Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

DERMATITIS ERITROSKUAMOSA

Pembimbing:
dr. Yenny, Sp.KK.Mkes
Oleh:
Fatima Zahra (1102011101)

KEPANITERAAN KULIT DAN KELAMIN RSUD ARJAWINANGUN


UNIVERSITAS YARSI
DESEMBER 2015

PSORIASIS

Definisi
Psoriasis merupakan penyakit autoimun kronik, residif, yang ditandai dengan bercak-bercak eritema
berbatas tegas dengan skuama transparan berlapis. Penyakit ini juga diawali dengan adanya
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.
Epidemiologi
Di Indonesia pencatatan pernah dilakukan oleh 10 RS besar dengan angka prevalensi pada tahun
1996, 1997 dan 1998 berturut-turut 0,62%; 0,59% dan 0,92%. Psoriasis terus mengalami
peningkatan jumlah kunjungan ke layanan kesehatan di banyak daerah di Indonesia. Remisi
dialami oleh 17-55% kasus, dengan beragam tenggang waktu

Etiologi
Penyebab Psoriasis hingga kini belum diketahui secara pasti. Diduga beberapa faktor sebagai pencetus
timbulnya Psoriasis, antara lain:

Faktor herediter (genetik).


Faktor imunologik.
Autoimun
Faktor pencetus
Beberapa factor pencetus kimiawi, mekanik dan termal. Obesitas, diabetes mellitus maupun
sindroma metabolic dapat memperparah kondisi psoriasis.

Bentuk Klinis
Berdasarkan bentuk klinis, psoriasis dibedakan menjadi beberapa macam, yakni:
1. Psoriasis vulgaris
2. Psoriasis gutata
3. Psoriasis pustulosa
4. Psoriasis eritroderma
5. Psoriasis kuku
6. Psoriasis artritis

Diagnosis banding
Dermatofitosis
Dermatitis seboroik

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah munurunkan keparahan penyakit sehingga pasien dapat beraktifitas
dalam pekerjaan, kehidupan sosial dan sejahtera untuk dalam kondisi kualitas hidup yang baik.

Topikal kortikosteroid

Kalsipotriol/Kalsipotrien

Retinoid topical

Ter dan Antralin

Fototerapi

Pengobatan sistemik

Metroreksat . Dosis pemakaian untuk dewasa dimulai dengan dosis rendah 7,5 15 mg
setiap minggu.

Asitretin. Dosis yang dipakai berkisar 0,5 1 mg/KgBB/hari

Siklosporin dosis rendah 2,5 mg/KgBB/hari dipakai sebagai terapi awal, dengan dosis
maksimum 4 mg/KgBB/hari.

Prognosis
Sampai saat ini pengobatan psoriasis tetap hanya bersifat remitif,
kekambuhan
yang
boleh
dikatakan
hampir
selalu
ada
mengakibatkan pemakaian obat dapat berlangsung seumur hidup.

PARAPSORIASIS

Definisi
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, kelainan kulit ditandai dengan
adanya eritema dan skuama, pada umumnya tanpa keluhan dan berkembang secara perlahan-lahan dan kronik.
Tahun 1902, Brock pertama kali menggambarkan 3 tanda utama yaitu Pitiriasis lichenoides (akut dan kronik),
Parapsoriasis plak yang kecil dan Parapsoriasis plak yang luas (parapsoriasis dan plak).
Epidemiologi
Diagnosis parapsoriasis jarang dibuat dikarenakan criteria diagnosis masih controversial. Di Eropa lebih banyak
dibuat diagnosis parapsoriasis daripada di Amerika Serikat.

Klasifikasi dan Gambaran klinis

1. Parapsoriasis Gutata
Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, ertiema dan skuama dapat hemoragik, kadang-kadang
berkonfluensi, dan umumnya simetrik. Penyakit ini sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks.
Tempat predileksi pada badan, lengan atas dan paha, tidak tedapat pada kulit kepala, muka dan tangan.
2.

ParapsoriasisVariegata
Kelainan ini terdapat pada badan, bahu dan tungkai, bentuknya seperti kulit zebra; terdiri atas skuama dan
eritema yang brgaris-garis.

3.

Parapsoriasis en Plaque
Tempat predileksi pada badan dan ektremitas. Kelainan kulit berupa bercak eritematosa, permukaan datar,
bukat atau lonjong dengan diameter 2,5 cm dengan sedikit skuama yang berwarna merah jambu, coklat atau
agak kuning. Bentuk ini sering berkembang menjadi mikosis fungoides.

Diagnosis Banding :
Psoriasis
Pitiriasis rosea

Penatalaksanaan
Penyinaran dengan lampu ultraviolet
kortikosteroid topikal
kalsiferol, preparat ter, obat antimalaria, derivat sulfon, obat sitostatik, dan vitamin E.
Pengobatan parapsoriasis gutata akut : eritromisin (40 mg/kg berat badan)
tetrasiklin

Prognosis
Parapsoriasis secara khusus memiliki perjalanan penyakit yang kronik dan lama, kecuali parapsoriasis en plaque
yang berpotensi untuk menjadi mikosis fungoides, yang berpotensi lebih fatal.

PITIRIASIS ROSEA

Definisi
Pitiriasis rosea ialah erupsi kulit akut yang dapat sembuh sendiri, dimulai dengan
sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian disusul oleh
lesi-lesi yang lebih kecil dibadan, lengan dan tungkai atas yang tersusun sesuai
dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.

Etiologi
Etiologi belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologis diduga infeksi
adalah penyebabnya. Berdasarkan bukti ilmiah, diduga pitiriasis rosea merupakan eksantema
virus yang berhubungan dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV)-7 dan HHV-6.

Gejala klinis
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tahap awal Pitiriasis rosea dimulai dengan lesi
pertama (herald patch) umumnya di badan umumnya tunggal (soliter) berbentuk oval, dan
anular. Diameter sekitar 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus dipinggir.
Lamanya berlangsung beberapa hari hingga beberapa minggu.
Lesi berikutnya timbul sekitar 4-10 hari setelah lesi awal, ditandai dengan kumpulan lesi
(ruam) yang berbentuk seperti pohon cemara terbalik (Christmas tree pattern). Tempat
tersering (predileksi) adalah badan, lengan atas bagian proksimal dan tungkai atas. Lesi
timbul serentak atau dalam beberapa hari.
Selain bentuk yang lazim berupa eritroskuamosa, pitiriasis rosea juga berbentuk urtikaria,
vesikel dan papul yang lebih sering terdapat pada anak-anak.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan penemuan klinis.
dianjurkan karena biasanya memberikan hasil yang normal.

Pemeriksaan

darah

rutin

tidak

Diagnosis banding
- Tinea korporis
- Sifilis sekunder
- Dermatitis numularis
- Psoriasis gutata
Tatalaksana
Pengobatan yang diberikan bersifat simptomatis, untuk gatal dapat diberikan sedativa, sedangkan
sebagai obat topical dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol 1/2 1 %.
Bila tedapat gejala menyerupai flu dan/atau kelaianan kulit luas, dapat diberikan acyclovir
5x800mg per hari selama 1 minggu.
Pada kelainan kulit luas dapat diberikan terapi sinar UVB.

ERITRODERMA
Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritem universalis (90-100%), biasanya
disertai skuama. Bila ertiemanya antara 50-90% dinamakan pre-eritroderma. Pada definisi
tersebut mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya pada
eritroderma karena aleri obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium
penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak begitu jela karena
bercampur dengan hiperpigmentasi.

Manifestasi klinik
Eritroderma akibat alergi obat, biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari.
Lesi awal berupa eritema menyeluruh, sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering adalah psoriasis dan dermatitis seboroik
pada bayi (Penyakit Leiner).
Eritroderma karena psoriasis. Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis
dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama
yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
Penyakit Leiner (eritroderma deskuamativum)Usia pasien antara 4-20 minggu keadaan umum baik
biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.
Eritroderma akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan. Dapat ditemukanadanya penyakit
pada alat dalam, infeksi dalam dan infeksi fokal .

Pengobatan
Nonmedikamentosa : obat yang diduga sebagai penyebab harus segera dihentikan.
Medikamentosa :
Golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x
10 mg- 4 x 10 mg.
Golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis
mula prednison 4 x 10 mg- 4 x 15 mg sehari.
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortokosteroid
baik. Dosis prednison 3 x 1-2 mg sehari.

memberi

hasil

yang

Pada eritroderma yang lama diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya
skuama mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi
emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema, misalnya
dengan salep lanolin 10%.

Prognosis
Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik, prognosisnya baik.
Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan golongan yang lain. Pada
eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid hanya
mengurangi gejalanya, penderita akan mengalami ketergantungan kortikosteroid.

DERMATITIS SEBOROIK
Definisi
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi di daerah yang
banyak kelenjar sebasea, scalp, wajah dan badan. Dermatitis ini dikaitkan dengan malaise,
terjadi gangguan imunologis mengikuti kelembaban lingkungan, perubahan cuaca ataupun
trauma dengan penyebaran lesi dimulai dari derajat ringan misalnya ketombe sampai bentuk
eritrodermanya.

Etiologi
Meningkatnya lapisan sebum pada kulit, kualitas sebum, respon imunologis terhadap
Pityrosporum, degradasi sebum dapat mengiritasi kulit sehingga terjadi mekanisme eksema.
Jumlah ragi genus Malassezia meningkat didalam epidermis yang terkelupas pada ketombe
ataupun dermatitis seboroik. Diduga hal ini terjadi akibat lingkungan yang mendukung.

Klasifikasi dan Manifestasi Klinis


Lokasi yang terkena seringkali di daerah kulit kepala berambut; wajah, alis, lipat nasolabial sideburn, telinga dan liang telinga; bagian tengah atas dada dan punggung, lipat gluteus, inguinal,
genital, ketiak.
Dapat ditemukan skuama kuning berminyak, eksematosa ringan, kadang kala disertai rasa gatal dan
menyengat. Dapat dijumpai kemerahan perifolikular yang pada tahap lanjut menjadi plak
eritematosa berkonfluensi, bahkan dapat membentuk rangkaian pihak di sepanjang batas rambut
frontal dan disebut sebagai korona seboroika.
Pada fase kronis dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat juga dijumpai pada daerah
retroaurikular. Bila terjadi di liang telinga, lesi berupa otitis eksterna, di kelopak mata sebagai
blefaritis. Bentuk varian di tubuh yang dapat dijumpai pitriasiform atau anular. Pada keadaan parah
dermatitis seboroik dapat berkembang menjadi eritroderma

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan morfologi khas lesi ekserna dengan skuama
kuning berminyak di daerah predileksi.
Diagnosis Banding
1. Psoriasis; skuama lebih tebal berlapis transparan seperti mika, lebih dominan didaerah ekstensor
2. Dermatitis atopic dewasa; terdapat kecenderungan stigmata atopi
3. DKI; riwayat kontak misalnya dengan sabun pencuci wajah atau bahan iritan lainnya.

Penatalaksanaan
Pengobatan tidak menyembuhkan secara permanen sehingga terapi dilakukan
berulang saat gejala timbul.
1. Sampo yang mengandung obat anti Malassezia, misalnya selenium sulfide,
zinc, ketokonazol, berbagai sampo yang mengandung ter dan solusio
terbinafine 1%
2. Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan krim imidazole dan turunannya.
3. Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat atau
sulfur
4. Pengobatan simptomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang,
imunosupresan sedan terutama untuk daerah wajah sebagai pengganti
kortikosteroid topical.
5. Metronidazole topical, siklopiroksolamin.
6. Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional dapat
menggunakan terapi UVB atau pemberian itrakonazole 100mg/hari per oral
selama 21 hari.
7. Prednisolone 30 mg/hari untuk respon cepat.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Tjut Nurul Alam Jacoeb (Eds.), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (edisi 7). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2015 : 213-233.

2. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa: Psoriasis, in: Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Ed 5.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2006. p.189-95
3. Sonia Hanifati, Sri Linuwih. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. 2014 : 334336.
4. Perdoski.org (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin)
5. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. Diagnosis dan Pengelolaan SLE. 2011.

Anda mungkin juga menyukai