e. Tipografi : Terdapat 5 bait puisi dengan masing-masing bait terdiri dari 4 baris atau larik.
Bait-bait yang terdapat dalam puisi saling berhubungan dalam mengungkapkan isi puisi.
f. Diksi : Kata kata bermakna denotasi dan konotasi
Bermakna denotasi (arti sebenarnya)
Bermakna konotasi (kiasan) Senyum bekunya : senyum kaku (sudah meninggal)
Terbaring : gugur/wafat
g. Citraan/imajeri atau daya bayang : Bait pertama, kedua, keempat, dan kelima
menggunakan citraan penglihatan karena larik-larik yang diungkap pada bait tersebut
seakan-akan dapat dilihat. Bait ketiga menggunakan imaji pendengaran karena larik-larik
yang diungkap seakan-akan dapat didengar.
h. Rima : Bait pertama, kedua, dan keempat mengandung rima patah(a-a-b-a, a-b-a-a, dan ba-a-a).
Hati Sahabat
berbuih kasih dlm panas mengadu.
bertebaran sayang layaknya teman.
Menguak rasa hati sedalam lautan.
lirikan mata yg tepadu.
Ohh. . . Tuhan . . .
Getaranku sudah beda.
tak layak seakan teman.
Dia tak mengerti yg ku rasa.
Menyambut bunga bagai indah jagat raya.
Terpukau tp terlarang.
Menyiksa krn tak kan teromong.
Menanam jua dewasa.
Bagai kucing takut lautan.
Pengecut dlm bimbang.
Terhalang . . .
Takut hilang persahabatan
Unsur intrinsik dari puisi di atas adalah:
AYAH
Kerut diwajah tanda usia senja
menggunakan majas hiperbola dapat dilihat pada mandi keringat membanting tulang, dan
memberi sinar bahagia bagi kami. (melukiskan suatu peristiwa) numerasi fajar menyinsing kau
kembali.
f. Makna
Puisi di atas menggambarkan sosok ayah yang tegar dalam menafkahi keluarganya. Dia tidak
pernah mengenal lelah dalam bekerja dan semua itu dilakukan karena kecintaannya terhadap
keluarganya.
ANALISIS EKSTRINSIK
a. Latar Belakang
Puisi di atas mengangkat tema kehidupan yang berlatar pada kehidupan keluarga. Dengan
penokohan seorang Ayah yang giat bekerja tanpa mengenal lelah dalam memenuhi kebutuhan
keluarganya.
b. Amanat/ Pesan
Secara tersirat penulis ingin menyampaikan kepada kita agar kita selalu bekerja keras dalam
mengerjakan sesuatu dan tak pernah lelah.
c. Tujuan
Puisi di atas memiliki tujuan yang mengajak pembaca agar mencontohi perilaku tokoh Ayah.
Dengan sikap Ayah yang rajin, ulet dan tekun, kita bisa mencontoh dan meneladani serta
menghargai perjuangan seorang Ayah.
d. Bentuk
Puisi di atas menggunakan kata-kata yang bermakna lugas (mudah dipahami) dan menggunkan
imajinasi visual (penglihatan). Seperti terdapat di unsur intrinsik pada citraan yang diperkuat
dengan penggunaan majas / gaya bahasa
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
SAHABAT
Sahabat
Saat jiwa ini dalam kesendirian
Sadarkah engkau bahwa dalam hati ini memanggil nama mu
Berharap ku bisa membawa mu ke dalam duniaku
Indahnya menjadi sahabat mu
Sahabat . . .
Saat hujan basahi diri ini . . .
Engkau menjadi payung pelindungku . . .
Saat panas membakar kulit ini . . .
Engkau tetap ada menjadi pelindungku . . .
Sahabat . . .
Meski bibir ini sering menggunjing mu. . .
Meski tangan ini sering menyakitkan mu . . .
Engkau tak pernah marah dan mengeluh . . .
Seakan semua itu hadiah dariku . . .
Sahabat . . .
Ketika jiwa ini mulai jatuh karena terpaan hidup . . .
Engkau selalu menjadi lilin kecil . . .
Yang selalu memancarkan cahaya semangat untuk ku . . .
Nasehat mu senantiasa mengiringi deru langkah ini . . .
Sahabat . . .
Tak pernah ku bayangkan bagaimana diriku tanpa mu . . .
Bagaimana raga ini melangkah tanpa semangat dan nasehat darimu . .
Beruntung diriku memiliki sahabat seperti mu . . .
Kan ku jaga persahabatan ini . . .
Karena kamu adalah sahabat yang selalu ada di hatiku untuk selamanya . . .
UNSUR INSTRINSIK
a.
JenisPuisi
: Ode
b. Tema
: Arti Sahabat
c. Bukti
: bait ke-5 , baris ke-1
d. Amanat
:Jadilah sahabat yang terbaik untuksemua sahabat mu.Berikan yang terbaik
untuk sahabat mu, karena mereka selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk
mu.Buatlah sahabat mu selalu bahagia dan tenang bila di sisi mu
Bukti
:
Bait ke-3 , baris ke-1, 2, 3, 4
Bait ke-5 , baris ke-4, 5
e. Perasaan
: Kagum
Bukti
:
bait ke-5 , baris ke-3
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Nada danSuasana
: Sedih
Bukti
: bait ke-5 , baris ke-2, 3
Diksi
: bait ke-1 , baris ke-3
Sadarkah engkau bahwahati ini memanggil nama mu.
Citraan
Citraan Penglihatan
Bait ke-2 , baris ke-2
Bait ke-2 , baris ke-3
Bait ke-2 , baris ke-4
Citraan Pengecapan
Bait ke-3 , baris ke-2
Citraan Perabaan
Bait ke-3 , baris ke-3
Citraan Perasaan
Bait ke-1 , baris ke-2
Bait ke-3 , baris ke-5
Bait ke-4 , baris ke-1, 2, 3
Citraan Gerak
Bait ke-4 , baris ke-5
Bait ke-5 , baris ke-3
Kata Konkret
:
Bait ke-2 , baris ke-2, 3, 4, 5
Bait ke-3 , baris ke-2, 3, 4
Bait ke-4 , baris ke-2, 3, 4
Majas
: Metafora
Irama
:
Cara membaca puisi tersebut
Dengan nada rendah, lambat, dan lembut.
Rima
: sajak bebas
DOA
permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta. Kata-kata lain yang
mendukung tema adalah: Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua,
dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa
terlepas dari Tuhan.
Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisiDoasangat tepat bila digolongkan pada aliran
ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan segenap perasaan atau jiwanya..
Perhatikan kutipan larik berikut :
(1)Biar rusah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
(2)Aku hilang bentuk
remuk
(3)Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya dengan Tuhan.
Kata Tuhan yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair
sedang berbicara dengan Tuhan.
b) Nada dan Suasana
Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair terhadap
pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.
Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan
penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi Doa tersebut bernada
sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan
Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai
sebuah pengembaraan di negeri asing.
c) Perasaan
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi Doa gambaran perasaan
penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang
digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa
berpaling.
d) Amanat
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi Doa ini berisi amanat kepada pembaca agar
menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut,
pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga
mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah pengembaraan di negeri asing yang
suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:
Tuhanku,
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
Aklu tidak bisa berpaling
CERPEN
pun bimbang dan ragu. Di satu sisi dia ingin kumpul lagi bersama orang tuanya, di sisi lain dia
tahu ayahnya tak punya uang untuk menyekolahkannya. Hari demi hari berlalu, Arin semakin
rindu kepada keluarga kecilnya. Tak jarang dia selalu menangis hingga larut malam.
Bibi Arin pun menyadari apa yang Arin rasakan saat ini. Kamu kenapa nak? tanya
bibinya. Aku baik-baik saja kok bulek, aku hanya sedang kelelahan, jawab Arin. Sebenarnya
Bibinya pun sudah mengetahui apa yang sedang Arin rasakan tetapi dia tak mau menambah
beban Arin saat ini. Nak bibi akan selalu mendoakanmu, Bibi juga akan selalu mendukung apa
yang ingin kau lakukan, berusahalah dengan giat untuk mendapatkan keinginanmu, nasehat
bibinya. Setelah mendapatkan nasehat itu, Arin menjadi semangat. Meskipun Arin belum
membicarakan masalah kepada bibinya, dia tahu bahwa bibinya akan selalu mendukungnya.
Beberapa hari setelah itu, Arin mendapat kabar bahwa sekolah SMAN 1 Bumi Putera di
dekat rumah orang tuanya mengadkan lomba pidato dan pemenangnya akan diterima bersekolah
disana dan mendapatkan beasiswa. Arin pun mengikuti lomba pidato itu dan akhirnya keluar
sebagai pemenang. Dia pun memberitahukan kabar gembira itu kepada orang tua dan Bibinya.
Pada awalnya mereka belum menyetujuinya. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari
Arin, akhirnya permintaanny diperbolehkan oleh orangtua dan bibinya. Tapi sayang, pihak
sekolah sempat menahan Arin karena prestasi-prestasi dari dirinya. Sekolah tidak mengizinkan
Arin pindah ke SMA lain karna ia membawa prestasi cemerlang. Tetapi setelah mendesak kepala
pimpinannya, akhirnya Arin diperbolehkan pindah. Ia sangat senang sekali. Ia juga sedih ketika
ia berpamitan dengan teman-temannya yang sayang padanya. Arin berpesan kepada temantemannya untuk selalu semangat dan giat dalam belajar dan juga tidak melupakannya.
Ketika masuk tahun ajaran baru, Arin pun bisa kembali berkumpul bersama orang tuanya.
Ia berkumpul bersama ayah, ibu, dan adiknya. Rasa rindu yang sangat mendalam dapat
berkumpul bersama keluarga walaupun makan dengan lauk sambal akan terasa lebih nikmat bila
berkumpul bersama.
: Kebersamaan keluarga
2. Latar
Tempat : Rumah bibinya, Sekolah Arin, Rumah Arin
Suasana : Sedih (Tak jarang dia selalu menangis hingga larut malam), Bahagia (Dia pun
memberitahukan kabar gembira itu kepada orang tua dan Bibinya), Haru (Ia juga sedih ketika ia
berpamitan dengan teman-temannya yang sayang padanya)
Waktu : Malam (Terbukti saat Arin menangis karena rindu keluarganya), Pagi hari (Terlihat
ketika Arin mengikuti lomba pidato dan berpamitan kepada temannya)
3. Alur : Maju
4. Tokoh: Arin (Antagonis), Bibi dan Ayah (Tritagonis), Tidak ada tokoh antagonis karena
konflik yang terjadi adalah konflik batin tokoh utamanya
5. Penokohan:
TUGAS REMEDIAL
BAHASA INDONESIA