DISUSUN OLEH:
ALYANDO
MELLA LINY HARAHAP
RIZKA HAMNIATI
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU THT
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2016
ANATOMI
DEFINISI
ETIOLOGI
Secara Umum penyebab epistaksis dibagi dua yaitu:
1 Lokal
a. Trauma
b. Infeksi
c. Neoplasma
d. Kelainan kongenital
e. Pengaruh lingkungan
f. Sebab-sebab lain
2. Sistemik
a. Kelainan darah
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Infeksi sistemik akut
d. Gangguan endokrin/hormonal
e. Alkoholisme
f. Defisiensi Vitamin C dan K
PATOFISIOLOGI
Epistaksis anterior
Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach,
merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai anakanak. Dapat juga berasal dari arteri ethmoid anterior.
Epistaksis posterior
Epistaksis posterior, berasal dari arteri sphenopalatina
dan arteri ethmoid posterior. Perdarahan cenderung
lebih berat dan jarang berhenti sendiri, sehingga dapat
menyebabkan anemia, hipovolemi dan syok.
PEMERIKSAAN
1.
Rhinoscopy anterior
2.
Rhinoscopi posterior
3.
Rontgen sinus
4.
CT-SCAN
5.
MRI
6.
Endoscopy hidung
PENATALAKSANAAN
1. Metode Trotter
4. Kateter Foley
DIAGNOSIS BANDING
Hemoptisis
KOMPLIKASI
1.
Sinusitis
2.
Bloody tears
3.
Otitis media
4.
Haemotympanum
5.
6.
Syok
7.
Anemia
8.
Gagal ginjal
PENCEGAHAN
PROGNOSIS
KESIMPULAN
Epistaksis (perdarahan dari hidung) adalah suatu gejala
dan bukan suat penyakit, yang disebabkan oleh adanya
suatu kondisi kelainan atau keadaan tertentu. Epistaksis
bisa bersifat ringan sampai berat yang dapat berakibat
fatal. Epistaksis disebabkan oleh banyak hal, namun dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu sebab lokal dan sebab
sistemik. Epistaksis dibedakan menjadi dua berdasarkan
lokasinya yaitu epistaksis anterior dan epistaksis posterior.
Dalam memeriksa pasien dengan epistaksis harus dengan
alat yang tepat dan dalam posisi yang memungkinkan
pasien untuk tidak menelan darahnya sendiri.
Prinsip penanganan epistaksis adalah menghentikan
perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah
berulangnya epistaksis.