PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO mendefinisikan kesehatan adalah kondisi fisik, mental dan sosial
yang sempurna, bukan hanya ketidakhadiran penyakit belaka. Jika definisi ini
dikaji lebih jauh, tidak banyak manusia yang benar-benar sakit. Tetapi hal ini
bukan berarti bahwa semua manusia selalu mempunyai penyakit. (Soekidjo
Natoatmodjo. 2007)
Sedangkan penyakit menurut Cunningham dan Saigo (2001), Penyakit
merupakan perubahan yang mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari
faktor lingkungan yang mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi.
Dalam hal ini lingkungan paling berpengaruh pada terjadinya penyakit.
H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor
determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari
faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi,
politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya)
dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi
yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit yang terkait dengan faktor determinan di atas
adalah TB (Tuberkulosis) yang merupakan suatu penyakit yang di dapat dari
fenomena alam dan lingkungan yang menyerang organ paru-paru, dan di
sebabkan oleh bakteri.
Penyakit Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah
satu penyakit infeksi kronis menular yang menjadi masalah kesehatan.
Penyakit yang sudah cukup lama ada ini merupakan masalah global di dunia
dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh bakteri ini.
Hal-hal yang menjadi penyebab semakin meningkatnya penyakit TBC di
dunia antara lain karena kemiskinan, meningkatnya penduduk dunia dan
perubahan struktur usia manusia yang hidup, perlindungan kesehatan yang
1
dalam
upaya
pencegahannya
dalam
tahun
1999-2020.
WHO
memperkirakan dalam dua dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan
terinfeksi per 200 orang berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang
akan mati akibat penyakit ini. Penyebab kematian wanita akibat TBC lebih
banyak daripada akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien
TBC adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50
tahun). Diperkirakan seorang pasien TBC dewasa, akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20 - 30 %. Jika meninggal
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan surveilans
penyakit TBC di puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo pada tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pelaksanaan
surveilans
yang
menyangkut
tersebut
adalah
Mycobacterium
tuberculosis,
Mycobacterium
Actinomycetales.
Mycobacterium
tuberculosis
menyebabkan
sejumlah
penyakit berat pada manusia dan juga penyebab terjadinya infeksi tersering.
Basil-basil tuberkel di dalam jaringan tampak sebagai mikroorganisme
berbentuk batang, dengan panjang bervariasi antara 1-4 mikron dan diameter
0,3-0,6 mikron. Bentuknya sering agak melengkung dan kelihatan seperti
manik-manik atau bersegmen. Basil tuberculosis dapat bertahan hidup selama
beberapa minggu dalam sputum kering, ekskreta lain dan mempunyai
resistensi tinggi terhadap antiseptik, tetapi dengan cepat menjadi inaktif oleh
cahaya matahari, sinar ultraviolet atau suhu lebih tinggi dari 600C.
Mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui
saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, terjadilah infeksi primer.
Selanjutnya menyebar ke getah bening setempat dan terbentuklah primer
kompleks. Infeksi primer dan primer kompleks dinamakan TB primer, yang
dalam perjalanan lebih lanjut sebagian besar akan mengalami penyembuhan.
1. Proses Kejadian Penyakit
a.
Periode Pre-Patogenesis
1) Faktor Penyebab Penyakit (Agent)
Agent yang mempengaruhi penyakit tuberkulosis adalah
kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi.
Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk
menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas kuman tuberkulosis
paru termasuk pada tingkat rendah.
Infektifitas adalah kemampuan mikroba untuk masuk ke
dalam tubuh host dan berkembangbiak di dalamnya. Infektifitas
kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah.
Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host.
Virulensi kuman tuberkulosis paru termasuk tinkat tinggi.
2) Faktor Pejamu (Host)
Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit
tuberkulosis paru adalah:
a) Jenis Kelamin
Tuberkulosis
paru
lebih
banyak
terjadi
pada
laki-laki
kebiasaan
TBC
merokok
paru
sehingga
dimana
memudahkan
Kebiasaan
merokok
d) Kekebalan
Kekebalan dibagi menjadi dua macam, yaitu kekebalan alamiah
dan kekebalan buatan. Kekebalan alamiah didapatkan apabila
seseorang pernah menderita tuberkulosis paru dan secara alamiah
tubuh
membentuk
antibodi,
sedangkan
kekebalan
buatan
Guerin).
Sistem
kekebalan
tubuh
yang
lemah
karena
kelembaban
dalam
rumah
akan
mempermudah
ventilasi
yang
tidak
memenuhi
syarat
kesehatan
10
11
Gejala penyakit tuberculosis paru ada dua yaitu gejala utama dan
sistemik:
a. Gejala Utama
1) Batuk produktif lebih dari 3 minggu dengan atau tanpa dahak
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk
produktif (menghasilkan sputum).
2) Batuk darah
Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding
bronkus.
3) Malaise (perasaan tidak enak)
4) Gejala flu
5) Demam derajat rendah
6) Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis).
b. Gejala Sistemik
1) Demam
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari
2) Menggigil
3) Keringat malam
4) Lemah
5) Hilangnya nafsu makan
6) Penurunan berat badan
3. Proses Penularan
a. Sumber Penularan:
Penderita TBC menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk
atau bersin dalam bentuk droplet
12
b. Cara Penularan:
1) Melalui Udara
Inhalasi masuknya kuman penyebab TBC ke dalam saluran
pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup
2) Kontak Langsung
Melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita pada saat
batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita
c. Keadaan Pejamu:
1) Kekebalan Tubuh yang lemah
2)Status Gizi buruk yang akan mengurangi daya tahan tubuh
3)Penyakit Infeksi HIV yang mengakibatkan kerusakan luas sistem daya
tahan tubuh seluler
Individu yang beresiko tinggi untuk tertular TBC:
a) Mereka yang kontak dengan seseorang yang mempunyai TB aktif
b) Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker,
mereka yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang
terinfeksi HIV).
c) Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
d) Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat
(tunawisma; etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah
usia 15 tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44
tahun)
e) Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada
sebelumnya (misalnya: diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis,
penyimpangan gizi, bypass gastrektomi atau jejunoileal)
f)Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara,
Afrika, Amerika Latin, Karibia)
g) Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya: fasilitas
perawatan jangka panjang, institusi psikistarik, penjara)
h) Individu yang tinggal di daerah perumahan substandar kumuh
i) Petugas kesehatan
j) Orang dengan HIV/AIDS
13
4. Cara Pencegahan
Cara pencegahan penyakit TBC dibagi dalam 3 (tiga) metode
pencegahan, yaitu:
1. Pencegahan Primer atau pencegahan tingkat pertama yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditujukan pada
host, agent dan lingkungan. Antara lain:
Meningkatkan
pengetahuan
individu
pejamu
(host)
tentang
paru
seperti
imunisasi
BCG,
dan
pengobatan
tuberkulosis paru.
2. Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi
diagnosa dini dan pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya
penyakit, untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah
terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ini ditujukan pada mereka
yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang terancam
akan menderita tuberkulosa (masa tunas). Antara lain:
pola hidup sehat dan menjaga lingkungan yang sehat merupakan kunci
agar kita terhindar dari penyakit TBC seperti pengaturan syarat-syarat
rumah yang sehat di antaranya luas bangunan rumah, ventilasi,
pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga, kebersihan lingkungan
tempat tinggal. Serta melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota
rumah yang lain dapat turut serta dan berperan dalam melakukan
pengawasan terhadap si penderita dalam minum obat.
Langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir penyebaran
penyakit TBC adalah sebagai berikut :
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan yang berkaitan
dengan kesehatan masyarakat berdasarkan hasil pengamatan yang nyata di
lapangan.
B. Waktu dan Tempat Pengambilan Data
Pengambilan data ini dilaksanakan pada tanggal 21 November 2014 di
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
C. Populasi dan Sampel
16
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh puskesmas yang ada di wilayah
kerja Dinas Kesehatan kabupaten Gorontalo (21 Puskesmas) yang terdapat
penyakit TBC.
2. Sampel
Penderita penyakit TBC yang berobat di 21 Puskesmas wilayah kerja
Dinas Kesehatan kabupaten Gorontalo pada tahun 2013.
3. Sumber Data
Sumber data berasal dari data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan
cara menelaah dokumen seperti buku profil kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo pada tahun 2013, dimana data sekunder ini dapat
mendukung data primer.
4. Pengolahan dan Penyajian data
Proses pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi
dengan program Microsoft Excel. Data yang telah diolah dianalisis secara
Deskriptif yaitu penyajian data dalam bentuk tabel dan grafik.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pelaksanaan Surveilans
Surveilans di Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo berjalan
dengan baik selama tahun 2013. Kegiatan surveilans pertama dilakukan
dengan cara mengumpulkan data, pengamatan secara terus-menerus,
analisis/interpretasi data, penanggulangan dalam proses menjelaskan/
menyebarkan, serta memantau peristiwa kejadian penyakit khususnya
penyakit TBC yang ada di 21 Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Gorontalo.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu dengan menggunakan buku register (buku
catatan yang telah tercatat) sebagai penderita penyakit TBC di puskesmas
17
PUSKESMAS
Limboto
Limboto Barat
Tuladenggi
Mongolato
Tilote
Batudaa Pantai
JLH KASUS
n
43
41
6
30
7
0
%
6,06
5,77
0,84
4,23
0,98
0
18
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Batudaa
Bongomeme
Tibawa
Buhu
Pongongaila
Sidomulyo
Sukamakmur
Mootilango
Bilato
Bululi
Talaga Jaya
Molopatodu
Tabongo
Biluhu
Pilohayanga
J U M LAH
28
7
74
3
101
137
150
8
21
45
1
0
8
0
0
710
3,94
0,99
10,42
0,42
14,23
19,29
21,13
1,13
2,96
6,34
0,14
0
1,13
0
0
100
19
160
150
137
140
120
101
100
74
80
60
40
20
0
JLH KASUS
45
43 41
30
6
28
7
21
7
0 0
UMUR
0 7 Hari
8 28 Hari
< 1 Tahun
1 4 Tahun
5 9 Tahun
10 14 Tahun
JLH KASUS
n
0
0
1
0
3
21
%
0
0
0,14
0
0,42
2,96
20
7
8
9
10
11
12
15 19 Tahun
20 44 Tahun
45 54 Tahun
55 59 Tahun
60 69 Tahun
>70 Tahun
J U M LAH
53
312
157
58
79
26
710
7,47
43,94
22,11
8,17
11,13
3,66
100
21
350
312
300
250
200
157
150
JLH KASUS
100
79
53
50
0
1
0
21
58
26
JENIS KELAMIN
Laki laki
Perempuan
J U M LAH
JLH KASUS
n
%
375
52,82
335
47,18
710
100
22
375
370
360
350
JLH KASUS
340
335
330
320
310
Laki-laki
Perempuan
NO
1
BULAN
Januari
JLH KASUS
n
85
%
11,97
23
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
J U M LAH
130
59
75
101
17
35
82
60
37
6
23
710
18,31
8,31
10,56
14,23
2,39
4,93
11,55
8,45
5,21
0,85
3,24
100
24
140
130
120
101
100
85
82
75
80
60
60
59
JLH KASUS
35
40
20
37
23
17
6
C. Pembahasan
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara periodik dengan menggunakan
buku register atau buku profil kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Gorontalo yang telah menderita Penyakit TBC di puskesmas wilayah kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
2. Pengolahan Data
Hasil pengolahan data dikeluarkan dalam bentuk laporan tahunan
kemudian hasil pengolahan data kasus penyakit disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik dengan menggunakan aplikasi program komputer
Microsoft Excel 2007, dan Microsoft Power Point 2007.
3. Analisis Data
Analisis data penyakit TBC di puskesmas wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Gorontalo yaitu bedasarkan tempat, umur, jenis
kelamin dan waktu kejadian pada laporan tahunan. Analisis dilakukan
dengan melihat jumlah kasus berdasarkan tempat (puskesmas), jumlah
25
kasus menurut umur, jumlah kasus menurut jenis kelamin dan jumlah
kasus menurut waktu kejadian (bulanan).
4. Distribusi Penyakit TBC
a) Distribusi kasus TBC menurut tempat (puskesmas) di Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Kasus penyakit TBC banyak ditemukan di Puskesmas Sukamakmur
yang berjumlah 150 orang/kasus (21,13 %). Hal ini disebabkan karena
pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang tinggi akan penyakit TBC
sehingga mereka mau memeriksakan diri dan setelah diperiksa mereka
mengidap penyakit ini.
b) Distribusi kasus TBC menurut Umur di Puskesmas Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Distribusi kasus TBC menurut Umur di Puskesmas Wilayah Kerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, kebanyakan yang menderita
penyakit TBC yaitu mereka yang berumur 20 44 tahun yang
berjumlah 312 orang/kasus (43,94 %). Hal ini disebabkan karena pada
usia ini merupakan kelompok usia produktif dan berpengaruh terhadap
beberapa hal yang dapat meningkatkan jumlah penderita pada
kelompok ini antara lain karena kebiasaan merokok, pekerjaan, tingkat
pendidikan, status gizi, keadaan sosial ekonomi dan perilaku.
c) Distribusi kasus TBC menurut jenis kelamin di Puskesmas Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Distribusi kasus TBC menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, kebanyakan yang
menderita penyakit TBC yaitu mereka yang berjenis kelamin Laki-laki
berjumlah 375 orang/kasus (52,82 %). Hal ini diduga disebabkan
mobilitas dan aktivitas laki-laki lebih tinggi daripada perempuan
sehingga dengan faktor tersebut laki-laki diyakini lebih mudah terpapar
bakteri penyebab penyakit TBC dan laki-laki sebagian besar
mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya
TBC paru dimana kebiasaan merokok meningkatkan risiko untuk
terkena TBC paru sebanyak 2,2 kali.
d) Distribusi kasus TBC menurut Waktu (perbulan) di Puskesmas Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
26
Kasus penyakit TBC dari bulan januari hingga bulan desember sangat
bervariasi. Peningkatan yang sangat jelas kelihatan yaitu pada bulan
Februari yang berjumlah 130 orang/kasus (18,31 %). Hal ini karena
upaya-upaya yang dilakukan pihak puskesmas di wilayah kerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Gorontalo mengalami keberhasilan. Adapun
upaya-upaya yang dilakukan adalah preventif dan promotif melalui
penyuluhan dan kuratif melalui pemeriksaan dahak. Dengan upayaupaya yang dilakukan oleh pihak puskesmas maka pengetahuan
masyarakat akan meningkat sehingga apabila ditemukan gejala-gejala
TBC, mereka langsung memeriksakan diri ke puskesmas sehingga
terjadi peningkatan terutama pada bulan februari tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember tahun 2013 yang menunjukkan angka
kasus penyakit TBC yang tertinggi diantaranya adalah :
a) Puskesmas Sukamakmur
Dari jumlah dua belas bulan, jumlah kasus untuk penyakit TBC pada
puskesmas Sukamakmur yaitu tertinggi pada bulan April berjumlah 38
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali R. 2014. Bahan Ajar Mata Kuliah Praktek Surveilans Evaluasi Sistem
Surveilans. Universitas Gorontalo.
2. Binongko, Adhien. 2012. Laporan Surveilans Epidemiologi Penyakit
Tuberkulosis di Puskesmas Wajo Kota BauBau Tahun 2006-2010.
Unidayan BauBau Sulawesi Tenggara.
3. FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid I. Editor Mansjoer
Arif (et al.). Penerbit Media Aesculapius Jakarta.
4. Mokhtar KS, Rahman NHA, Shariff NM & Nor WAWM. 2012. Tuberculosis
in Malaysia: A Study on the Level of Societal Awareness and Stigma. IOSR
Journal of Humanities and Social Science. 1(4): 59-64.
5. Price, Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Volume 2. Edisi 6. Editor Huriawati Hartanto(et al.). Penerbit Buku
Kedokteran EGC Jakarta.
29
KATA PENGANTAR
30
Gorontalo,
November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
A.
Latar
Belakang ..
B.
1
Tujuan
...
C.
4
Manfaat
. ...
5
6
17
17
17
17
31
18
18
19
25
28
A. Kesimpulan ..
B. Saran ..
DAFTAR PUSTAKA ....
28
29
30
32