oleh
Ria Aridya Liarucha, S.Kep
NIM 112311101011
1. Anatomi Mata
Indera mempunyai sel-sel reseptor khusus untuk mengenali perubahan
lingkungan. Indra yang kita kenal ada lima, yaitu indera penglihatan (mata),
indera pendengaran (telinga), indera pembau (hidung), indera pengecap
(lidah), dan indera peraba (kulit). Kelima indra tersebut berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan luar, oleh karenanya disebut eksoreseptor.
Reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam, misalnya nyeri,
kadar oksigen atau karbon dioksida, kadar glukosa dan sebagainya, disebut
interoreseptor. Sel-sel interoreseptor misalnya terdapat pada sel otot, tendon,
ligamentum, sendi, dinding saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, dan
lain sebagainya. Akan tetapi, sesungguhnya interoreseptor terdapat di seluruh
tubuh manusia. Interoreseptor yang membantu koordinasi dalam sikap tubuh
disebut kinestesis.
Gambar 1. Mata
polos
yang
kontraksinya
mengubah
bentuk
lensa
dan
luar jalinan ini, kanal Schlemm mengalirkan aquous humor dari bilik
anterior ke dalam sistem vena sehingga terjadi drainase aquous. Daerah
ini dinamakan sudut drainase.
2. Sistem Proteksi Mata
Perlindungan mata secara mekanis dilakukan oleh kelopk mata, selain
itu kelopak mata juga menjaga agar mata tidak kering. Kelopak mata
memiliki bagian yang bernama pungta tempat air mata mengalir ke sistem
drainase lakrimal.
4. Etiologi
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah (Bashour, 2008):
a. Percikan kaca, besi, keramik;
b. Partikel yang terbawa angin, seperti debu;
c. Ranting pohon;
d. Dan sebagainya.
5. Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata
ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma
bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang
8. Penanganan
Mata memiliki sistem proteksinya sendiri. Kelopak mata dan bulu
mata diciptakan untuk melindungi mata dari paparan angin dan debu. Bahkan
air mata yang diproduksi pun memiliki antibodi untuk melindungi mata dari
kuman penyakit. Meskipun demikian, frekuensi kecelakaan terhadap mata
tetap tinggi. Seiring bertambahnya kawasan industri, angka kecelakaan kerja
juga meningkat, lalu lintas semakin padat, risiko kecelakaan lalu lintas
meningkat, serta beberapa hal lain yang seringkali menjadi penyebab
terjadinya trauma pada mata seperti perkelahian, terkena ketapel, senapan
angin, lemparan mainan yang sering terjadi pada anak-anak.
Ketika terjadi cedera pada mata hal yang penting untuk dilakukan
adalah pemeriksaan mata. Apabila luka pada mata cukup serius sebaiknya
langsung
dikonsultasikan
kepada
dokter. Hati-hati,
menunda
dapat
10.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (Vaughan,
2010):
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Dengan menggunakan snellens chart dan test brigshtess dilakukan
untuk
mengetahui
ketajaman
penglihatan,
normalnya
tajam
Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing
tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan
konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian
anatesi lokal. Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum
suntik tumpul atau tajam. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda
bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan
magnet portable.
Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa
steril dan diperban (Vaughan, 2010).
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat
insisi di limbus, melalui insisi tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk
menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris
yang mengandung benda asing tersebut. Pecahan besi yang terletak di dalam
bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti pada iris. Bila
letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus
kornea, jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan
ekstraksi linier
intrakapsuler untuk usia yang tua (Vaughan, 2010). Bila letak corpus alienum
berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnit setelah
insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi
vitrektomi (Vaughan, 2010).
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Nama
Umur
Suku/ bangsa
Agama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit: Jenis, bahan, jumlah, dan lama terkena rudapaksa,
tindakan yang telah dilakukan oleh klien sebelum dibawa ke rumah
b)
sakit.
Psikososial: Pekerjaan yang dijalani, aktivitas yang dilakukan saat
memar
Kerusakan tulang orbita, krepitasi tulang orbita
Pelebaran pembuluh darah perikornea
Hifema
Robek kornea
Perdarahan dari orbita
Blefarospasmae
Pupil tidak bereaksi terhadap cahaya, struktur pupil robek
Tes fluoresens positif
Edema kornea
Nekrosis konjungtiva/sclera
Katarak
b) Palpasi
Adanya nyeri pada mata
5) Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian pasien saat dilakukan tes adaptasi gelap, terjadinya
peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, pernapasan dan suhu, pada
sinusitis dan benda asing yang lama dalam mata terjadi peningkatan
jumlah leukosit karena terjadi infeksi yang lama.
2. Diagnosa
1) Gangguan sensori persepsi (visual) berhubungan dengan ablasio retra,
edema retina, erosi kornea.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan.
3) Resiko cedera/injuri berhubungan dengan gangguan penglihatan akibat
trauma.
4) Nyeri akut
berhubungan
dengan
kerusakan
jaringan
atau
Diagnosa
Gangguan
persepsi
beradaptasi terhadap
penglihatan pasien,catat
penglihatan pasien
penurunan visual
karena kebutuhan
penglihatan
yang terjadi
mata terlibat.
berhubungan
Kriteria
dengan
ablasio retra,
berpartisipasi dalam
sensori
edema retina,
erosi kornea
Pasien
Hasil:
akan
Intervensi
1. Tentukan tajam
penyinaran.
program pengobatan 3. Pada klien yang
mengalami abrasi retina,
anjurkan klien bedrest
dengan satu atau kedua
mata ditutup.
Rasional
1. Mengetahui tajam
intervensi bervariasi.
2. Membantu klien
menganali keterbatasan
penglihatan.
3. Mengistirahatkan mata
dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
4. Kolaborasi
a. berikan pengobatan
4.
a. mengatasi dan
mencegah infeksi
dan derajat
lebih lanjut
komplikasinya;
antibiotic (topical,
peroral, atau sub
konjungtiva).
b. siapkan intervensi
b. mengatasi kelainan
Resiko
Tujuan: Setelah
infeksi
dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama
dengan
kerusakan
kekebalan pasien
jaringan dan
meningkat
peningkatan
dengan indikator:
paparan
lingkungan.
tidak didapatkan
infeksi berulang
1. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
2. Gunakan sabun anti
mikroba untuk cuci
tangan
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
keperawatan
4. Observasi dan laporkan
tanda dan gejal infeksi
seperti kemerahan, panas,
1.
Mencegah terjadinya
penularan
mikroorganisme
2. Menghindari dan
mencegah
mikroorganisme
3. Mencegah
berkembangnya
mikroorganisme di
tangan
4. Mencegahan infeksi
lebih lanjut
nyeri, tumor
5. Berikan antibiotik
sesuai aturan
6. Ajari pasien dan
5. Pemberian antibiotic
dapat menekan adanya
mikroorganisme
6. Pasien dan keluarga
mengerti bagaimana
terjadi melaporkan
pada perawat
7. Ajarkan klien dan
anggota keluarga
bagaimana mencegah
infeksi
3
Risiko
cedera/injuri
berhubungan
menghindari cedera.
Kriteria Hasil:
dengan
gangguan
penglihatan
dapat menghindari
cidera
- Melakukan prosedur
akibat
trauma.
- pasien menyatakan
1. Dapatkan deskripsi
(seperti menggerakkan
menjelaskan alasan
tindakan.
NOC:
sesuai kebutuhan
NIC:
berhubungan
Menunjukkan
Manjemen nyeri
Manajemen nyeri
dengan
tingkat
a. Mengetahui
kerusakan
dibuktikan
jaringan atau
Nyeri
akut
keadaan/kondisi nyeri
karakteristik, durasi,
pasien
menggambar
(sebutkan nilainya 1-
frekuensi, kualitas,
kan
5:
adanya
kerusakan.
dengan
ekstrem,
berat,
nyeri
terjadinya nyeri
b. Gunakan stategi
komunikasi terapeutik
b. Mengetahui lebih
dalam terhadap nyeri
yang dirasakan pasien
untuk menggali
wajah
b. Posisi
tubuh
melindungi
c. Kegelisahan atau
pengalaman pasien
terhadap nyeri dan cara
penanganannya
c. Observasi ekspresi non
ketegangan otot
d. Perubahan
dalam kecepatan
pernapasan,
denyut jantung,
atau
tekanan
verbal yang
menunjukkan
ketidaknyamanan
d. Identifikasi pengetahuan
pasien dan keyakinan
tentang nyeri.
Distraksi
darah
Distraksi
a. Memberikan
kesempatan pada pasien
untuk memilih
terapi musik,
terapinya sendiri
b. Jelaskan kegunaan
stimulasi yang digunakan
terhadap perasaan
misalnya mendengarkan
musik dan membaca.
c. Identifikasi dengan
pasien jadwal kegiatan
yang menyenangkan
seperti berjalan-jalan,
berbicara dengan
keluarga atau teman
e. Evaluasi dan
e. Mengetahui kefektifan
teknik distraksi
dokumentasikan respon
dari distraksi
5.
Ansietas
Tujuan : Cemas
a. Mengurangi kecemasan
berhubungan
hilang atau
dengan
berkurang
penyakitnya
2. Kaji tingkat ansietas,
pasien.
b. Mengenali gejala dan
penurunan
Kriteria Hasil:
penglihatan.
- Pasien tampak
rileks dan
melaporkan ansietas
menurun sampai
tingkat dapat diatasi.
- Pasien
derajat pengalaman
nyeri/timbul nya gejala
tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi
saat ini.
3. Berikan informasi yang
ketrampilan
pengobatan mencegah
pemecahan masalah
kehilangan penglihatan
menggunakan
sumber secara efektif
c. Mengurangi ansietas
akibat kurang informasi
d. Melibatkan klien
menunjukkan
- Pasien
penyebab ansietas
tambahan.
5. Dorong pasien untuk
mengakui masalah dan
mengekspresikan
perasaan.
6. Identifikasi
f.
Melibatkan perawatan
dari oang terdekat
sebagai dukungan
psikologis
sumber/orang yang
menolong.
4. Discharge Planning
a. Bantu pasien dan keluarga untuk mempersiapkan perawatan di rumah.
b. Tentukan kemampuan pasien untuk perawatan mandiri di rumah.
c. Tekankan bahwa penyakit harus mengikuti pengobatann sesuai dosis dan
waktu selama seumur hidup.
d. Tekankan pada pasien bahwa pengontrolan secara berkala sangatlah
penting.
5. Daftar Pustaka
Bashour M. 2008. Corneal Foreign Body. Serial Online. Diakses 4 Oktober
2015 . http://emedicine.medscape.com/ article/
Baughman, D.C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku untuk Brunner
dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Bulecked, G.M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United
Sates of America: Elsevier.
Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
James, et al. 2006. Lecture Notes: Opthalmology. Jakarta: Erlangga.
Junaidi,P. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). United Sates
of America: Elsevier.
Neal, M.J. 2006. At a Glance: Farmakologi Medis.
Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Vaughan, D. 2010. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta : Widya Medika.