Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mata adalah indera yang sangat penting bagi manusia dan merupakan

syarat bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sayangnya tidak
sedikit orang yang mengalami gangguan penglihatan dan bahkan mengalami
kebutaan. Dilaporkan pada pertemuan Asia Pasific Academy of Ophthamologi di
Sidney tahun bahwa 2010 angka kebutaan di Indonesia menempati urutan kedua
setelah Etiopia. Berdasarkan laporan di atas kebutaan di Indonesia tidak hanya
menjadi masalah kesehatan tetapi juga sudah menjadi masalah sosial.12
Menurut data dari WHO tahun 2010 jumlah kebutaan terbanyak di dunia
disebabkan oleh katarak (51%), diikuti oleh glaucoma (8%) dan Age related
Macular Degeneration (5%). Sebesar 21% tidak dapat ditentukan penyebabnya
dan 4% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanak-kanak..12
Secara umum, katarak adalah perubahan lensa mata yang seharusnya
jernih dan tembus pandang menjadi keruh. Penyebab katarak yang paling sering
adalah proses degeneratif yang terkait dengan usia (age-related cataract) dan
beberapa penyebab lain seperti trauma mata, penggunaan obat-obatan dan adanya
riwayat penyakit sistemik. Terdapat beberapa klasifikasi katarak yaitu kongenital,
juvenil, senil. intumesen dan brunesen. Upaya-upaya yang diperlukan untuk
memperlambat terjadinya gangguan katarak adalah dengan melindungi mata dari
sinar UV berlebihan, menjaga kadar gula darah tetap normal pada pasien diabetes
melitus dan mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan
degeneratif pada mata.

Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia.


Perkiraan insiden katarak adalah 0,1%/tahun atau terdapat satu orang penderita
katarak di antara 1000 orang setiap tahunnya. Penduduk Indonesia juga memiliki
kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di
daerah subtropis. Sekitar 16-22% penderita katarak yang di operasi berusia <55
tahun.12
Dengan tingginya angka kebutaan yang diakibatkan oleh katarak, maka
penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Karakteristik
penderita katarak di Klinik Orbita Makassar pada bulan Januari November
2015.
2
Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik penderita katarak di Klinik Orbita Makassar tahun 2015?
3
Tujuan Penelitian
1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak di Klinik Orbita Makassar pada
tahun 2015.
2
Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak berdasarkan usia di

4
1

Klinik Orbita Makassar


Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak berdasarkan jenis

kelamin di Klinik Orbita Makassar


Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak berdasarkan lateralisasi

di Klinik Orbita Makassar


Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak berdasarkan penyakit

diabetes melitus di Klinik Orbita Makassar


Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak berdasarkan penyakit
hipertensi di Klinik Orbita Makassar
Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti

Penelitian ini di harapkan membantu penulis untuk dapat lebih memahami

metode penyusunan karya tulis ilmiah


Melatih penulis dalam menerapkan cara berpikir yang sistematis dalam
menyusun karya tulis ilmiah
Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada
masyarakat tentang karakteristik penderita katarak berdasarkan usia, jenis

kelamin, lateralisasi, penyakit diabetes mellitus dan hipertensi.


Bagi institusi pendidikan
Memberikan sumbangan pustaka dan literatur yang dapat digunakan oleh

mahasiswa Universitas Muslim Indonesia.


Bagi Kesehatan
Untuk menurunkan angka kebutaan akibat dari katarak sebagai upaya
optimalisasi peningkatan derajat kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Anatomi dan Fisiologi Mata


2.1.1 Anatomi Mata

Gambar 2.1 : Anatomi Mata

Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada


retina, lalu dengan perantaraan serabut-serabut nervusoptik, mengalihkan
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, untuk ditafsirkan.
Aspek anterior bola mata terdiri dari kornea, di belakannya terdapat lensa
yang dilapisi oleh iris dan pupil. Nervus optic keluar pada dinding posterior bola
mata, terletak sedikit medial dengan sumbu optic. Ada tiga bagian dalam mata
yaitu; bilik mata anterior (berbatasan dengan kornea, iris dan lensa), bilik mata
posterior (membentuk sebuah cincin di sekeliling lensa), interior mata (berisi
korpus vitreus).9
Adapun anatomi mata yaitu:

Konjungtiva
Adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus

permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan

anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambung dengan kulit pada


tepi palpebral (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.1

Kapsul Tenon (Fasia Bulbi)


Adalah suatu membrane fibrosa yang membungkus bola mata dari limbus

sampai nervus opticus. Di dekat limbus, konjungtiva, kapsul Tenon dan episklera
menyatu. Lebih posterior lagi, permukaan dalam kapsul Tenon berhadapan
langsung dengan sklera, dan sisi luarnya berhadapan dengan lemak orbita dan
struktur-struktur lain dalam kerucut otot ekstra okuler.1

Sklera dan Episklera


Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang

hamper seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih
serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan durameter nervus optikus
di posterior. Permukaan luar sklera anterior di bungkus oleh sebuah lapisan tipis
jaringan elastic halus, Episklera, yang mengandung banyak pembulu darah yang
mendarahi sklera.1

Kornea
Adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan

Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 500
mikro meter di pusatnya, diameter horisontalnya sekitar 11,75 mm dan
vertikalnya 10,6 mm. dari anterior ke posterior kornea mempunyai 5 lapisan yang
berbeda-beda yaitu; lapisan epitel (berbatasan dengan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan membrana bowman, stroma, membrana descement dan lapisan endotel.1

Iris

Adalah perpanjangan korpus iliaris ke anterior. Iris berupa permukaan


pipih dengan aperture bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan
dari bilik mata belakang yang masing-masing berisi humor aquous.1

Corpus Ciliaris
Corpus ciliaris, yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan

melintang, membentang kedepan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris


(sekitar 6mm). Korpus ciliaris terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak,
pars plicata (2mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4mm).1

Koroid
Adalah segmen posterior dari uvea, di antara retina dan sklera. Koroid

tersusun atas tiga lapis pembulu darah koroid. Semakin dalam pembulu darah
terletak dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembulu darah
koroid dikenal sebagai korio kapolaris.1

Lensa
Adalah suatu struktur bikonvenks, avaskuler, tak berwarna, dan hamper

transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa


tergantung pada zonula di belakang iris, zonula menghubungkannya dengan
korpus ciliaris. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquous, di sebelah
posteriornya adalah korpus vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane semi
permiabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.1
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nucleus lensa lebih
keras daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar

subepitel terus diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan
kurang elastic. Nucleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang
panjang. Garis-garis persambungan ( suture line) yang terbentuk dari
persambungan tepi-tepi serat lamellar tampak seperti huruf Y dengan Slit Lamp.
Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.1
Masing-masing serta lammelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada
pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan
berbatasan dengan lapisan epitel subkapsular.1
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal
sebagai zonula (zonula zinnia), yang tersusun oleh banyak fibril; fibril-fibril ini
berasal dari permukaan korpus ciliaris dan menyisip kedalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35% nya adalah
Protein (kandungan proteinnya tertinggi diantara bagian-bagian tubuh). Selain itu
terdapat sedikit sekali mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada kebanyakan jaringan lain. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.1

Retina
Adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan

yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata. Retina membentang
ke anterior hamper sejauh corpus ciliaris dan berakhir pada ora serrata dengan tepi
yang tidak rata. 1
Lapisan lapisan Retina, mulai dari sisi dalamnya, adalah sebagai berikut:
(1) Membrana limitans interna, (2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-

akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus optikus, (3) Lapisan sel ganglion,
(4) Lapisan Fleksiform dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion dengan
sel amakrin dan sel bilateral, (5) Lapisan inti dalam badan-badan sel bilateral,
amakrin dan horizontal, (6) Lapisan Pleksiform luar, yang mengandung
sambungan sel bilateral dan sel horizontal dengan fotoreseptor, (7) lapisan inti
luar sel fotoresptor, (8) Membran limitans eksterna, (9) Lapisan fotoreseptor
segmen dalam dan luar batang dan kerucut, (10) Epitel Pigmen Retina.1

Viterus
Adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avascular yang membentuk 2/3

volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dilapisi oleh lensa, retina
dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus (membrane hyaloid) normalnya
berkontak dengan struktur-struktur berikut : Kapsul lensa posterior, Serat-serat
zonula, pars plana lapisan epitel, Retina, dan capus nervi optici.1
2.1.2 Fisiologi mata
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang
dan rumit, yang memungkinkan analisis cermat dari bentuk,
intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan objek. Mata
terletak dalam struktur bertulang yang protektif di tengkorak,
yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata
fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu
sistem

lensa

untuk

memfokuskan

bayangan,

selapis

sel

fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf yang berfungsi


mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke

otak.11
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai
fotoreseptor peka cahaya karena adanya iris, suatu otot polos
tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di dalam
aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah iris tempat
masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris
mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan
yang lain radial. Karena serat- serat otot memendek jika
berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi
yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah
cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek,
ukuran pupil meningkat yang terjadi pada cahaya temaram
untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk.11
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di
retina, harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber
dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik
sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina
dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada
bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah
bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di
sebelah anterior. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan
lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut
berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung

dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf


simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan
jauh,

sementara

sistem

saraf

parasimpatis

menyebabkan

kontraksi otot untuk penglihatan dekat.11


Proses Visual Mata
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus
pada retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan
terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya
sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang
konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua
elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri
dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel
epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut
dikenal juga sebagai myoepithelial cells.11
Jika

sistem

saraf

simpatis

teraktivasi,

sel-sel

ini

berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya


dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada
kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita
memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang
dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya
memasuki

mata,

pembentukan

bayangan

pada

retina

bergantung pada kemampuan refraksi mata.11


Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38),

10

aqueous

humour

(n=1.33),

dan

lensa

(n=1.40).

Kornea

merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa


hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap
saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah
cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina,
tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi
cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks
serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina.11
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented
retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat
selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama
dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam
yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran
cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada
sensory

retina,

terdapat

tiga

lapis

neuron

yaitu

lapisan

fotoreseptor, bilateral dan ganglionic. Badan sel dari setiap


neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari
berbagai

lapisan

bersatu.

Lapisan

pleksiform

luar

berada

diantara lapisan sel bilateral dan ganglionic sedangkan lapisan


pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bilateral dan
ganglionic.11
Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina,
sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic

11

chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior


colliculi, dan korteks serebri. Gambaran jaras penglihatan yang
telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2. Jaras Penglihatan

2.2. Tinjauan Umum Tentang Katarak


1

Pengertian Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cateract dan

latinCataractayang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular


dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya.5
Normalnya lensa manusia dapat menangkap sinar cahaya, namun dengan
adanya kekeruhan dilensa akan menghalangi cahaya. Jika kekeruhan yg terjadi
sedikit dan berada di pinggir lensa maka tidak akan mengganggu visus, namun
bila kekeruhan berada di tengah dan padat maka akan mengganggu penglihatan.6

12

Penyebab paling umum dari katarak adalah usia, yang di kenal sebagai
katarak senilis. Penyebab lainnya termasuk trauma, penggunaan obat-obatan
(steroid), penyakit metabolic (DM, Hipertiroid), dan penyakit mata (Uveitis dan
Ablasio Retina).6
2

1
2
a

Klasifikasi Katara
Klasifikasi berdasarkan Etiologi7
Katarak konginetal
Katarak didapat :
Katarak senilis
Katarak traumatik
Katarak komplikasi
Katarak metabolik
Katarak elektrik (listrik)
Katarak radiasi
Katarak akibat obat-obatan
Katarak yang terkait penyakit kulit (Dermatogenic Katarak)
Katarak yang berkaitan dengan penyakit tulang
Katarak yang berkaitan dengan penyakit Syndromes.
Klasifikasi berdasarkan umur
Katarak Kongenital, adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.Katarak kongenital sering ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela,
galaktosemia,

homosisteinuri,

toksoplasmosis,

inklusi

sitomegalik,dan

histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya


berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma
iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan
megalo kornea.5

13

Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak
juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan penyakit lainnya.5

Katarak Senil, adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut
yaitu usia di atas 50 tahun. Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras
akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Pada katarak senilis disingkirkan penyakit mata local dan penyakit sistemik.5

Klasifikasi katarak berdasarkan Maturitas:3


1 Katarak insipient : kekeruhan awal pada lensa dengan visus pasien mencapai
6/6.
2 Katarak Imatur : lensa mngalami kekeruhan parsial
3 Katarak matur : Lensa Mengalami kekeruha Total
4 Katarak Hipermatur : Katarak menyusut dan kapsul anterior berkerut karena
kebocoran air dari lensa
5 Katarak morgani : Liquefaksi korteks lensa katarak hipermatur berakibatkan
3

nucleus jatuh ke inferior.


Patofisiologi
Patogenesis katarak masih belum dapat sepenuhnya dimengerti, akan tetapi

penuaan merupakan factor yang paling berperan.berbagai temuan menunjukan


bahwa lensa yang mengalami katarak mengalami agregasi protein yang berujung
pada penurunan transparansi, perubahan warna menjadi kuning atau kecoklatan,
ditemukannya vesikel antara lensa, dan pembesaran sel epitel. Perubahan lain
yang juga muncul adalah perubahan fisiologi kanal ion, absorpsi cahaya, dan
penurunan aktivitas antioksidan dalam lensa juga dapat mengakibatkan katarak.3

14

Katarak komplikata merupakan katarak yang timbul akibat penyakit mata


lain atau penyakit sistemik. Berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan
terjadinya katarak sekunder adalah uveitis anterior kronik, glaucoma akut, myopia
patologi, dan diabetes mellitus merupakan penyebab yang paling umum.3
Penggunaan obat-obatan (steroid) dan trauma, baik trauma tembus, trauma
tumpul, kejutan listrik, radiasi sinar inframerah, dan radiasi pengion untuk tumor
mata juga dapat mengakibatkan kekeruhan lensa/katarak.3
4

Tanda dan Gejala


Tanda: 8
-

Penurunan visus

Pada funduskopi terlihat pantulan cahaya merah abnormal


pada retina.

Hiposensitivitas

Tampak gambaran putih pada pupil (pada katarak yang


sangat padat)

Tidak nyeri dan tidak menyebabkan mata merah

Silau di bawah sinar matahari

Myopia lama

Diplopia

Distortion
Gejala :
Tajam penglihatan berkurang. Pada beberapa pasien tajam

penglihatan yang di ukur di ruang gelap mungkin tampak


memuaskan, sementara bila tes tersebut dilakukan dalam

15

keadaan terang maka tajam penglihatan akan menurun sebagai


akibat dari rasa silau dan hilangnya kontras.2
Katarak terlihat hitam terhadap refleka fundus ketika mata
diperiksa dengan oftalmoskopi direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi
lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak

di

daerah

nucleus,

korteks,

subkapsular.

Katarak

terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior.


Tampilan lain menandakan penyebab okuler katarak dapat
ditemukan,

sebagai

menunjukan

contoh

inflamasi

deposisi

sebelumnya

pigmen
atau

pada

kerusakan

lensa
iris

menandakan trauma mata sebelumnya.2


5

Diagnosis
Katarak biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan rutin

mata. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat


awam sampai menjadi cukup padat (matur atau hipermatur) dan
menimbulkan

kebutaan.

Namun,

katarak,

pada

stadium

perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil


yang

didilatasi

maksimum

dengan

ophtalmoskop,

kaca

pembesar, atau slitlamp.4


Fundus okuli menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan
semakin padatnya kekeruhan lensa, sampai reaksi fundus sama

16

sekali hilang. Pada stadium ini katarak biasanya telah matang


dan pupil mungkin tampak putih.4
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah
pemeriksaan sinar celah (slit-lamp), funduskopi pada kedua mata
bila mungkin, tonometer selain daripada pemeriksaan prabedah
yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak
mata, konjungtiva, karena dapat penyulit yang berat berupa
panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.4
6

Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan

tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi


tidak

diperlukan.

kacamata.

Sejauh

Kadang
ini

kala

tidak

ada

cukup

dengan

obat-obatan

mengganti
yang

dapat

menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase


inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol, sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya
sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan
kadar sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan
vitamin C dan E.4
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah
ekstraksi lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang
bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga

17

tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan


evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi,
material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas
kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra
capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.4
1 Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan

pembedahan

dengan

mengeluarkan

seluruh

lensa bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam


kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode
ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio
dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang
sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular.
Penyulit

yang

astigmatisme,

dapat

terjadi

glukoma,

pada

uveitis,

pembedahan

endoftalmitis,

ini
dan

perdarahan.4

18

2 Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan

pembedahan

pada

lensa

katarak

dimana

dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau


merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien

dengan

kelainan

endotel,

keratoplasti,

implantasi

lensa

intra

perencanaan

implantasi

sekunder

bersama-sama
ocular

lensa

posterior,

intra

ocular,

kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan


prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata
sebelahnya

telah

mengalami

prolap

badan

kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan


sitoid

macular

edema,

pasca

bedah

ablasi,

untuk

mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan


katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.4
3 Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran
ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,

19

selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak


yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan
jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik,
dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif
pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan
lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui
incisi kecil seperti itu.4
4 SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang
lebih menguntungkan karena lebih cepat sembuh dan
murah.

Apabila

lensa

mata

penderita

katarak

telah

diangkat maka penderita memerlukan lensa penggant


untuk memfokuskan penglihatannya dengan cara sebagai
berikut:
1 Kacamata afakia yang tebal lensanya

20

Lensa kontak
3 Lensa

intra

okular,

yaitu

lensa

permanen

yang

ditanamkan di dalam mata pada saat pembedahan


untuk mengganti lensa mata asli yang telah diangkat

Perawatan Pasca Bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan

pasca operasi biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat


jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan
hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda
berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan
selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari
pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang
pada hari pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai
kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya
pasien dapat melihat dengan baik melui lensa intraokuler sambil
menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah
operasi ).4
Selain itu juga akan diberikan obat untuk :4
-

Mengurangi

rasa

sakit,

karena

operasi

mata

adalah

tindakan yang menyayat maka diperlukan obat untuk

21

mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam


setelah

hilangnya

kerja

bius

yang

digunakan

saat

pembedahan.
-

Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih


dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan
terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.

Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid


ini

berguna

untuk

mengurangi

reaksi

radang

akibat

tindakan bedah.
-

Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah


infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain :4


-

Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan

Melakukan pekerjaan yang tidak berat

Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan


mengangkat kaki keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain :4


-

Jangan menggosok mata

Jangan membungkuk terlalu dalam

Jangan menggendong yang berat

Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya

Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar

Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

22

Komplikasi
1 Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior,

pendarahan atau efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid


ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal
light toxicity.4
2 Komplikasi dini pasca operatif :4
-

COA

dangkal

karena

kebocoran

luka

dan

tidak

seimbangnya antara cairan yang keluar dan masuk,


adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar, edema
stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome
(edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering)
-

Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps


vitreus

Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka


insisi yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan
komplikasi

seperti

penyembuhan

luka

yang

tidak

sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan


endoftalmitis.
-

Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat


melakukan insisi

3 Komplikasi lambat pasca operatif :4

23

Ablasio retina

Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme


dengan

virulensi

rendah

yang

terperangkap

dalam

kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior

lemah Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi


9

Pencegahan
Delapan

puluh

persen

kebutaan

atau

gangguan

penglihatan mata dapat dicegah atau dihindari. Edukasi dan


promosi tentang masalah mata dan cara mencegah gangguan
kesehatan mata. sebagai sesuatu yang tidak bisa ditinggalkan.
Usaha itu melipatkan berbagai pihak, termasuk media massa,
kerja sama pemerintah, LSM, dan Perdami.4
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga
kadar gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus,
senantiasa menjaga kesehatan mata, mengonsumsi makanan
yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung
vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan,
kecambah,

buncis,

telur,

hati

dan

susu

yang

merupakan

makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga


tinggi.4

24

Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C


dan E merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi
kerusakan oksidatif pada mata, sebagai salah satu penyebab
katarak. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 3.000 orang
dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa yang
mengonsumsi

multivitamin

atau

suplemen

lain

yang

mengandung vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun,


ternyata risiko terkena katarak 60% lebih kecil.4
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi
oleh dua atau tiga jenis antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid)
memiliki risiko terserang katarak lebih rendah dibandingkan
orang yang konsentrasi salah satu atau lebih antioksidannya
lebih rendah.4
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Farida (1998-1999)
menunjukkan, masyarakat yang pola makannya kurang riboflavin
(vitamin B2) berisiko lebih tinggi terserang katarak. Menurut
Farida,

ribovlafin

reduktase.

Enzim

memengaruhi

aktivitas

enzim

glutation

ini

mendaur

ulang

glutation

berfungsi

teroksidasi menjadi glutation tereduksi, agar tetap menetralkan


radikal bebas atau oksigen.4
10

Prognosis
Dengan

tehnik

bedah

yang

mutakhir,

komplikasi

atau

penyulit menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik

25

dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan
jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan
dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan
dengan menggunakan snellen chart.4
3
1

Tinjauan Tentang Faktor Resiko Katarak


Faktor Resiko Katarak
Penyebab katarak sampai sekarang belum diketahui dengan pasti dan

bersifat multifactorial. beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya katarak


antara lain:
Umur
Pertambahan usia merupakan factor resiko terkuat penyebab katarak. Data
dari Model Reporting Area mengatakan bahwa prevalensi kebutaan akibat
katarak meningkat dari 17/100.000 untuk orang yang berusia 45-64 tahun.
Prevalensi katarak meningkat dari 4% (52-64 tahun) sampai 50% (75-85
tahun). Lebih dari 90% orang berusia 75-85 tahun mengalami katarak10.
Jenis Kelamin.
Gabungan dari beberapa penilitian menunjukan bahwa resiko katarak lebih
sering terjadi pada laki-laki di banding perempuan.10

Penyakit Sistemik.
Diabetes Melitus
Data dari dua survei yang berbasis populasi menunjukan bahwa prevalensi

penderita katarak pada pasien yang berusia kurang dari 65 tahun dan
menderita diabetes memiliki resiko lebih besar untuk mendapat katarak.
Setelah usia 70 tahun kemungkinan itu mulai berkurang.10

26

Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan dari lensa,


refraktif index dan kemampuan akomodasi. Jika glukosa darah
meningkat, juga meningkatkan komposisi glukosa dalam
humor aqueous. Glukosa pada aqueous juga akan berdifusi
masuk ke dalam lensa, sehingga komposisi glukosa dalam
lensa jug akan meningkat. Beberapa dari glukosa akan di
konfersi oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol. Yang
mana tidak akan dimetabolisme tetapi tetap di lensa.

Setelah itu, perubahan tenakan osmotik menyebabkan


infux

cairan

ke

dalam

lensa,

yang

menyebabkan

pembengkakan lensa. Fase saat terjadinya hidrasi lenti dapat


memnyebabkan perubahan kekuatan refraksi dari lensa.
Pasien

dengan

diabetes

bisa

menyebabkan

perubahan

refraksi. Pasien dengan diabetes dapat terjadi penurunan


kemampuan akomodasi sehingga presbiop dapat terjadi pada
usia muda.

Tingginya resiko katarak terkait usia pada pasien dengan


diabetes mungkin akibat dari akumulasi sorbitol dalam lensa,
berikutnya terjadi perubahan hadration dan peningkatan
glikosilasi protein pada lensa diabetic.4
Galactosemia
Pada pasien dengan galactosemia, 75% akan berlanjut
menjadi katarak. Akumulasi dari galaktosa dan galakttitol

27

dalam sel lensa akan meningkatkan tekanan osmotic dan


influk cairan kedalam lensa. Nucleus dan kortex bagian dalam
menjadi lebih keruh, disebabkan oleh oil droplet.4

Obat-obatan.4,10
Corticosteroid
Penggunaan

corticosterod

jangka

panjang

dapat

meginduksi terjadinya PSCs. Tergantung dari dosis dan durasi


dari terapi, dan respon individual terhadap corticosteroid
yang dapat menginduksi PSCs. Terjadinya katarak telah
dilaporkan

melalui

beberapa

rute

sistenik,

topical,

subkonjungtival dan nasal spray.


Pada satu studi dilaporkan, pasien dengan menggunakan
oral prednisolon dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11%
menggunakan 10 mg/hari menjadi katarak, sekitar 30% dari
mereka mendapat 10-15 mg/hari dan 80% dari mereka
mendapatkan lebih dari 15 mg/hari. Pada studi lain, beberapa
pasien

mendapat

keratoplasty
mendapatkan

yang

dapat

berlanjut

sekitar

ddexamethasone
steroid

steroid

selama

2.4

topical
menjadi
drops

periode

menginduksi

berlanjut

PSCs

menjadi

katarak
per

10,5
pada

setelah

hari

bulan.
anak

0,1%

Beberapa
dan

bisa

reversibel setelah penghentian penggunaan steroid.

28

Phenotiazine
Phenotiazine merupakan golongan mayor dari psycotropic
medikasi,

dapat

terjadi

deposit

pigmen

pada

anterior

epitelium lensa pada konfigurasi axial. Deposit tersebut dapat


terjadi tergantung dari dosis dan lama pemberian.
Miotics
Antikolinestrase

dapat

menginduksi

katarak.

Insiden

terjadinya katarak telah dilaporkan sebesar 20% pada pasien


setelah 55 bulan menggunakan poloicarpin dan 60% pada
pasien yang menggunakan phospoline iodine. Biasanya, pada
tahap awal terbentuknya vacuola kecil dalam dan posterior
menuju anterior dari capsul lensa dan epithelium. Katarak
dapat berlanjut menuju posterior korteks dan nucleus lensa.

Trauma Mata.4
Kerukakan lensa akibat trauma dapat disebabkan oleh

peradangan mekanik, kekuatan fisikal (radiasi, kimia, elekrik).


Kontusio
Trauma

tumpul,

peradangan

tanpa

perforasi

dapat

menyebabkan lensa menjadi keruh pada tahap akut atau


sequel. Katarak akibat kontusio dapat melibatkan sebagian
atau seluruh dari bagian lensa. Sering, manifestasi awal dari
kontusio

katarak

adalah

stellate

atau

rosette-shaped

opacification.

29

Perforasi dan penetrasi


Perforasi dan penetrasi pada lensa sering menghasilkan
kekeruhan pada kortex bagian yang mengalami rupture,
biasanya progresifitas sangat cepat untuk menjadi kekeruhan
total. Perforasi yang kecil pada kapsul lensa dapat sembuh,
menghasilkan fokal kortikal katarak.
Elektrik yang menginduksi katarak
Elektrikal shok dapat menyebabkan koagulasi protein dan
menyebabkan katarak. manifestasi lensa lebih mungkin
ketika transmisi arus melibatkan kepala pasien. awalnya,
vacuola lensa muncul pada perifer anterior lensa, diikuti
kekeruhan linier di korteks subcapsule anterior. katarak
menyebabkan cedera electrycal mungkin membaik, tetap
diam, atau matur untuk menjadi katarak komplit selama
beberapa bulan atau tahun.

Kerangka Teori
Jenis Kelamin
Penyakit Sistemik

Usia
KATARAK

Riwayat
Penyakit mata
sebelumnya

Trauma Mata
Obat-Obatan
30

Kerangka Konsep

1
2
3
4

Usia
Jenis kelamin
Lateralisasi
Diabetes Mellitus
5 Hipertensi

Variabel Independen

Katarak

Variabel Dependen

Definisi Operasional
1 Katarak
Katarak adalah kekeruhan pada lensa, yang pada rekam medis tertulis

diagnosis katarak.
Alat ukur : Rekam Medik
Usia
Usia pada saat pertama kali terdiagnosis katarak di klinik orbita dilihat
dari status rekam medis.
Kriteria objektif :
a 0 10 Tahun
b 11 20 Tahun
c 21 - 30 Tahun
d 31 40 Tahun
e 41 50 Tahun
f 51 60 Tahun
g > 60 Tahun
Jenis Kelamin

31

Responden yang memiliki ciri-ciri penampilan fisik seseorang yang


menunjukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari status
rekam medis
Kriteria objektif :
a Laki-Laki
b Perempuan
4 Lateralisasi
Adalah keterlibatan katarak apakah mengena satu atau dua mata dilihat

dari status rekam medis.


Kriteria objektif :
a Unilateral : Jika mengenai satu mata
b Bilateral : Jika mengenai dua mata
Diabetes Mellitus
Adalah diagnosis diabetes mellitus yang dilihat dari status rekam medis
berupa hasil labolatorium gula darah sewaktu (GDS).
Kriteria objektif :
a Menderita katarak : Jika kadar gula darah sewaktu (GDS) 200
b

mg/dL
Tidak menderita katarak : Jika kadar gula darah sewaktu GDS <200

mg/dL
Hipertensi
Adalah tekanan darah 140 / 90 mmHg yang dilihat dari status rekam
medis
Kriteria objektif :
a Menderita hipertensi : Jika tekanan darah 140 / 90 mmHg
b Tidak menderita hipertensi : Jika tekanan darah 120 / 80 mmHg
<140 / 90 mmHg

32

BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan cross-sectional.

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Klinik Orbita sejak bulan Januari November
2015.

3
1

Populasi dan Sampel


Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua rekam medik pasien katarak di
Klinik Orbita Makassar sejak bulan Januari November 2015.

Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang memenuhi kriteria
inklusi sehingga jumlah sampel adalah 1129 rekam medik
4

Prosedur Pengambilan Data


Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian, maka peneliti
menggunakan data yang diperoleh dari telaah dokumen yang berasal dari
rekam medik.

Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi


Kriteria Inklusi
: Rekam medik yang memiliki data lengkap (usia,
jenis kelamin, lateralisasi, nilai GDS dan nilai
tekanan darah)

33

Kriteria Eksklusi : Rekam medik yang memiliki data tidak lengkap


Alur Penelitian

Rekam Medik

Seleksi Data

Hasil Data

Analisis data

Kesimpulan

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Klinik


Gambar 4.1 Klinik Orbita Makassar
Klinik ini didirikan atas prakarsa dan swadaya para dokter yang
berkecimpung di bidang ilmu penyakit mata yang ada di Makassar pada tanggal
18 november 2000. Klinik spesialis Mata Orbita ini dioperasikan untuk memberi

34

pelayanan
kesehatan
mata

terhadap

seluruh
lapisan masyarakat
yang membutuhkan.
4.2 Letak Geografis

Gambar 4.2 Lokasi Klinik


Klinik spesialis mata Orbita terletak di Jl.A.Pettarani, No. 186 C & 186 D
Makassar.
1. Sebelah utara

: Jalan Rappocini raya

2. Sebelah timur

: Jalan Hertasning

3. Sebelah selatan

: Jalan Andi Pangeran pettarani

4. Sebelah barat

: Jalan faisal (RS.Islam faisal)

4.3 Visi dan Misi


Visi
1. Meningkatnya derajat kesehatan mata masyarakat Kota Makassar dan
sekitarnya melalui upaya pelayanan pengobatan mata di sektor swasta.

35

2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dokter spesialis mata di


kawasan timur Indonesia melalui pelatihan di bidang diagnostik dan
pembedahan sesuai perkembangan IPTEKDOK.
3. Meningkatnya penelitian di bidang penyakit mata di Indonesia dalam
rangka menurunkan angka kebutaan di Indonesia.
Misi
Memberikan pelayanan pengobatan mata bagi masyarakat kota Makassar dan
sekitarnya dengan kualifikasi yang diakui oleh pemerintah.

4.4 Struktur Organisasi Klinik

36

BAB V

37

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita katarak di Klinik


Orbita Makassar Tahun 2015. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil-hasil
pengolahan data yang didasari oleh hasil perhitungan statistik. Hasil dari
penelitian tentang karakteristik penderita katarak ini disajikan dalam tabel-tabel
dibawah ini.
1 Gambaran Usia Penderita Katarak
Hasil rekam medik mengenai gambaran usia penderita katarak di klinik
Orbita Makassar Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi penderita katarak berdasarkan usia
di Klinik Orbita Makassar Tahun 2015.
Umur
0 10 tahun
11 20 tahun
21 30 tahun
31 40 tahun
41 50 tahun
51 60 tahun
> 60 tahun
Total

(n)
4
8
12
28
122
288
667
1129

(%)
0,35
0,7
1,06
2,48
10,8
25,5
59,07
100

*sumber: data primer

Dari tabel di atas didapatkan bahwa penderita katarak di Klinik Orbita Makassar
paling banyak berusia >60 Tahun dan yang paling sedikit berusia 0 10 Tahun.

2 Gambaran Jenis Kelamin Penderita Katarak.


Hasil rekam medik mengenai gambaran jenis kelamin penderita katarak di
Klinik Orbita Makassar Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi penderita katarak berdasarkan jenis kelamin di Klinik
Orbita Makassar Tahun 2015.

38

Jenis Kelamin
Laki laki
Perempuan
Total

(n)
556
573
1129

(%)
49,24
50,75
100
*sumber: data primer

Dari tabel di atas didapatkan bahwa penderita katarak di Klinik Orbita


Makassar berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada penderita
katarak berjenis kelamin laki-laki.
3 Gambaran Lateralisasi Penderita Katarak
Hasil rekam medik mengenai gambaran lateralisasi penderita Katarak di
Klinik Orbita Makassar Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi penderita katarak berdasarkan lateralisasi
di Klinik Orbita Makassar Tahun 2015
Lateralisasi
Unilateral
Bilateral
Total

(n)
76
1053
1129

(%)
6,73
93.26
100
*sumber: data primer

Dari tabel di atas didapatkan bahwa penderita katarak di Klinik Orbita


Makassar paling banyak adalah katarak dengan lateralisasi bilateral.

4 Gambaran Diabetes Mellitus Penderita Katarak


Hasil rekam medik mengenai gambaran ada tidaknya diabetes mellitus
penderita katarak di Klinik Orbita Makassar Tahun 2015 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi penderita katarak berdasarkan klasifikasi
diabetes melitus di Klinik Orbita Makassar Tahun 2015.
Variabel
Menderita Diabetes Mellitus
Tidak Menderita Diabetes Mellitus

(n)
171
958

(%)
15,14
84,85

39

Total

1129

100
*sumber: data primer

Dari tabel di atas didapatkan bahwa sebagian besar penderita katarak di


Klinik Orbita Makassar tidak menderita diabetes melitus.
5 Gambaran Hipertensi Penderita Katarak
Hasil rekam medik mengenai gambaran ada tidaknya hipertensi penderita
katarak di Klinik Orbita Makassar Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi penderita katarak berdasarkan ada tidaknya hipertensi
di Klinik Orbita Makassar Tahun 2015.
Variabel
Menderita Hipertensi
Tidak Menderita Hipertensi

(n)
142
987
1129

(%)
12,57
87,42
100
*sumber: data primer

Dari tabel di atas didapatkan bahwa sebagian besar penderita katarak di


Klinik Orbita Makassar tidak menderita hipertensi.
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini peneliti akan menguraikan tujuan dari penelitian ini yaitu
mengetahui karakteristik penderita katarak di klinik Orbita Makassar Tahun 2015.
6.1 Karakteristik antara Usia dengan Penderita Katarak
Dari penelitian yang dilakukan di Klinik Orbita Makassar penderita katarak
paling banyak datang dengan usia >60 tahun yaitu sebanyak 667 orang
(59,07%). Hasil ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan di

40

BKMM Makassar tahun 2010 yang menunjukan persentasi penderita


katarak pada usia >60 tahun sebesar 50,6%.14 Pada penelitian lain di
puskesmas ciputat 20062010 juga menunjukan bahwa katarak sering
ditemukan pada usia >60 tahun.13 Katarak akibat faktor penuaan atau
katarak seniliis merupakan penyebab katarak terbanyak. Diduga kekeruhan
lensa akbiat nukleus yang mengeras pada usia lanjut merupakan faktor yang
mengakibatkan katarak.5
6.2 Karakteristik Jenis Kelamin pada Penderita Katarak
Proporsi pasien yang menderita penyakit katarak paling banyak didapatkan
pada jenis kelamin perempuan sebanyak 573 orang (50,75%) dibandingkan
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 556 orang (49,24%). Hasil ini
berbeda dari penelitian yang di lakukan di Ciputat tahun 2010 yaitu
penderita katarak pada jenis kelamin laki-laki sebesar 50,9% dan pada jenis
kelamin perempuan sebesar 49%.13 Pada penelitian lain di BKMM Sulawesi
Utara tahun 2014 juga menunjukan persentasi kejadian katarak lebih banyak
didapati pada jenis kelamin laki-laki yaitu 51,4%.17 Namun perbedaan
selisih kurang dari 2% menunjukan tidak ada perbedaan yang berarti antara
jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan angka kejadian katarak.
6.3 Karakteristik Lateralisasi dengan Penderita Katarak
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar pasien menderita
katarak bilateral yaitu 1053 (93,26%). Katarak dengan lateralisasi unipolar
lebih banyak kita dapati pada katarak sekunder akibat penyakit intraokuler,
katarak pada anak, dan katarak traumatik yang mengenai satu mata. 1 Pada
penelitian ini kemungkinan penyebab katarak terjadi karena faktor usia

41

sehingga persentase katarak dengan lateralisasi bipolar lebih banyak


ditemukan.
6.4 Karakteristik antara Diabetes Melitus dengan Penderita Katarak
Berdasarkan hasil yang ditemukan di Klinik Orbita Makassar sebagian besar
responden penderita katarak tidak mengalami diabetes mellitus yaitu
sebanyak 958 orang (84,85%). Penelitian lain yang dilakukan di RSUD
Budi Asih Jakarta pada tahun 2011 juga menunjukan hasil serupa yakni
62,7% pasien katarak tidak menderita diabetes melitus.16 Namun hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di BKMMakassar tahun 2011 yang menunjukan ada hubungan yang bermakna
antara penyakit diabetes melitus dengan kejadian katarak yakni 84% orang
dengan diabetes menderita katarak.14 Pada penelitian ini kemungkinan
penyebab katarak terjadi karena faktor usia sehingga tidak terpengaruh oleh
kadar gula darah penderita.
6.5 Karakteristik Hipertensi pada penderita Katarak
Pada penelitian ini didapatkan bahwa di Klinik Orbita Makassar jumlah
penderita katarak paling banyak adalah yang tidak mengalami hipertensi
yaitu 987 orang (87,42%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan di RS Muhamadiyah Palembang pada tahun 2010 yang
menunjukan hasil yang hampir sama antara penderita katarak dengan
hipertensi yaitu (82,3%) dan penderita katarak yang tidak dengan hipertensi
yaitu (73,8%).15 Namun dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa hipertensi
bukan merupakan karakteristik yang berhubungan dengan katarak.

42

BAB VII
KESIMPULAN

7.1

Kesimpulan
Berdasarka hasil penelitian yang penulis lakukan di Klinik Orbita Makasar
mulai Januari November maka penulis memperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
a
b
c
d
e

Penderita katarak lebih banyak pada usia >60 tahun.


Penderita katarak lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki.
Katarak bilateral lebih banyak terjadi daripada katarak unilateral.
Sebagian besar pasein katarak tidak menderita diabetes melitus.
Sebagian besar pasien katarak tidak menderita hipertensi.

43

DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan P, Whitcher JP. Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum. Edisi ke17. Jakarta: EGC, 2014. hal 5-14
2. James B, Chew B, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta:
Erlangga, 2006. hal. 77-78
3. Christanto, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran I.
Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius; 2014. hal. 388-9
4. Khalilullah SA. Patologi dan pelaksanaan pada katarak senilis. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2004.
hal. 200-6
6. Ming ALS, Constable IJ. Color Atlas of Ophthalmologi. third edition.
London: World Sceince, 2004. hal. 51
7. Khurna AK. Community Ophthalmologi in Comprehensive Ophthalmologi.
fourth edition. New Delhi: New Age Limited Pubhliser, 2007. hal 170
8. Oliver J, Cassidy L. Ophthalmologi at a Glance. first edition. USA:
Blackwell Science Inc, 2005. hal. 73
9. Kahle. Color Atlas of Human Anatomy. vol.3. New York: Thieme, 2003. hal.
324
10. Chuah G. Literature Review of Cataract. Singapore, 2000. hal. 2-4
11. Lesmana A. Perbedaan tajam penglihatan antara pengguna telepon pintar
dengan yang tidak menggunakan telepon pintar pada siswa SMA St. Thomas
1 Medan. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2011.
12. Kementrian Kesehatan. Info Datin, Situasi Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2014
13. Andriansyah MA. Karakteristik penderita katarak di puskesmas ciputat
tahun 2006 2010. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2011

44

14. Rasyid R. Faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak di Balai


Kesehatan Mata Masyarakat Makassar (BKMM) tahun 2010. Makassar:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, 2011.
15. Meidawaty DS. Hubungan Angka Kejadian Katarak Senilis dengan
Hipertensi di Poliklinik Rawat Jalan RSMP Periode Januari-Desember 2010.
Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah, 2012.
16. Arimbi AT. Faktor-faktor yang berhubungan dengan katarak degenerative di
RSUD Budhi Asih Tahun 2011. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, 2012
17. Hanok MS. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian katarak di
Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Provinsi Sulawesi Utara tahun
2014. Sulawesi Utara: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi, 2015

45

Anda mungkin juga menyukai