2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
2.1
Kinerja Pembangkit
ii.
2.
iii.
2.
iv.
b.
ii.
iii.
iv.
v.
Berbagi
20
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Secara umum, pembangkitan yang saat ini masih sering umum digunakan adalah jenis
pembangkitan non renewable energy, PLTP dan PLTA. Di dalam buku ini, akan dibahas tentang
karakteristik dari dari masing-masing pembangkit tersebut.
a.
PLTA
PLTA merupakan pembangkit yang paling murah di sistem tenaga listrik karena
menggunakan air sebagai penggerak utamanya. Tetapi kepastian pasokan listrik PLTA
sangat tergantung dari alam. PLTA merupakan pembangkit yang cepat dalam mengatasi
black out sistem ketenagalistrikan. Terdapat dua jenis PLTA yaitu PLTA untuk mengisi beban
dasar dan PLTA untuk mengisi beban puncak.
b. PLTU
Karakteristik PLTU adalah membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan start up tetapi
memiliki efisiensi yang tinggi. Hal ini menyebabkan PLTU menjadi pembangkit pemikul
beban dasar.
c. PLTG
Karakteristik PLTG adalah membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk melakukan start
up tetapi memiliki efisiensi yang rendah. Hal ini menyebabkan PLTG menjadi pembangkit
pemikul beban puncak.
d. PLTGU
PLTGU merupakan pembangkit yang memiliki karakteristik dengan start up yang cepat
seperti PLTG dan efisiensi yang lebih baik dari PLTU.
e. PLTP
PLTP merupakan pembangkit yang mengisi beban dasar. PLTP merupakan pembangkit
dengan start up yang cepat, tetapi PLTP diharapkan beroperasi secara base load karena
panas bumi yang digunakan tidak dapat disimpan.
f.
PLTN
PLTN merupakan pembangkit menggunakan reaksi inti dimana pada sistem pembangkit
digunakan sebagai pembangkit base load.
Berbagi
21
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
a. Kesiapan
Kesiapan adalah waktu yang dapat disediakan oleh pembangkit untuk memenuhi daya
mampu tertentu di dalam sistem tenaga listrik.
b. Keandalan
Kemampuan pembangkit untuk menjaga keandalan di dalam sistem tenaga listrik akibat
gangguan baik dari dalam dan dari luar.
c. Efisiensi
Kemampuan pembangkit untuk mengubah energi primer menjadi energi listrik. Efisiensi
pembangkit ini meliputi efisiensi boiler/combustion, turbin dan generator.
d. Outage
Pembangkit keluar dari jaring-jaring sistem tenaga listrik. Terdapat tiga kategory outage,
yaitu :
Plan Outage, yaitu keluarnya pembangkit dari jaring2 sistem tenaga listrik yang telah
direncanakan untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat preventive (time based).
Maintenance Outage, yaitu keluarnya pembangkit dari jaring2 sistem tenaga listrik
karena kegiatan perbaikan terhadap kerusakan yang bersifat korektif (event based).
Forced Outage, yaitu keluarnya pembangkit dari jaring2 sistem tenaga listrik karena
gangguan pembangkit baik gangguan dari dalam maupun gangguan dari luar.
e. Derating
Penurunan kemampuan pembangkit untuk memenuhi daya mampu sesuai yang
ditawarkan. Derating ini bisa diakibatkan karena penggunaan bahan bakar ataupun
penurunan kemampuan peralatan pembangkit.
f.
Ramping Rate
Kemampuan pembangkit untuk menaikkan dan menurunkan beban dalam waktu tertentu
sesuai permintaan pengatur beban.
g. Up Time
Waktu beroperasinya pembangkit di antara dua outage yang berurutan.
h. Down Time
Waktu tidak beroperasinya pembangkit.
i.
Start up Time
Waktu yang diperlukan pembangkit mulai dari persiapan pengoperasian sampai dengan
pembangkit siap untuk sinkron. Terdapat 3 kategori start up untuk pembangkit termal, yaitu :
-
Berbagi
22
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
j.
Ancillary Services, yaitu layanan yang diberikan pembangkit untuk mempertahankan dan
memelihara keandalan sistem tenaga listrik.
Terdapat beberapa ancillary services, yaitu :
start up pembangkit
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
a. Kesiapan
Kesiapan di dalam terminologi pembangkit adalah Equivalent Availability Factor (EAF).
Satuan EAF dinyatakan dalam persen.
Rumus kesiapan adalah :
EAF = (PH Outage Equivalent Derating) / PH x 100 %,
dimana :
b.
- PH
- Outage
- Equiv. Derat. =
Efisiensi
Efisiensi dinyatakan dalam persen.
Rumus efisiensi adalah :
Eff = 860/Net Plant Heat Rate x 100 %
c.
Outage
Outage dinyatakan dalam persen.
Outage = Jumlah jam tidak siap dan tidak terhubung jaringan / PH x 100 %
d.
Ramping Rate
Ramping rate dinyatakan dalam MW/menit
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
ii.
c. Ancillary Services
Pembayaran untuk ancillay servives terdiri dari :
i.
PVAR fst VARh int VARh in _ nom HVARh in VARh outt VARh out _ nom HVARh out
Berbagi
25
t 1
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
fst
VARh-int
VARh-outt
VARh-in_nom
VARh-out_nom
HVARh-in
HVARh-out
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Notes :
*) Perhitungan HVARh-in sama dengan HVARh-out yaitu harga rata-rata Energi (komponen C untuk pembangkit
thermal dan komponen C&D untuk pembangkit hidro) masing-masing entitas pembangkit pada bulan dimana Energi
Reaktif diserap atau disupply oleh mesin pembangkit di luar capability curve.
PBS
EBS
n 4 jam
E
T 1
BS
HE BS
PHL T HPHL
T
Berbagi
26
dan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
HPHL
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
kWh
HEimport
VBBM
HBBM
HHP
2.2.
Biaya Pembangkitan
Biaya Investasi :
Terdiri dari biaya pokok pinjaman, bunga pinjaman, pajak, dan laba.
Berbagi
27
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
ii.
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Return)
Investment Cost = f (plant type)
availability)
Biaya Pegawai, Administrasi dan Asuransi
Biaya Energi
Terdiri dari biaya bahan bakar baik air, gas, batu bara, minyak, panas bumi
ii.
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Biaya bahan pelumas, air, bahan kimia dan bahan bantu lainnya
pembangkit
untuk penyediaan layanan tambahan (ancillary services) untuk keandalan dan kualitas
suplai tenaga listrik, seperti start up, keluaran darurat, pengaturan frekuensi, cadangan
operasi, voltage control, black start dll.
Berbagi
29
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Min
Max
2.3.
Berbagi
30
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Pada sistem pembangkitan umumnya terdapat dua metode transaksi yang sering
diterapkan, yaitu:
Transaksi berbasis kapasitas dan energi (Capacity & Energy Based)
Transaksi berbasis energi (Energy Based)
Penetapan metode transaksi pembangkitan yang digunakan umumnya berdasarkan atas
kriteria teknis dan ekonomis pembangkit seperti: jenis energi primer, skala produksi listrik,
jaminan atas investasi pembangkit, jangka waktu perjanjian pembelian listrik, kapasitas
pembangkit yang dapat disediakan, kontinyuitas produksi listrik dan kriteria lainnya.
2.3.1. Transaksi Berbasis Kapasitas dan Energi (Capacity & Energy Based)
Transaksi pembangkitan berbasis Kapasitas dan Energi pada prinsipnya berpedoman pada
struktur biaya pembangkitan (lihat Item 2.2) yaitu:
Transaksi atas energi yang diproduksi, yang merupakan biaya variable, terdiri atas
Komponen C (biaya bahan bakar) dan Komponen D (biaya operasi dan pemeliharaan
variable) serta Komponen Tambahan (Additional/ SupplementaryCharge) sesuai
perjanjian.
Transaksi pembangkitan berbasis Kapasitas dan Energi umum diterapkan untuk
Pembangkit kapasitas besar dengan investasi cukup besar, ada jaminan oleh
pembangkit atas kapasitas tetap (firm capacity) yang disediakan, kontrak pembelian
listrik jangka panjang, energi primernya dapat disimpan, produksi listrik dapat secara
kontinyu, contoh: PLTU, PLTA, PLTG, PLTGU kapasitas besar.
Pembayaran atas kapasitas pembangkit secara umum dapat dirumuskan berdasarkan
tarif per komponen pembayaran sesuai formula berikut:
Komponen
dimana:
- DMN
- Hkap =
- EAF
Berbagi
31
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Umumnya pembayaran Komponen A dikaitkan dengan EAF realisasi dan EAF declare,
dengan ketentuan :
- Apabila EAF realisasi lebih besar dari EAF declare, maka pembayaran didasarkan
pada formula : Harga Komponen A *DMN *( EAF declare + 0,5 * (EAF realisasi - EAF declare )
- Apabila EAF realisasi lebih kecil dari EAF declare, maka pembayaran didasarkan
pada formula : Harga Komponen A *DMN * EAF declare
Komponen
dimana :
- DMN & EAF
- Hfix
- I
Umumnya pembayaran Komponen B dikaitkan dengan EAF realisasi dan EAF declare,
dengan ketentuan :
- Apabila EAF realisasi lebih besar dari EAF declare, maka pembayaran didasarkan
pada formula :Harga Komponen B * DMN * EAF declare
- Apabila EAF realisasi lebih kecil dari EAF declare, maka pembayaran didasarkan
pada formula :Harga Komponen B * DMN * EAF realisasi
Komponen
C = Ea x ECRm
dimana :
- Ea
- ECRm
SHR x (1/HHV) x Pm
- SHR = Specific Heat Rate (Efisiensi) Mesin Pembangkit - kcal/kWh
- HHV = Higher Heating Value (Nilai Kalor Tertinggi) Bahan bakar kcal/kg(lt)(mmbtu)
- Pm = Harga Bahan Bakar - Rp/kg(lt)(mmbtu)
Berbagi
32
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Komponen
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
D = Ea x (Hvar x I)
dimana :
-
Ea & I =
Hvar
ditetapkan suatu nilai TOP tertentu sebagai jumlah minimal energi listrik yang harus dibeli.
Bila membeli kurang dari TOP, maka yang dibayar sebesar TOP energi.
Pembayaran atas energi yang diproduksi secara umum dapat dirumuskan berdasarkan tarif
curah (bulk tariff) energi sesuai formula berikut:
Total Pembayaran Energi = Ea x P x I
dimana :
- Ea
Energi (kWh) yang dikirim (delivered) atau Energy Take or Pay (TOP)
- P
- I
Indeks Inflasi terkait kurs serta Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam dan luar
negeri
2.4.
Berbagi
33
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Tagihan jual beli tenaga listrik (invoice) diajukan oleh pembangkit ke Single Buyer
dilaksanakan setiap bulan. Pihak pembangkit menyiapkan dokumen-dokumen pendukung
perhitungan transaksi. Dokumen pendukung harus divalidasi dan disetujui oleh PLN P3B atau Unit
Wilayah yang dalam ini wewakili Single Buyer dalam pelaksanaan jual beli tenaga listrik. Dokumendokumen tersebut antara lain sebagai berikut :
a.
b.
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Dari contoh gambar di atas, bisa dilihat bahwa unit pembangkit PLTA Cirata milik PT. PJB memiliki
harga komponen A :
i.
320.377.977.000
= 401.880,3 Rp/kW.tahun
(948.000 x 0.84)
231.909.922
158.023 750.032.715
320.377.977
Berbagi
35
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Misalkan untuk bulan operasi ke-n, memiliki EAF realisasi sebesar 90%, Kurs rupiah pada awal
kesepakatan = Rp 9000/USD, tetapi kurs rupiah pada bulan operasi = Rp 9250/USD, maka
pembayaran komponen A untuk bulan tersebut adalah :
Pembayaran A Rupiah = (948.000 x 90%) x (385.225,3/12) = Rp. 27,89 Milyar
Pembayaran A USD = (948.000 x 90%) x (16.655/12) x (9250/9000) = Rp. 1,22 Milyar
b. Menghitung tarif dan setelmen komponen B
i.
110.295.501.000
= 138.355,3 Rp/kW.Thn
(948.000 x 0.84)
16925306
x 138.355,3 = 132.862,4
Berbagi
36
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Misalkan untuk bulan operasi ke-n, memiliki EAF realisasi sebesar 90%. Kurs rupiah pada awal
kesepakatan = Rp 9000/USD, tetapi kurs rupiah pada bulan operasi = Rp 9250/USD, maka
pembayaran komponen B untuk bulan tersebut adalah :
Pembayaran B Rupiah = (948.000 x 90%) x (138.355,3/12) = Rp. 9,83 Milyar
Pembayaran B USD = (948.000 x 90%) x (5492,9/12) = Rp. 0,4 Milyar
c. Menghitung tarif dan setelmen komponen C
Komponen C merupakan pembayaran untuk energi primer. Misalnya pada pembangkit PLTU
Batubara, akan mengirim 2 TWh (2.000.000.000 kWh) pada tahun 2008 dengan harga batu bara +
ongkos angkut = Rp. 600/kg. Kurs yang digunakan pada awal kesepakatan adalah Rp 9000/USD.
Sementara untuk 1 kg bisa menghasilkan 2 kWh listrik. Pembangkit harus membeli 1.000.000 ton
batu bara dengan biaya Rp. 600 Milyar.
Harga Rupiah per kWh energi yang terkirim adalah :
Harga Komponen C =
Rp 600.000.000.000
= 300 Rp/kWh
2.000.000.000 kWh
Harga tersebut adalah harga rata rata yang bersumber dari RKAP unit terkait.
Untuk Kasus PLTA juga sama perhitungannya. Komponen C pada PLTA merupakan harga retribusi
air untuk menghasilkan 1 kWh. Pada PLTA Cirata = Rp 6.
Pada saat setelmen, misalkan pada bulan ke-n PLTU tersebut berhasil mengirimkan 200 GWh, dan
kurs pada bulan operasi adalah Rp 9250, maka pembayaran komponen C berkisar pada =
200.000.000 kWh x 300 Rp/kWh x (9250/9000) = Rp 61,67 Milyar. Angka pasti dari setelmen
adalah bergantung harga energi primer ketika pembangkit beroperasi pada bulan tersebut dan nilai
heat rate pembangkit.
Sementara pada PLTA, jika PLTA Cirata tersebut berhasil mengirimkan 500.000 MWh pada bulan
ke-n, maka :
Pembayaran Komp. C = 500.000.000 kWh x 6 Rp/kWh x (9250/9000) = Rp 3,08 Milyar
Harga dan perlakuan untuk energi primer pembangkit berbeda satu sama lain bergantung pada
PPA nya.
d. Menghitung tarif dan setelmen komponen D
Analogi dengan perhitungan komponen C, komponen D dihitung berdasar jumlah energi dan harga
komponen D. Misalkan alokasi biaya komponen oli pelumas dan bahan kimia pada pembangkit
PLTU dalam memproduksi 1 milyar kWh untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 1 Milyar. Maka
harga komponen D adalah :
Berbagi
37
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Rp 1.000.000.000
= 1 Rp/kWh
1.000.000.000 kWh
Pada gambar 2.8 diperlihatkan contoh RKAP asalah satu Anak Perusahan Pembangkitan.
Berbagi
38
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2.5.
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Bagi penjual
Penjual mendapatkan kepastian terhadap investasi yang digunakan untuk melakukan
pendanaan pembangkit tersebut dan biaya tetap yang telah digunakan untuk melakukan
perawatan tanpa terpengaruh oleh jumlah energi yang disalurkan. Kepastian
pengembalian investasi dan biaya tetap untuk perawatan penting bagi penjual karena
mereka membangun pembangkit dengan skema bisnis. Hal ini disebabkan pengelola
sistem melakukan pembebanan energi listrik berdasarkan harga energi yang termurah
(least cost) karena di dalam sistem ketenagalistrikan harus ada pembangkit yang
berfungsi sebagai cadangan (reserve margin) dan besarnya cadangan umumnya
sebesar 30 % dari beban puncak. Cadangan ini diakibatkan oleh pemeliharaan dan
derating.
ii.
Bagi pembeli
Bagi pembeli, skema ini menguntungkan pembeli karena pembeli dapat melakukan
pembebanan pembangkit berdasarkan keekonomian energi primernya sehingga
keseluruhan sistem ketenagalistrikan dapat lebih efisien. Hal ini dapat dipahami karena
harga energi jauh lebih mahal daripada harga investasi pembangkit dan biaya tetap
pemeliharaan.
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
i.
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
Captive power.
Captive adalah pembangkit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik
sendiri. Captive power akan didesain melebihi kebutuhan daya maksimum untuk
menjaga kehandalan pasokan listrik. Sisa daya tersebut dapat dijual kepada pembeli
lain. Biasanya captive power akan
investasi dan biaya pemeliharaan tetap sudah dicover dalam struktur biaya yang
dibebankan dalam HPP pembangkit tersebut, maka excess power yang dijual kepada
pembeli hanya sebesar harga energi ditambah risiko karena beroperasi pada beban
maksimum.
ii. Pembangkit yang pendanaannya dilakukan oleh pemerintah.
Pembangkit PLTA merupakan pembangkit yang biasanya pendanaannya dilakukan oleh
Pemerintah karena PLTA selain berfungsi untuk sektor ketenagalistrikan, juga berfungsi
sebagai penyedia air untuk pertanian, air minum dan pengendali banjir.
Karena biaya investasi sudah dilakukan oleh pemerintah, maka transaksi jual beli
sebesar harga energi dan risiko yang ditanggung oleh penjual.
Struktur dalam PPA
PPA terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu :
1.
Main Body.
2.
Appendix
Offtaker
(PLN)
Power Purchase
Agreement
Investor
Management Services
Company
Shareholder
Agreement
Bank
Penjamin
Pemasok
Bahan Bakar
Bank Guarantee
O&M
Agreement
GENCO
Fuel Supply
Agreement
Management Services
Agreement
Insurance
Agreement
Operating
Company
(Operator)
EPC Contract
EPC Contractor
Financing
Agreement
Lender
Insurers
Credit Agreement
International
Bank
Local Bank/
Sindikasi
Gambar 2.9. Struktur PPA
Berbagi
40
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
PPA yang dibahas disini adalah model PPA dengan sistem pembayaran harga kapasitas dan
energi.
Gambar 2.9 menjelaskan struktur secara umum PPA antara perusahaan pembangkitan sebagai
penjual dengan pembeli.
PPA merupakan perjanjian yang akan memitigasi seluruh kegiatan pembangkitan mulai dari
pendanaan, periode EPC, operasi dan pemeliharaan.
a.
Tahap Pendanaan
Tahap Pendanaan terdiri dari dua hal yaitu :
i.
ii.
b.
Tahap Pembangunan
i. Perjanjian dengan kontraktor EPC.
ii. Perjanjian dengan pihak asuransi untuk pembangunan.
iii. Perjanjian dengan pihak bank berkaitan dengan Letter of Credit.
c.
Tahap Operasi
i.
ii.
iii.
Main Body
i.
Definisi
Berbagi
41
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
Metering
xi.
Jaminan
xii.
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan
b.
2. TRANSAKSI PEMBANGKITAN
xiii.
Asuransi
xiv.
xv.
Keadaan Kahar
xvi.
Pengakhiran Perjanjian
xvii.
xviii.
Penyelesaian Perselisihan
xix.
Penugasan
xx.
Lain-lain
Appendix
- Appendix A : Deskripsi Proyek dan Desain
- Appendix B : Batasan Operasi
- Appendix C : Jadual Proyek
- Appendix D : Dokumen Pendanaan
- Appendix E : Jadual Kebutuhan Asuransi Minimum
- Appendix F : Konsekuensi dari Terminasi
- Appendix G : Perhitungan Pembayaran
- Appendix H : Pengaturan Terhadap Kejadian Tertentu.
- Appendix I
Berbagi
42
dan
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
serta
nilai-nilai
perusahaan