Anda di halaman 1dari 4

Premature Rupture Of Membrane

1. Klasifikasi
a. Ketuban pecah dini saat preterm yaitu KPD pada usia < 37
minggu
Insiden : 2-4 % dari kehamilan tunggal dan 7-10 % dari

kehamilan kembar
Ketuban pecah dini usia < 37 minggu dapat dibagi

menjadi 3 yaitu :
- Ketuban pecah
- Ketuban pecah
- Ketuban pecah
b. Ketuban pecah dini

dini pada kehamilan > 35 minggu


dini pada kehamilan 32-35 minggu
dini pada kehamilan < 32 minggu
pada kehamilan aterm ( usia cukup

bulan ) > 37 minggu


Insiden : 8-10 % dari kehamilan cukup bulan
( Errol Norwitz, 2007 )
2. Faktor resiko
Meskipun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini (KPD),
namun penyebabnya secara langsung masih belum diketahui
dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
ketuban pecah dini, namun faktor-faktor yang lebih berperan
sulit diketahui (Sualman, 2009). Faktor-faktor predisposisi itu
antara lain adalah:
a. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis). Korioamnionitis
adalah keadaan pada perempuan hamil dimana korion,
amnion

dan

cairan

ketuban

terkena

infeksi

bakteri.

Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu


dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis (Sarwono,
2008). Membrana khorioamnionitik terdiri dari jaringan

viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan


atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan
untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik
(Sualman, 2009).
Grup B streptococcus

mikroorganisme

yang

sering

menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis,


Lactobacilli dan Staphylococcus epidermidis adalah bakteribakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada
kehamilan

preterm.

Bakteri-bakteri

tersebut

dapat

melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi


uterus.

Hal

pembukaan

ini

menyebabkan

serviks,

dan

adanya

pecahnya

perubahan
selaput

dan

ketuban

(Sualman, 2009).
Jika terdiagnosis korioamnionitis, perlu segera dimulai upaya
untuk melahirkan janin sebaiknya pervaginam. Sayangnya,
satu-satunya

indikator

yang

andal

untuk

menegakkan

diagnosis ini hanyalah demam; suhu tubuh 38C atau lebih,


air ketuban yang keruh dan berbau yang menyertai pecah
b.

ketuban yang menandakan infeksi (Cunningham, 2006).


Infeksi genitalia
Meskipun chlamydia trachomatis adalah patogen bakteri
paling umum yang ditularkan lewat hubungan seksual, tetapi
kemungkinan pengaruh infeksi serviks oleh organisme ini
pada ketuban pecah dini dan kelahiran preterm belum jelas.
Pada wanita yang mengalami infeksi ini banyak mengalami
keputihan saat hamil juga mengalami ketuban pecah dini
kurang dari satu jam sebelum persalinan dan mengakibatkan
berat badan lahir rendah (Cunningham, 2006).
Infeksi akut yang sering menyerang daerah genital ini
termasuk herpes simpleks dan infeksi saluran kemih (ISK)
yang merupakan infeksi paling umumyang mengenai ibu
hamil dan sering menjadi faktor penyebab pada kelahiran
preterm dan bayi berat badan rendah. Pecah ketuban
sebelum

persalinan

pada

preterm

dapat

berhubungan

dengan infeksi maternal. Sekitar 30% persalinan preterm


disebabkan oleh infeksi dan mendapat komplikasi dari infeksi
tersebut (Chapman, 2006).
c. Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia),
didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk
mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering
menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua.
Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang
lain seperti septum uterus dan bikornis. Sebagian besar
kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks
pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi

berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi


obstetrik (Sarwono, 2008)
d. Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban
pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual
saat hamil baik dari frekuensi yang lebih dari 3 kali
seminggu, posisi koitus yaitu suami diatas dan penetrasi
penis yang sangat dalam sebesar 37,50% memicu terjadinya
ketuban

pecah

dini,

pemeriksaan

dalam,

maupun

amnosintesis dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah


dini karena biasanya disertai infeksi. Kelainan letak janin
misalnya letak lintang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang

menutupi

pintu

atas

panggul

(PAP)

yang

dapat

menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah


(Sualman, 2009).
e. Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara.
Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan
janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara
yang mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan
kondisi psikologis, mencakup sakit saat hamil, gangguan
fisiologis seperti emosi dan termasuk kecemasan akan
f.

kehamilan (Cunninghan, 2006).


Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali
mengalami

ketuban

pecah

dini

kembali.

Patogenesis

terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat


adanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane
sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita
yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya
wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih
beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada
wanita

yang

sebelumnya,
mudah

tidak

mengalami

karena komposisi

rapuh

dan

kandungan

ketuban

membran
kolagen

pecah

dini

yang menjadi
yang

semakin

menurun pada kehamilan berikutnya (Cunningham, 2006).

g. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan


(overdistensi uterus) misalnya hidramnion dan gemeli.
h. Usia ibu yang 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan
ibu dengan usia 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua
untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan
beresiko tinggi mengalami ketuban pecah dini
3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Lab :
a. Pemeriksaan Alpha- Fetoprotein ( AFP ). Konsentrasinya tinggi
di dalam cairan amnion tetapi tidak di semen dan urin
b. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur urin
c. Tes pakis
d. Tes lakmus ( Nitrazine test )
4. Penatalaksanaan
Bila penatalaksanaan dari yang telah disebutkan terdapat
kontraindikasi maka segera lahirkan janin ( antibiotik untuk
karioamnionitis ; profilaksis SGB intrapartum jika di indiksikan )
Kontraindikasinya antara lain :
- Gawat janin
- Perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya
- Proses melahirkan aktif
- Korioamnionitis
( Errol Norwitz, 2007 )

Anda mungkin juga menyukai