa dan ditampung didalam
Bak Penurun Tekanan (BPT) kemudian disaring kotorannya. Setelah itu, air
dialirkan ke pabrik dan ditampung didalam raw water pond yang selanjutnya
didistribusikan ke unit-unit pengolahan air untuk memenuhi kebutuhan pabrik
sehari-hari. Kebutuhan air didalam pabrik dibagi menjadi dua, yaitu air untuk
keperluan industri dan air domestik (untuk minum, perkantoran, housing dan
laboratorium).
Pengolahan Air Industri
Air yang berasal dari raw water pond yang berkapasitas 300 m3, air
sebanyak 1800 m3/hari dipompa ke dalam dua buah tangki pengendap atau
precipitator tank. Di dalam tangki pengendap, air diberi PAC (Poly
Aluminium Chloride) sebanyak 120-150 cc/m3 untuk membentuk flokflok sehingga mudah untuk diendapkan. PAC sebelum digunakan
dilarutkan terlebih dahulu kedalam air, dengan perbandingan 10 kg PAC
dengan 1000L air. Dengan reaksi sebagai berikut:
Al(SO4)3.18H2O + Ca(HCO3)2
CaOCl2 + H20
Ca(OH)2 + Cl2
dipompa dan ditampung dalam dua buah industrial water pond yang
nantinya akan didistribusikan ke pabrik.
Air industri yang telah digunakan dialirkan kembali ke industrial
water pond. Air ini biasanya masih bersuhu tinggi. Oleh karena itu,
sebelum digunakan kembali ke proses, air ini diturunkan dulu suhunya di
dalam cooling water. Air yang sudah diturunkan suhunya masuk kembali
ke industrial water pond kemudian didistribusikan kembali ke pabrik.
Pengolahan Air Domestik
Air yang berasal dari raw water pond yang berkapasitas 300 m3, air
sebanyak 390 m3/hari dipompa ke dalam dua buah tangki pengendap atau
precipitator tank. Di dalam tangki pengendap, air diberi PAC (Poly
Aluminium Chloride) sebanyak 120-150 cc/m3 untuk membentuk flokflok sehingga mudah untuk diendapkan. PAC sebelum digunakan
dilarutkan terlebih dahulu kedalam air, dengan perbandingan 10 kg PAC
dengan 1000L air. Dengan reaksi sebagai berikut:
Al(SO4)3.18H2O + Ca(HCO3)2
Ca(OH)2 + Cl2
Ca(OH)2
Selanjutnya Raw Water dan ketiga bahan kimia yang masuk ke masuk
ke dalam tanki pengendapan . penambahan lime dilakukan agar lebih
60 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
banyak kotoran yang terikat. Dari tanki pengendap air dipompa kedalam 2
buah tanki filtrasi yang menggunakan medium penyaring pasir kuarsa dan
karbon aktif.
Arjawinangun.
Dari
gardu
induk
tersebut
melalui
sistem
SSE 7 : utilitas
P-9 : 700 V
P-10 : 1200 V
Hal ini penting dilakukan karena proses pabrik harus berjalan secara
kontinyu. Karena kapasitas daya dari generator terbatas, maka generator
difungsikan pada keadaan yang sangat penting saja, yaitu : pengoperasian
kiln, pompa-pompa lubrikasi, motor raw mill, kiln, RSP, cement mill, sistem
computer, dan lain-lain.
Compressor
100 psig menuju ke filter udara dan dilanjutkan ke pengering udara untuk
mengubah udara basah yang bertekanan 1 atm menjadi udara kering
bertekanan 4 atm. Selanjutnya udara dipompakan menuju ke semua peralatan
yang membutuhkan udara tekan.
PT. ITP Tbk. Cirebon menggunakan udara bebas untuk memenuhi
kebutuhan udara pembakaran, pendinginan clinker dalam Grate Cooler dan
pendinginan peralatan. Kebutuhan udara bebas ini dipenuhi dengan
menggunakan fan. Udara pembakaran dalam memproduksi semen terdapat
tiga macam, yaitu :
1. Udara Primer
Udara primer adalah semua udara yang masuk Rotary Kiln melalui Burner
yang berasal dari Primery Air Fan dan transportasi Blower batu bara.
Udara primer ini digunakan untuk pembakaran di Rotary Kiln.
2. Udara Sekunder
Udara sekunder adalah udara yang ditarik ke dalam Rotary Kiln dari
Cooler. Udara tersebut merupakan udara yang digunakan untuk
pembakaran di Rotary Kiln.
3. Udara Tersier
Udara tersier adalah udara yang ditarik ke dalam Suspension Preheater
dari Cooler, dimana udara tersebut digunakan untuk membantu pemanasan
di Suspension Preheater.
Sebelum
digiling,
batubara
akan
dipisahkan
dengan
mining dan untuk memasukkan bahan aditif berupa trass (limestone) dan
gypsum kedalam feed bin. Solar ini dibeli dari Pertamina Balongan.
Kertas
Jenis kertas yang digunakan untuk pembuatan semen adalah jenis kertas
kraft khusus yang didatangkan dari Swedia yaitu kertas Mondi yang
merupakan kertas kualitas high porous.
Lem
Digunakan sebagai perekat kertas yaitu solfikol dengan bahan baku dari
kentang dengan komposisi lem 50% emcol dan 50% solfikol
Tinta
Tinta warna digunakan untuk membuat tulisan dan merk dagang pada
kantong semen. Tinta ini didatang dari PT Caotes Indonesia Jakarta.
Rope
Rope digunakan untuk menutup lubang-lubang jahitan agar lebih kuat.
Rope yang digunakan adalah jenis polimer rope.
Paraffin
Paraffin atau lilin digunakan sebagai pelican jahitan.
Plain tape
Plain tape merupakan pita yang dibuat disitling mesin.
contoh limbah debu tersebut berasal dari raw material (lime stone, sand dan
clay), raw meal, klinker, semen serta batubara.
Penambahan alat penangkap debu dalam industri semen sangat
diperlukan, jika alat ini bekerja dengan baik maka debu yang keluar hanya
mengandung debu yang sangat halus. Emisi debu ini dapat ditekan sampai 80
mg/m3, pabrik-pabrik baru telah direncanakan dibangun untuk tingkat emisi
tersebut. Selain penekanan emisi debu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
juga melakukan penanaman pohon mulai tahun 1983 pada bekas areal
tambang dengan menggunakan tanaman tropis.
Pabrik semen merupakan pabrik yang unik dalam hal penanganan debu,
baik dari sisi dalam pabrik maupun sisi luar pabrik, semua menghendaki
emisi debu seminimal mungkin. Dari pihak pabrik debu identik dengan uang,
sehingga makin banyak debu yang keluar makin besar pula uang yang hilang,
sehingga dust emission treatment operasi yang menghasilkan keuntungan.
Setiap alat yang digunakan untuk memisahkan udara dari debu selalu
menimbulkan pressure drop, penurunan tekanan yang berhubungan dengan
deduster yang tidak banyak menimbulkan pressure drop merupakan peralatan
yang sangat cocok dalam industri semen. Untuk menghilangkan material
dalam udara, pembersihan udara dan pengumpulan debu dilakukan dengan
berbagai macam peralatan deduster. Cara kerja deduster diukur berdasarkan
efisiensi dan pressure dropnya, efisiensi presipitasi yaitu perbandingan debu
yang berhasil dikumpulkan dibandingkan dengan dust total yang masuk
kedalam peralatan. Pressure drop adalah selisih antara tekanan statis pada
inlet dan outlet peralatan dedusting. Pressure drop ini berhubungan dengan
kapasitas fan dan power yang diserap. Dari keempat peralatan dedusting
tersebut, jika dievaluasi berdasarkan pada efisiensi sehubungan dengan emisi
debu standar hanya precipitator dan filter deduster yang baik digunakan.
4.2.2 Limbah Cair
Limbah cair di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dihasilkan dari
pencucian mesin-mesin atau peralatan dan limbah minyak IDO yang terjadi
karena kebocoran pada pipa-pipa.
66 Jurusan Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
BAB V
LABORATORIUM
Untuk menjaga agar produk semen yang dihasilkan memiliki mutu yang baik,
maka pengawasan dan pengendalian mutu perlu dilaksanakan. PT. ITP Plant 9
melakukan pengawasan terhadap proses produksi mulai dari bahan baku hingga
menjadi produk. Tujuan dari pengawasan ini yaitu agar semen yang dihasilkan
memiliki kualitas yang baik dan memenuhi standart.
Pengendalian mutu ini dilakukan oleh Quality Control Departement (QCD).
QCD melaksanakan penganalisaan terhadap bahan baku, klinker, semen dan
batubara. Departmen ini dibagi dua seksi, yaitu :
Pengendalian Proses (Process Control)
Laboratorium : fisika, kimia dan batubara
a. Laboratorium Kimia
Laboratorium kimia bertugas untuk menguji bahan mentah, dan semen
dengan analisa kimia. Parameter yang diuji meliputi kandungan SiO 2, R2O3,
(Fe2O3 + Al2O3), CaO, MgO hilang pijar (loss on ignition = LOI). Selain itu
untuk semen harus dilakukan uji kandungan SO3.
Kualitas semen diuji tiap 1 jam (kering), sedangkan proses samplingnya
dilakukan secara otomatis. Disamping itu, semen juga diuji satu hari sekali
dengan mengambil contoh komposit di silo setiap hari. Untuk sampel semen
yang dikirim ke penelitian bahan di Bandung diambil sebanyak tiga kali
dalam satu bulan.
b. Laboratorium Fisika
Laboratorium ini bertugas menguji sifat-sifat fisika semen yang meliputi
normal consistency, kecepatan pengerasan (setting time), pemuaian, kekuatan
tekan semen (compressive strength), pengerasan semu semen (false set) dan
kehalusan semen (blaine).
c. Laboratorium Batubara
Laboratorium ini bertugas untuk menganalisa sifat-sifat pokok batubara
sebagai bahan bakar. Sampel batubara diambil setiap ada penerimaan. Analisa
dilakukan mulai dari saat batubara (raw coal) baru diterima dari supplier, saat
penyimpanan di storage, sampai batubara yang telah dihaluskan siap dipakai
(fine coal). Sifat batubara yang diuji meliputi : nilai panas, volatility matter,
abu, indeks giling hardgrove (HGI) dan kehalusan batubara.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
6.2 Saran
Lebih diperketat lagi mengenai kontrol akan emisi debu yang dihasilkan agar
memenuhi standar yang ada dan tidak mengganggu kesehatan pekerja maupun
masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia. Edisi 5. Jakarta : Erlangga
Duda, W.H. 1985. Cement Data Book, International Process Engineering In
Cement Industry 3rd Edition vol. 1&2. Weis Baden and Berlin.
Bauverlag GM B.H.
Labahn,Otto. 1983. Cement Engineers Handbook. 4th Eng edition by
B.Kohlhaas. Wiebaden Berlin Bauverlag
Peray, K.E. 1979. "Cement Manufacture's Hand Book".Chemical Publishing
Co. Inc. New York.
Perry, R.H. 1997. "Perrys Chemical Engineers Handbook", 7th edition, Mc.
Graw Hill Book Company, United States of America.