ASMA BRONCHIAL
1. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
semakin kurang berat seiring pertambahan usia; 80% penderita asma adalah
atopic. Asma intrinsic biasanya terjadi pada orang dewasa dan tidak membaik.
1. Faktor ekstrinsik / alergik / stofik
Reaksi antigen-antibodi : Karena intalasi allergen (debu, serbuk-serbuk, bulubulu, binatang).
2. Factor intrinsic / non alergik
a. Infeksi
: Influenza virus, pneumonia, mycoplasma.
b. Fisik
: Cuaca dingin, perubahan temperature.
c. Iritan
: Kimia, polusi udara (co, udara, asap rokok, parfum).
d. Emosional
: Takut, cemas, tegang.
3. Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi factor pencetus asma bronchial
berhubungan dengan factor :
a. Hereditas (50%)
b. Kejiwaan / psikis
c. Stress fisik.
C. PATOFISIOLOGI
Serangan awal asma dapat terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa,
episode asma akut, yang disebut sebagai serangan asma dapat dicetuskan oleh
stress, olahraga berat, infeksi, atau pemajanan terhadap allergen atau iritan lain
seperti debu dan sebagainya. Banyak klien asma dalam keluarganya mempunyai
riwayat alergi. Dispnea adalah gejala utama asma, tetapi hiperventilasi, sakit
kepala, kebas, dan mual juga dapat terjadi.
Serangan asmatik terjadi akibat beberapa perubahan fisiologi termasuk
perubahan dalam respons imunologi, resistensi jalan udara yang meningkat,
komplians paru yang meningkat, fungsi mukosilaris yang mengalami kerusakan,
dan pertukaran oksigen-karbon dioksida yang berubah.
Asma imunologis adalah akibat dari reaksi antigen-antibodi yang melepaskan
mediator kimiawi, dimana mediator tersebut menyebabkan 3 reaksi utama; (1)
konstriksi otot polos baik pada jalan nafas yang kecil maupun yang besar, yang
mengakibatkan
spasme
bronkus;
(2)
peningkatan
permeabilitas
yang
mengakibatkan edema mukosa yang lebih jauh lagi menyempitkan jalan udara;
(3) peningkatan sekresi kelenjer mukosa dan meningkatkan pembentukan lendir.
Sebagai akibat, individu dengan serangan asma berjuang untuk bernapas melalui
jalan nafas yang telah menyempit dan dalam keadaan spasme. Asih, Niluh Gede
Yasmin : 2004
Pathway
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
pada permukaan sel mast atau basofil
Ansietas
Sesak napas
Gangguan
Pertukaran
gas
Hipoksemia
Gangguan Perfusi
jaringan
Ketidak Efektifan
Pola nafas
Hiperventilasi
D. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga kedepan, serta tanpa otot-otot bantu pernfasan
bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas,
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri dada. Gejala-gejala
yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan
kesadaran, hyperinflasi dada tachicardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan
asma bronchial seringkali terjadi pada malam hari.
a. Dispnea yang bermakna.
b. Batuk, terutama dimalam hari.
c. Pernapasan yang dangkal dan cepat.
d. Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru. Biasanya mengi terdengar
hanya saat ekspirasi, kecuali kondisi pasien parah.
e. Peningkatan usaha bernafas, ditandai dengan retraksi dada, disertai
perburukan kondisi, napas cuping hidung.
f. Kecemasan, yang berhubungan dengan ketidakmampuan mendapat udara
yang cukup.
g. Udara terperangkap karena obstruksi aliran darah, terutama terlihat selama
ekspirasi pada pasien asma. Kondisi ini terlihat dengan memanjangnya waktu
ekspirasi.
h. Diantara serangan asmatik, individu biasanya asimtomatik. Akan tetapi, dalam
pemeriksaan perubahan fungsi paru mungkin terlihat bahkan diantara
serangan pada pasien yang memiliki asma persisten. Corwin, Elizabeth j:
2009
E. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Nonfarmakologi
a. Penyuluhan. Penyuluhan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari factor-faktor
pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari factor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus
serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan
mengurangi factor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus. Ini
dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
2. Pengobatan Farmakologi
asma.
Banyaknya factor atopi ditemukan pada diri anak dan keluarganya.
Menderita atau pernah menderita aksema infaintel yang sulit diatasi
Lamanya minum susu ibu
Usaha pengobatan dan penanggulangannya
Apakah ibu / bapak / teman sekamar / perumah perokok polusi udara yang
H. KOMPLIKASI
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan
adanya keluhan sulit untuk bernafas.
2. Riwayat penyakit saat ini
C. INTERVENSI
D. DIAGNO
SA
E. T
U
J
U
A
N
F. I
N
T
E
R
V
E
N
S
I
H. Ketidakefe Dal Kaji
ktifan
am
warn
bersihan
wak
a dan
jalan napas
tu
keke
berhubung
3x2
ntala
an dengan
4
n
bronkhoko
jam
sputu
nstriksi,
sete
m
bronkhosp
lah Atur
asme,
dibe
posis
edema
rika
i
mukosa
n
semi
dan
tind
fowle
dinding
aka
r
bronkhus,
n
Ajark
serta
bers
an
sekresi
ihan
cara
G. RASIONAL
mukus
yang
kental
jala
batuk
untuk mengeluarkan sekret.
n
efekti Pemberian bronkodilator via inhalasi
nap
f
akan langsung menuju area
as
Bant
bronkhus yang mengalami spasme
kem
u
sehingga lebih cepat berdilatasi
bali
klien
Pemberian secara intravena
efek
napas
merupakan usaha pemeliharaaan
tif
dala
agar dilatasi jalan napas dapat
I.
m
optimal. Agen mukolitik
J. K Perta
menurunkan kekntalan dan
r
perlengketan sekret paru untuk
hank
i
memudahkan pembersihan. Agen
an
t
ekspektoran akan memudahkan
intak
e
sekret lepas dari perlengketan jalan
e
r
napas. Kortikosteroid berguna pada
caira
i
keterlibatan luas dengan hipoksemia
n
a
dan menurunkan reaksi inflamasi
sedik
akibat edema mukosa dan dinding
itnya
h
bronkhus.
2500
a
ml/ha
s
ri
i
kecu
l
ali
tidak
:
diind
Dap
ikasi
at
kan
men Kola
dem
boras
onst
i
rasi
deng
kan
an
batu
mela
k
kuka
efek
n
tif
fisiot
Dap
erapi
dada
at
deng
men
an
yata
tehni
kan
k
strat
postu
egi
ral
unt
drain
uk
ase,
men
perku
uru
si
nka
dan
n
fibras
kek
i
enta
dada.
lan
sekr Kola
esi
boras
Tid
i
pemb
ak
erian
ada
obat :
suar
a
nap
as
tam
bah
an
dan
whe
ezin
g
(-)
Per
nap
asa
n
klie
n
nor
mal
(1620x
/m)
tanp
a
ada
pen
ggu
naa
n
Bron
kodil
ator
golon
gan
B2
Nebu
ler
(via
inhal
asi)
deng
an
golon
gan
terbu
taline
0.25
mg,
fenot
erol
HBr
0.1%
soluti
on,
orcip
renali
ne
sulfu
otot
bant
u
nap
as.
r
0.75
mg.
Intra
vena
deng
an
golon
gan
theop
hylin
e
ethile
nedia
mine
(Ami
nofili
n)
bolus
IV 56
mg/k
gBB.
Agen
muko
litik
dan
ekspe
ktora
K. Gangguan Dal
pertukaran
am
gas yang
wak
berhubung
tu
an dengan
3x2
spasme
4
bronkus
jam
sete
lah
dibe
rika
n
inte
rve
nsi,
pert
uka
ran
gas
me
mba
ik
L.
M. K
r
n
korti
koste
roid
Kaji
Bronkhospasme di deteksi ketika
kefek
terdengar mengi saat di askultasi
tifan
dengan stetoskop. Peningkatan
jalan
pemb`````````````````````````````````````
napas
````````````````````````````````````````````
Kola
````````````````entukan mukus sejalan
dengan penurunan aksi mukosiliaris
boras
menunjang penurunan lebih lanjut
i
diameter bronkhi dan
untuk
mengakibatkan penurunan aliran
pemb
udra serta penurunan pertukaran gas,
erian
yang diperburuk oleh kehilangan
bron
daya elastisitas paru.
kodil
Terapi aerosol membantu
ator
secar
mengencerkan sekresi sehingga
a
dapat dibuang. Bronkhodilator yang
aeros
dihirup sering ditambahkan ke
ol
dalam nebulizer untuk memberikan
Laku
aksi bronkhodolator langsung pada
jalan napas, dengan demikiam
kan
memperbaiki pertukaran gas.
fisiot
Tindakan inhalasi atau aerosol harus
erapi
diberikan sebelum waktu makan
dada
untuk memperbaiki ventilasi paru
Kola
dengan demikian mengurangi
boras
i
t
e
r
i
a
i
keletihan yang menyertai kativitas
untuk
makan. Setelah inhalasi
pema
bronkhodilator nebuliser, klien
ntaua
disarankan untuk meminum air putih
n
untuk lebih mengencerkan sekresi.
anali membatukkan dengan ekpulsif atau
sa
postural drainase akan membantu
h
gas
dalam pengeluaran sekresi. Klien
a
arteri
dibantu untuk melakukan hal ini
s Kola
dengan cara yang tidak membuatnya
i
boras
keletihan.
l
i
Sebagai bahan evaluasi setelah
pemb
melakukan intervensi.
:
erian Oksigen diberikan ketika terjadi
Fre
oksig
hipoksemia. Perawat harus
kue
en
memantau kemanjuran terapi
nsi
via
oksigen dan memastikan bahwa
nap
nasal
klien patuh dalam menggunakan alat
as
pemberi oksigen. Klien
16diinstruksikan tentang penggunaan
20x
oksigen yang tepat dan tentang
/me
bahay peningkatan laju aliran
nit,
oksigen tanpa ada arahan yang
nadi
eksplisit darp perawat.
70=
90x
/m,
sian
osis
(-),
disp
nea
(-).
GD
A
dala
m
bata
s
nor
mal
N. Ketidaksei Dal Kaji
Memvalidasi dan menetapkan
mbangan
am
status
derajat masalah untuk menetapkan
nutrisi:
wak
nutris
piihan intervensi yang tepat.
kurang
kep
oral, Memaksimalkan intake nutrisi tanpa
era
kema
kelelahan dan energi besar serta
wat
mpua
menurunkan iritasi saluran cerna.
i
l
perio
dik
(seka
:
li
Klie
semi
n
nggu
dap
)
Laku
at
kan
me
dan
mpe
ajark
rtah
an
ank
pera
an
wata
stat
n
us
mulu
gizi
t
nya
sebel
dari
um
yan
dan
g
sesud
sem
ah
ula
inter
kur
vensi
ang
/pem
men
eriks
jadi
ade
aan
kuat
peror
.
al.
Per Kola
nyat
boras
aan
i
mot
deng
ivas
an
i
ahli
kuat
gizi
unt
uk
untuk
me
mene
men
tapka
uhi
n
keb
komp
utu
osisi
han
dan
nutr
isin
jenis
ya
yang
tepat
Fasili
tasi
pemb
erian
diet
berik
an
dala
m
porsi
kecil
tapi
serin
g.
Kola
boras
i
untuk
peme
riksa
an
labor
atori
um
khus
usny
a
BUN
,
prote
in
seru
Q. Cemas
berhubung
an dengan
adanya
ancaman
kematian
(kesulitan
bernapas)
m
dan
albu
min.
Kola
boras
i
untuk
pemb
erian
multi
vitam
in.
Dal Bant
am
u
wak
dala
tu
m
1x2
meng
4
identi
jam
fikasi
klie
sumb
n
er
ma
kopin
mp
g
u
yang
me
ada
mah Ajark
ami
dan
an
men
tehni
eri
k
ma
relak
kea
sasi
daa Perta
nya
hank
sehi
an
ngg
hubu
a
ngan
tida
salin
k
g
terj
perca
adi
ya
kec
antar
ema
a
san.
klien
R.
deng
S. K
an
r
pera
i
wat
t Kaji
e
fakto
r
r
i
yang
a
meni
mbul
h
kan
a
rasa
s
cema
i
s
l Bant
u
:
klien
T.
meng
Klie
enali
n
dan
terli
meng
hat
akui
ma
rasa
mp
cema
u
snya
ber
nap
as
seca
ra
nor
mal
dan
map
u
bera
dapt
asi
den
gan
kea
daa
nny
a.
Res
pon
nob
ver
bal
klie
n
tam
pak
lebi
h
rile
ks
dan
sant
ai.
U.
V.
W.
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
DAFTAR PUSTAKA
AI. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jilid I. Jakarta: Salemba Medika.
AJ. Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Cetakan I. Jakarta: EGC.
AK.
J.P.T. Ward, J. Ward, R.M. Leach, C.M. Wiener. 2006. The Respiratory
EGC.
AM.