formal.
Rentang
usia
dini
merupakan
saat
yang
tepat
dalam
mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Dalam rentang usia dini ini juga anak
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik. Anak memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar), daya pikir, daya
cipta, bahasa dan komunikasi sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Masa usia dini adalah masa yang unik dalam kehidupan anak-anak, karena
merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan paling sibuk. Tidak semua orang
tua atau pendidik memahami cara yang tepat dalam mendidik anak di usia dini. Maka
anak membutuhkan suatu lingkungan yang cocok untuk mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi.
Salah satu diantaranya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD membahas
tentang pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya sehingga pendidikannya
dipandang perlu untuk dikhususkan.
Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah upaya pembinaan dan
pengembangan segenap potensi secara optimal yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun
yang
dilakukan
dengan
memberikan
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut
meliputi
aspek
spiritual,
emosional,
sosial,
bahasa,
kognitif
dan
psikomotorik.
Perkembangan aspek-aspek inilah yang akan berpengaruh besar pada proses tumbuh
kembang anak di masa depannya.
Inilah peletak dasar pentingnya pendidikan anak usia dini, sejak dini anak harus
dibekali berbagai ilmu (dalam bentuk berbagai stimulan atau rangsangan). Tetapi realita
yang ada di lapangan belum menunjukkan bahwa penyelenggaraan PAUD sudah sesuai
dengan tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini. Sehingga dibutuhkan
suatu pendekatan atau metode pembelajaran yang cocok untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran anak usia dini, yaitu dengan menggunakan pendekatan BCCT (Beyond
Center and Circle Time) dalam pembelajarannya. Kalau di Indonesia pendekatan ini lebih
dikenal dengan lebih jauh tentang sentra dan saat lingkaran.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui
2) Untuk mengetahui
3) Untuk mengetahui
4) Untuk mengetahui
5) Untuk mengetahui
6) Untuk mengetahui
7) Untuk mengetahui
sejarah BCCT
pengertian dari BCCT
landasan dari teori BCCT
keunggulan dari BCCT
tujuan dari pendekatan BCCT
pengaturan sentra dan lingkaran dalam kelas
langkah-langkah kegiatan BCCT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah BCCT ( beyond centers and circle times )
Metode pembelajaran anak usia dini melalui pendektatan BCCT (beyond centers and
circle
times=
sistem
sentra
&
saat
lingkaran
merupakan
pendekatan
yang
dikembangkan melalui hasil kajian teoritik dan pengalaman empirik yang merupakan
pengembangan diri dari pendekatan mentossori, high scope, head star, dan Reggio
Emilia yang dikembangkan oleh cretive for childhood research and trainging ( CCCRT)
Florida, USA dan sudah dilaksanakan selama 35 tahun, baik untuk anak normal maupun
anak yang berkebutuhan khusus.
Pendekatan pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan metode BCCT
(beyond centers & circle) ini lahir di Florida, amerika Serikat, dan diyakini mampu
merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (multiple intelligent) melalui bermaian yang
terarah. Seting pembelajaranya mampu merangsang anak untuk saling aktif, kereatif,
dan terus berfikir dengan menggali pengalaman sendiri. Hal ini berbeda dengna
paradigma pendidikan lama yang menghedaki murid mengikuti perintah, meniru atau
menghafal. Kegiatan pembelajaran bermain sambil belajara integrasi agama melalaui
pendekatan
menggunakan kegiatan belajar yang menyenangkan dengna pendekatan sentra dan saat
lingkaran.
adalah
dukungan
yagn
berubah-ubah
yang
disesuaikan
dengan
perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai pijakan untuk mencapai
perkembangna yang lebih tinggi.
Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat
alat
main
yang
berfungsi
sebagai
pijakan
lingkungan
yang
diperlukan
untuk
mendukung perkembangan anak dalam 3 jefnis main yaitu : (1). Main sensorimotor atau
fungsional, (2). Main peran, dan (3) main pembangunan
Saat lingkaran adalah dimana pendidik (Guru/Kader/Pamong) duduk bersama anak
dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan anak yang dilakukan sebelum dan
sesudah main
2.3 Landasan Utama Teori BCCT
Aliran filsafat Konstruktivisme merupakan aliran filsafat yang sesuai bagi metode
BCCT, sebab konstruktivisme adalah suatu posisi filosofis dan psikologis yang banyak
berperan dari belajar dan mengeri individu yang di konstruksi oleh individu itu sendiri
(Graves & Graves, 1994). Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama
kali dikemukaan oleh sejarawan Italia yang bernama Giambatista Vico pada tahun 1710.
Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi
manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena dan lingkungan. Pengertian tersebut
sesuai
dengan
konstruktivisme
pendapat
bertitik
Poedjiadi
tolak
dari
(2005:70)
dalam
pembentukan
Adisusilo
pengetahuan
(2006:1),
dan
bahwa
rekonstruksi
juga
menitikberatkan
pada
proses
pembelajaran
siswa.
Proses
permainan,
partisipasi
dalam
kehidupan
sehari-hari
serta
berperan
sebagai
perancang,
pendukung
dan
penilai
kegiatan
anak.
tertata dalam urutan yang jelas. Dari penataan lingkungan main sapai pada pemberian
pijakan-pijakan.
Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kereatif, dan berani mengengambil
keputusan sendiri tanpa mesti tahu membuat kesalahan. Setiap tahap perkembangna
bermain anak dirumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik
melakukan penilaian perkembangan anak. Penerapan BCCT tidak bersifat kaku. Dapat
dilakukan secara bertahap, sesuai situas dan kondisi setempat.
2.5 Tujuan dari pendekatan BCCT
Tujuan dari pendekatan BCCT ini antara lain adalah sebagai berikut:
1.
2. Siswa dapat mengerti apa makan belajar, apa manfaatnya, dan bagaiman mencapainya.
Mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti
3.
Memposisikan guru hanya sebagai pengarah dan pembibing atau inspirator, bukan
sebagai center, dan penceramah dalam strategi belajar.
4.
5.
Terjalin kerja sama, saling menunjuang antara siswa dengan sisiwa, dan siswa dengan
guru, sehingga menyebabkan sisiwa kretis dan guru kreatif.
6.
Membuat situasi belajar lebih menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa
dapat belajar sampai tingkatan Joy Of Discovery, tertantang untuk dapat
memecahkan masalah dengan menerapkan pengetahuan yang diperolehnya.
pijakan lingkungan
yang
saat pendidikan duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberi pijakan
pada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
Ruang kelas dapat dimodifikasikan menjadi kelas-kelas kecil, yang disebut ruangan
atau sentra-sentra . tiap sentra terdiri dari satu bidang pengebangan. Ada sentra
Ibadah, sentra Bahan Alam, sentra main / sentra Seni dan sentra Main Peran Mikro,
Sentra Balok, sentra Persiapan sentra Seni dan Kreatifitas, sentra Musik dan Oleh Tubuh,
sentra Memasak.
moving class (kelas berpindah-pindah) setiap hari dari satu sentra ke sentra lain.
Untuk
menerapkan
metode
ini,
guru
harus
mengikuti
pijakan-pijakan
guna
membentuk keteraturan bermain dan belajar. Pijakan pijakan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pijakan lingkungan
Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intersitas dan densitas
2.
3.
4.
1. Guru meminta sisiwa untuk membereskan mainn dan alat yang dipakai
2.
Sebelum anak datang, guru menyiapkan bahan dan alat bermain yang
digunakan sesuai rencana dan jadwal kegiatan yang telah disusun untuk kelompok yang
dibimbingnya. Guru menempatkan alat dan bahan bermain yang akan digunakan yang
mencerminkan rencana pembelajaran yang telah dibuat sehingga tujuan anak selama
bermain dengan alat tersebut dapat dicapai.
b.
Kegiatan
Sebelum
Masuk
kelas/Penyambutan
Anak
(10
menit)
Guru menyambut kedatangan anak dengan tegur sapa, senyum dan salam.
Anakanak langsung diarahkan untuk bermain bebas bersama temanteman sambil
menunggu kegiatan dimulai. Kondisi awal yang harus diketahui oleh guru dan peserta
didik saat datang adalah ekspresi emosi yang menunjukkan rasa nyaman berada di
sekolah. Bila kondisi ekspresi emosi anak saat datang menunjukkan kesedihan/murung,
maka guru perlu menetralisir emosi anak terlebih dahulu dengan kegiatan transisi,
seperti membaca buku cerita, puzzle, dan sebagainya.
c.
peserta
bersama
anak
(mencontohkan).
e.
Guru meminta anak untuk memperhatikan siapa teman yang tidak hadir. Minta anak
mengambil
b)
c)
"nametag"
dan
menempelkan
ke
papan
absen,
membalik,
menunjukkan.
Berdoa bersama, anak secara bergilir memimpin doa.
Guru menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak.
atau
d)
Guru membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah selesai, menyanyakan
e)
f)
g)
h)
i)
j)
i)
anak.
Bila waktu tinggal 5 menit, guru memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-siap
c)
d)
e)
ingat
f)
anak
mengemukakan
gagasan
dan
pengalaman
mainnya
(memperluas
f.
a)
b)
c)
penutup.
Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan warna baju,
usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih dahulu.
g.
Penilaian
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru hendaknya mencatat segala
hal yang terjadi, baik terhadap program kegiatan maupun terhadap perkembangan
peserta didik. Segala catatan guru digunakan sebagai bahan masukan bagi keperluan
plenilaian. Setiap semester, hasil laporan perkembangan anak dilaporkan kepada orang
tua secara lisan dan tertulis berupa rapor dalam bentuk narasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beyond Center and Circles Time (BCCT) atau di Indonesia lebih dikenal sebagai
pendekatan sentra dan lingkaran (SELING) adalah suatu metode atau pendekatan dalam
penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan merupakan perpaduan antara
teori dan pengalaman praktik atau penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anak
yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam
lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung
perkembangan anak yaitu, Pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan
selama main dan pijakan setelah main.
Tujuan
dari
pendekatan
BCCT
ini
adalah
proses
pembelajaran
diharapkan
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke sisiwa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada
hasil dengan kata lain agar siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Siswa dapat
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana mencapainya. Mereka
sadar bahwa apa yang mereka pelajari akan berguna bagi hidupnya nanti. Memposisikan
guru sebagai pembimbing. Meletakkan dasar keimanan, kecerdasan spiritual dan
emosionl (ESQ), serta membuat situasi belajar menjadi lebih menyenangkan.
Pendekatan BCCT dilandasi oleh filsafat konstruktivisme dari Giambatista Vico. Filsafat
konstruktivisme ini didukung pula oleh filsafat naturalisme romantic dan idealisme.
Selain itu, pendekatan ini pun didukung oleh beberapa teori yaitu Maslow, Anna Freud,
Erick Erickson, Lev Vygotsky, dan Jean Piaget.
Keunggulan metode BCCT beberapa diantaranya adalah (1) kurikulumnya diarahkan
untuk membangun pengetahuan anak (to construct knowledge) yang digali sendiri
melalui berbagai pengalaman main di sentra-sentra kegiatan, sehingga mendorong
kreativitas anak. (2) Pendidik lebih berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai
kegiatan
anak
dengan
mengkondisikan
setiap
anak
untuk
berperan
aktif.
(3)
mengkaji
kembali
model
pembelajaran
yang
dapat
lebih
meminimalkan
kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012.
Model
Pembelajaran
sentra
dan
lingkaran
[online].
Tersedia
di
http://www.tamanbeliacandi.com/en/Model%20Pembelajaran%20Sentra%20dan%20
Lingkaran.html
Anonim.2013. sejarah singkat beyond centre and circle times (BCCT) PAUD [online].
Tersedia
http://paud-anakbermainbelajar.blogspot.com/2013/05/sejarah-singkat-
beyond-centers-and.html
Basuki,
Markus.
2010.
Filsafat
Konstruktivisme
[online].
Tersedia
http://cor-
amorem.blogspot.com/2010/01/filsafat-konstruktivisme.html
Pendidikan
Anak
Usia
Dini
terpadu
Kartina
[online].
http://tinamaryani1968.blogspot.com/2013/04/model-bcct.html
[30
Tersedia
di
juni
2013]
Sriningsih, Nining (2010). Handout Mata kuliah Kelompok Belajar. Jurusan Pendidikan