Jurusan
Teknik Kimia
PENDAHULUAN
Mahasiswa
mampu
membuat
ringkasan
kronologis
sejarah
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
kembali
sejarah
perminyakan
KEGIATAN BELAJAR I
Jurusan
Teknik Kimia
Sejarah Pengilangan
Proses pengilangan minyak bumi telah dimulai secara sederhana
pada tahun 1890 dalam suatu alat yang disebut batch still oleh Williams
Barnsdall dan William E.Abbott di Tutisville Pennsylvania. Walaupun
demikian baru diketahui kemudian bahwa proses distilasi minyak bumi
telah dilakukan jauh sebelumnya di Rusia yaitu pada tahun 1735.
Perkembangan kilang minyak berlangsung terus-menerus dengan
diikuti oleh penemuan beberapa proses baru. Demikian juga dengan
adanya penemuan produk-produk baru yang lebih berharga, sampai
terbentuknya suatu kilang minyak modern yang terintegrasi penuh
seperti sekarang ini.
Penemuan beberapa proses pengolahan dalam kilang minyak dapat
dilihat pada Tabel 1.1.
1.2
Perminyakan Nasional
Minyak dan
gas bumi
sebagai
kekayaan
alam Indonesia
oleh
negara
dan
dipergunakan
sebesar-besarnya
bagi
A.J.
menemukan
Zijlker
seorang
tanda-tanda
administrator
adanya
perkebunan
minyak
di
tembakau
sekitar
Telaga
meningkatkan
lengkap
perminyakan
di
Indonesia
sampai
dengan
awal
Proses
Batch Still
Continuous Still
Selective Condensation
Continuous Pipe Still
Pressure Cracking Still
Continuous Thermal Cracking
Delayed Coking
Catalytic Polimerization
Catalytic Cracking
(continuous fixed bed)
Alkylation (H2SO4)
1939
1940
1940
1941
Hydrogen Reforming
Butane Isomerization
Continuous
Catalytic
Cracking:
Moving bed & FCCU
Alkylation (HF)
Catalytic reforming, Pt
Fluid Coking
1942
1949
1954
Penemu
Barnsdall & Abbout
Samuel Van Syckle
Van Dyke & Irish
Trumble
Burton,cs
Dubs, Cross & Cross,
Holmes-Manley
Standard Oil Company
Universal Oil Product
Houdry
Anglo-Iranian/Humble/
Shell/standard Oil/Texas
Shell/Standard Oil
Shell/UOP/Phlips
Houdry Process Corp
Standard Oil Dev
UOP/Philips
Universal Oil Product
ESSO
Tahun
o
1
1871
1883
-1885
3
1889
4
Peristiwa/Kegiatan
Pencarian minyak/pengeboran di Majalengka Jawa
Barat oleh Jan Reerink dan Van Hoevel.
Eksplorasi dan penemuan minyak yang pertama kali
di Telaga tunggal/Telaga Said (Sumut) oleh A.J.
Zijlker.
1.Penemuan minyak di daerah Jawa Timur
2.Pembangunan kilang Wonokkromo oleh De
Dordtsche Petroleum Maatschappij
1890
5
6
1891
1894
7
1897
8
1889
9
1901
10
1904
11
1907
12
1911
13
1912
14
1921
15
16
1922
1923
17
1925
18
1926
19
1930
20
1933
21
1935
22
1936
23
1939
24
1940
25
1941
26
1944
27
1945
28
1948
29
30
31
32
33
1957
1959
1961
1964
1965
34
1968
35
1969
36
1970
37
1971
Era
CALTEX
2. Lapangan minyak Wasian (Irja) ditemukan oleh
NNGPM.
3. Shell dan CALTEX menggunakan proses Alkilasi
H2SO4
1. Lapangan Sago dan Ukui ditemukan oleh
STANVAC.
2. Shell mengembangkan proses Isomerisasi Butan
1.
Lapangan Andan Sungai Pulai dan Sungai
Keruh ditemukan oleh STANVAC
2.
Lapangan minyak Duri ditemukan oleh
CALTEX.
Jepang
melakukan
eksplorasi
menggunakan
peralatan eks CALTEX.
1. Didirikan PTMNRE-SU di Sumatera Utara.
2.
Didirikan
PERMIRI
oleh
para
pejuang
kemerdekaan.
1. Karyawan minyak Cepu mendirikan PTMN,
kemudian diubah menjadi PTMRI-Cepu.
2. PERMIRI membubarkan diri karena wilayahnya
diduduki oleh Belanda.
Pembentukan PT.PERMINA
NV.NIAM berubah nama menjadi PT. PERMINDO
1. PT. PERMINA berubah menjadi PN. PERMINA
dengan tugas utama bidang produksi.
2. Didirikan PT.PERTAMIN dengan tugas utama
bidang distribusi dan pemasaran.
3. Berdirinya PN. PERMIGAN.
PN.PERMINA membeli saham NNGPM di Sorong.
1. Seluruh kekayaan PT. Sheel diambil alih PN.
PERMINA.
2. PN. PERMIGAN diambil alih PN.PERMINA.
3. Perubahan proses Isomerisasi Butan menjadi
Fluid Coking
1. Pengabungan PN.PERMINA dan PN. PERTAMIN
menjadi PN. PERTAMINA berdasarkan PP 27/1968.
2. Usaha eksplorasi/produksi dikembangkan dengan
sistim kontak bagi hasil dan kontrak bantuan
teknik.
Ditemukan minyak lepas pantai Arjuna di dekat
Pamanukan dan lapangan Jatibarang di Jawa Barat.
1. PN. PERTAMINA menerima asset kilang Sungai
Gerong dari PTSI.
2. Ditemukan lapangan minyak lepas pantai Cinta
dan ATAKA dilepai pantai Kaltim.
PN.PERTAMINA berubah nama menjadi PERTAMINA.
perminyakan
di
Indonesia
dikelompokkan menjadi :
sesudah
kemerdekaan
pertambangan
minyak
dan
gas
bumi
dapat
dilakukan
Undang-undang
Pertambangan
tersebut
maka
Perjanjian
ini
menetapkan
pembagian
keuntungan
60
untuk
pengolahannya
harus
mendapat
persetujuan
pemerintah.
pengendalian
operasi
secara
langsung
yang
memberikan
bagi perusahaan
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
salah
satu
organisasi
perminyakan
yang
..
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
Gerong
dengan
kilang
minyak
yang
ada
di
Balongan/Indramayu ?
3. Buatlah suatu daftar perbedaan antara proses batc still dengan
continuous still menurut table berikut ini , atau berdasarkan table
yang anda buat sendiri, baik secara kualitatif maupun kuantitatif !
No
Uraian
Alat Utama
Produk Utama
Kondisi Operasi
Batch Still
..
..
..
..
..
.
..
..
..
Continuous
Still
c. Nelson
b. Williams E. Abbott
d. A.J. Zijlker
c.
Kilang
minyak
Sungai
Gerong
b. Lapangan minya Sebanga, Riau
Irja.
3. Era perminyakan di Indonesia sesudah Kemerdekaan yang
dikelompokkan ke dalam tahun 1976 - 1985 adalah :
a. Masa penyusunan kebijaksanaan Nasional
b. Masa pelaksanaan kebijaksanaan Nasional
c. Masa awal kebijaksanaan Nasional
d. Masa pemantapan kebijaksanaan Nasional
4. Perbedaan kilang minyak di Indonesia untuk memproduksi bahan
baku menjadi produk terletak pada :
a. Bahan baku
c. Proses
b. Peralatan
d. Diagram alir
10
1.
2.
3
4.
5
A. NKPM
B. CALTEX
C. A.J. Zijlker
D.
Pertamina
E. BPM
F. Crude Oil
G. Stanvac
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik Kimia
1. Ali Fasya Ismail, Ir. MEng., 1998. Minyak dan Gas Bumi sebagai Sumber
Energi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sriwjaya.
Palembang.
2. Pertamina, 1990. Perkembangan Industri Perminyakan di Indonesia.
Jakarta.
3. Pertamina, 1998. 40 Tahun Perkembangan Usaha Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi, Jakarta.
11
KEGIATAN BELAJAR II
Jurusan
Teknik Kimia
12
KEGIATAN BELAJAR II
Jurusan
Teknik Kimia
Fungsi Kilang
Fungsi utama kilang minyak bumi adalah :
dipasarkan.
3. Sebagai kekuatan social ekonomi bagi suatu negara yang mempunyai
sumber kekayaan alam berupa minyak bumi.
2.2
Sederhana
2.
Kompleks
3.
Terintegrasi penuh
13
Suatu
kilang
minyak
yang
lengkap
biasanya
mempunyai
14
LPG
Reforming
Minyak
Mentah
D
i
s
t
i
l
a
s
i
Treating
Gasoline
Kerosine
Gas Oil
Fuel Oil
i
Gambar 2.1 Diagram Alir Kilang Sederhana
15
Gas
Fuel
Gas
C
D
U
Reforming
Nafta
LPG
Gasolin
WWD
Kerosen
Crude
Dewaxing
ADO
Lube/Wax
ADO
IDO
IDO
C
C
Lube/Wax
H
V
LVGO
D
HVGO
Poly/Alkyl
Plant
T
C
Fuel Oil
Residu
Tar
Flux
16
17
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
fungsi
alat
distilasi
pada
peralatan
kilang
minyak
sederhana ?
A. Reforming
B. SO2
18
5.
.
6.
.
E. LPG
F. Treating
G. Distilasi
H. LNG
I. H2
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
19
c. Kerosene
b. LPG
d. Fuel oil
menghasilkan :
a. Kerosene
b. Gasoline
c. LPG
d. Pelumas
c. CH2
b. H2
d. NO2
c. Fuel oil
b. Gasoline
d. Paraffin
c. Minyak diesel
d. Fuel oil
c. Reforming
d. Campuran C3 dan C4
c. N2 dan H2
d. Campuran C3 dan C4
20
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik Kimia
21
Jurusan
Teknik Kimia
22
Jurusan
Teknik Kimia
dan gas bumi terdiri dari hidrogen dan karbon sebagai unsur-unsur
utamanya.
Senyawa-senyawa
tersebut
disebut
sebagai
senyawa
Hidrogen
: 11,5 14,0 %
Sulfur
: 0,1 3,0 %
23
Oksigen
: 0,1 1,0 %
Nitrogen
: 0,01
0,3 %
pengilangan
minyak
secara
fisis
seperti
Asetilen
Kelompok senyawa parafin merupakan senyawa yang sangat
stabil dan mempunyai rantai lurus, seperti metan, etan, propan, butan,
pentan dan lain-lain. Kelompok senyawa olefin atau juga disebut etilen
terdiri dari senyawa rantai lurus yang tak jenuh yang mempunyai ikatan
rangkap menghubungkan dua atom karbon. Kelompok senyawa olefin
antara lain etena, propena, butena dan lain-lain.
24
Sernyawa
naftalen
adalah
senyawa-senyawa
yang
25
minyak di atas.
50 % berat.
: K = 12,1 13,0
26
: K = 10,5 11,5
d. Aromatik
: K = 9,8 - 10,5
K=
TB
,
Sp.Gr
Dimana TB adalah titik didih molar rata-rata (oF) dan Spgr adalah
berat jenis pada 60 oF.
Tabel 3.1 Sifat-Sifat Umum Minyak Mentah
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
Sifat-Sifat
Minyak Dasar
Parafin
Tinggi
Tinggi
Rendah
Manis
Rendah
Rendah
Minyak Dasar
Aspal
Rendah
Rendah
Tinggi
Masam
Tinggi
Tinggi
sebagai minyak ringan, kerosene dan gas oil ringan (LGO=light Gas Oil)
digolongkan sebagai distilat menengah, gas oil hampa (VGO= Vaccum
Gas Oil) bersama dengan residu dinyatakan sebagai minyak yang
tereduksi (reduced crude).
Tabel 3.2 menunjukkan indikasi yang berpengaruh terhadap komposisi
kimia fraksi utama yang dihasilkan oleh beberapa minyak mentah.
Berdasarkan jarak titik didih tiap fraksi yang dihasilkan maka susunan
molekul menurut jumlah atom karbon dari fraksi dan produk akhir kilang
dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.2 Komposisi Kimia Fraksi Minyak
Fraksi
50 %
ASTM,
o
F
Nafta
Aromati
k
27
Nafta
Arom
UnS
Gasolin
e
Kerosen
Gas Oil
Distilat
Berat
280
450
600
750
65
60
25
20
30
30
55
65
5
10
15
15
35
25
-
35
50
65
55
10
25
65
55
2
2
Jarak Didih, 0C
Gas-gas
Gasolin
Nafta
Kerosen dan Avtur
Diesel dan Fuel oil
Gas oil
Fuel oil berat
Atm residu
Vac Residu
< 30
30 210
100 200
150 250
160 400
220 345
315 540
> 450
> 615
3.2
Senyawa-Senyawa Pengotor
Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa pengotor yang
tidak diinginkan ada dalam minyak dan gas bumi adalah senyawa sulfur
atau belerang yang terkandung dalam minyak mentah maupun dalam
produk akhir dan fraksi-fraksinya. Tipe senyawa-senyawa sulfur yang
sering dijumpai dalam minyak bumi adalah hidrogen sulfida (H 2S),
merkaptan yang terdiri dari metil dan benzil merkaptan, metil sulfida dan
normal butil sulfida, metil disulfida, sulfida-sulfida siklis, alkil sulfat, asam
sulfonat, sulfoksida, sulfon dan tiofen.
Senyawa-senyawa sulfur tersebut dianggap pengotor dan
pengganggu karena mempunyai sifat korosif, berbau tidak enak atau
merangsang, dan mempunyai karakter yang mudah meledak. Korosif
karena adanya sulfur dalam jumlah yang sedikit pada produk akhir
disebabkan karena produk tersebut dipakai pada suhu rendah, dimana
pada suhu tersebut terdapat beberapa senyawa yang korosif terhadap
logam-logam yang komersil. Senyawa sulfur yang mempunyai titik didih
rendah cenderung terkonsentrasi di dalam gasolin pada waktu proses
pengolahannya, dan oleh karena itu sifat korosif jarang sekali terdapat
pada produk yang mempunyai titik didih tinggi. Bau yang selalu
28
sekitar 350 F) dan metal disulfide (titik didih sekitar 243 oF). Prosentase
sulfur di dalam minyak mentah bervariasi mulai dari nol untuk minyak
o
basa
seperti
piridin,
piridin
yang
terhidrogenasi,
dan
29
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
30
c. Hidrogen-Karbon
b. Oksigen
d. Sulfur
c. 11,5 - 14,0 %
b. 0,01 - 0,3 %
d. 0,1 - 1,0 %
c. Parafin
b. Asetilen
d. Propen
c. Diolefin
d. Asetilen
c. Parafin
b. Crude oil
d. Campuran H2 dan N2
b. 0,1 - 2 % berat
7. Senyawa pengotor yang tidak diingini dalam minyak dan gas bumi
adalah :
a. Karbon dan hidrogen
c. Oksigen
d. Naftalen
c. Reaktan
31
b. Katalis
d. Korosif
c. Minyak berat
b. Minyak sedang
d. Minyak parafin
c. Treating
d. Distilasi
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
32
( ...)
()
()
(..)
(.)
()
()
33
DAFTAR PUSTAKA
34
()
Jurusan
Teknik Kimia
KEGIATAN BELAJAR IV
Jurusan
Teknik Kimia
35
KEGIATAN BELAJAR IV
Jurusan
Teknik Kimia
36
4.1
a.
287),
sedangkan
berat
jenis
dapat
ditentukan
D 1217). Pengukuran
dengan
API gravity
API =
141,5
131,5 atau
BJ
BJ =
141,5
API 131,5
satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau lb/barrel atau
ton/m3. Tujuan dilaksanakan pemeriksaan terhadap oAPI gravity dan berat
jenis adalah untuk indikasi mutu minyak dimana makin tinggi oAPI
atau makin rendah berat jenis maka minyak tersebut makin berharga
karena banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah oAPI maka
mutu minyak makin rendah karena lebih banyak mengandung lilin.
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (heating value ) yang rendah, dan
sebaliknya bila minyak mempunyai berat jenis rendah berarti memiliki
kandungan panas yang tinggi.
2. Tekanan Uap ( Reid Vapor Pressure)
37
38
tingkat
kesempurnaan
penyulingan.
Produk-produk
39
waktu
detik.
Pengukuran
viskositas
dimaksudkan
untuk
adalah viskositas dalam satuan centipoises dan s adalah berat jenis yang
diperoleh pada suhu yang sama, maka hubungannya adalah :
Viskositas kinematik, z/s = 0,219 t -
149, 7
t
40
reaksi
(jar
test)
ketika
minyak
yang
diperiksa
(sesudah
C (8 10
F) di bawah titik
kabutnya. Indikasi minyak ini adalah bahwa pada suhu yang rendah
minyak bakar (fuel oil) masih dapat dipompakan.
8. Karakteristik Ketukan atau Angka Oktan
Satuan intensitas ketukan dikenal sebagai angka oktan (Octane
Number) didefinisikan sebagai persen volume dari iso-oktan (2,2,4 tri
metil pentane) yang harus dicampurkan dengan normal heptan dalam
rangka untuk memberikan intensitas ketukan yang sama terhadap
41
minyak
selama
pengujiannya.
Pada
mesin
yang
memakai
busi,
akan
terjadi
ketukan
yang
berakibat
akan
menurunkan
42
vol, MTBE (Metil Tersier Butil Eter), ETBE (Etil Tersier Butil Eter), TAME
(Tersier Amil Metil Eter), DIPE (Di-Iso Propil Eter).
9. Uji Belerang (Sulfur)
Pemeriksaan terhadap kandungan sulfur di dalam minyak dapat
dilakukan dengan berbagai metoda antara lain :
a.
ASTM-D90
minyak bakar, caranya adalah
untuk
gasoline
dan
minyak-
c.
43
anilin
ditambahkan
kedalam
minyak
sehingga
bercampur
sempurna.
Bilangan Setana (cetane number) adalah % volume setana (C16H34) dan
metal naftalen yang equivalent dengan kualitas penyalaan bahan bakar
(minyak diesel) pada waktu pengujian.
Indeks Diesel (diesel index) didefisnisikan sebagai :
(titik anilin x oAPI gravity)/100
Bilangan setana atau indeks diesel menunjukkan mudah tidaknya
dilakukan start terhadap mesin pada suhu dan tekanan mesin yang
rendah pada operasi pembakaran sempurna. Bahan bakar (diesel) yang
mempunyai kualitas penyalaan yang jelek akan menyebabkan tidak
terjadi pembakaran (terjadi letupan), pelapisan piston oleh minyak,
pengotoran mesin oleh deposit dan operasi pembakaran tidak sempurna.
44
Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala yang dapat dihasilkan oleh
lampu standar tanpa terjadi langat (jelaga). Titik asap ini diperlukan
dalam spesifikasi kerosin dan minyak-minyak bakar.
Bilangan
cincin
(ring
number)
adalah
menyatakan
karakteristik
minyak, fraksi serta produk-produk kilang dimana produk kilang yang lain
berbeda satu sama lainnya. Pada pembahasan topik ini akan dibahas tiga
produk utama kilang yaitu mogas, kerosin dan minyak diesel.
1. Mogas (Motor Gasoline)
Persyaratan umum untuk gasoline (dapat dilihat pada Tabel 4.1)
antara lain : a) bebas air, getah minyak dan sulfur korosif, b) mempunyai
ketukan uap yang minimum c) pemanasan dan akselarasinya lebih
mudah, d) mempunyai kualitas anti ketukan, e) dapat diencerkan sendiri
dalam silinder mesin.
2. Bensin
Bensin sebagai bahan bakar pada motor bakar haruslah berfungsi
dengan memuaskan. Untuk maksud tersebut maka gasoline harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut : a) dapat terbakar secara halus
dan pelan di dalam silinder tanpa terjadinya letupan, b) mudah menguap
sehingga cukup tersedia campuran uap bahan bakar dan udara dalam
silinder apabila mesin dihidupkan dalam keadaan dingin, c) tidak mudah
begitu menguap didalam pompa atau pipa ketika mesin dalam keadaan
panas yang akan menyebabkan penyumbatan saluran minyak ke
karburator, d) dalam kondisi normal dan mesin panas, minyak harus lebih
45
Karakteristik
Warna
Korosi
Kestabilan Oksidasi
Residu penguapan
Total sulfur
RVP, kg/cm2
Kandungan Timbal
Premium, ON = 85
Orange
< No 1
min 360 menit
maks 4 mg/100 ml
maks 0,25 % berat
maks 0,70
maks 0,56 mg/l
Super, ON = 98
Merah
< No 1
min 360 menit
maks 4 mg/100 ml
maks 0,20 % berat
maks 0,70
maks 0,80 mg/l
Karakteristik
Kualitas Standar
Kualitas Industri
Keasaman organik
Kualitas pembakaran
a.Nilai Arang, mg/kg
minyak
b.Lengas pada semprong
gelas
Warna (ATM)
Warna (say bolt), min
Korosi, copper strip
Titik nyala, oC
Titik asap, min
Total sulfur, % berat
Nol
Maks 20 tidak lebih
Gelap dari
warna abu-abu
5,0
< No 1
35
-
Batasan
115
16
0,13
+ 21
+ 16
572
46
Metoda ASTM
D-56
D-187
D-129
D-156
D-156
D-86
Titik kabut, oF
D-97
ditentukan
oleh
Pemerintah
Federal
India
(ISI).
ASTM
tidak
: 43 45
Jarak didih
API gravity
4. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah
kebersihannya, kualitas penyalaan, fluiditas, volatilitas dan atomisasi.
Kebersihan minyak diesel meliputi residu karbon dan kandungan sulfur
yang terdapat dalam minyak. Kualitas penyalaan yang baik dinyatakan
dengan pengukuran bilangan setana (cetane number) atau indeks diesel
yang ditunjukkan dengan mudah tidaknya mesin di start pada suhu
rendah, tekanan mesin yang rendah dan operasi mesin yang halus.
Fluiditas dan atomisasi minyak diesel ditandai dengan titik tuang (pour
point) dan viskositas minyak yang rendah, namun tidak sedemikian
rendah sehingga menyebabkan kesulitan pelumasan pada injektor,
kebocoran dan efisiensi yang rendah. Volatilitas minyak ditandai dengan
titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Secara komersil minyak diesel yang dijual di Amerika Serikat
dibagi dalam 4 kelas yaitu :
a. Kelas 1, untuk mesin diesel bus kota dan sejenis.
47
48
Kelas 2
37,3
Kelas 3
34,8
Kelas 4
34,0
2,54
34,6
0,223
146,2
0,088
0,0009
50,0
380
600
2,74
35,2
0,287
140,2
0,117
0,001
47,0
388
618
2,79
35,4
0,543
139,3
0,163
0,0023
46,7
397
622
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
49
A ASTM-D381
B. ASTM D-90
C. Titik Tuang
D. ASTM-D 909
E. ASTM D-113
7.
8.
karena membeku
Metoda yang digunakan untuk pengujian
angka oktan pada minyak kapal terbang
Pemeriksaan sulfur dalam minyak bakar
residu dan minyak mentah
F.Index Diesel
G. Angka Oktan
H. ASTM-D86
I. ASTM D-158
J. Titik Beku
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
c. Distilasi ASTM
d. oAPI gravity dan berat
b. Titik nyala
jenis
50
a. Titik kabut
c. Warna
d. o API Gravity
b. Viskositas
3. Persen volume dari iso oktan yang harus dicampur dengan normal
heptan dalam rangka untuk memberikan intensitas ketukan yang
sama terhadap minyak selama pengujiannya dinamakan :
a. Titik kabut
c. Uji belerang
b. Iso oktan
d. Angka Oktan
d. ASTM-D 614
c. 90
b. 98
d. 95
c. ASTM D-357
b. ASTM D-2885
d. ASTM-D269
c. Titik anilin
b. Indeks diesel
d. Indeks korelasi
51
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik Kimia
52
KEGIATAN BELAJAR V
Jurusan
Teknik Kimia
53
KEGIATAN BELAJAR V
Jurusan
Teknik Kimia
efisiensi
kilang
yang
tinggi
dalam
pengolahannya
melakukan
proses
pengolahan
maka
suatu
kilang
54
yang
menyebabkan
kesulitan
pada
proses
pengolahan
nantinya.
3. Data operasi dan perencanaan.
Data yang diperlukan berupa kurva hubungan antara suhu dan gravity
versus persen distilasi seperti :
a. Kurva fraksionasi atau TBP (true boiling point)
b. Kurva kesetimbangan atau flash vaporization
c. Kurva oAPI atau berat jenis tiap fraksi hasil distilasi
4. Kurva sifat-sifat fraksi versus persen distilasi (mid percent) sifat ratarata beberapa fraksi versus persen hasil yang akan dicapai.
Beberapa kurva sifat umum tersebut adalah :
a. Kurva viskositas fraksi minyak pelumas
b. Kurva bilangan oktan fraksi gasolin
c. Kurva titik anilin dari fraksi minyak pelarut, kerosin, atau minyak
d. Kurva penetrasi residu aspal
e. Kurva viskositas residu distilasi
5. Data produk-produk akhir.
Informasi produk akhir diperoleh dari Pilot Plant baik berupa batch still
maupun semi batch still. Informasi yang diperoleh meliputi sifat-sifat
umum dan yield yang dihasilkan melalui proses distilasi seperti kurva
distilasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari informasi-informasi
tersebut di atas dapat diperkirakan jenis minyak yang akan diolah.
Untuk mengklasifikasikan minyak mentah dan produk-produknya
dapat dilakukan dengan mengetahui faktor karakteristik, indeks
viskositas, dll.
a. Faktor Karakteristik
55
Tb
S
Dimana Tb adalah titik didih molal rata-rata, dan S adalah berat jenis
pada 60
F. Faktor karakteristik
viskositas, titik anilin, berat molekul, suhu kritis, persen hidrokarbon, dll.
Oleh karena itu hampir semua data lab dapat dipakai memperkirakan
faktor karakteristik.
b. Indeks Viskositas
Indeks viskositas mempunyai skala 0 s/d 100 yang menunjukkan
kecepatan perubahan viskositas terhadap suhu. Index viskositas 100
berarti minyak cenderung menjadi tidak pekat pada suhu rendah atau
menjadi encer pada kenaikan suhu. Minyak-minyak dengan dasar parafin
mempunyai indeks viskositas hampir 100, sedangkan minyak-minyak
dasar naften mempunyai indeks viskositas sekitar 200, dimana proses
pemisahannya dapat menurunkan indeks viskositas minyak asalnya.
Indeks viskositas dapat ditentukan dengan mengetahui viskositas say
bolt pada 100 dan 210 oF.
c. Konstanta Viscosity Gravity
Konstanta ini meliputi viskositas dan juga berat jenis seperti
terlihat pada hubungan berikut ini :
KVG =
Dimana G adalah berat jenis pada suhu 60 oF, dan V dalah viskositas
pada suhu 100 oF, persamaan tersebut pada umumnya dipakai untuk
minyak-minyak pelumas.
d. Indeks Korelasi
Indeks korelasi sebagaimana juga faktor karakteristik
mempunyai hubungan dengan titik didih dan berat jenis, seperti terlihat
pada korelasi berikut ini :
56
IK =
48.640
473, 7G 456,8
TB
Dimana TB adalah titik didih mutlak skala Kelvin ( oK), G adalah berat jenis
pada 60/60
Faktor Karakteristik
12,1 12,6
11,9 12,2
11,7 12,0
11,5 11,8
11,3 11,6
Indeks Viskositas
80 100
60 80
40 60
20 40
0 - 20
karena
mengandung
hidrogen
sulfida.
Minyak
mentah
masam.
menghasilkan
Bervariasinya
produk
yang
karakteristik
beragam,
dan
minyak
bervariasinya
mentah
teknik
57
dan cara perhitungan analsis minyak mentah dapat dilihat pada Tabel
5.1 dan Tabel 5.2.
5.2
= 0,64 T 100
1 mm
Analisis
Penentuan minyak mentah
2.
58
Karakteristik
Gravity, warna, kandungan S
dan N, viskositas, titik tuang.
1.
Cut 10 fraksi distilat pada
interval 25 oC dari 50275 oC.
2.
Penentuan
pada
tiap
3.
4.
Analisis residu
5.
Perhitungan
fraksi,
volume,
gravity,
indeks bias.
1. Cut 5 fraksi distilat yang
diperoleh
dari
residu
distilasi atm pada interval
25 oC dari 200 300 oC
2. Penentuan untuk tiap fraksi,
volume,
gravity,
indeks
bias, viskositas dan titik
kabut.
Berat, gravity, residu karbon
1. Volume
dan
gravity
:
gasolin ringan, gasolin dan
nafta, distilat kerosin, gas
oil, distilat pelumas dan
residu.
2. Indeks korelasi fraksi.
3. Spesifik dispersi fraksi.
3. Tekanan Uap
Tekanan uap untuk gasoline pada jarak 8 14 RVP kira-kira sama
dengan persen butan di dalam gasoline dengan tekanan 8 psi
mengandung kira-kira 6,6 % butan, dan 12 14 psi tekanan uap
gasoline mengandung kira-kira 14 % butan.
Tabel 5.2. Prosedur Pengujian dan Analisis Minyak dan Fraksinya
Material
yang
Dianalisis
Sifat-sifat yang
Ditentukan
Berat Jenis
Minyak
mentah
Warna
Kandungan Sulfur
Kandungan Nitrogen
Viskositas
Titik Tuang
Fraksi
Berat Jenis
distilat pada
59
tek Atm
Fraksi
distilat pada
tek
40 mm Hg
Residu
ASTM-D1218 pada 20 oC
Piknometer pipet pada 100/60
o
F.
ASTM-D1218 pada 20 oC
ASTM-D445
ASTM-D97
Piknometer botol pada 60/60
o
C
ASTM-D524 (ramsbottom)
Indeks Bias
Berat Jenis
Indeks Bias
Viskositas
Titik Kabut
Berat Jenis
Residu Karbon
4. Gravity
o
dari analisis
tidak ada metoda perkiraan secara cepat yang dapat digunakan. Bila
faktor karakteristik diketahui maka berat jenis atau oAPI gravity dapat
dihitung dengan persamaan :
bj =
TB
K
6. Viskositas
Jarak harga viskositas yang umum beberapa produk kilang
minyak ditentukan berdasarkan suhu minyak yang diukur. Viskositas
bukanlah sifat aditif. Apabila campuran 1% vol minyak dengan viskositas
500 dan 1% vol minyak dengan viskositas 100 pada suhu yang sama,
secara resultan viskositas campuran minyak tersebut bukanlah 300
tetapi mendekati harga rata-rata sekitar 200 pada masing-masing 50 %
campuran.
5.3
Peralatan Evaluasi
60
61
dengan
distilasi
atmosfir,
kecuali
alat
pengukur
panasnya
b. Kurva % vol hasil crude terhadap gravity, angka oktan, dan FBP dari
beberapa fraksi gasoline.
c. Kurva % vol hasil crude terhadap gravity, viskositas, titik tuang, titik
aniline, dan kandungan sulfur dari gasoline.
d.
Kurva hasil dari crude terhadap gravity, viskositas, titik tuang dari
hasil bottom (produk bawah) atau crude yang tidak menguap.
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
62
Jurusan
Teknik Kimia
2. Jelaskan salah satu prinsip kerja alat Pilot Plant yang ada di Lab
saudara !
B.
c. Titik nyala
b. Berat jenis
d. Density
c. Indeks viskositas
b. Titik tuang
d. Gravity
c. ASTM D-128
b. ASTM D-97
d. ASTM D-129
c. Evaporator
b. Reaktor
d. Heat Exchanger
c. Tangki pemisah
b. Heat Exchanger
d. Reaktor
c. Distilasi TBP
63
b. Distilasi biner
c. ASTM D-86
b. IBP
d. TBP
c. Titik tuang
b. Titik didih
d. Titik nyala
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
64
DAFTAR PUSTAKA
65
.
.
.
.
Jurusan
Teknik Kimia
KEGIATAN BELAJAR VI
66
Jurusan
Teknik Kimia
KEGIATAN BELAJAR VI
67
Jurusan
Teknik Kimia
Kandungan Panas
6.1.1 Panas Laten
Panas jenis minyak/produknya didefinisikan sebagai jumlah
volume rata-rata
(VABP = Volume
68
menggunakan panas jenis uap, tetapi cara ini tidak dapat digunakan
untuk tekanan hampa atau kelewat tinggi (super atm).
6.1.3 Panas Laten Penguapan.
Panas laten penguapan yang lazim disebut panas laten
didefinisikan sebagai panas yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 lb
cairan pada titik didihnya pada tekanan atmosfir. Penguapan dapat
terjadi pada tekanan lain atau suhu lain. Panas laten berubah dengan
berubahnya suhu atau tekanan dimana terjadi penguapan. Panas laten
pada tekanan atmosfir untuk fraksi minyak bumi dapat dilihat pada
Grafik 5-5 s/d 5-9 Nelson.
Panas laten penguapan suatu senyawa adalah perbedaan
entalpi antara uap jenuhnya dengan cairan jenuh pada suhu konstan
dan dapat dinyatakan kedua-duanya sebagai fungsi suhu atau tekanan
uap.
Panas laten pada suhu tertentu dapat ditentukan berdasarkan titik didih
normalnya sebagai berikut :
= B T/TB
Dimana = Panas penguapan pada suhu T
B = Panas penguapan pada titik didih normal pada T B
= factor koreksi yang diperoleh dari grafik 5-6 Buku Nelson.
6.2
pada
API =
141,5
131,5
bj
69
halaman 138 142. Densitas untuk gas dapat diperoleh dari sifat-sifat
gas ideal atau gas sejati melalui hubungan
P-V-T.
6.2.2 V i s k o s i t a s
Hubungan antara viskositas dengan titik didih, oAPI gravity dan
faktor karakteristik dapat dilihat pada Grafik 510 dan 511 Nelson.
Perubahan viskositas karena tekanan dan suhu dapat dilihat pada Grafik
4-43 dan 4-45 Nelson. Penggunaan grafik-grafik tersebut dimaksudkan
untuk
mengetahui
viskositas
pada
dua
buah
suhu,
atau
untuk
149, 7
t
M Pc
1/ 6
Tc
1/ 2
c = 7,7
2/3
K, dan Pc
hubungan yang erat dengan titik didih rata-rata seperti terlihat pada
Tabel 6.1. Titik didih rata-rata (MABP = Molal Average Boiling Point) lebih
memuaskan dibandingkan dengan data distilasi dalam persen cairan
70
rata-rata
berat
rata-rata
molal
Sifat-Sifat Fisik
Viskositas dan panas jenis (
dan Cp)
Suhu kritis nyata (Tc)
Suhu kritis pseudo (T/Tc) dan
ekspansi termis (kt)
Berat molekul (M), faktor
karakteristik (K), berat jenis
(), tekanan kritis pseudo
(P/Pc) dan panas pembakaran
(Hc).
Grafik Distilasi
TBP
t t t
tv = 20 50 70
3
tv =
t0 4t50 t100
6
ASTM
t t t
tv = 30 50 70
3
tv =
t70 t10 o
, F /%
70 10
Hubungan antara titik didih rata-rata molal (MABP) dan titik didih ratarata volumetric (VABP) terhadap sifat- sifat fisik lain seperti oAPI gravity,
berat molekul, faktor karateristik, suhu kritis dan tekanan kritis, dapat
dilihat pada Grafik 5-9 s/d 5-12 Nelson.
71
: 12,6 - 13,2
: 12,3 - 12,8
: 11,6 - 12,1
: 11,0 - 11,7
: 9,8 - 11,0
2. Fraksi-Fraksi
a. Gasolin rengkahan
: 11,5 11,8
b. Umpan perengkahan
: 10,5 11,5
c. Stock recycle
: 10,0 11,0
d. Residu rengkahan
: 9,8 11,0
terendah
yang
diperlukan
untuk
mencegah
terjadinya
karakteristik.
Mekanisme
koreksi
untuk
faktor
karakteristik
72
didefinisikan
sebagai
titik
kritis
rata-rata
molekuler,
yang
reduksi dalam
campuran tersebut.
Suhu reduksi
Tekanan reduksi
: Tr = T/Tc
: Pc = P/Pc
73
Sifat
Kritis
True, Tc
Pseudo,
Tc
Pseudo,
Pc
BM Minyak
> 100
< 100
> 100
< 100
< 80
> 100
semua
Grafik
Maxwell
6-72
6-71
6-72
6-70
6-71
6-73
6-69
Absis
Grafik
WABP
WABP
MABP
MABP
BM
MnABP
-
Parameter
Gravity
Gravity
Gravity
Gravity
Kurva dasar
Gravity
-
True, Tc
Pendekatan terhadap tekanan kritis nyata (TCP = True Critikal Presure)
merupakan ukuran yang baik terhadap dapat tidaknya suatu menara
distilasi melakukan fungsinya. Apabila kondisi dasar (bagian bawah)
suatu menara distilasi berada pada titik kritisnya, maka tidak akan
diperoleh fraksi-fraksi minyak yang dapat ditarik dari menara distilasi
tersebut.
Kondisi bawah menara distilasi harus ditahan sekurangkurangnya 50 oF di bawah titik kritisnya dan entalpi dalam reboiler harus
lebih besar dari 60 Btu/Lb. Data titik didih dapat dicari dengan
menggunakan Section 2 Maxwell halaman 14 - 15. Untuk campuran
hidrokarbon ringan yang diketahui komposisinya maka titik didih ratarata dihitung secara aritmatik dari tabel sifat-sifat fisik, yaitu melalui
Section 1 Maxwell halaman 2 - 5.
74
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
Fraksi Mol
C2 H 6
0,10
C3 H 8
0,50
C4H10
0,10
C2 H 4
0,05
75
C3 H 6
0,25
3.
4.
5.
Volume
rata-rata
yang
dihitung
berdasarkan titik didih
Total panas yang dihitung dengan
menentukan panas yang dibutuhkan
untuk pemanasan 1 lb minyak sampai
mencapai titik didih
Berat minyak per satuan volume
Titik didih rata-rata dari suatu cairan
minyak hasil TBP
Suatu titik dimana semua perbedaan
antara fasa cairan tidak ada lagi.
A. Viskositas
B. Panas
Laten
C. MABP
D. Titik didih
E. VABP
F. Densitas
G. Titik kritis
76
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
77
..
..
.
..
..
.
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik Kimia
78
Jurusan
Teknik Kimia
79
Jurusan
Teknik Kimia
Pendahuluan
Proses pengolahan minyak bumi sangat berbeda antara satu
kilang dengan kilang yang lain disebabkan karena perbedaan jenis dan
sumber minyak mentahnya. Walaupun cara pengolahannya tersebut
prosesnya sama namun metodanya tergantung pada :
1. Jenis minyak yang diolah
2. Permintaan produk dan daerah pemasaran
3. Peralatan yang tersedia
4. Faktor-faktor pertimbangan ekonomis lainnya.
Produk-produk yang diharapkan dari suatu kilang dapat berupa
bahan bakar minyak (BBM) dan non BBM yang menunjukkan perbedaan
pemakaian metoda untuk memprosesnya.
Produk-produk tersebut antara lain :
1. Gas Kilang dan LPG, untuk bahan bakar industri dan rumah tangga
2. Bensin atau gasolin (mogas), untuk bahan bakar motor.
3. Nafta dan Benzen, untuk pelarut/pembersih, pengencer cat, dan
untuk pencampur bahan bakar motor.
4. Minyak Jet, untuk bahan bakar pesawat jet atau mesin turbin gas,
dan untuk bahan bakar roket.
5. Kerosin, untuk minyak lampu, dan untuk keperluan rumah tangga.
6. Distilat, minyak diesel, dan gas-oil, untuk bahan bakar furnace
(dapur industri), sebagai penyerap gas hidrokarbon, dan untuk
bahan bakar mesin/motor diesel.
80
81
Proses
distilasi
dalam
kilang
minyak
merupakan
proses
pengolahan secara fisik yang primer yang mengawali semua prosesproses yang diperlukan untuk memproduksi BBM dan non BBM.
Proses distilasi/fraksionasi adalah proses untuk memisahkan campuran
yang terdapat dalam minyak mentah (crude oil) menjadi komponenkomponennya atas dasar fraksi atau pemotongan (cut) yang dibatasi
oleh jarak titik didih tertentu, bukan atas dasar titik didih masing-masing
komponen. Proses distilasi ini dapat menggunakan satu kolom atau lebih
menara fraksinya, misalnya residu dari menara distilasi atmosferik
dialirkan ke menara distilasi hampa, atau salah satu fraksi dari menara
distilasi atmosferik dialirkan ke menara distilasi bertekanan. Fraksi-fraksi
yang dapat ditarik dari kolom distilasi/menara fraksionasi antara lain
adalah sebagai berikut :
Jarak Didih, oF
Fraksi
Gas
< 80
Nafta ringan
80 220
Nafta berat
180 520
420 650
610 800
Residu
> 800
menghasilkan
stok
yang
pertimbangan seperti :
82
khusus
diperlukan
beberapa
Jarak
1.
didih
stok
minyak
yang
diinginkan.
Beberapa stok minyak mendidih pada suhu yang tinggi dimana
minyak tersebut tidak dapat diuapkan pada tekanan atmosfir tanpa
menguraikannya, sementara ada minyak yang ditahan pada tekanan
di atas atmosfir atau minyak tersebut diuapkan pada suhu kamar.
2. Stabilitas minyak terhadap panas.
Meskipun jarak didih merupakan faktor yang sangat penting, namun
kepekaan terhadap panas atau suhu tinggi harus dipertimbangkan.
3. Spesifikasi produk yang dihasilkan.
Contoh proses distilasi/fraksionasi di PERTAMINA UP III
Distilasi Hampa
83
ini,
umpan minyak
terfluidisasi
dan
84
CH3 C -- CH2 CH --
CH3
CH3
butena
pentana
CH3
iso butena
CH3
2,2,4 trimetil
85
Proses Pemurnian
Proses pemurnian adalah proses kimiawi yang dimaksudkan
tersebut
meliputi
perbaikan
warna
minyak,
stabilitas
86
87
dengan asam akan menaikkan titik tuang (pour point). Senyawasenyawa oksigen seperti asam naftenik dan keton, dan senyawasenyawa lain seperti alkohol dan aldehid yang terbentuk pada proses
oksidasi suhu tinggi dapat dilarutkan oleh asam sulfat, tetapi apabila
senyawa-senyawa
tersebut
diencerkan
dengan
minyak
maka
senyawa-senyawa
dan senyawa-senyawa sulfat larut dalam asam kuat. Alkil asam sulfat
dapat larut dalam sejumlah minyak tertentu.
Kecepatan pelarutan oleh asam sulfat terhadap berbagai
senyawa-senyawa pengotor dalam minyak bumi mempunyai tingkatan
sebagai berikut :
1. Senyawa-senyawa nitrogen seperti amina, amida dan asam-asam
amino,
2. Senyawa-senyawa alifatik,
3. Olefin,
4. Aromatik,
5. asam-asam naftenik.
Persyaratan atau kualitas asam sulfat yang dipakai untuk melarutkan
senyawa-senyawa pengotor dalam minyak bumi adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi asam
Untuk pengolahan yang umum dipakai 60 oBe atau asam 93 %,
sedangkan
pengolahan-pengolahan
warna
minyak
ringan
lebih
dalam gasolin dan senyawa hidrokarbon aromatik dari minyakminyak bakar. Untuk memperbaiki warna sebaiknya digunakan asam
dengan konsentrasi 93 %, tetapi bila kandungan sulfurnya rendah
akan
lebih
menguntungkan
bila
menggunakan
asam
dengan
88
3. Suhu pengolahan
Suhu yang biasa dipakai pada berbagai operasi pengolahan adalah
sebagai berikut :
a. Untuk bensin ringan , 70 90 oF. Apabila dosis asam digunakan
dalam jumlah besar maka lebih baik dilakukan pada suhu yang
lebih rendah lagi.
b. Untuk bensin rengkahan (cracked gasoline) , 60 90 oF. Apabila
dilakukan pengolahan minyak berat maka suhu yang diizinkan
adalah 25 30 oF, meskipun suhu 40 - 50 oF lebih ekonomis.
c. Untuk minyak-minyak pelumas (lube oil), 110 180 oF.
d. Untuk minyak-minyak silinder (cylinder oil), 130 170 oF dan 150
180 oF, apabila pengolahannya dilakukan sebelum pengambilan
lilin (dewaxing process).
4. Waktu kontak
89
90
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
91
d. Kekayaan alamnya
c. Perengkahan termis
b. Polimerisasi
d. Alkilasi.
a. Kerosin
c. Bensin
b. LPG
4.
d. LNG
c. Isomerisasi
b. Polimerisasi
d. Transforming .
c. Polimerisasi
b. Cracking
d. Reforming
c. Alkilasi
b. Cracking
d. Reforming
c. Cracking
b. Isomerisasi
d. Alkilasi
92
c. Merkaptan
b. Sulfur oksida
d. A i r
c. Transforming
b. Dewaxing
d. Sweetening
10. Jenis produk BBM yang dipergunakan untuk bahan bakar motor
adalah :
a. Kerosin
c. L N G
b. Gasolin
d. Nafta
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
93
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
DAFTAR PUSTAKA
.
.
.
.
.
.
Jurusan
Teknik
Kimia
94
Jurusan
Teknik Kimia
PROSES PERENGKAHAN
proses
perengkahan
sebagai
pengolahan
95
proses
lanjutan
dalam
minyak bumi.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) adalah :
1. Mahasiswa mampu membuat mekanisme reaksi perengkahan termis
dan dapat menuliskan reasi yang terjadi.
2. Mahasiswa mampu membuat diagram alir sederhana berdasarkan
uraian proses dari perengkahan termis.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan uraian proses pada perengkahan
katalis.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan peranan katalis pada perengkahan
dengan katalisator.
5.
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
mekanisme
proses
pada
ringan
hasil
Mahasiswa
mampu
mengindentifikasi
gas-gas
Jurusan
Teknik Kimia
Perengkahan Termis
Perengkahan termis adalah salah satu proses perengkahan
sekunder pada salah satu kilang minyak bumi dimana fraksi berat
minyak didekomposisi secara termis pada tekanan tinggi dengan
96
menggunakan panas pada suhu 450 550 oF. Proses perengkahan termis
merupakan suatu proses pemecahan molekul-molekul hidrokarbon besar
atau hidrokarbon rantai lurus dan panjang menjadi molekul-molekul kecil
yang
mempunyai
titik
didih
rendah.
Proses
perengkahan
termis
97
titik didih rendah. Pada waktu yang bersamaan beberapa dari molekulmolekul tersebut yang bersifat reaktif bergabung satu sama lain
membentuk molekul yang jauh lebih besar dari molekul asalnya.
Molekul-molekul yang lebih stabil keluar dari sistem sebagai bensin
rengkahan, dan reaktif berpolimerisasi membentuk minyak bakar
rengkahan (cracked fuel oil) dan juga kokas. Meskipun gasoline adalah
produk akhir yang utama dari unit rengkahan, namun diproduksi juga
minyak-minyak yang mempunyai jarak didih antara minyak bakar dan
gasoline yang disebut Recycle Stock. Recycle stock ini dapat ditahan
dalam sistem perengkahan sampai mereka dipecah dengan cara
mendaur-ulangnya secara terus menerus atau dengan sistem operasi
batch pada tekanan tinggi.
Apabila tekanan operasi relatif rendah dimana uap murni
dihasilkan pada suhu perengkahannya maka proses digolongkan sebagai
proses fasa uap. Proses fasa uap tidak akan berhasil kecuali kalau sudah
terbentuk uap yang bebas dari cairannya, sebab kokas banyak
menempel/menumpuk dalam pipa (tube heater). Fasa campuran dapat
berlangsung pada tekanan tinggi dan suhu perengkahan yang rendah.
Secara umum ada 2 tipe reaksi yang terjadi yaitu :
1. Reaksi primer, dimana terjadi peruraian molekul besar menjadi
molekul kecil
2. Reaksi sekunder, dimana produk-produk reaktif berpolimerisasi
membentuk senyawa-senyawa dengan molekul yang perlahan-lahan
membesar.
Selanjutnya
pada
waktu
yang
bersamaan
hasil
Umpan ..........C7H15C15H30C7H15
Heavy Gas Oil
98
Gasoline
Direngkah lagi
recycle stock
+ C8H18
gasoline
+ C6H12 :CH2) +
gas
gasolin
CH 2:CH.CHCH:CH.CH3 +
C2 H 4
Gas
Gasoline
CH2 :CH.CH:CH.CH3 + C2H4
Material Pembentuk Gum Gas
99
dipengaruhi
sekali
oleh
gravity
umpan,
jumlah
dan
karakteristik fuel oil yang dapat dipisahkan serta gravity dan FBP produk
gasoline. Kondisi operasi untuk pengolahan reduced crude sebagai
umpan adalah pada suhu 925 975 oF dan tekanan 50 100 psig pada
furnace. Suhu keluar kolom reaktor (reaction chamber) adalah 830 850
o
F dengan menginjeksikan LGO (light gas oil). Secara garis besar Proses
perengkahan
fasa
campuran
disebut
juga
fasa
cairan
Fractionator
Gasoline
Flash Chamber
Umpan
LGO
HGO
Heater
LGO
Ter
100
Vacuum Fractionator
Gambar 8.1 Diagram Alir Proses Vibreaking
Gas
dan
Reaction Chamber
Flash Chamber
Gasoline
ke
Stabilizer
Heater
Umpan
Fractionator
Recycle
Residu
Gambar 8.2 Diagram Alir Proses Perengkahan Fasa Campuran
Tekanan operasi pada perengkahan fasa campuran biasanya
diset pada 350 psig atau lebih besar untuk menjaga kehomogenan fasa
dan dengan demikian dapat mengurangi pembentukan kokas didalam
Tube Heater. Suhu operasi adalah 750 900 oF tergantung pda keadaan
umpan masuk.
3. Proses Perengkahan Fasa Uap
Pada awalnya proses perengkahan fasa uap diinstalasi untuk
memproduksi gasolin, tetapi akhir-akhir ini sudah ditinggalkan dengan
pertimbangan faktor ekonomis. Karbon padat seperti kokas sering
menumpuk dalam tube heater sehingga menyebabkan kegagalan pada
proses fasa uap. Pada proses ini diperlukan reaktor yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan reaktor pada perengkahan fasa campuran.
Perengkahan fasa uap seperti yang terlihat pada Gambar 8.3,
proses konversi termis berlangsung pada suhu tinggi sekitar 1000 - 1100
o
101
aromatik
berat
melalui
reaksi
kondensasi
dan
Perengkahan Katalis
Perengkahan katalis adalah suatu proses pengilangan minyak
102
ke
Stabilisator
Umpan
Heater
Super Heater
Minyak
Berat
Recycle
Fractionator
Reaction Chamber
103
Reaksi
berlangsung
pada
proses
dipermukaan
perengkahan
katalis
dengan
katalis
diperkirakan
pertimbangan
sebagai
berikut :
1. Parafin direngkah secara istimewa pada ikatannya dimana pecahanpecahan yang diproduksi mengandung 3 atau 4 atom karbon. Normal
parafin cenderung direngkah pada ikatan gamma C-C atau tetap
dekat pusat molekul yang menghasilkan metana dan gas-gas dengan
2 atom karbon atau lebih kecil. Rantai panjang cenderung direngkah
serentak pada beberapa tempat.
2. Naftena juga cenderung menghasilkan pecahan-pecahan yang terdiri
dari
C.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme reaksi
terdahulu seperti
104
penanganan
dan
pemilihan
katalis
akan
menentukan
105
10
psig. Umpan untuk FCC ini adalah campuran gas oil dan reduced crude
atau long residu.
Tabel 8.1 Faktor Kinerja Katalis Perengkahan
Katalis
Kinerja
Buatan :
106
Rasio
CO2/CO
dalam
Flue Gas
Silika
Alumina
Silika
Magnesia
Menghasilkan
gasolin ON >>>
Menghasilkan
gasolin lebih
banyak
43
4,2
95,8
1,0 1,2
49
4,1
92,8
1,6 2,0
46,5
4,4
94,7
1,7 2,2
---
---
---
---
Alam :
Tanah Stabilitas tinggi
Bentonit
Tanah Kaolin Sama dengan
silika alumina,
kecuali stabilitas
tinggi
a. FCCU Model IV
Proses ini dilisensi oleh ESSO Research And Engineering Co
sebagai modifikasi dari proses sebelumnya. Katalis ditransfer di antara
reaktor dan generator dalam saluran berbentuk U dengan bantuan
udara dan steam. Unit komersil model IV ini pertama
dipasang pada
ini
dilisensi
satu
vessel
oleh
M.W.
Kellogg
(reactor-regenerator)
Co,
dirancang
yang
memberi
15 30 psig. Ratio
107
Menghapuskan
tempat
udara
naik
(air-riser)
dengan
adanya
expansion joint
Mengurangi
ukuran
saluran
udara
dalam
regenerator
karena
Produk Ringan
Tk. 1
st
1 Stage
Reactor
Tk. 2
Distilat
Flue
Stripper
Gas
Steam
Udara
Umpan
2nd Stage
Reactor
2nd Stage
Fractionator
Regenerator
108
109
Proses ini adalah proses siklus katalis pada unggun tetap yang
dapat diregenerasi untuk mengubah umpan distilat menjadi gasolin,
distilat-distilat ringan dan berat, kokas, butan-butilen, dan fuel gas.
Kondisi operasi pada reaktor adalah suhu 840 875 oF, tekanan 7 30
psig, dan space velocity 1,0 2,0 v/hr/v.
Siklus pada proses ini terdiri dari :
On stream 10 menit
Purging 5 menit
Regenerasi 10 menit
Pada awalnya proses ini adalah yang pertama dari perengkahan katalis
yang ada sekarang. Instalasi komersil pertama dipasang pada kilang
Socony Vacuum Oil Co (sekarang Mobil Oil Co) di New Jersey pada tahun
1936. Diagram alir dapat dilihat pada Gambar 8.6.
Crude Tower
Recyle
Katalis
Produk
Ringan
Distilat
Menengah
Umpan
Furnace
Houdresid
Furnace
Fuel
Oil
Reactor
Crude Synthesis
Tower
dimana
katalis
mengalir
melalui
dapur
perengkahan
110
1050 oF pada kondisi regular, sedangkan pada kondisi super adalah 250
psi dan 1090
Imperial Oil Co di Ontario pada tahun 1960, yang diagram alirnya dapat
dilihat pada Gambar 8.7.
Produk
ke Fraksionator
Flue Gas
Umpan dari
Heater
Udara
111
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
112
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
d. Vibreaking
b. Perengkahan katalis
e. Semua salah
b. Perengkahan nafta
e. Perengkahan termis
d. Gas oil
b. Kerosene
e. Tar
c. Nafta
4. Proses dengan katalis unggun tetap dengan aktifitas yang tinggi dan
dapat diregenarasi adalah merupakan salah satu keuntungan dari
proses:
a. Proses Gulf-HDS
d. Proses Unicracking-JHC
b. Proses Hy-C
e. Proses H-G
113
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik
Kimia
1.
5. Lambrix, J.R., Morris, C.S, and Rosenfeld, H.J., Nopember 1979. The
Implications of Heavy Oil Cracking. Chem. Eng. Prog.
114
KEGIATAN BELAJAR IX
Jurusan
Teknik Kimia
alkilasi
termis.
5.
115
KEGIATAN BELAJAR IX
Lembar Informasi
Isomerisasi
9.1
IX
Proses
Jurusan
Teknik Kimia
Alkilasi,
Polimerisasi
dan
Pendahuluan
Terminologi alkilasi, apabila dipakai dalam pengertian yang tepat
alkilasi
di
dalam
industri
minyak
bumi
secara
umum
116
gas-gas
hasil
perengkahan,
karena
alkilasi
hanya
alkilasi
katalis
menawarkan
kemungkinan-kemungkinan
pelaksanaan reaksi pada kondisi sedang dan dengan variasi olefin yang
luas dibandingkan dengan alkilasi termis. Suhu reaksi berkisar antara 30
105 oF dan tekanan 1 atm - 150 psig. Katalis yang banyak digunakan
secara komersil untuk proses alkilasi ini adalah aluminium khlorida
(AlCl3), asam sulfat (H2SO4) dan asam flluorida (HF). Keunggulan proses
dengan katalis HF dibandingkan dengan katalis-katalis yang lain adalah
karena asam bekas dapat diregenerasi secara ekonomis dan suhu reaksi
dapat lebih tinggi dari pada proses asam sulfat.
9.2
Alkilasi Katalis
117
H2SO4
H3CCHCH3 + H2CCCH3
Isobutana
Isobutilena
CH3 CH3
H3CCCH2CHCH3
CH3
2,2,4 Trimetil Pentana
C3
118
C4
Alkilat
Refrigerasi
Soda
Pencuci
Umpan BB
Chiller
Debutanizer
Rerun
Coul
um
Gambar 9.1 Diagram Alir Proses Alkilasi Asam Sulfat
Secara garis besar unit alkilasi tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian Reaktor dan Treating
2. Bagian Pendinginan
3. Bagian Fraksionasi
Umpan masuk reaktor adalah fraksi isobutana yang
konsentrasinya tinggi dengan kemurnian 85 90 % (berat), dan stok
olefin yang biasanya
suhu
rendah
untuk
menekan
reaksi
berkelanjutan
atau
C atau 45
F,
emulsi
campuran
asam/hidrokarbon
119
dan
memberi
cenderung
mempercepat
reaksi
polimerisasi
yang
akan
asam
segar
ke
dalam
reaktor
dilakukan
apabila
olefin terhadap kualitas alkilat dapat dilihat pada Tabel 9.2. Harga-harga
hanya diberikan untuk propilena, butilena dan amilena saja, karena
produk yang diperoleh dari alkilasi polimer butilena adalah sama dengan
yang diperoleh langsung dari butilena.
Tabel 9.1 Umur Katalis untuk Berbagai Umpan Olefin
Olefin
Butilena
Amilena
Propilena
Polimer Butilen selektif
Polimer Butilen tak
selektif
120
Kinerja Alkilat
Renda
Tinggi
h
110,5
120,2
115,8
128,8
113,3
122,2
Propilen
a
Butilena
Amilena
F-3
Tipikal
113,3
122,2
118,5
adalah
alkilasi
keluaran
refrigerasi
(Effluent
Refrigeration
yang
berkualitas
tinggi
melalui
alkilasi
isobutana
dengan
asam
bekas
sehingga
yang
siap
konsumsi
dan
asam
121
terus
fluorida
menerus
sangat
dapat
sedikit.
dan akan berpengaruh buruk terhadap yield dan kualitas produk. Asam
yang sudah diregenerasi didaur ulang ke dalam reaktor.
Pada alkilasi isobutana dengan butilena, proses alkilasi HF
memproduksi suatu alkilat yang mengandung 2,2,4 trimetil pentana
yang prosentasenya lebih besar daripada proses alkilasi asam sulfat.
Angka oktan alkilat yang dihasilkan sangat tergatung pada jenis olefin
sebagai berikut :
i-C4H10 + i-C4H8
i-C4H10 + i-C5H10
i-C4H10 + i-C3H6
Alkilasi Termis
Alkilasi termis adalah alkilasi yang mengolah etilena yang diikuti
122
Gas-gas yang terbentuk dibebaskan dari material yang lebih besar dari
C2 melalui scrubber, lalu diikuti dengan kompresi dan pendinginan.
Etilena kemudian diserap oleh cairan isobutana pada suhu -30
F,
5000 psig
i C 4 & C2H4
123
Compressor
Gasoline
Etana/Propana
Pompa
Campuran Umpan
etana
propana
butana
Recycle i C4
Dapur Alkilasi
Gasoline
Neoheksana
Proses Polimerisasi
9.4.1 Polimerisasi Termis
Meskipun tidak seefektif polimerisasi katalis, polimerisasi termis
telah banyak dipakai pada beberapa kilang minyak dan secara khusus
dapat memberdayakan gas-gas jenuh yang tak dapat dipolimerisasi
langsung
dengan
katalis.
Proses
polimerisasi
termis
terdiri
dari
F,
1
x
----- ----------t P a (1 x)
Dimana :
K2 = tetapan kecepatan reaksi
t = waktu, menit
P = tekanan, psi
x = fraksi olefin yang bereaksi selama waktu t menit
a = fraksi olefin yang terkandung dalam umpan
124
untuk
mengolah
bensin
alam
(natural
gasoline)
yang
Umpan
Olefin
Poligasoline
Ringan
Poligasoline
Berat
Fractionator
Dapur Polimerisasi
Quench
Stabilizer
Polimer Berat
Gambar 9.3 Diagram Alir Proses Polimerisasi Termis Proses Kellog
Umpan olefin sebelum masuk ke dapur polimerisasi biasanya
dipersiapkan lebih dahulu melalui pemurnian (feed preparation). Hal ini
dilakukan mengingat gas-gas tersebut mungkin mengandung sulfur atau
asam sulfida, mempunyai tekanan rendah, konsentrasinya kurang atau
tidak stabil.
9.4.2 Polimerisasi Katalis
125
tak
dan
Selektif
adalah
polimerisasi
butilena-butilena,
sedangkan
campuran
propilena-
polimerisasi
antara
disebut
Polimerisasi Selektif.
Gasolin yang dihasilkan sebagai hasil reaksi adalah 2,2,4 trimetil
pentana atau kodimer yang mempunyai angka oktan tinggi. Kodimer bila
dihidrogenasi dapat menjadi isooktan.
Katalis yang digunakan pada polimerisasi katalis adalah asam
sulfat dan asam posfat dalam berbagai bentuk. Demikian juga silika
alumina, aluminium khlorida, boron trifluorida dan bauksit aktif telah
banyak digunakan sebagai katalis polimerisasi.
Polimerisasi tak Selektif
Polimerisasi tak selektif adalah suatu proses polimerisasi yang
terjadi pada suhu dan tekanan tinggi dengan umpan berupa campuran
hidrokarbon C3 dan C4 menggunakan katalis asam posfat.
Ada tiga modifikasi penggunaan asam posfat sebagai katalis yang
banyak dipakai, adalah :
1. Kuarsa yang dibasahi dengan larutan asam
2. Pelet yang diresapi asam (asam posfat padat) yang diisikan di dalam
chamber
3. Katalis padat berbentuk pelet yang dimuat dalam tube yang dikelilingi
oleh air pendingin di dalam reaktor.
Reaktor polimerisasi ini dijaga pada suhu 190 230
C dan
tekanan sekitar 500 psia. Sebagai tambahan, tembaga piro posfat juga
digunakan secara luas sebagai katalis menghasilkan produk yang hampir
sama dengan asam posfat dengan suhu reaksi yang lebih rendah.
1. Polimerisasi UOP
126
+ H3PO4
RCOOH
(NH4)3PO4
NH3
akan
berubah
menjadi
senyawa-senyawa
yang
sulit
dan
chamber.
polimerisasi
adalah
reaksi
127
Pencucian Soda
Umpan
C3/C4
Polim
er
Reactor
Depropanizer
Debutanizer
Polimerisasi Selektif
128
Proses Isomerisasi
Dewasa ini penggunaan proses isomerisasi dalam kilang minyak
rantai
cabang
secara
sinambung
dengan
129
Separator
Iso
Segar
Parafin
Catalyst Recovery
AlCl3
Recycle n-Parafin
Super Fractionator
Sludge
Gambar 9.5 Diagram Allir Proses Isomerisasi Aluminium Khlorida
Kondisi operasi 240 250 oF, tekanan 200 300 psig dan space
velocity adalah 1 2 /jam. Waktu tinggal di dalam reaktor adalah 10 40
menit, sehingga dicapai konversi 50 % untuk butana, 55 60 % untuk
pentana.
9.5.2 Isomerisasi dengan Katalis Logam Mulia
Katalis yang digunakan adalah platina atau logam-logam lain
berada dalam unggun tetap dan dapat diregenerasi. Kondisi operasi
bervariasi tergantung pada proses dan umpan yang dipakai, yaitu suhu
100 900 oF dan tekanan 150 1000 psig. Proses ini dikenal dengan
nama Isomerisasi Penex. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada
Gambar 9.6.
130
Produk
Isoparafin
Recycle H2
H2 Segar
C4 <
Umpan
Segar
Vent
Degasser
Heater
Separator
Reactor
Recycle Product
131
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
132
A. Polimerisasi
B. Platina
C. Alkilasi
D. Shell Oil
E. Polimerisasi
Termis
F. Cascade
Sulfuric Acid
G. 2,2,4 Iso
Butan
H. Isomerisasi.
I. Alkilasi
Termis
J. Polimerisasi
Aktif
K. Philips
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
yang
dimaksud
dengan
alkilasi,
polimerisasi
dan
isomerisasi, jelaskan !
2. Untuk
apa
diperlukannya
katalis
pada
proses
alkilasi
dan
Al 2O3
dan
polimerisasi?
3. Apakah
perbedaan
isomerisasi
dengan
katalis
133
9.
10.
hasil kondensasi.
Pada proses polimerisasi UOP senyawa nitrogen
yang dihasilkan dapat diproses menghasilkan
asam.
Sebelum dipergunakan sebagai katalis Aluminium
Khlorida dilarutkan terlebih dahulu dalam PbCl 3
cair.
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik
Kimia
134
KEGIATAN BELAJAR X
Jurusan
Teknik Kimia
PROSES REFORMING
memahami
fungsi
dan
operasi
unit
reforming
untuk
135
KEGIATAN BELAJAR X
Jurusan
Teknik Kimia
Pendahuluan
Reforming adalah suatu proses untuk merubah struktur senyawa
CH
/
\\
HC
CH
HC
CH
\
//
CH
136
4 H2
Proses Sinclair-Baker
Proses Platinum
reaktor dengan swing, terdiri dari :
Proses Hydroforming
Proses Powerforming
Proses Ultraforming
b. Katalis Unggun Bergerak, terdiri dari :
Proses hyperforming
Proses thermofor (TCR)
c. Katalis Unggun Terfluidisasi, terdiri dari :
Proses Fluid Hydroforming
d. Reforming dengan daur ulang, terdiri dari :
Proses Iso-Plus Houdriforming
Proses Reforming
10.2
Reforming Termis
Proses secara termis yang sinambung digunakan untuk
137
Gas
Umpan
Nafta
Flash
Tower
Absorber
Heater
Umpan
Gas Cair
Quench
Fuel Oil
Gasoline
138
Reforming Katalis
Reforming katalis merupakan suatu proses untuk meningkatkan
memproduksi
BTX
(benzene-toluene-xylene).
Pada
proses
139
Sikloheksana
Benzena
2. Dehidrosiklisasi parafin
H3C - (CH2)4 - CH3 ===== C6H6 + 4 H2
Heksana
Benzena
3. Isomerisasi parafin
H3C (CH2)5 CH3 ===== H3C CH (CH2)3 CH3
Heptana
CH3
2-Metil Heksana
4. Dehidro-isomerisasi naftena
H3C C5H8 CH3 ===== H11C6 CH3 ===== H5C6 CH3 + 3 H2
1,2-Dimetil Siklopentana Metil Sikloheksana
Toluena
5. Hydrocracking parafin
C10H22 + H2 ==== H3C (CH2)3 CH3
n-Dekana
Pentana
CH3
6. Desulfurisasi
H4C4S + 4 H2 ===== C4H10 +
Tiofen
Butana
H2S
H2 ===== C5H12
Pentana
dengan
demikian
reaksi-reaksi
tersebut
sangat
menonjol,
yang
hydrocracking
rendah,
tekanan
sebagaimana
tinggi
juga
dan
suhu
reaksi-reaksi
tinggi.
Reaksi
dehidrogenasi
dan
dengan
umpan
yang
kaya
140
parafin
dapat
dilakukan
141
Kiln
Produk
Udara
Recy
cle
Gas
Umpan
Nafta
Elevator Katalis
Gambar 10.3 Diagram Alir Proses Reforming Unggun Bergerak
10.3.2 Proses Reforming Unggun Terfluidisasi
Proses reforming katalis menggunakan unggun terfluidisasi dari
katalis padat, merupakan suatu proses regenerasi yang sinambung
dengan reaktor terpisah ataupun terintegrasi untuk menjaga aktifitas
katalis dengan cara memisahkan kokas dan sulfur. Sebagai umpan
adalah nafta ringan hasil perengkahan atau nafta ringan dicampur
dengan gas daur ulang yang kaya hidrogen. Katalis yang digunakan
adalah molibdat 10 % dalam alumina yang secara material tidak
dipengaruhi oleh arsen, besi, nitrogen atau sulfur dalam jumlah yang
normal. Kondisi operasi dalam reaktor sekitar 200 300 psig dan suhu
900 950 oF pada space velocity 0,3 0,8/jam. Kecepatan gas daur
ulang adalah 4000 6000 scf/barel umpan dengan nisbah berat antara
katalis dan minyak adalah 0,5 1,5. Kondisi regenerasi yang digunakan
adalah 210 310 psig dan suhu 1000 1100
F. Pengolahan
Regenerator
Reactor
142
Recycle Gas
Udara
Umpan
Nafta
Gambar 10.4 Diagram Alir Proses Unggun Terfluidisasi
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
perbedaan
proses
reforming
katalis
dan
reforming
termis ?
3. Buatlah
suatu
mekanisme
reaksi
pada
proses
pengolahan
reforming !
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah ini
menurut anda paling benar !
c. Polimerisasi
b. Reforming
d. Hydroreforming.
c. Reforming Thermis
b. Polyforming
d. Hydroforming
143
c. Hydroforming
d. Polyforming.
4. C5H10 + H2 adalah :
a. C5H12
c. C6H14
b. C7H16
d. C7H14
144
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
Reforming Termis !
145
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik
Kimia
146
KEGIATAN BELAJAR XI
Jurusan
Teknik Kimia
2.
dan
mampu
menjelaskan
perbedaan
proses-proses
147
KEGIATAN BELAJAR XI
Jurusan
Teknik Kimia
Pendahuluan
Proses-proses penyulingan dengan pelarut merupakan
dipakai
sekarang
untuk
umpan
minyak
berat
dan
distilat
148
11. 2
metoda
penggunaan
pelarut
dikembangkan.
Distilasi,
dengan
pelarut,
jika
pendahuluan
umpan
perengkahan
dilakukan
katalis
untuk
dapat
pengolahan
dipertimbangkan
149
2. Propane Deasphalting.
3. Propane Decarbonizing.
4. Fraksionasi Propana.
5. Ekstraksi HF.
6. Ekstraksi SO2.
11.2.1 Ekstraksi Furfural (pengolahan gas-oil dan lube-oil)
Ekstraksi dengan furfural proses kontinyu untuk memisahkan
aromatik, nitrogen, sulfur, dan logam-logam organik, senyawa-senyawa
bersifat asam dan tidak stabil dari dalam minyak yang akan berpengaruh
terhadap kualitas pembakaran, kebersihan mesin, dan bilangan setana.
Umpan yang diolah terdiri dari minyak diesel, gas-oil rengkahan katalis,
dan minyak bakar.
Suhu
pengolahan
ekstraksi
gas-oil
bila
dan
rasio
pelarut
dibandingkan
biasanya
dengan
rendah
pengolahan
pelumas (lube-oil).
Diagram alir sederhana proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.1.
150
untuk
minyak
dilarutkan
dalam
pelarut
151
propan
dan
material
yang
152
Proses
ini
menggunakan
propan
sebagai
pelarut
dan
Evaporator Propan
Umpan
Aspal
Lube
Low
Dapur
Oil
Oil
Tanki Propan
Stripper
Flash Drum
153
Oil
Vis
154
minyak-minyak
pelumas
agar
supaya
produk
memperlihatkan
karakteristik fluiditas yang baik pada suhu rendah (titik tuang rendah).
Mekanisme penarikan lilin oleh pelarut dapat dilakukan, baik pada
pemisahan lilin sebagai padatan yang mengkristal dari larutan minyak
pada suhu rendah maupun pada pemisahan lilin sebagai cairan yang
diekstraksi pada suhu di atas titik leleh lilin melalui pemilihan pelarut
yang istimewa. Metoda yang terakhir tidak dapat berkembang pada unit
komersil. Metoda yang pertama merupakan basis yang sangat penting
dari semua proses penarikan lilin yang ada secara komersil.
Pelarut untuk proses dewaxing haruslah :
155
mempunyai
panas
laten
dan
panas
jenis
karkteristik
yang
156
yang banyak digunakan adalah metal isobutil keton dan metil butil
normal keton. Komposisi campuran pelarut tergantung pada tipe umpan
yang akan ditarik lilinnya.
Untuk umpan yang lebuh banyak mengandung parafin dapat
ditarik lilinnya dengan pelarut yang mengandung sedikit keton yang
biasanya dipakai untuk penarikan lilin dari umpan yang berasal dari
minyak dasar naftenik dan aspaltik. Penggunaan campuran pelarut ini
adalah suatu contoh dari dua teori yang berlawanan pada solven
dewaxing baik minyak maupun lilin relatif tidak larut dalam satu pelarut
(MEK), sementara itu baik minyak maupun lilin dapat larut dalam semua
perbandingan pelarut lain (benzol dan toluol). Jadi dengan perbandingan
yang tepat dari dua pelarut yang mempunyai aksi berlawanan dapat
memberi kemungkinan pengaturan terhadap kelarutan lilin. Diagram alir
proses ini dapat dapat dilihat pada Gambar 11.5.
Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp. Unit pertama telah
dibangun pada tahun 1927.
157
158
sentrifugal.
Pelarut
yang
digunakan
adalah
secara
komersial, yaitu campuran etilen dikhloro (78 %) dan benzol (22 %).
Benzol dapat digunakan karena mempunyai daya pelarutan yang rendah
terhadap kandungan minyak pada suhu rendah. Nisbah pelarut-minyak
yang digunakan sekitar 3 berbanding 1. campuran dipanaskan menjadi
110 oF lalu didinginkan sampai 12 oF dan yang kedua adalah 5 sampai
(1 20) oF. Pelarut dipisahkan dari fasa minyak dan lilin pada suhu 290 oF.
11.3.6 Urea Dewaxing
Proses ini adalah proses yang sangat selektif, dan berbeda
dengan proses-proses yang lain, yaitu tanpa menggunakan refrigerasi
(chiller). Aliran proses sama seperi diagram alir pada Gambar 11.5.
Umpan dan pelarut urea bercampur secara kontinyu di dalam tangki
berpengaduk. Pada proses ini digunakan aktivator pelarut yang dapat
berupa cair, ester, keton, atau alkohol seperti metanol. Urea dan
aktivator dalam waktu yang singkat akan membentuk suatu gumpalan
dengan lilin parafin dari umpan minyak. Eflfuent dari kontraktor disaring,
minyak yang
sudah
diambil lilin
dipisahkan dari
pelarut dengan
159
dan
untuk
mendapatkan
kecepatan
penyaringan
yang
Produksi Lilin
Proses-proses yang dilakukan untuk memproduksi lilin ditujukan
pada penarikan minyak dari petroleum wax yang pekat (slack wax) yang
merupakan suatu produk dari proses dewaxing. Operasi penarikan
minyak dari lilin ini adalah peristiwa fisik alamiah, yang sama dengan
yang dipakai pada minyak-minyak yang diambil lilinnya dan sering
diubah hanya pada pemilihan kondisi pengolahannya. Minyak yang
dikenal sebagai lilin yang mempunyai titik leleh rendah dipisahkan dari
160
F.
proses dapat dilihat pada Gambar 11.6. Proses ini dilisensi olehproduk
Texaco
Development Corp.
Filter
lilin
Filter
Filtrat
solven
Filtrat
Chiller
Chiller
lilin lunak
161
umpan
konsentrat lilin
Tanki
Solven
solven
162
11. 5
yang
diperlukan
pada
pelumasan
modern
dengan
cara
umpan
seperti
senyawa-senyawa
aromatik,
naftena dan
163
proses Duo-Sol.
Distillation
Rafinat
Pelarut Kering
Pelarut Basah
Feed
Preparation
Umpan
Air
Extractor
Pelarut Basah
Ekstrak
Distillation
Daur Ulang Ekstrak
Gambar 11.7 Diagram Alir Proses Ekstraksi Pelarut Tunggal
Macam-macam proses distilasi minyak pelumas adalah :
1. Distilasi Furfural.
2. Ekstraksi Fenol.
3. Proses SO2 Edeleanu.
4. Ekstraksi Chlorex.
5. Ekstraksi Nitrobenzena.
6. Ekstraksi Duo-Sol.
7. Proses SO2 Cair-Benzena.
11.5.1 Penyulingan Furfural
Penyulingan furfural adalah proses pelarut tunggal untuk
memisahkan senyawa aromatik, senyawa naftenik, senyawa olefenik, dan
senyawa-senyawa hidrokarbon tak stabil dari minyak-minyak dasar
pelumas. Dengan demikian berarti memperbaiki indeks viskositas dan
karakteristik kestabilannya. Pelarut yang dipakai adalah furfural yang
merupakan
senyawa
aldehid
yang
dibuat
dari
sampah
tumbuh-
164
bersirkulasi.
Proses
ini
dilisensi
dan
dikembangkan
oleh
Texaco
(28,3
karbon
dengan nisbah
F, dan 0,16
pelarut-minyak
2,1
165
166
F) diolah
F akan menghasilkan
210 0F). Proses ini dikembangkan dan dioperasikan oleh Atlantic Refining
Co.
11.5.6 Ekstraksi Duo-Sol
167
oleh propan maka viskositas fasa rafinat menjadi rendah, sehingga relatif
lebih mudah dipisahkan dari fasa ekstrak. Pada suhu pengolahan yang
normal,
kelarutan
lilin
dalam
propan
cukup
tinggi
sehingga
dilakukan
tanpa
menarik
lilin.
Unit
komersil
proses
ini
168
F. Nisbah pelarut-
minyak adalah 4 : 1 atau lebih besar (% berat untuk propana dan % vol
untuk selecto). Kandungan fenol dalam selecto adalah 35 40 % vol atau
lebih besar. Kandungan air dalam selecto dijaga lebih kecil dari 0,15 %.
Variabel-variabel di dalam ekstraksi Duo-Sol yang umum dipakai adalah
sebagai berikut : a) pada nisbah propana-selecto yang konstan, kenaikan
rasio total solven-minyak akan memperbaiki indeks viskositas dan karbon
residu rafinat, b) pada nisbah selecto-minyak yang konstan, kenaikan
propana akan menurunkan indeks viskositas dan juga dapat menurunkan
atau menaikkan karbon residu, c) pada nisbah propana-minyak yang
konstan, kenaikan selecto akan memperbaiki indeks viskositas dan
karbon residu.
11.5.7 Proses SO2 Cair Benzena
Proses ini menggunakan pelarut campuran untuk mengolah
minyak-minyak pelumas yang akan diperbaiki indek viskositasnya. SO 2
cair adalah pelarut yang sangat selektif terhadap senyawa-senyawa
hidrokarbon aromatik dan non-parafinik lainnya, tetapi mempunyai
kapasitas pelarut yang rendah. Campuran SO 2 cair dan benzena akan
menaikkan kapasitas pelarutan dengan tetap memelihara selektivitas.
Variasi persen benzena didalam campuran pelarut dimungkinkan untuk
memilih kondisi operasi yang menguntungkan bagi suatu umpan supaya
spesifikasi produk yang diingini dapat diperoleh.
Pada suatu suhu ekstrasi tertentu, kenaikan dalam persen
benzena
akan
menaikkan
daya
pelarutan
solven
(pelarut)
dalam
F,
residu
dan
stabilitas
oksidasi.
169
Pengolahan
minyak-minyak
tinggi, akan tetapi produk utama dari rafinat yang telah ditarik
aromatiknya ini adalah kerosin atau parafin ringan tak berbau yang
digunakan untuk minyak bakar jet (avtur) atau pelarut khusus nonaromatik .
Umpan yang diolah dapat berupa hampir semua hasil-hasil
kilang
seperti
naphta straight-run,
naphta
reforming yang mempunyai jarak didih antara 150 700 oF. Selama
dilakukan mekanisme proses-proses ekstraksi cair-cair, adsorpsi selektif
dan distilasi ekstraktif yang sederhana untuk memisahkan aromatik,
maka distilasi azeotrop kadang-kadang digunakan secara komersil
dalam pemulihan pelarut dari proses-proses tersebut.
Macam-macam proses ekstraksi aromatik adalah :
1. Distilasi Ekstraktif.
2. Ekstraksi Udex.
3. Ekstraksi Modifikasi SO2.
4. Proses Arosorb.
5. Adsorpsi Siklik.
6. Ekstraksi Sulfolan.
11.6.1 Distilasi Ekstraktif
170
digunakan
untuk
menaikkan
beda
tekanan
uap
di
antara
komponen-komponennya.
Apabila terdapat olefin di dalam umpan, maka dilakukan
pengolahan pendahuluan secara kimia dengan asam sulfat, asam fosfat
atau tanah liat. Pelarut-pelarut yang digunakan adalah fenol untuk
benzena dan toluena, campuran asam kresilat untuk silena. Proses ini
dilisensi oleh Shell Development Co. Unit komersil pertama beroperasi
pada tahun 1940.
dari
aromatik
dengan
kemurnian
tinggi
dari
campuran
171
fraksionasi. Proses ini mula-mula dikembangkan oleh Sun Oil Co, tetapi
sekarang hak patennya dipegang oleh UOP. Unit komersil pertama telah
172
173
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
5.
Jelaskan
mekanisme
pembentukan
kristal
lilin
sehingga
174
dapat
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
macam-macam
cara
penarikan
aspal
dengan
menggunakan pelarut !
2. Apakah perbedaan proses penarikan aspal dengan menggunaan
metoda Ekstraksi Furfural dan proses deasphalting ?
3. Pada penarikan aspal dengan solven propan, jelaskan kriteria jenis
umpan yang dapat diolah sehingga diperoleh yield yang tinggi !
4. Jelaskan kerugian memakai solven MEK (metil etil keton) pada
pembuatan lilin apabila proses deoiling tidak diikuti dengan proses
dewaxing !
175
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik
Kimia
176
Jurusan
Teknik Kimia
PROSES-PROSES PEMURNIAN
pengolahan
dengan
soda,
regeneratif.
177
yaitu
regeneratif
dan
non-
2.
3.
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
uraian
proses
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
mekanisme
6.
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
uraian
proses
Jurusan
Teknik Kimia
Pendahuluan
Zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak mentah bervariasi
dalam jumlah dan jenisnya. Zat-zat tersebut terdiri dari senyawasenyawa organik yang mengandung sulfur, nitrogen, dan oksigen; logamlogam terlarut dan garam-garam anorganik; garam-garam yang terlarut
yang larut dalam air yang terbawa minyak membentuk emulsi. Zat-zat
pengotor yang tidak diingini, biasanya dipisahkan atau dirubah ke dalam
bentuk yang tidak berbahaya.
178
seperti warna yang jelek, ketidak stabilan terhadap cahaya, korosif, bau
yang tidak enak, dan lain-lain.
Beberapa pengolahan secara kimiawi dan gabungan beberapa
cara dapat dipakai, dan kebanyakan memilih satu atau lebih dari
klasifikasi pengolahan sebagai berikut: 1) dengan asam, 2) dengan alkali
(soda), 3) dengan pelarut, 4) dengan oksidasi, 5) dengan adsorpsi
lempung.
Pemilihan proses pengolahan untuk situasi kilang tertentu
tergantung pada keadaan alam fraksi minyak yang diolah dan spesifikasi
yang
diingini
untuk
produk
akhir
atau
produk
menengah.
Pada
12.2
setua industri minyak itu sendiri. Bau dan warna produk diperbaiki
dengan memisahkan asam-asam organik dan senyawa-senyawa sulfur
seperti asam naftenik, merkaptan sulfur, hidrogen sulfida, dan senyawasenyawa fenol.
Salah satu contoh diagram alir proses soda dapat dilihat pada Gambar
12.1.
179
b. Pengolahan Polisulfida
2. Pengolahan Regeneratif
a. Proses Distilat Dua Lapis
b. Elektrolisa Merkaptan
c. Proses Gasolin Dua Lapis
d. Proses Ferosianida
e. Proses Mercapsol
f.
Regeneratif Steam-Solutizer
180
g. Regenaratif udara-Solutizer
h. Regenaratif Tanin-Solutizer
i.
yang
dilakukan
dengan
scrubber.
Proses
ini
diaplikasikan pada unit pembakaran bahan bakar cair (fuel oil) dan padat
(batubara) pada ketel (boiler) untuk pembuatan steam, seperti terlihat
pada Gambar 12.2.
dipakai
apabila
kotoran-kotoran
minyak
berada
dalam
181
memisahkan fenol dan merkaptan di dalam sistem dua atau tiga tingkat
dengan penyerap soda.
b. Pengolahan dengan Polisulfida
Proses
ini
adalah
pengolahan
kimia
non-regeneratif
untuk
memisahkan sulfur erlementer dari produk kilang cair. Larutan sodapolisulfida disiapkan dengan cara melarutkan 1 lb Na 2S dan 0,1 lb S2 ke
dalam masing-masing satu galon NaOH 15
F. Peralatan yang
182
bakar
distilat-distilat
murni
atau
rengkahan
menggunakan
reagensia dua lapis. Bagan alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 12.4.
Pada
proses
ini,
diperbaiki
stabilitas
residu
karbon,
dan
proses
yang
regeneratif.
Proses
ini
dipakai
untuk
183
184
reagensia
soda-natrium
ferosianida.
185
Natrium
ferosianida
dikembalikan
ke
dalam
menara
ekstraksi.
Aliran
lainnya
Melalui
pengolahan
ini
maka
minyak
akan
diperbaiki
pengolahan
kimia
ini
dikembangkan
oleh
Shell
steam pada suhu 270 oF pada kolom stripping. Steam dan merkaptan
dikondensasi dan dipisahkan, sedangkan laurtan solutizer yang telah
diregenerasi dikembalikan kedalam ekstraktor. Konsumsi larutan ini
adalah 10 -
186
dengan
Regeneratif
Steam-Solutizer
kecuali
pada
langkah
10 - 20 menit. Disulfida
187
dan
metanol
dari
tengah-tengah
menara.
Soda
bekas
pemurnian
menggunakan
soda
kaustik
merupakan
cara
188
tetapi yang lebih umum digunakan adalah asam sulfat (H 2SO4) karena
mempunyai kelebihan yaitu dapat menyerap sulfur, mengendapkan aspal
dan menghilangkan bau yang tidak enak.
Pemurnian dengan asam sulfat merupakan pemurnian secara
kimia, baik secara kontinyu maupun secara batch. Reaksi antara asam
dengan hidrokarbon sangat kompleks, umumnya membentuk ester dan
polimer, sebagai berikut :
RSH CH2 + H2SO4
RSH CH2
RCH2CH2SO4H
R[ -CH.CH2 -]n
Ester-ester yang terbentuk larut dalam asam, tetapi ia hanya sedikit larut
dan sulit dihidrolisis dengan air, dan pada akhirnya produk yang
dihasilkan masih mengandung sulfur.
Macam-macam proses pengolahan dengan asam adalah :
1. Pengolahan dengan Asam Sulfat
2. Proses Nalfining
a. Pengolahan dengan Asam Sulfat
Pengolahan dengan asam sulfat adalah proses pengolahan
secara kimia baik dengan cara batch ataupun kontinyu dipakai untuk
memisahkan sulfur, mengendapkan bahan-bahan yang mengandung
aspal, dan memperbaiki stabilitas, warna, dan bau dari sejumlah produkproduk kilang. Kebutuhan/jumlah asam sulfat yang dipakai dan kondisi
operasi serta umpan yang diolah dapat dilihat pada
Tabel 12.1.
Dosis
(lb /
barrel)
1 15
0 60
2
80
maks 8
Fraksi yang
Diolah
Suhu
(oF)
Kerosin
Pelumas
Gasolin
Min. Bakar
Min. Transport
Distilat
(tekan)
90 - 135
110 - 180
65 - 60
Kotoran
yang
Disisihkan
Gab. Sulfur
Ter
Sulfur
Dist. Sulfur
189
Waktu
Kontak
(men)
30 40
10
<1
190
dan
di-steam
secara
in-situ,
191
kemudian
dipisahkan
dan
proses
pengolahan
dengan
192
lempung
secara
kontinyu
dan
regeneratif, untuk menstabilkan dan memperbaiki warna pelumaspelumas atau lilin yang telah didistilasi, disuling menggunakan pelarut,
atau diolah dengan asam. Umpan dipanaskan pada 125 - 350
193
setelah
pemisahan
gas-gas
yang
tidak
dapat
Pengolahan Sweetening
Proses sweteening adalah suatu proses untuk memisahkan
erlementer
(sendiri-sendiri
maupun
yang
terikut
194
dengan
2 RSSR + 2 H 2O
(RS)2Pb + 2 NaOH
195
(RS)2Pb + S
RSSR + PbS
masam
dicuci
pendahuluan
dengan
soda
kaustik
untuk
196
197
d. Proses Bender
Proses ini dikembangkan oleh Sinclair Refining Co pada tahun
1940 dan dilisensi oleh Petreco Division of Petrolite Corp, adalah suatu
proses pengolahan dengan katalis unggun tetap yang kontinyu untuk
memurnikan (sweetening) kerosin, minyak-minyak jet menggunakan
katalis timbal sulfida. Proses sweetening dipengaruhi oleh perubahan
merkaptan menjadi disulfida. Sejumlah sulfur, alkali, dan udara yang
dikontrol ditambahkan ke dalam aliran umpan dan dilewatkan ke dalam
unggun katalis timbal disulfida. Pengaturan yang tepat terhadap timbal
akan menghasilkan produk-produk yang tidak korosif. Unggun katalis
diregenerasi secara kontinyu. Diagram Alir proses dapat dilihat pada
Gambar 12.9.
e. Proses Merox
Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh UOP Co adalah suatu
proses
gabungan
untuk
ekstraksi
merkaptan
dan
memurnikan
198
199
4 CuCl + 4 HCl + O2
4 CuCl2 + H2O
200
201
dengan seng sulfida atau batu apung. Reagensia terdiri dari senyawa
amonium khlorida dan tembaga sulfat.
c. Linde Copper Sweetening
Proses ini dilisensi oleh Linde Division of Union Carbide Corp yang
dikomersilkan
memurnikan
sejak
tahun
gasolin
dan
1935
merupakan
distilat-distilat
proses
ringan
slurry
untuk
(straight-run)
dan
rengkahan. Regensia dibuat dari lempung 200 mesh dan kupri khlorida.
Umpan minyak mula-mula dipanaskan lalu ditambahkan oksigen dan
dikontakkan dengan slurry lempung-kupri khlorida pada suhu 80 - 100 oF.
Campuran diendapkan dan dipisahkan dimana umpan olahan dikeluarkan
dan dicuci dengan natrium sulfida untuk memisahkan trace tembaga.
12.4.2 Proses Desulfurisasi
Proses ini adalah proses pemurnian gas alam maupun gas-gas
kilang yang mengandung hidrogen sulfida dan senyawa-senyawa asam
lainnya. Proses yang paling populer adalah proses yang menggunakan
reagensia yang dapat diregenerasi dan recover H2S. Pada operasinya dan
prinsip operasinya adalah sama dengan skema umum seperti terlihat
pada Gambar 12.12.
Material yang ada dalam gas seperti karbon dioksida, hidrogen
sianida, merkaptan, karbonil sulfida, karbon disulfida, dan uap air akan
mempengaruhi pemilihan proses pemurnian tersebut. Proses-proses yang
menggunakan hembusan udara untuk regenerasi reagensia adalah
penyumbang terhadap pengotoran udara apakah langsung keluar ke
atmosfir ataukah untuk umpan dapur industri. Proses-proses pemisahan
H2S dapat dilihat pada Tabel 12.2.
202
Reaksi
2 NaOH + H2S NasS + 2 H2O
Ca(OH)2 + H2S CaS + 2 H2O
FeO + H2S FeS + H2O
Seaboard
Thylox
Girbotol
Fosfat
Penolat
Karbonat
Regenerasi
Tidak perlu
Tidak perlu
Sebagian
dengan udara
Hembusan
udara
Hembusan
udara
Steaming
Steaming
Steaming
Steaming
203
4. Proses Alkazid
5. Proses Kalium Karbonat Panas
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
1. Proses Girbotol
Proses ini dilisensi oleh Girdler Corp, merupakan suatu proses
kontinyu yang regeneratif untuk memisahkan H 2S, CO2, kotoran-kotoran
asam lainnya dari gas alam dan gas-gas kilang. Proses ini menggunakan
reagensia amina organik seperti MEA, DEA, dan TEA. Etanol amin adalah
basa kuat yang larut dalam air mempunyai afinitas terhadap H 2S pada
suhu 160 - 180 oF. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan dengan larutan
amin secara berlawanan arah dalam absorber berupa menara onggok
(packed tower) yang berisi raschig-ring pada suhu 100 - 150
F.
Regenerasi berlangsung pada suhu 200 oF. Unit pertama pada pemisahan
H2S dari gas alam dipakai pada pabrik gas alam Shell Oil di North
Maryland. Sampai dengan tahun 1938, dimulai pemisahan H 2S dari gas
kilang menggunakan proses Girbotol pada kilang minyak Atlantic Refining
Co di Port Arthur-Texas.
2. Proses Glikol-Amin
Proses
ini
dikembangkan
dan
dilisensi
oleh
Fluor
Corp.
204
F.
Regenerasi berlangsung pada suhu 240 oF. Untuk mengekstrak H2S dari
dalam hidrokarbon cair dipakai menara onggok (packed tower).
4. Proses Alkazid
Proses ini untuk memisahkan H 2S dan CO2 dari gas alam atau
gas-gas kilang menggunakan larutan pekat asam-asam amina. Proses ini
diperkenalkan dalam industri di Eropa oleh Badische Anilin & Soda Fabrik
AG of Ludwigshafen am Rhein pada tahun 1959. Operasinya terdiri dari
proses recycle kontinyu, dan absorpsi gas-gas dengan pemanasan dan
dikembalikan ke dalam absorber melalui penukar panas dan pendingin.
Garam-garam alkazid (alkazid-M dan alkazid-DIK) tidak mudah menguap
dan larutannya adalah cairan-cairan alkali yang reaktif dan stabil.
Kapasitas penyerapan untuk H2S dan CO2 sangat tinggi, tetapi sangat
rendah untuk hidrokarbon. Alkazid-DIK memberikan hasil yang sangat
memuaskan untuk pemisahan selektif H 2S mengandung CO2 dan untuk
pemurnian hidrokarbon cair. Larutan alkazid-M dipakai untuk memisahkan
H2S dan CO2 dari gas disertai dengan efisiensi penyerapan yang sangat
tinggi (98,6 %+).
5. Proses Kalium Karbonat Panas
Pemakaian proses ini lebih praktis untuk memisahkan gas alam
pada tekanan di atas 250 psi mengandung gas asam 5 - 50 %. Gas asam
dapat dikurangi menjadi 0,5 %. Sejumlah proses karbonat dengan variasi
lain telah dirancang oleh Petrocon Engineering Co, yaitu :
205
asam
dengan
larutan
alkali
yang
mengandung
aditif
untuk
dirubah
menjadi
monotioarsenat
melalui
reaksi
dengan
206
207
208
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
Proses Polisulfida
Jenis Umpan
??
??
??
Senyawa yang dipisahkan
3. Perkirakanlah gas-gas hasil pembakaran fuel-oil dan buat diagram alir
sederhana
proses
penyerapan
senyawa
sulfur
dari
gas
hasil
pembakaran tersebut !
4. Jelaskan mekanisme regenerasi pada pengolahan soda dengan proses
Steam-Solutizer. Lengkapi jawaban saudara dengan diagram alir !
5. Berikan perbedaan pengolahan-pengolahan dengan solutizer pada
pengolahan dengan soda menurut tabel berikut atau tabel yang anda buat sendiri.
Solutizer-Steam
209
Solutizer-Tanin
?????
?????
?????
?????
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
3.
Filtrasi
Perkolasi
Tipe
Lempung
Suhu
Solven
210
Efluen
Alkilasi
Lempung
Gray
Regenerasi
Minyak
Umpan
7. Jelaskan dan uraikan perbedaan proses pemurnian antara doctor
sweetening dengan cooper sweetening !
8. Jelaskan keuntungan memakai inhibitor pada proses pemurnian
oksidasi sweetening !
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik
Kimia
1.
2.
Brady, J.D., June 1982. Particulate and SO2 Removal with Wet
Scrubbers. Chem. Eng. Progress. Hal. 73 77.
211
Jurusan
Teknik Kimia
GAS-GAS KILANG
Mahasiswa
mampu
menguraikan
komponen-komponen
3.
4.
5.
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
mekanisme
penarikan
dan
212
Jurusan
Teknik Kimia
Pendahuluan
Metoda pemisahan ataupun pemekatan gas dari produk-produk
213
b. Polimerisasi
Gas-gas yang bertekanan rendah dimasukkan ke dalam
kompresor sehingga tekanannya menjadi tinggi dan selanjutnya diolah
dalam unit stabilizer dan absorber. Proses-proses tersebut dimaksudkan
untuk memisahkan gas ringan C1 C2 sebagai bahan bakar gas kilang
(refinery fuel gas), dan komponen-komponen propan dan butan sebagai
bahan pembuatan gas cair elpiji (LPG).
13.2
refinery fuel gas adalah gas ringan yang terdiri dari C 1 C2 merupakan
produk atas yang tidak terkondensasi dari unit-unit distilasi dan
perengkahan.
Sumber-sumber gas kilang (refinery fuel gas) yang tidak
terkondensasi berasal dari unit-unit 1) Distilasi atmosfir dan distilasi
hampa, 2) Perengkahan Termis, 3) Perengkahan Katalis, 4) Polimerisasi,
dan 5) Berasal dari puncak menara absorber berupa gas-gas yang tidak
terserap.
Umumnya gas-gas tersebut bertekanan rendah sekitar 1 - 5 psig.
Gas-gas yang bertekanan sedang selain untuk refinery fuel gas,
dikumpulkan dan dikirim ke unit kompresi gas untuk menaikkan
tekanannya menjadi 85 - 90 psig. Gas yang bertekanan tinggi lalu dikirim
ke unit-unit stabilizer dan absorber untuk menyerap komponen propan
dan butan sebagai bahan baku untuk elpiji.
13.3
Gas Elpiji
Gas elpiji (LPG = Liquified Petroleum Gas) adalah gas kilang yang
214
h. Sterilisasi
b. Memasak
i. Pasteurisasi
c. Pemanasan
d. Refrigerasi
e. Insinerator
f.
Pengeringan pakaian
m. Pengawetan
tembakau
g. Pembakaran rumput liar
2.
e. Belanga timbal
c. Ketel uap
g. Pemanas ruangan
d. Pembangkit steam
b. Tungku porselen/keramik
e. Pengecoran logam
c.
f. Pabrik gelas
Memproses tekstil
b. Aldehida
h. Asetat
i. Nitroparafin
d. Asam-asam organik
j. Plastik
e. Deterjen
k. Keton
f.
Etilen glikol
215
menurut
NGAA
(Natural
Gas
Association
of
America)
3.
4.
5.
216
Propan
Komersil
210
-37
0,02
<1
Tidak ada
air
Level 2
C3 / C 3 =
Butan
Komersil
70
+36
0,02
<1
Tidak ada
air
Level 2
C4 / C 4 =
Campuran
C3/C4
200
+36
0,02
<1
Tidak ada
air
Level 2
C3 / C3= &
C4 / C 4 =
Propan
HD-5
200
-37
0,015
<1
Tidak ada
air
Level 2
90 % C3
5 % C3=
217
proses
tersederhana
dibanding
dengan
proses-proses
218
13.4
Gas Hidrogen
Keuntungan dalam pemurnian fraksi-fraksi minyak bumi melalui
219
Gasolin
Stripper
Depropanizer
Drbutanizer
Lean Oil
LPG C3 LPGC4
220
Recycle Gas
Vent-Gas
Off-Gas
dari Reformer
(50 - 90 % H2)
Reaktor
Umpan
Minyak
Stripper
Heater
Steam
Separator
Treated Product
2. Proses Hydrofining
3. Proses Ultrafining
Proses
Hydrodesulfurisasi
Kellogg
5. Proses Hidrodesulfurisasi Trickle
15.
Proses Hydrobon
Proses Desulfurisasi Kobal-
Molibdat
7. Proses Diesulforming
18.
1. Proses Unifining
Proses ini dilisensi bersama-sama oleh Union Oil of California dan
UOP Co adalah suatu proses katalis unggun tetap yang regeneratif untuk
221
oksida
dalam
alumina
sebagai
support
yang
dapat
in-situ
menggunakan
campuran
udara
dan
steam.
222
dan
kontaminan
logam
dari
distilat
menengah,
umpan
223
Kecepatan minimum untuk recycle hidrogen adalah 500 - 5000 scf per
barel umpan. Proses ini menggunakan gas buang dari reformer yang
mengandung hidrogen 65 %. Unit pertama beroperasi pada kilang
Sinclair Refining Co di Marcus Hook-Pennsylvania pada tahun 1955.
7. Proses Diesulforming
Proses ini adalah proses katalis unggun tetap yang regeneratif
untuk menarik sulfur dan meningkatkan kualitas produk kilang nafta,
distilat
menengah
dan
gas-oil.
Katalis
yang
digunakan
adalah
550 psig.
Kecepatan minimum daur ulang hidrogen adalah 5000 scf per barel
umpan. Untuk proses yang efektif maka konsentrasi hidrogen dalam
aliran gas adalah 50 % mol, apabila lebih rendah akan menyebabkan
turunnya aktifitas desulfurisasi. Proses ini pertama kali dipakai dalam
operasi pada kilang Husky Oil Co di Wyoming pada tahun 1953.
8. Proses Hydropreating
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process and Chemical Co dimana
proses ini disebut juga sebagai proses Houdry Guard Case (biasanya
bergabung dengan unit Houdriformer). Proses ini adalah proses katalis
unggun tetap yang tidak regeneratif untuk menarik sulfur dan hidrogenat
dari stok minyak yang berasal dari reforming katalis. Katalis yang dipakai
semuanya
buatan
Houdry,
apakah
katalis
Houdriforming
yang
9. Proses Autofining
224
225
logam
dipisahkan,
dan
olefin
dijenuhkan
untuk
memperbaiki warna dan stabilitasnya. Katalis yang dipakai adalah kobalmolibdat dalam alumina. Umpan minyak dan hidrogen masuk reaktor
pada suhu 650 800 oF dan tekanan 350 - 1000 psig. Kecepatan gas
recycle adalah 400 - 3000 scf per barel minyak. Unit pertama beroperasi
dalam kilang Pure Oil Co di Newark-Illinois pada tahun 1956 untuk
mengolah umpan reformer.
226
buah
perusahaan
pengilangan
untuk
desulfurisasi
distilat
hasil
227
menaikkan sedikit oAPI. Proses ini meliputi reaksi antara hidrogen dengan
distilat minyak bakar (fuel-oil) pada 600 800 oF pada 600 psig karena
adanya suatu katalis yang tidak diidentifikasi. Dua unit pertama dibangun
oleh Gulf Oil Co beroperasi pada kilangnya di Port Arthur Texas pada
tahun 1957.
meningkatkan
kualitas
produk
tersebut
tetapi
juga
untuk
pemurnian umpan suatu proses. Kebanyakan hidrogen untuk prosesproses tersebut di-recovery dari gas buang reforming katalis yang
merupakan sumber utamanya dalam kilang minyak bumi. Apabila
hidrogen dari reforming nafta tidak mencukupi, maka proses pembuatan
hidrogen yang tidak tergantung pada kilang minyak harus digunakan.
Banyak hidrogen dari luar kilang dibuat baik dengan proses reforming
metan ataupun dengan proses oksidasi parsial.
Perkembangan yang terahir juga memungkinkan orang-orang
kilang mengolah gas-gas buang (vent-gas dan off-gas) dan gas-gas
recycle untuk mengambil hidrogen yang selama ini dibuang atau dibakar
pada furnace dan flare. Metoda purifikasi hidrogen dirancang untuk
membersihkan hidrogen dengan kemurnian 95 %. Cara ini dapat
dilakukan dengan proses gas sintesis melalui shift converter dan
228
n CO + (0,5 m + n) H2
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 13.3. Kondisi operasi pada
suhu tinggi 1350 - 1550 oF, tekanan keluar umumnya lebih dari 400 psig.
229
dengan
proses
reforming
steam-metan
yang
menggunakan
Desulfurisasi
Fasa Cair
Dapur
Reforming
H2
Vaporizer
Umpan
Nafta
Steam
ke Unit
Converter dan
Absorber
Desulfurisasi
Fasa Uap
230
Preheater
Air
Saturator/
Scrubber
Gas Alam/
Fuel-Oil
te
Shift
xt
Converter
Oksigen
Ke Unit
Pemurnian
te
xt
text
Steam
Steam
Generator
Ke Sistem
Pemisah Karbon
Quench Water
Steam
Penangkap
231
te
xt
Steam
Karbon
Gas Sintesis
Umpan
WHB
Gas Cooler
Scrubber
Udara
atau O2
Reaktor
Karbon
Slurry
Air
Separator Karbon
Air
Reaktor
CO & CO2
Udara
232
Katalis
Regenerator
memproduksi
tambahan
umpan olefin
bagi
proses
alkilasi.
233
F lalu
234
hati-hati. Dua buah atau lebih rekator dipakai untuk siklus reaksi dan
regenerasi. Efluen dari reaktor didinginkan dan dikompresi sebelum gasgas ringan (C1 - C3 & H2) dipisahkan dari butan-butadien. Fraksionasi
digunakan untuk memisahkan recycle butan. Diagram alir proses ini
dapat dilihat pada Gambar 13.9.
Siklus operasi proses ini singkat sekitar 1 jam. Kontaminan katalis
utamanya adalah kokas (coke). Senyawa-senyawa sulfur dan CO secara
material
tidak
mempengaruhi
katalis.
Katalis
dapat
diregenerasi
Gas Regenerator
C1-C3
& H2
Reaktor &
Regenerator
Umpan
Separator
Cooler
Gas Regenerator
Kompresor
Recycle Butan dari Fraksionator
235
Produk
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
236
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
Ultrafining
237
Reforming SteamNafta
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik
Kimia
1. Anonim, April 1970. 90 lbs Gas Compression Plant. PTSI Flow Plant.
Sei Gerong. Sumatera Selatan.
2. Bland, W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook.
Mc-Graw Hill Book Co. New York.
3. Kirk, RE. and Othmer, DF. 2000. Encyclopedia of Chemical Technology.
John-Wiley and Sons Corp. New York.
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw
Hill Book Co. Singapore.
4. Pandey, G.N., 1994. A Texbook of Chemical Technology. Volume II
(Organic). Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi.
238
GAS
Jurusan
Teknik Kimia
ALAM
239
Jurusan
Teknik Kimia
PENDAHULUAN
Tujuan pokok dari perusahaan penambangan minyak adalah
240
alam
adalah
merupakan
campuran
dari
fraksi-fraksi
241
Kompone
n
Minyak Bumi,
% mol
Gas Kondensat,
% mol
Gas Kering,
% mol
C1
48,83
87,07
95,85
C2
2,75
4,39
2,67
C3
1,93
2,29
0,34
C4
1,60
1,74
0,52
C5
1,15
0,83
0,08
C6
1,59
0,60
0,12
C7
42,15
3,80
0,42
34,30
60,80
54,70
C6
Non-associated Gas
2,4
86,1
7,3
2,6
0,6
0,7
0,2
0,1
11,24
0,66
Gas alam yang biasa disebut LNG adalah gas alam yang berasal
dari reservoir gas yang tidak mengandung minyak (non-associated gas)
setelah dipisahkan dari fraksi berat dan kotorannya dicairkan pada suhu
di bawah titik cair gas metan. Fraksi berat yang dipisahkan dari gas,
setelah dimantapkan/distabilkan (sesuai dengan persyaratan fasilitas
penampungan dan pengangkutan) dapat ditampung sebagai kondensat
atau dicampur ke dalam minyak bumi. Instalasi LNG di Indonesia antara
lain adalah LNG Bontang (Kaltim) dan LNG Arun (Aceh).
Gas
alam yang lazim disebut NGL adalah gas alam ikutan (associated gas)
yang berasal dari reservoir minyak lalu dicairkan. Cairan gas alam ini
(NGL) banyak mengandung C3+, setelah diolah akan menghasilkan :
242
berat jenis sekitar 0,45. LNG adalah bahan bakar bersih, tidak berwarna
dan tidak berbau, dapat disimpan di bawah tanah ataupun pada tanki di
atas permukaan tanah.
Tujuan dari pencairan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi
pengangkutan dan penyimpanan, karena volume gas sebelum dan
sesudah dicairkan berbanding 600 : 1, artinya sebanyak 600 m 3 gas alam
pada tekanan
cairan.
14.2.2 Proses LNG Arun
Gas alam yang berasal dari sumur-sumur di lapangan/ladang gas
dikumpulkan dalam cluster atau stasiun pengumpul yang bertugas untuk
memisahkan komponen gas dengan kondensat. Komponen gas dan
kondensat masing-masing dialirkan dalam pipa dari stasiun pengumpul
ke unit pemrosesan. Komposisi gas dan kondensat yang dialirkan dari
stasiun pengumpul dapat dilihat pada Tabel 14.4.
Tabel 14.4 Komposisi Gas Alam PT. Arun NGL
Komposisi
CO2
N2
CH4
C2H6
C3H8
C4H10
C5H12
Gas, % vol
14,87
0,37
74,29
5,65
2,43
1,23
1,16
243
Kondensat, % vol
9,20
0,05
25,67
6,66
6,58
6,55
5,16
C6H14
40,13
Gas akan mengalir dari reservoir pada tekanan 499 kg/cm2 dan
suhu 177 oC ke kepala sumur melalui chrismast tree pada tekanan turun
menjadi 254 kg/cm2 suhu 150 oC. Setelah melalui Xmast tree tekanan
turun menjadi 240 kg/cm2 dan 143 oC, lalu turun lagi setelah melalui
keran pengatur menjadi 141 kg/cm 2 dan
melalui pendinginan suhu 54
kondensat.
Mekanisme pemisahan gas alam dan kondensat dapat dilihat pada
Gambar 14.1.
Umpan berupa gas yang belum stabil dialirkan dari stasiun
pengumpul ke unit pemrosesan sepanjang 30 km yang dilengkapi dengan
scraper laucher dan scraper receiver untuk menghindari penumpukan
cairan dalam pipa gas. Sebagian dari gas tersebut dialirkan ke unit
pengolah LPG, sedangkan umpan berupa kondensat yang belum stabil
berbentuk cair dialirkan dari stasiun pengumpul melalui pipa sepanjang
30 km ke unit pemrosesan. Untuk menghindari penumpukan air dan
lumpur maka dipasang scraper laucher dan scraper receiver pada awal
aliran bersama dengan strainer (saringan) untuk menghindari bendabenda padat yang agak besar.
244
propan
dan
menstabilkannya
sehingga
memenuhi
spesifikasi yaitu RPV maksimum 8 psi pada 100 oF, lalu dijual/dikapalkan.
Gas-gas yang keluar dari flash drum kedua dan menara stabilizer
lalu dikompresi dan digabungkan dengan gas yang keluar flash drum
pertama untuk selanjutnya dipisahkan dari senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki dalam proses pencairan gas. Setelah pembersihan senyawasenyawa yang tidak dikehendaki seperti minyak berat, merkuri, CO 2 dan
H2S, air dan gas-gas berat maka gas siap dicairkan.
Pada unit pencairan, gas mula-mula dikeringkan dan didinginkan
sampai 20 oC. Selanjutnya gas dimasukkan ke dalam menara scrubbing
untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat secara distilasi. Produk
atas yang sebagian besar berupa metan dimasukkan ke dalam separator
untuk
memisahkan
cairannya.
Gas
keluar
dari
puncak
separator
selanjutnya dibagi menjadi a) aliran untuk LNG (LNG mode), dan b) aliran
untuk LPG (LPG mode). Gas ini bersama-sama dengan gas residu dari LPG
plant dimasukkan ke dalam main HE (cryogenic exchanger) untuk
didinginkan menjadi 145
mencair.
Setelah keluar dari main exchanger pada suhu 145 oC, gas ini
dimasukkan ke dalam drum-drum produk yang tekanannya diatur sedikit
di atas
suhu sehingga gas alam tersebut mempunyai suhu 160 oC lalu dialirkan
ke tanki penyimpanan. Komposisi LNG yang dihasilkan dapat dilihat pada
Tabel 14.5, sedangkan diagram alir keseluruhan proses dapat dilihat pada
Gambar 14.2.
Tabel 14.5 Komposisi LNG Arun
Komposisi
N2
% mol
0,7 (max)
245
CH4
C2 H 6
C3 H 8
C4 +
Nilai kalor
14.3
86,0 (min)
8,1
3,6
1,7
1157 Btu/scf
atau Synthetic Natural Gas) adalah gas-gas yang dibuat dari salah satu
proses yaitu
Panas Reaksi
(kkal/kmol) pada 25
0
C
Reaksi
246
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
C + O2
C + CO2
C + H 2O
CO + H2O
CO + 3 H2
C + 2 H2
CO2 + 4 H2
C + 2 H 2O
CH4 + CO2
2 C + H2
2 CH4
2 CH4
C2 H 6
CH4 + H2O
CO2
2 CO
H2 +CO
H2 + CO2
CH4 + H2O
CH4
CH4 + 2 H2O
2 H2 + CO2
2 CO + 2 H2
C2H2
C2H2 + 3 H2
C2H4 + 2 H2
C2H4 + H2
CO + 3 H2
- 94,045
+ 41,203
+ 31,356
- 9,847
- 49,243
- 17,889
- 39,410
+ 21,510
+ 59,093
+ 54,163
+ 89,918
+ 48,246
+ 32,710
+ 49,242
C (low
temperature reforming)
Proses suhu tinggi menggunakan banyak langkah metanasi yang
kompleks (enrichment step) dimana gas-gas yang dihasilkan mempunyai
nilai kalor yang rendah sehingga tidak sesuai untuk menggantikan gas
alam, dengan demikian proses ini sudah lama ditinggalkan.
Pada proses suhu rendah yang komersil terhadap tiga tipe yang
beroperasi yaitu:
1. Proses CRG (Catalytic Rich Gas) dari British Gas Corp
2. Proses Gasynthan dari German-Lurgi Co
3. Proses MRG (Methane Rich Gas) dari Japan Gasoline Co
1. Proses CRG British
Proses ini dikembangkan pada tahun 1960 pada pabrik gas kota
Eropa yang memproduksi campuran metan, hidrogen, dan gas inert
dengan nilai kalor sekitar 4500 kcal/m 3. Proses ini merupakan proses
247
reforming pada suhu rendah dengan katalis nikel yang sangat aktif untuk
merubah sulfur bebas. Proses pemurnian SNG dengan sistem desulfurasi
adalah merubah senyawa sulfur organik menjadi H 2S yang kemudian
dihilangkan dari aliran gas dengan absorpsi kimia melalui katalis NIMOX
(nikel molibdat) atau COMOX (kobal molibdat).
Diagram alir proses CRG dapat dilihat pada Gambar 14.3.
Umpan nafta bercampur dengan recycle H2 dipanaskan sampai
350
dipecah menjadi uap nafta dan H2S. Analisis gas hasil dapat dilihat pada
Tabel 14.7.
Outlet Reaktor
(Gas Kering)
65,5
11,8
0,8
21,9
691
Outlet
Metanator
I
75,6
6,2
0,1
22,1
739
0,706
0,734
248
Outlet
Metanator
II
76,7
0,6
0,1
22,6
781
0,771
Eks CO2
Absorber
98,5
0,9
0,1
0,5
1000
0,557
SNG
Metanator
MEA
Reaktor
Reaktor
Absorber O2
Air
Eks Metanator
76,81
Produk Kering
98,08
H2
0,56
0,72
CO
0,08
0,10
249
CO2
22,5
1,10
780,9
Berat jenis
998,2
0,771
0,56
3. Proses MRG
Proses ini dikembangkan oleh Japan gasoline Co melalui empat
tahapan
proses
yaitu
hidrodesulfurisasi,
gasifikasi,
pengkayaan
H2
Metanator
sulfur
steam
Reaktor
clasifier
nafta
CO2
SNG
kondensat
% vo
98,00
H2
1,50
CO
0,01
CO2
Nilai Kalor, Btu/ Scf
0,49
995
Berat jenis
0,553
250
oksidasi parsial
251
SNG
Hidrodesulfurisa
Nafta
si
Crude Topping
Reforming
Metanator
Vac. Dist
H2 Plant
Residu
Oksidas
i
Parsial
Sulfur
Syngas
Di
Crude
Fraksionasi
Hydrocracking
Residu
H2 Plant
Oksidasi
Parsial
Distilat
Hidrogasifikasi
Pemisah
Minyak & H2S
Metanasi
Sulfur
Gambar 14.7 Diagram Alir Proses SNG melalui Fraksionasi
252
SNG
LEMBAR EVALUASI
PRE-TEST
Kimia
Jurusan
Teknik
cara-cara
pembersihan
dikehendaki ?
253
senyawa-senyawa
yang
tidak
LEMBAR EVALUASI
POST-TEST
Jurusan
Teknik Kimia
Uraikan
perbedaan
ketiga
proses
gasifikasi
254
minyak
mentah
DAFTAR PUSTAKA
Jurusan
Teknik
Kimia
255
256