Anda di halaman 1dari 54

I.

JUDUL PERCOBAAN

: UJI FITOKIMIA PADA EKSTRAK


RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma zanthorrhiza)

II.

III.

HARI/TANGGAL PERCOBAAN :
-

Mulai

: Selasa, 06 Oktober 2015, 10:00 WIB

Selesai

: Selasa, 06 Oktober 2015, 14:30 WIB

TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan kkegiatan praktikum, diharapkan mahasiswa :


1. Memilih peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan percobaan.
2. Memilih bahan-bahan yang dibutuhkan dengan percobaan.
3. Mengidentifikasi komponen kimia tumbuhan dari kelompok terpenoid, steroid,
fenolik (antrakuinon, tannin, dan fenol), flavonoid, dan alkaloid yang terkandung
dalam ekstrak rimpang temulawak.

IV.

DASAR TEORI

1. Temulawak (curcuma Xanthorrhiza)


Temulawak merupakan tanaman asli dan termasuk salah satu jenis temutemuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti
kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah
dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering
ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih
produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai
dari daerah rendah sampai daratan tinggi (dalimartha, 2007)
Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun,
berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa
pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. Daun
berbentuk memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15
cm, warna daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai
ukuran rimpang yang besar dan bercabang-cabang. Rimpang induk berbentuk bulat
atau bulat telur dan disampingnya terbentuk 3-4 rimpang cabang yang memanjang.
Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging

rimpang kuning jingga atau jingga kecokatan. Perbungaan lateral yang keluardari
rimpangnya, dalam rangkain bentuk bulir dengan tangkai yang ramping. Bunga
mempunyai daun pelindung yang banyak dan berukuran besar, berbentuk bulat telur
sungsang yang warnanya beraneka ragam (wijayakusuma,2007)
Dalam taksonomi tumbuhan temulawak diklasifikasikan sebagai berikut:
Devisi
Sub devisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledonae
Zingiberales
Zingiberaceae
Cyrcuma
Curcuma xanthorriza roxb

Kandungan kimia dirimpang temulawak mengandung zat warna kuning


(curcumin), desmetoksi kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati,
minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol
falandren, borneol, tumerol, xanthorhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen,
zingeberol, turneron, artmeron, sabinen, germakron, atlantone (wijayakusuma, 2007).
2. Uji fitokimia
Fitokimia berasal dari kata phytochemical. Plyto berarti tumbuhan atau
tanaman dan chemical sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada
tanaman. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintesis,
perubahan dan metabolisme, serta penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari
senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk
sayuran dan buah-buahan.
Senyawa fitokimia tidak termasuk kedalam zat gizi karena bukan berupa
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral maupun air. Setiap tumbuhan atau
tanaman mengandung sejenis zat yang disebut fitokimia, merupakan zat kimia alami
yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan rasa, aroma atau warna
pada tumbuhan itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30.000 jenis fitokimia yang
ditemukan dan sekitar 10.000 terkandung dalam makanan.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan
pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan

penyakit. karenanya zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling
tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi tersebut.
Uji fitokimia dilakukan pada setiap simplisia dan ekstrak. Senyawa alkaloid
diuji dengan pereaksi Bouchardat, dibuktikan dengan terbentuknya warna coklat
merah. Senyawa flavonoid diuji dengan pereaksi amil alkohol, dibuktikan dengan
terbentuknya warna merah. Senyawa tanin dan polifenol diuji dengan larutan 1 %
FeCl3 memberikan warna biru lalu hitam. Senyawa tanin diuji dengan larutan gelatin
memberikan endapan putih. Senyawa saponin diuji dengan pengocokan dan ditandai
dengan bentuknya busa yang stabil pada filtrat simplisia. Senyawa trierpenoid dan
steroid diuji dengan pereaksi Liebermann-Bouchardat ditandai dengan warna ungu
untuk triterpenoid dan warna hijau biru untuk steroid. Senyawa kuinon diuji dengan
larutan NaOH dan ditandai dengan terbentuknya warna kuning (Astuti,2003)
1) Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan
heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa
ang berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik,
gula amino dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan
prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan
alkaloid termasuk digolongan ini. Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme,
mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar
biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstaksi asam-basa. Rasa
pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah
alkaloid (berarti mirip alkali, karena dianggap bersifat basa) pertama kali
dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissne (1819), seorang apoteker dari Helle
( Jerman ) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ektraksi
tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya , morfina,
striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang
tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga sekarang tidak ada
batasan yang jelas untuknya. Alkaloid bersifat basa yang tergantung pada pasangan
elektron pada nitrogen. Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat
mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan
berbagai persoalan jika penyimpanan dalam waktu lama. Meskipun demikian,
alkaloid juga dapat dikelompokkan secara bersama-sama berdasarkan pada
kesamaan struktur generiknya.

Struktur Alkaloid
2) Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polar sehingga flavonoid dapat larut dalam
pelarut polar seperti etanol, metanol,aseton, dimetil sulfoksida (DMSO), dimetil
fonfamida (DMF), dan air. Flavonoid adalah bagian dari senyawa fenolik yang
terdapat pada pigmen tumbuh-tumbuhan. Istilah flavonoid diberikan untuk
senyawa senyawa fenol yang berasal dari kata flavon yaitu nama dari salah satu
flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.
Flavoloid merupakan senyawa kimia yang bekerja sebagai antioksidan, memiliki
hubungan sinergis dengan vitamin C ( meningkatkan efektivitas vitamin C ),
antiinflansi, menghambat pertumbuhan tumor, dan mencegah keropos tulang
(Herbone, 1987).
Pada banyak mikro organisme seperti virus dan bakteri , kehidupan dan fungsi
selnya terancam karena keberadaan flavonoid yang bertindak langsung sebagai
antibiotik. Kasus ini sering terjadi, bahkan keefektifan flavonoid juga dapat
melemahkan keperkasaan virus HIV penyebab penyakit mematikan AIDS. Virus
herpes pun bisa lumpuh dengan flavonoid. Bahkan lebih jauh, flavonoid juga
dapat berperan dalam pencegahan dan pengobatan penyakit umum lainnya
seperti periodontitis, wasir (ambeien), migrain, encok, rematik, diabetes melitus,
katarak dan asma.

Flavon

3) Saponin

Kerangka
flavonoid

Saponin adalah suatu glikosida triterpana dan sterol yang mungkin terdapat pada
banyak tanaman. Kata saponin berasal dari bahasa latin sapo yaitu suatu bahan
yang akan membentuk busa jika dilarutkan dalam larutan yang encer. Saponin
berfungsi sebagai ekspektoran. Saponin juga merupakan senyawa kimia yang
dapat menyebabkan sel darah merah terganggu akibat dari kerusakan membran
sel, menurunkan kolestrol plasma, dan dapat menjaga keseimbangan flora usus,
serta sebagai antibakteri .
Sifat-sifat saponin adalah :
-

Mempunyai rasa pahit

Dalam larutan air membentuk busa yang stabil

Menghemolisa eritrosit

Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi

Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya

Sulit dimurnikan dan diidentifikasi

Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula


empiris yang mendekati

Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok :
-

Steroid dengan 27 C atom

Triterpenoids, dengan 30 C atom

Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda


pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuha-tumbuhan
tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti :
-

Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin

Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin

Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin,
karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.

Struktur saponin
4) Terpenoid
Terpenoid mencakup sejumlah senyawa tumbuhan yang secara biosintesis berasal
dari senyawa yang sama, yaitu isoprena. Triterpenoid adalah senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari enam isoprena dan secara biosintesis diturunkan
dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualen. Triterpenoid merupakan senyawa
berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi, optis aktif dan
umumnya sukar dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan kimia. (Putra, 2007).

5) Tanin dan polifenol

Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan


protein. Polifenol-polifenol tanaman, juga dikenal sebagai tanin sayuran,
merupakan sekelompok senyawa alami yang heterogen yang tersebar secara luas
dalam tanaman.

Tanin sering terdapat dalam buah yang tidak masak, dan

menghilang ketika buah masak.

Dipercayai bahwa tanin dapat memberikan

perlindingan terhadap serangan mikroba. Tanin mempunyai 2 jenis struktur yang


laus yaitu proantosianidin terkondensasi dalam mana satuan struktur fundamental
adalah inti fenolik flavan-3-ol (katekin) serta ester galoil dan heksahidroksidi-fenoil
dan turunan-turunannya (Satyajit, 2007).
Secara garis besar fitokimia diklasifikasikan menurut struktur kimianya
sebagai berikut :
1. Fitokimia karotenoid
2. Fitokimia fitosterol
3. Fitokimia saponin
4. Fitokimia glukosinolat
5. Fitokimia polifenol
6. Fitokimia inhibitor protease
7. Fitokimia monoterpen
8. Fitokimia fitoestrogen
9. Fitokimia sulfide
10. Fitokimia asam fitat
Fitokimia karotenoid banyak terdapat pada sayur-sayuran berwarna kuningjingga seperti wortel, labu kuning, sayuran berwarna hijau seperti brokoli dan buahbuahan berwarna merah dan kuning jingga seperti pepaya, mangga, tomat, nenas
semangka arbei dll. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa zat karotenoid
dapat mencegah kanker, sebagai anti oksidan dan dapat meningkatkan system imun
tubuh.

Fitokimia fitosterol banyak ditemukan pada biji-bijian dan hanya sekitar 5%


dari fitosterol yang dapat diserap oleh usus dari makanan kiat. Penelitian
mengungkapkan fitosterol dapat menurunkan kolesterol dan anti kanker. Fitokimia
saponin banyak terdapat pada kacang-kacangan dan daun-daunan. Penelitian
mengungkapkan bahwa saponin dapat sebagai anti kanker, anti mikroba,
meningkatkan system imunitas, dan dapat menurunkan kolesterol.
Fitokimia glukosinolat banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti kol dan
brokoli. Jika sayuran dimasak dapat menurunkan kadar glukosinolat sebesar 3060%.

Termasuk dalam glukosinolat ini meliputi fitokimia lain seperti

isothiosianat,thiosianat dan indol. Peneliti- an menunjukkan bahwa glukosinolat


dapat bersifat anti mikroba, anti kanker dan menurunkan kolesterol.
Fitokimia polifenol banyak terdapat pada buah-buahan sayur-sayuran hijau
seperti salada dan pada gandum dll.

Penelitian pada hewan dan manusia

menunjukkan polifenol dapat mengatur kadar gula darah, sebagai anti kanker,
antioksidan, anti mikroba, anti inflamasi. Termasuk polifenol adalah asam fenol dan
flavonoid
Fitokimia inhibitor protease merupakan fitokimia yang banyak terdapat pada
biji-bijian dan sereal seperti padi-padian, gandum dsb, yang dapat membantu kerja
enzim dalam system pencernaan manusia. Dapat sebagai anti oksidan , mencegah
kanker dan mengatur kadar gula darah. Fitokimia monoterpen banyak terdapat pada
pada tanaman beraroma seperti mentol (peppermint), biji jintan, seledri, peterseli,
rempah-rempah dan sari jeruk. Berkhasiat mencegah kanker dan anti oksidan.
Fitokimia fitoestrogen banyak terdapat pada kedelai dan produk kedelei
seperti tempe, tahu dan susu kedelei. Memiliki aktifitas seperti hormon estrogen.
Senyawa aktif fitoestrogen terdiri dari isoflavonoid dan lignan. Menurut para ahli
isoflavonoid akan menempel pada sel tumor sehingga sel kanker tidak mendapatkan
zat gizi yang diperlukan. Bersifat sebagai anti kanker, dan menurut penelitian,
orang yang banyak mengkonsumsi tempe/kedelei lebih rendah menderita kanker
payudara dari pada orang yang mengkonsumsi daging. Tempe banyak mengandung
isoflavonoid,, genestein, fitosterol, isoflvonoid, saponin, asam fitat dan inhibitotr
protease.

Khasiat lain dari isoflavonoid yang menyerupai estrogen ini

memperlambat berkurangnya massa tulang yang berakibat terjadinya keropos

tulang (osteoporosis) sehingga makanan tempe sangat cocok untuk wanita


menopause dan laki-laki berumur karena dapat menurunkan kadar kolesterol total,
dan meningkatkan kadar HDL kolesterol (kolesterol baik).
Fitokimia sulfida banyak terdapat pada bawang putih, bawang bombai,
bawang merah dan bawang daun. Senyawa fitokimia aktif pada bawang putih
adalah dialil sulfida (allicin). Menurut peneliti sulfida bekerja sebagai anti kanker,
anti oksidan, anti mikroba, meningkatkan daya tahan, anti radang, mengatur
tekanan darah dan menurunkan kolesterol. Fitokimia asam fitat terdapat pada
kacang polong, gandum. Berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat mengikat zat
karsinogen dan mengatur kadar gula darah.
Prof.

Bernhard Watzl dari Institute of Nutritional Physiology (FRCN)

Karlshure, Jerman menyatakan bahwa fitokimia terdiri dari karotenoid, fito-sterol,


saponin, glucosinlates, polifenol, protease inhibitors, monoterpen, dan fito-estrogen
sulfid. Fitokimia memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi tanaman
dalam berintegrasi dengan lingkungan, dan salah satu yang menyebabkan manusia
memilihnya. Sebagai komponen bioaktif, fitokimia memberi dampak faali,
metabolisme secara endogen dan eksogen melalui berbagai mekanisme reaksi
tubuh.
Fitokimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat pertumbuhan
kanker, sebagai antioksidan, mempunyai

sifat menghambat pertumbuhan

mikroba,menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa darah, bersifat


antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan. Dari sekitar 30. 000 fitokimia yang sudah diketahui sekarang, sebanyak 5.000-10.000 terdapat dalam bahan
pangan. Dan hampir 400.000 jenis tanaman mengandung fito-kimia. Bagi mereka
yang senang atau doyan buah-buahan, sayur-sayuran serta biji-bijian, dalam
seharinya sudah mengkonsumsi sekitar 1,5 gram fitokimia. Bagi vegetarian tentu
lebih tinggi lagi. Warna yang menarik dari buah-buahan dan sayuran berasal dari
senyawa fito-kimia, juga aroma khas dari teh dan kopi berasal dari senyawa fitokimia.

V.

ALAT DAN BAHAN:


1. Alat :

Blender

Pisau
Neraca analitik
Gelas kimia 100 mL
Gelas kimia 500 mL
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi

Pipet tetes
Pembakar spirtus
Spatula
Kertas saring
Tabung erlenmeyer
Kaca arloji

Etanol 70%
Aquades
Reagen Lieberman-

Burchard
Reagen Mayer
Reagen Dragendorff
Reagen Wagner

2. Bahan :

Rimpang temulawak

HCl pekat
H2SO4 pekat
H2SO4 2N
FeCl3
Kloroform
Amoniak
Logam Mg
Metanol 60-80 %

VI.

ALUR KERJA
1. Penyiapan ekstrak metanol rimpang temulawak
a.
Rimpang

Dibersihkan dan
dikuliti
Dikeringkan
Digiling/diblender

Serbuk kering

b.

5,018 gram serbuk

Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 100 mL
Direndam dalam 30 mL
metanol 60-80 %
Dipanaskan secukupnya
Disaring dengan kertas
saring

Filtra

Resid

Sampel

Dipekatkan dengan cara


diuapkan dalam penangas
air


2. Identifikasi Alkaloid dengan metode Culvenor-Filzgerald

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi


Ditambahkan 2 mL CHCl3
Ditambahkan 1 mL NH3
Dipanaskan diatas penangas air
Dikocok dan disaring

Filtrat

Dibagi menjadi 3 bagian yang sama


Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N
Dikocok
Didiamkan sampai terbentuk dua lapisan

Lapisan atas

Lapisan bawah

Dibagi kedalam 3 tabung reaksi

Dimasukkan tabung
reaksi 1
Diuji dengan
pereaksi Meyer

Dimasukkan tabung
reaksi 2
Diuji dengan
pereaksi Wagner

Endapa

Endapa

Endapa

Dimasukkan dalam
tabung reaksi 3
Diuji dengan pereaksi
Dragendorf

3. Identifikasi Flavonoid

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 mL metanol 70 %

Dikocok

Dipanaskan dan dikocok lagi

disaring

Filtrat

Ditambahkan Mg 0,1 gram

2 tetes HCl pekat

Lapisan merah
pada lapisan etanol

4. Identifikasi Saponin

1 mL
sampel
Dimasukkan dalam tabung reaksi

Ditambahkan 10 mL air

Dididihkan dalam penangas air

Larutan

kuning keruh

Dikocok
Didiamkan selama 15
menit

Busa yang

Filtrat

5. Identifikasi Steroid

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi


Ditambahkan 3 mL etanol 70%
Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat
Ditambahkan 2 mL CH3COOH
anhidrat (reagen LiebermanBurchart)
Dikocok
Didiamkan 15 menit

Biru/Hijau

6. Identifikasi Triterpenoid

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung


reaksi
Ditambah 2 mL kloroform
Ditambah 3 mL H2SO4 pekat

kecoklatan
Merah

7. Identifikasi Tanin

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Dididihkan dalam penangas air

Disaring

Ditambah 2-3 tetes FeCl3 1%

Coklat kehijauan/biru

kehitaman

VII.

HASIL PENGAMATAN

Se
Alur Kerja

Penyiapan ekstrak metanol rimpang temulawak

a.

b.

Rimpang

Dibersihkan dan
dikuliti
Dikeringkan
Digiling/diblender

Serbuk kering

5,018 gram serbuk

Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 100 mL
Direndam dalam 30 mL
metanol 60-80 %
Dipanaskan secukupnya
Disaring dengan kertas
saring

Serbuk
temulawak
berwarna
kuning
Metanol tidak
berwarna

Hasil
Pengamatan
S
e
s
u
d
a
h
Ekstrak
temulawak
berwarna
kuning dan
kental

Dugaan/Rea
ksi

Filtra
Residu

Dipekatkan dengan cara

diuapkan dalam penangas air

Larutan berwarna kuning pekat

(Sampel)
Identifikasi Alkaloid dengan metode CulvenorFilzgerald

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Ditambahkan 2 mL CHCl3

Ditambahkan 1 mL NH3

Dipanaskan diatas penangas air


Dikocok dan disaring

Filtrat

Dibagi menjadi 3 bagian yang sama

Ditambahkan 3 tetes H2SO4 2 N

Dikocok

Didiamkan sampai terbentuk dua lapisan

Lapisan atas
Lapisan bawah

kedalam 3 tabung reaksi


Dibagi

Sampel
larutan
berwarna
kuning
CHCl3
larutan
jernih
NH3 larutan
jernih
H2SO4 pekat
larutan
jernih
Reagen
meyer
larutan
jernih
Reagen
wagner
larutan
berwarna

Sampel +
25mL
kloroform :
larutan
kuning
jernih
Setelah itu
ditambahkan
1 mL
amonia :
larutan
berwarna
merah
kecoklatan
Setelah itu
dipanaskan
larutan
terbentuk
dua lapisan:
lapisan

Reagen
Meyer

+ K2[HgI4]

+ K[HgI4]
Reagen
Wagner

+ KI + I2

Sam
neg
diu
me
Sam
neg
diu
wag
Sam
neg
diu
rea
dra


Dimasukkan

tabung
reaksi 1
Diuji dengan

pereaksi Meyer

Larutan
merah

Dimasukkan
tabung reaksi 2
Diuji dengan
pereaksi Wagner

Larutan
Coklat
kekuningan

Dimasukkan
dalam tabung
reaksi 3
Diuji dengan
pereaksi
Dragendorf

Larutan merah
kecoklatan

Identifikasi Flavonoid

1mL sampel
Dimasukkan dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 mL metanol 70 %

Dikocok

Dipanaskan dan dikocok lagi

disaring

Filtrat
Ditambahkan Mg 0,1 gram
Larutan berwarna
2 tetes HCl pekat
kuning kecoklatan

Filtrat

merah bata
Reagen
dragendorf
larutan
berwarna
kuning

bawah
kuning
kecoklatan
dan lapisan
atas merah
kehitaman
Tabung 1: +
R.meyer
:merah
kecoklatan
(++)
Tabung 2: +
R.wegner
:coklat
kekuningan
Tabung 3: + R.
Dragendorf :
merah
kecoklatan

Sampel
Sampel +3 mL
larutan
etanol 70%:
berwarna
larutan
kuning (++
berwarna
+)
kuning (+)
Mg berupa Setelah itu
serbuk
dipanaskan :
putih
larutan
berwarna

+ I3
Reagen
Dragendorf
K3[BiI4] +

C2H5OH +
Mg(s)
Mg(OH)2(aq)
+
C2H5Mg(OH)
2 + CH3-CH2
+ HCl

Identifikasi Saponin

1 mL

sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Ditambahkan 10 mL air

Dididihkan dalam penangas air

Larutan

kuning keruh

Dikocok

Didiamkan selama 15
menit

HCl pekat
jernih

kuning (++)
Kemudian
ditambahkan
0,05 gram +
2 tetes HCl
pekat :
larutan
berwarna
kuning
kecoklatan

+
CH3-CH2

+ CH3-CH2 +
HCl

Sa

Sampel + 10
mL aquades:
larutan
berwarna
kuning (+)
Setelah itu
dipanaskan :
larutan
berwarna
kuning (++)
keruh
terdapat


Busa yang

endapan
Kemudian
dikocok
menghasilka
n larutan
berwarna
kuning
keruh dan
terdapat
busa didasar
larutan

Identifikasi Steroid

1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 mL etanol 70%

Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat

Ditambahkan 2 mL CH3COOH

anhidrat (reagen Lieberman


Burchart)

Dikocok

Didiamkan 15 menit

Larutan berwarna
coklat kehijauan

Sampel

larutan
berwarna
kuning (++
+)
Etanol

larutan
jernih
H2SO4 pekat
larutan
jernih
CH3COOH
anhidrat
larutan

jernih

Sampel + 3
mL etanol
70 %
:larutan
bewarna
kuning (++)
Setelah itu
ditambahka
n H2SO4
pekat 2 mL:
larutan
berwarna
coklat
kehitaman
Kemudian +

KBiI4
K+ + BiI4-

+
-

BiI4

Identifikasi Triterpenoid
1 mL sampel

Dimasukkan dalam tabung

reaksi
Ditambah 2 mL kloroform

Ditambah 3 mL H2SO4 pekat

Merah kecoklatan

Identifikasi Tanin

1 mL sampel
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Dididihkan dalam penangas air
Disaring
Coklat kehijauan/biru
Ditambah 2-3 tetes FeCl3 1%
kehitaman

2 mL
CH3COOH :
laruta
berwarna
coklat
kehijauan
Sampel
Sampel + 2 mL
larutan
kloroform:
berwarna
larutan
kuning
berwarna
kuning (++)
Kloroform
larutan tak Setelah itu
berwarna
ditambahka
n 3 mL
H2SO4 pekat
H2SO4
larutan tak
:larutan
berwarna
terbentuk
dua lapisan
-lapisan
bawah (tak
berwarna)
-lapisan
atas
(berwarna
merah
kecoklatan)
Sampel
Sampel
larutan
dipanaskan:
berwarna
larutan

FeCl3 Fe3+
+3Cl-

kuning
berwarna
kuning
FeCl3 larutan
kecoklatan
berwarna
Setelah itu
kuning
larutan
ditambahka
n 2 tetes
FeCl3 1 % :
larutan
bewarna
coklat
kehitaman

+ Fe3+

+ Fe(OH)3

VIII.

PEMBAHASAN

Pada percobaan yang berjudul Uji Fitokimia pada Ekstrak Rimpang Temulawak

ini terdapat beberapa pengujian yang dilakukan yaitu uji alkaloid, flavonoid, saponin, steroid,
triterpenoid, dan tanin. Pengujian ini dilakukan terhadap rimpang temulawak.

Sebelum melakukan pengujian bahan utama yaitu rimpang temulawak di

keringkan dengan cara di angin-anginkan untuk mendapatkan temulawak kering, lalu di giling
halus. Setelah itu, serbuk temulawak kering ditimbang dengan neraca analitik dan dipatkan
serbuk temulawak seberat 5,018 gram yang kemudian di tambah 27 mL metanol 60-80% lalu
dipanaskan dengan penangas air untuk mempercepat proses ekstraksi. Metanol ini berfungsi
sebagai pelarut. Selanjutnya disaring dengan menggunakan corong buchner untuk
memisahkan filtrate dari residunya sehingga didapatkan ekstrak rimpang temulawak berupa
larutan yang kemudian untuk selanjutnya disebut sampel.
Identifikasi alkaloid

Pada identifikasi alkaloid bertujuan untuk mengidentifikasi komponen

kimia tumbuhan yaitu alkaloid pada ekstrak rimpang temulawak. Pertama-tama 1 mL


sampel dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2,5 mL kloroform larutan tak
berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning jernih. Ekstraksi dengan penambahan
kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang
terikat secara ionic dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus
hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas,
sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform. Kemudian ditambahkan 1 mL
ammonia larutan tak berwarna menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan dan
terbentuk 2 lapisan. Penambahan ammonia mengakibatkan larutan terbentuk menjadi dua
fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar dan
kloroform yang relatif kurang polar. Kemudian larutan dipanaskan dan dikocok sehingga
terbentuknya dua lapisan semakin terlihat dimana lapisan atas berwarna merah kehitaman
dan lapisan bawah berwarna kuning kecoklatan, pemanasan ini bertujuan untuk
mempercepat reaksi sedangkan pengocokan bertujuan untuk melarutkan senyawasenyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna.. Setelah itu, ditambahkan 3
tetes larutan H2SO4 2 N tidak berwarna dan didiamkan beberapa menit menghasilkan

larutan dengan 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna merah kehitaman (+) dan lapisan
bawah berwarna kuning kecoklatan. Penambahan asam sulfat 2N ini berfungsi untuk
mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksipereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam
anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan metabolic sekundernya.Garam
alkaloid akan larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan
paling bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar.

Lapisan atas berwarna merah kehitaman dari larutan dipisahkan secara

hati-hati mrnggunakan pipet tetes dan dimaukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda.
Pada tabung pertama ditambahkan 8 tetes Reagen Meyer larutan tak berwarna
menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan yang menunjukkan bahwa larutan
negatif mengandung alkaloid. Reagen Meyer berisi K2[HgI4] bertujuan untuk mendeteksi
alkaloid, dimana Reagen ini akan berikatan dengan alkaloid membentuk ikatan
koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg dalam Reagen Meyer sehingga menghasilkan
senyawa kompleks merkuri yang nonpolar membentuk endapan berwarna jingga dengan
reaksi sebagai berikut :

K2[HgI4]

NK+

+ K[HgI4]-

Atom N menyumbangkan pasangan electron bebas dan atom Hg sehingga

membentuk senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.

Pada tabung kedua ditambahkan 8 tetes Reagen Wegner larutan berwarna

coklat menghasilkan larutan berwarna coklat kekuningan yang menunjukkan bahwa


larutan negatif mengandung alkaloid. Reagen Wegner mengandung KI dan I 2 dengan
reaksi :

+ KI + I2

NK+

+ I3-

Pada tabung ketiga ditambahkan 8 tetes Reagen Dragendorf larutan

berwarna kuning menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan (++) yang


menunjukkan bahwa larutan negatif mengandung alkaloid. Reagen Dragendorf berisi
larutan K[BiI4]. Reaksi pada uji alkaloid ini dengan reagen Dragendorf adalah :

+ K[BiI4]

NK+

+ K[BiI4]-

Pengujian dengan Reagen Wegner dan Dragendorf memiliki tujuan yang

sama dengan Reagen Meyer yaitu untuk mendeteksi alkaloid dalam ekstrak rimpang
dengan cara yang sama dengan pengujian dengan Reagen Meyer membentuk kompleks.
Pengujian positif jika terbentuk endapan coklat saat direaksikan dengan Reagen Wegner
dan terbentuk endapanm putih jika direaksikan dengan Reagen Dragendorf. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak rimpang temulawak tidak mengandung alkaloid atau
pengujian negatif.
Identifikasi flavanoid

Pada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi

komponen kimia tumbuhan yaitu flavonoid pada ekstrak rimpang temulawak dengan cara
1 mL sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL larutan etanol 70
% tak berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning (++). Penambahan etanol 70% ini
berfungsi untuk mengekstraksi. Kemudian larutan dipanaskan dan disaring untuk
memisahkan filtrat dan residunya. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi yang
menghasilkan larutan berwarna kuning (+++). Filtratnya ditambahkan 0,05 gram serbuk
logam Mg berwarna abu-abu dan ditambahkan 2 tetes larutan HCl pekat tak berwarna
maka larutan berubah menjadi kuning kecoklatan. Penambahan logam Mg dan HCl
berfungsi untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid dimana flavanoid akan bereaksi
dengan logam Mg, kemudian penambahan HCl pekat ini ditandai dengan terjadinya
perubahan warna kuning kecoklatan sebab flavanoid mengalami perubahan serapan
cahaya ke arah panjang gelombang yang lebih besar akibat adanya reaksi reduksi oleh
HCl. Reaksinya sebagai berikut :

C2H5OH + Mg (s) Mg(OH)2 (aq) + C2H5Mg(OH)2 +

H3 C

CH2

+ HCl (aq)

HO

O
O

OH

CH2

H3 C

CH2

O
OH

+ HCl

H3 C

Hal ini menunjukkan bahwa larutan positif mengandung flavonoid yang ditandai

dengan perubahan warna pada larutan ketika ditambahkan logam Mg dan HCl pekat.
Identifikasi Saponin

Pada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi

komponen kimia tumbuhan yaitu saponin pada ekstrak rimpang temulawak. Pertama 1
mL sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL aquades tak
berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning (++). Kemudian dipanaskan dalam
penangas air, warna larutan berubah menjadi kuning keruh dan terdapat endapan. Setelah
itu, larutan disaring untuk memisahkan filtrat dari residunya. Filtrat yang terbentuk
kemudian di kocok dan menghasilkan busa yang stabil pada dasar larutan yang
menunjukkan adanya saponin dalam ekstrak rimpang temulawak, karena saponin
memiliki sifat sejenis glikosid yang mempunyai ciri-ciri kebolehan berbuih apabila
larutan akuos digoncang. Saponin merupakan komponen lipida polar yang bersifat
ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida
cair secara spontan terdispersi membentuk misel dengan ekor filik yang bersinggungan
dengan medium cair. Misel tersebut dapat mengandung ribuan molekul lipida. Lipida cair
membentuk suatu lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada
sistem tersebut, ekor hidrokarbon terbuka sehingga terhindar dari air dan lapisan
hidrofilik memanjang ke air yang bersifat polar, sistem inilah yang disebut denga busa.

Identifikasi Steroid

Pada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi

komponen kimia tumbuhan yaitu steroid pada ekstrak rimpang temulawak dengan cara 1
mL sampel dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL larutan etanol 70 %
tak berwarna lalu ditambah 2 mL larutan H 2SO4 pekat tak berwarna menghasilkan larutan
berwarna coklat kehitaman, kemudian ditambahkan 2 mL larutan CH3COOH anhidrat tak
berwarna lalu dikocok menghasilkan larutan berwarna coklat kehijauan. Fungsi
penambahan CH3COOH adalah untuk membentuk turunan asetil dari steroid. Sedangkan
fungsi H2SO4 adalah untuk mereduksi asetil yang terbentuk. Perubahan warna larutan
menjadi coklat kehijauan menunjukkan bahwa larutan positif mengandung steroid.
Identifikasi Triterpenoid

Pada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi

komponen kimia tumbuhan yaitu steroid pada ekstrak rimpang temulawak. Pertama 1 mL
sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL kloroform tak
berwarna menghasilkan larutan berwarna kuning (++) kemudian ditambahkan 3 mL
larutan H2SO4 pekat tak berwarna terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas berwarna
merah kecoklatan dan lapisan bawah tak berwarna. Fungsi penambahan kloroform adalah
untuk melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam pelarut organik. Sedangkan fungsi
penambahan H2SO4 pekat adalah untuk mereduksi tripenoid yang ditandai dengan
perubahan warna larutan menjadi merah kecoklatan. Hal Ini menunjukkan bahwa ekstrak
rimpang temulawak positif mengandung triterpenoid.
Identifikasi tanin

Pada identifikasi flavonoid ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen kimia

tumbuhan yaitu tanin pada ekstrak rimpang temulawak dengan cara 1 mL sampel
dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian di didihkan dalam penangas air
menghasilakan larutan berwarna kuning kecoklatan. Pemanasan ini berguna untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Setelah itu ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 1%
berwarna kuning (+) menghasilkan larutan berwarna coklat kehitaman yang menunjukkan
bahwa ekstrak rimpang temulawak positif mengandung tanin.

FeCl3

Fe3++3Cl-

HO
OH

+Fe(OH)3

OH
3+

+Fe
OH

OH
HO
OH

HO
OH

hitam

IX.

DISKUSI

Pada percobaan kedua identifikasi alkaloid hasil yang diperoleh negatif, hal ini

disebabkan saat penggilingin kemungkinan tercampur dengan bahan-bahan lain selain.


Sehingga menyebabkan hasil dalam percobaan ini kurang valid. Untuk kemungkinan yang
kedua yakni masih terdapat kandungan air yang berlebih, karena penjemuran dilakukan tanpa
sinar matahari langsung.

X.

KESIMPULAN

Dari Hasil Percobaan uji fitokimia ekstrak rimpang temulawak dapat disimpulkan
bahwa :
1.

Identifikasi komponen kimia tumbuhan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak rimpang
temulawak negatif.

2.

Identifikasi komponen kimia tumbuhan flavonoid yang terkandung dalam ekstrak


rimpang temulawak positif.

3.

Identifikasi komponen kimia tumbuhan saponin yang terkandung dalam ekstrak rimpang
temulawak positif.

4.

Identifikasi komponen kimia tumbuhan steroid yang terkandung dalam ekstrak rimpang
temulawak positif.

5.

Identifikasi komponen kimia tumbuhan triterpenoid yang terkandung dalam ekstrak


rimpang temulawak positif.

6.

Identifikasi komponen kimia tumbuhan tanin yang terkandung dalam ekstrak rimpang
temulawak positi

XI.

JAWABAN PERTANYAAN

1. Tulis secara lengkap reaksi setiap uji fitokimia dari percobaan di atas !
Jawab:

Identifikasi Alkaloid dengan Metode Culvenor-Filzgerald

Mayer :
+

K2[HgI4]

+ K[HgI4]-

NK+

Wagner :
+ KI + I2

+ I3-

NK+

Dragendorf :
+ K[BiI4]

+ K[BiI4]-

NK+

Identifikasi Flavonoid

C2H5OH + Mg(s) Mg(OH)2(aq) + C2H5Mg(OH)2 +CH3-CH2 + HCl

HO

OH

H3 C
O

CH2

Identifikasi Steroid

KBiI4
K+ + BiI4-

HOH
3C

CH2

+ HCl

CH 3

o
H 3C

H 3C

Identifikasi Tanin

CH3

CH 3

Fe3++3Cl-

FeCl3

CH 3

BiI 4

+ BiI 4-

HO

OH

OH

+Fe(OH)3

+Fe3+

OH

OH

HO

HO
OH

OH

hitam

2. Tulis struktur dasar dari masing-masing kelompok senyawa steroid, triterpenoid, tannin,
saponin, flavonoid, dan alkaloid !

Jawab:

Struktur Tanin

Struktur Saponin

Struktur Flavonoid

Struktur Alkaloid

3. Sebutkan senyawa-senyawa flavonoid apa saja yang terdapat pada rimpang temulawak
berdasarkan literature yang ada !

Jawab:

Dalam rimpang temulawak terdapat Alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid,

glikosida, dan fenolik.

4. Sebutkan fungsi dan manfaat rimpang temulawak bagi kehidupan manusia !

Jawab:
untuk mengatasi gangguan lever, rematik dan lelah, sebagai penghilang rasa

sakit,anti bakteri/jamur, anti diabetic, anti diare,anti oksidan, anti tumor, diuretic, depresi.
Beberapa khasiat temulawak berdasarkan Kemenkes (2008), antara lain mengobati bau
badan yang tidak sedap, penurunan kolesterol, liver, sakit kuning,

hepatitis, perut

kembung, tidak nafsu makan akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu,
rematik, memulihkan kesehatan setelah melahirkan, sembelit, darah tinggi, batu empedu,
haid tidak lancar, wasir, produksi ASI sedikit, dan menjaga stamina.

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, et. all. , 1995. Teknologi Kimia 2. Terjemahan Lienda

Handojo. PT. Pradya Pramita. Jakarta.


Fessenden, Ralf J.and Joan S Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi

ketiga jilid 1 dan 2. J akarta : Erlangga.


Harborne, J. B. , 1984. Phitochemical Method. Chapman and Hall ltd.

London.

Hayani, Eni.

2006.

Analisis Kandungan Kimia Rimpang

Temulawak. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat


Markham, K. R. , 1982.

Cara Mengidentifikasi Falvanoid.

Alih

Bahasa : Kosasih Padmawinata, (1988). ITB. Bandung.


Moelyono, M. W. , 1996.

Panduan Praktikum Analisis Fitokimia.

Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA.

Universitas Padjadjaran.

Bandung.
Putri,Luthpita.2013.Temulawak.(online)

(http://luthpitaputri.blogspot.corld/2013/10/temulawak.html?=1) diakses
pada 4 oktober 2015

Syarief, Sri Hidayati, dkk. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Organik


2. Surabaya: Jurusan Kimia, FMIPA, UNESA.

LAMPIRAN FOTO

10

11

Perlakuan
Menyiapkanalatdanbahan
Alat B
alat
a
h
a
n
b
a
h
a
n
Tabungrea

LampiranFoto

ksi

Gelaskimia

Pembakars
piritus

Penjepitka
yu

Gelasukur

Raktabung
reaksi

Kasa

Pipettetes

Spatula

Labu
Erlenmeyer

Kacaarloji

Penyiapan Ekstrak Metanol Rimpang Temulawak

Rimpangtemulawaksebelu

mdikupas
Rimpangtemulawaksetela
hdikupasdandibersihkand
arikotoran (dicuci)
dankemudiandiiris tipistipis

Rimpangtemulawaksetela
hdikeringkan

Serbuktemulawaksetelah
digiling

Menimbangserbuktemula
wak

Beratserbuktemulawak
yang
digunakansebanyak=5,01
7gram

Serbuktemulawakdimasuk
kankedalamgelaskimia

Mengambil27 mL
methanol
(larutantakberwarna)

Menambahkan27 mL
methanol
kedalamserbuktemulawak

Serbuktemulawakditamba
hkan 27 mL larutan
methanol:
larutanberwarnajinggadan
terdapatendapanberwarn
akuning(++++)

Proses
pemanasanserbuktemula
wak yang
telahditambahkan 27 mL
methanol

Proses
penyaringanlarutansetela
hdipanaskan.
filtrat :
larutansampelberwarnaku

ning (+++)
residu :
endapanberwarnakuning

Filtrat
Resid

(sampel)
u
Identifikasi Alkaloid denganMetodeCulvenor-Fitzgerald
(Harborne, 1987)
Mengambil1mL
larutansampel.Dimasukka
npadatabungreaksipercob
aan
2.Larutanberwarnakuning
(+++)

Larutansampelpadatabun
gpercobaan 2
ditambahkandengan 1mL
larutankloroform
(larutantakberwarna)

Setelahditambahkanlarut
ankloroformlarutanberwar
nakuning (++)

Setelahituditambahkande
nganlarutanammoniak(ta
kberwarna)

Setelahditambahkanlarut
anammoniak.
Larutanmenjadi 2 lapisan.
lapisanatas:
larutanberwarnamerah
(+)
lapisanbawah:
larutanberwarnamerah (+
+)

Larutandipanaskandiatasp
enangas air

Setelahdipanaskanlarutan
terdapat 2 lapisan.
lapisanatas
:larutanberwarnamerahke
coklatan
lapisanbawah :
endapanjingga

Lapisanpadabagianatas
yang
berwarnamerahkecoklata
n (+
+)ditambahkandengan
H2SO4 2N
(larutantakberwarna)

Setelahditambahkan
H2SO4 2N
larutanterdapatdualapisa
n
lapisanatas (filtrat) :
larutanberwarnamerahkec
oklatan(+++)
lapisanbawah :
endapanjingga

Lapisanatas (filtrat) yang


berupalarutanberwarnam
erahkecolatan(++
+)didapatkandibagikedaa
mtigatabung.

Filtratpadatabung yang
pertamaditambahkanden
gan 3tetes reagen Meyer
(larutantakberwarna)

Filtratpadatabung yang
keduaditambahkandenga
n 3tetes reagen Wagner
(larutanberwarnamerahke
coklatan)

Filtratpadatabung yang
ketigaditambahkandenga
n 3tetes
reagenDragendorf(larutan
berwarnakuningjernih)

Perbandinganwarnaketiga
tabungsetelahditambahka
nbeberapareagen.
padatabung 1 (R. Meyer) :
larutanberwarnamerahkec
oklatan (++)
padatabung 2 (R. Wagner)
:
larutanberwarnamerahkec
oklatan (+)
padatabung 3 (R.

Dragendorf) :
larutanberwarnamerahleb
ihjernih
Identifikasi Flavonoid (Harborne, 1987)

Mengambil1mL

larutansampeluntukperco
baanketiga yang
berupalarutanberwarnaku

ning (+++)
Mengambil3mL
larutanetanol70 %
(takberwarna)

Larutansampelditambahk
andengan 3mL
larutanetanol.

Setelahditambahkan 3mL
larutanetanol 70%
larutanmenjadiberwarnak
uningjernih (++)

Setelahitularutandipanask
andiataspenangas air.

Menimbangserbuk Mg
(berwarnaputih)sebanyak
0,111 gram.

Memasukkanserbuk Mg
kedalamlarutan yang
telahdipanaskandanterbe
ntukendapanberwarnaputi
h

SetelahituditambahkanHC
lpekat
(larutantakberwarna)tetes
demi tetessebanyak 5
tetes

Padasaatditambahkan
HCL pekattetes demi
tetes,
terbentukgelembungdanl
arutanberwarnakuningkec
oklatan, danendapan Mg
larut.

IdentifikasiSaponin (Harborne, 1987)


Mengambil1mL
larutansampeluntukperco
baankeempat yang
berupalarutanberwarnaku
ning (+++)

Ditambahkandengan
10mL air
larutanmenjadiberwarnak
uning (++) keruh

Dididihkandalampenanga
s air

Setelahdikocokdanditung
guselama 15menit
terbentukbusa yang stabil
(bertahan lama)

Identifikasi Steroid (Harborne, 1987)

Mengambil1mL
larutansampeluntukperco
baankelima yang
berupalarutanberwarnaku
ning (+++)

Mengambil3mL
larutanetanol 70%
(takberwarna)

Larutansampelditambahk
andengan 3mL
larutanetanol 70%

Setelahditambahkandeng
anlarutanetanol 70%
larutanmenjadiberwarnak
uning (++)

Pengambilan2mL larutan
H2SO4pekat
(larutantakberwarna)

Setelahditambahkan H2SO4pekatlarutanmenjadib
erwarnamerahkehitaman

Ditambahkandengan 2mL
larutan CH3COOH
anhidrat(larutantakberwar
na)

Setelahditambahkandeng
anlarutan CH3COOH
anhidratlarutanberubahm
enjadiberwarnacoklatkehij
auan

IdentifikasiTriterpenoid (Harborne, 1987)


Mengambil1mL
larutansampel yang
berwarnakuning (++
+)untukpercobaankeena
m

Ditambahkandengan 2mL
larutankloroform(larutant
akberwarna)

Setelahditambahkandeng
an 2mL
kloroformlarutanmenjadib
erwarnakuning (++)
jernih

Mengambil3mL
H2SO4pekat
(larutantakberwarna)

Setelahditambahkanlarut
an H2SO4pekatterbentuk 2
lapisan.
lapisanatas :
larutanberwarnamerahkec
oklatan
larutanbawah :
larutanjernihtakberwarna

IdentifikasiTanin (Eeoga et al, 2005)


Mengambil1mL
larutansampel yang
berwarnakuningn (++
+)untukpercobaanketujuh

Dipanaskandiataspenang
as air

Setelahdipanaskanlarutan
berwarnakuningkecoklata
n

LarutanFeCl3 1%
(larutanberwarnakuning
(+)jernih)

Setelahditambahkanlarut
an FeCl3 1%
larutanmenjadiberwarnac
oklatkehitaman

Anda mungkin juga menyukai