Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Skenario
Seorang perempuan berumur 17 th di bawa ke UGD RS karena
kecelakaan lalu lintas.ia terjatuh dari motor.lengan atas kiri nya terasa nyeri
dan bengkak.hasil pemeriksaan fisik pada regio brachii sinistra di dapatkan
oedem dan Vulnus Ekskoriasi.dari hasil pemeriksaan rontgen tulang tidak di
dapatkan kelainan.Setelah diberikan perawatan di UGD pasien di perboleh
kan pulang.
B. Klarifikasi Masalah
Regio Brachii Sinistra : Daerah lengan atas bagian kiri.
Oedem : Pembengkakan atau adanya cairan dalam jumlah berlebihan di
(General),perbagian?
Penyebab terjadinya pembengkakan?
Apa tujuan dari pemeriksaan penunjang pada kasus itu?
Apa akibat yang akan terjadi ketika sesorang mengalami Vulnus Ekskoriasi?
Bagaimana hasil gambaran rontgen pada regio brachii? (Normal).
D. Analisis Masalah
- Benturan
Daerah brachialis (kearah lateral/medial)
- Ekskoriasi
- Hematoma (Kapiler dan vena : sepalica,basalica)
- Tertekan nya jaringan otot,kapiler,sehingga cairan intrasel keluar dan
menimbun (Oedem).
Masalah
Ekstremitas superior
S.makros ES
S.mikros ES
Proses terjadinya
pemeriksaan
pembengkakan
fisik
gambaran rontgen
normal pada regio
brachialis
F. Sasaran Belajar
Struktur anatomi ekstremitas superior
Makros,Mikros pada ekstremitas superior
Proses terjadi nya pembengkakan
Pemeriksaan fisik
Penyebab terjadinya odema
Gambaran rontgen normal pada region brachialis
G. Penjelasan
1.Struktur anatomi ekstremitas superior
Struktur pada ekstremitas atas (Makros ekstremitas superior)
* Regio pada ekstremitas atas :
a) Regio deltoid
- M.deltoideus
- M.trapezius
- M.pectoralis
- M.suprasspinatus
b) Regio axilaris
- M.teres minor
- M.teres major
- M.latissimus dorsi
- M.serratus anterior
c) Regio brachii
- M.biceps brachii
- M.brachialis
- M.triseps brachii
- M.coracobrachiialis
d) Regio anterbrachii
- M.bracioradialis
- M.extensor carpi radialis longus
- A.interossea recurrens
- A.recurrens ulnaris
- A.ulnaris
- A.interossea communis
- A.interossea anterior
- A.comitans nervi mediani
- A.interossea posterior
- A.princeps pollicis
- A.radialis indicis
- A.basilica
- A.cephalica
- A.mediana cubiti
- A.mediana anterbrachii
- A.mediana basilica
- A.mediana caphilica
3.Proses terjadinya pembengkakan
Edema terjadi sebagai akibat dari :
- perubahan dalam hidrodinamik,yaitu adanya desakan kapiler dan deras
nya aliran darah.
- faktor biokimia,oleh karena adanya tekanan osmotik dan darah dan
jaringan darah juga daya kemampuan koloid untuk mengikat air.
- tergantung pada daya tembus (penefrabilitas) dari dinding kapiler.
4.Pemeriksaan fisik
1.Inspeksi
Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang di
periksa melalui pengamatan.inspeksi dapat memberikan informasi yang
banyak.inspeksi harus dilakukan dalam memperhatikan hal-hal :
Penampilan umum
Mencakup keadaan kesadaran dan penawaran pribadi.ada beberapa tanda
yang dapat membantu memeriksa,contoh nya ketika pasien lemas dengan
mata cekung dan kelihatan tidak rapih.
Keadaan gizi
Apakah pasien kelihatan kurus dan lemah? Apakah ia gemuk sekali?
Kebanyakan penderita penyakit cronis tidak mengalami kelebihan berat
badan.
Habitus tubuh.
Habitas asterisk : penampilan kurus dan lapar.tubuh nya kurus dengan
badan.
Sikap tubuh dan gaya berjalan.
Cara berbicara.
2.palpasi
Suatu teknik yang menggunakan indera peraba.tangan dan jari-jari adalah
instrument yang sensitive digunakan untuk mengumpulkan data,misalnya
tentang:temperature,bentuk,kelembaban,vibrasi,ukuran.
Palpasi adalah penggunaan sensasi taktik untuk menentukan cirri-ciri suatu
sistem organ.misalnya suatu impuls abnormal mungkin dirasakan di dada kanan
yang dikaitkan dengan aneurisma aorta asenden.
Langkah-langkah yang harus di perhatikan :
Suhu tubuh.
Bentuk.
Ukuran.
Kesadaran pasien.
Ekspresi wajah.
Dilihat mana yang luka.
Pendarahan.
Oedem.
Denyut nadi.
Darah.
Sistem saraf sensorik dan motorik.
terhadap
endotel,permeabilitas
kapiler
bertambah.hal
ini
kerusakan
pada
ginjal
yang
menimbulkan
gejala
albuuminurta
karena
konsentrasi
Na
yang
mengisi,maka
akan
terjadi
10
nya.dokter menyuntikan sejenis zat warna kedalam aliran darah pasien agar
terlihat lebih kontras foto rontgen sering digifalisasi dan di tampilkan pada layar
computer.secara umum sinar x bekerja jika energy tinggi elektron mengenai
sasaran.sinar x tidak mengandung elektron tetapi gelombang elektromagnetik oleh
karena itu pada dasar nya dia serupa dengan radiasi yang dpaat terlihat mata
(gelombang cahaya) nervali panjang gelombang sinar x jauh lebih pendek.
Gambaran rontgen :
Prinsip pemeriksaan rontgen :
a) Penting untuk melakukan foto paling sedikit pada 2 bidang,terutama
bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.hal ini akan memastikan
bahwa suatu fraktur tidak akan terlewatkan dan kesegarisan tulang dapat di
nilai dengan akurat.
b) Persendian di atas dan di bawah fraktur harus terlihat di dalam foto.hal ini
di gunakan dalam menilai adnya dislokasi yang terkait terutama pada
tulang-tulang yang berpasangan seperti lengan bawah dan kaki.
c) Garis fraktur akan tampak lebih jelas kira-kira 2 minggu sesudah cidera
karena adnaya resorpsi tulang
d) Foto perbandingan pada ekstremitas di sisi berlawanan mungkin di butuh
kan pada tulang rangka yang imatur sebelum terjadi penutupan efifisis
e) Foto pada daerah yang mengalami stress berguna untuk menilai cidera
ligamentum,terutama di pergelangan kaki dan lutut
Tanda-tanda tidak langsung pada trauma
a) Pembengkakan jaringan lunak yang di sebabkan oleh pendarahan
seringkali berkaitan dengan fraktur atau cidera ligamentum
b) Efusi persendian akibat pendarahan atau cairan yang menggeser bantalan
lemak (fat pad) ekstrakapsular menjauh dari tuang,membentuk suatu tanda
yang di kenal dengan (fat pad) sign
c) Lemak bebas di dalam kapsul sendi merupakan tanda cidera tulang.
11
Daftar Pustaka
Fitrinilla.
2009.
Kedokteran
Karakteristik
Universitas
dismorfologi....
Diponegoro,
Thesis.
Fakultas
semarang.
(Tidak
dipublikasikan).
Yatim W. 1996. Biologi modern Biologi Sel. PT tarsito Bandung. Bandung.
Fried GH, Hademenos GJ. 2006. Schaums Out lines Biologi edisi kedua.
Erlangga. Jakarta. 107-108 hal.
Salam M, Sofro A. 1994. Keaneka Ragaman Genetika. Andi Offeset. Yogyakarta.
Sylvia AP, Lorraine MW. 2005. Patofisiologi edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran
(EGC). Jakarta.
Jussuf M. 2001. Genetikal Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto. Jakarta.