Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang
Pneumonia merupakan penyakit dari paru - paru dan sistem pernapasan

dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung
jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan (Depkes RI, 2002).
Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada semua kelompok
umur dan menunjukan penyebab kematian pada orang tua dan orang dengan penyakit
kronik. Tersedia vaksin tertentu untuk pencegahan terhadap jenis pnuemonia.
Prognosis untuk tiap orang berbeda tergantung dari jenis pneumonia, pengobatan
yang tepat, ada tidaknya komplikasi dan kesehatan orang tersebut.
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi dimasyarakat atau PK atau
didalam rumah sakit atau pusat perawatan (pneumonia nosokomial PN atau
pneumonia dipusat perawatan PPP). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi
saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15 20 %.
1.2 Tujuan
Penulisan laporan kasus ini memiliki beberapa tujuan dengan perincian
sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari pneumonia
2. Mengetahui epidemiologi dari pneumonia
3. Mengetahui etiologi dari pneumonia
4. Mengetahui patofisiologi dari pneumonia
5. Mengetahui klasifikasi dari pneumonia
6. Mengetahui manifestasi klinis dari pneumonia
1

7. Mengetahui diagnosis dari pneumonia


8. Mengetahui komplikasi dari pneumonia
9. Mengetahui penatalaksanaan dari pneumonia
10. Mengetahui prognosis dari pneumonia
1.3

Manfaat
Penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan

bagi penulis sendiri tentunya. Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan mampu
membangun pola fikir yang terarah dan sistematis, menambah pengetahuan tentang
pneumonia. Sehingga dapat membantu mahasiswa dalam melakukan anamnesa
terhadap suatu penyakit dan mahasiswa dapat menegakkan diagnosis yang tepat serta
penanganan terhadap penyakit tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan
cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrat dari sel radang ke dalam
interstisium.
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus
respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Pada
perkembangannya, berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk
pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat (community - acquired pneumonia / CAP),
apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia - RS atau pneumonia
nosokomial (hospital-acquired pneumonia / HAP), bila infeksinya didapat di rumah
sakit.
2.2 Epidemiologi
Penyakit saluran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang
tinggi diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum
berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi dimasyarakat atau PK atau
didalam rumah sakit atau pusat perawatan (pneumonia nosokomial PN atau
pneumonia dipusat perawatan PPP). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi
saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15 20 %.
Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN diruangan umum, yaitu dijumpa
pada hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi
mekanik. PBV didapat pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Risiko PBV tertinggi
pada saat awal masuk ke ICU. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa
kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita
pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya
tahan tubuh.

2.3 Etiologi
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya
infeksi melalui droplet sering disebabkan streptokokus pneumonia, melalui selang
infus oleh staphylokokus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P.
Aeroginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terjadi perubahan pola mikroorganisme
penyebab ISNBA akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan
kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang
tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakterisktik kuman. Terjadilah
peningkatan patogenitas-jenis kuman. Terutama S. Aureus, B. Catarralis, H. Influenza
dan Enterobacteriacae oleh adanya berbagai mekanisme. Juga dijumpai pada berbagai
bakteri enterik gram negatif.
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe pneumonia, dan hal ini
berdampak pada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering
adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar negara, antara satu daerah dengan daerah
lain pada satu negara, diluar RS dan didalam RS, antara RS besar tersier dengan RS
yang ;ebih kecil. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman disuatu tempat.
Indonesia belum mempunyai data mengenai pola kuman penyebab secara umum,
karena itu meskipun pola kuman diluar negeri tidak sepenuhnya cocok dengan pola
kuman diindonesia, maka pedoman yang berdasarkan pola kuman diluar negeri dapat
dipakai sebagai acuan secara umum.

A. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu :

1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif. Bakteri
patogen ini di temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU
sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU
sebanyak 33%
Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang
diberikan obat secara intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi
kuman ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju
ke paru-paru. Kuman ini memiliki daya taman paling kuat, apabila suatu
organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan,
nekrosis dan pembentukan abses. Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA)
memiliki dampak yang besar dalam pemilihan antibiotik dimana kuman ini
resisten terhadap beberapa antibiotik.
Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D yang
merupakan flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada
pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di
rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan
pemasangan endotracheal tube. Contoh bakteri gram negatif dibawah adalah :
Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau
yang sangat khas.
Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak
berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit
Paru Obstruktif Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang kuman ini.
Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul
atau tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu
encapsulated type B (HiB).
2. Atipikal organisme
5

Bakteri yang termasuk atipikal adaalah Mycoplasma sp, Chlamedia sp,


Legionella sp.
B. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
C. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,
dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang
menyerang adalah Candida sp, Aspergillus sp, Cryptococcus neoformans.

2.4 Patogenesis
Secara garis besar, dapat dibedakan tiga stadium pneumonia, yaitu stadium
prodromal, stadium hepatisasi, dan stadium resolusi.
Pada stadium prodromal, alveolus alveolus mulai terisi sekret yang
ditimbulkan oleh infeksi kuman patogen yang berhasil masuk. Setelah satu minggu,
berdatanganlah sel-sel leukosit terutama PMN hingga alveolus menjadi penuh dan
padat. Karena proses ini meliputi satu lobus secara serentak, lobus yang terserang ikut
menjadi pada pula. Lobus tersebut menyerupai kepadatan hati, sehingga diberi nama
stadium hepatisasi.
Sebagai akibat dari proses ini secara akut salah satu lobus tidak lagi dapat
menjalankan fungsi pernafasan (jadi merupakan gangguan restriksi). Disamping itu,
pada saat yang bersamaan, juga ada peningkatan kebutuhan oksigen sehubungan
dengan panas yang tinggi. Proses radang juga akan mengenai pleura viseralis yang
membungkus lobus tersebut, sehingga akan timbul pula nyeri setempat. Nyeri dada
ini juga akan menyebabkan ekspansi paru terhambat. Ketiga faktor ini akan
menyebabkan penderita mengalami sesak nafas namun, karena tidak ada obstruksi
bronkus, tidak akan terdengar wheezing.
6

Bila penderita dapat mengatasi infeksi akut ini mulai minggu ketiga (stasium
resolusi) isi alveolus akan melunak dan isinya mulai berubah menjadi dahak dan yang
akan dibatukkan keluar.
Proses patogenesa penumonia terkait dengan 3 faktor yaitu keadaan (imunitas)
manusia, mikroorganisme yang meyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi
satu sama lain. Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan manifestasi dari
pneumonia, berat ringannya penyakit, diagnosa empirik, rencana terapi secara empiris
serta prognosa dari pasien.
Cara penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui
droplet sering disebabkan Streptococcus Pneumoniae, melalui selang infus oleh
Staphylococcus Aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P.
Aeroginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terlihat perubahan pola mikroorganisme
penyebab ISNBA akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan
kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang
tidak tepat yang menimbulkan perubahan karakteristik kuman. Dijumpai peningkatan
patogenesa/ jenis kuman akibat adanya berbagai mekanisme, terutama oleh S. Aureus,
B. Catarrhalis, H. Influenzae dan Enterobacteriacae. Juga oleh berbagai bakteri
enterik gram negatif.
Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus
masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan
hidung.setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering
menunjukan kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu
tipe penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun merespon terhadap
infeksi virus, dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah putih, sebagian besar limfosit,
akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli.
Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan
oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru, banyak
virus merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain
terganggu.Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk

alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia
yang disebabkan oleh virus. Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti
vitus influensa,virus syccytial respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumo
virus.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru
lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia
yang disebabkan oleh cytomegalovirus (CMV).
Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di
udara dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah
ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh. Banyak bakteri hidup pada bagian atas
dari saluran pernapasan atas seperti hidung, mulut, dan sinus dan dapat dengan
mudah dihirup menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.
Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari
pertahanan sel darah putih,menuju paru.

Neutrophil menelan dan membunuh

organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan


aktivasi umum dari sistem imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan mual
umumnya pada pneumonia yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri,
dan cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu
transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran
darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti otak, ginjal,
dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding
dada (cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab
paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus
pneumoniae, bakteri gram negatif dan bakteri atipikal. Penggunaan istilah Gram
positif dan Gram negatif merujuk pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika
diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah atipikal
digunakan karena bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat,

menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang
berbeda dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan
pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus
pneumoniae, sering disebut pneumococcus adalah bakteri penyebab paling umum
dari pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus. Gram positif penting lain
penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif
penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif. Beberapa dari
bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus
influenzae, Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Moraxella catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan
mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal yang
menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae, dan Legionella pneumophila.
Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin terjadi
pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan AIDS, obat-obatan
imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia yang
disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang disebabkan bakteri, Pneumonia
yang disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis.
Histoplasmosis paling sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi,dan
Coccidiomycosis paling sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit ini
secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan. Setelah memasuki
tubuh, mereka berjalan menuju paru-paru, biasanya melalui darah. Terdapat seperti
pada pneumonia tipe lain, kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang
menyebabkan ganguan transportasi oksigen. Salah satu tipe dari sel darah putih,
eosinofil berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit. Eosinofil pada paru-paru

dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi yang


mendasari pneumonia yang disebabkan parasit. Parasit paling umum yang dapat
menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii, Strongioides stercoralis dan
Ascariasis.
2.5 Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia yang lazim dipakai adalah seperti terlihat pada tabel 1
yang didasarkan kepada faktor inang dan lingkungan. Klasifikasi ini membantu
penatalaksanaan terapi pneumonia secara empirik.
Tabel 1. Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
Pneumonia Komunitas

Sporadis atau endemis; muda atau

Pneumonia Nosokomial

orang tua
Didahului perawatan di RS

Pneumonia Rekurens
Pneumonia Aspirasi
Pneumonia pada gangguan imun

Terjadi berulang kali, didasarkan


penyakit paru kronik
Alkoholik, usia tua
Pada pasien transplantasi, onkologi,
AIDS

2.6 Manifestasi Klinis


Gejala klinis tergantung pada lokasi, tipe kuman dan tingkat berat penyakit
Adapun gejala klinis dari pneumonia yaitu :
- Dispnoe
- Hemoptisis
- Nyeri dada
- Takipnea
- Demam, menggigil
10

- Malaise
- Kepala pusing
- Batuk produktif berupa sputum
- Peningkatan suhu tubuh
- Hipoksemia
2.7 Diagnosis
2.7.1
Anamnesis
Gambaran klinik biasanya dijumpai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat sampa >400, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadangkadang dapat disertai darah, sesak nafas, dan nyeri dada.
2.7.2

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi
dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernafas, pasien dapat disertai
sesak nafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi dapat redup,
pada auskultasi dapat terdengar suara nafas (bronkovesikular) sampai bronkial,
dapat disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.

2.7.3
Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran radiologi
Foto toraks PA/Lateral merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi dengan Air Bronchogram, penyebaran bronkogenik dan
interstitial serta gambaran kavitas. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab penumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis
etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Streptokokkus Pneumonia. Pseudomonas aeroginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan klebsiella

11

pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus kanan atas
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitung jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri serta terjadi peningkatan LED.
Untuk menentukan diagnosis etiolog diperlukan pemeriksaan dahak, kultur
darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang
tidak diobati. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, dan
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
2.8 Komplikasi
Kadang-kadang pneumonia berperan penting dalam penambahan masalah
medis yang disebut komplikasi. Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh
pneumonia karena bakteri daripada pneumonia karena virus. Komplikasi yang
penting meliputi :
Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru - paru pada orang yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernafas, dan itu tidak mungkin bagi mereka
untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan
pernapasan non - invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan
nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan
endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu
pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut
respiratory distress syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan
respon inflamasi dalam paru - paru segera diisi cairan dan menjadi sangat
kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan
penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus membuat ventilasi mekanik
yang dibutuhkan.
Syok Sepsis dan Septik
merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi
karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun
melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena
bakteri: Streptoccocus pneumonia merupakan salah satu penyebabnya.

12

Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif di


rumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat - obatan untuk
membantu mempertahankan tekanan darah agartidak turun sampai rendah.
Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan jantung diantara
masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
Effusi pleura
Ada kalanya, infeksi mikroorganisme pada paru - paru akan
menyebabkan bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang
mengelilingi paru (rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di
rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empiema. Bila cairan pleura ada
pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil dengan jarum
(toracentesis) dan diperiksa, tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Perlu
pengaliran lengkap dari cairan ini, sering memerlukan selang pada dada. Pada
kasus empiema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat
dikeluarkan, mungkin infeksi berlangsung lama, karena antibiotik tiak
menembus dengan baik ke dalam rongga pleura. Jarang, bakteri akan
menginfeksi bentuk kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses
pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT
scan.
Abses Paru
Abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung
beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada
paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi
2.9 Penatalaksanaan
Pada prinsipnya terapi utama pneumonia adalah pemberian antibiotik (AB)
tertentu terhadap suatu kuman tertentu yang spesifik. Faktor-faktor yang
dipertimbangkan pada pemilihan antibiotik :
Faktor pasien
Urgensi atau cara pemberian obat berdasarkan tingkat berat sakit dan
keadaan umum atau kesadaran, mekanisme imunologis, umur, defisiensi
genetik/organ, kehamilan, alergi. Pasien berobat jalan dapat diberikan obat
oral. Sedangkan pasien sakit berat dapat diberikan intravena.
Faktor antibiotik
Tidak mungkin mendapatkan satu jenis antibiotik yang ampuh untuk
semua jenis kuman. Karena itu penting dipahami berbagai aspek tentang
antibiotik untuk efisiensi pemakaian AB. Secara praktis dipilih antibiotik yang

13

ampuh dan secara empirik telah terbukti merupakan obat pilihan utama dalam
mengatasi kuman penyebab yang paling mungkin pada pneumonia atau
bentuk lain berdasarkan data antibiogram mikrobiologi dalam 6-12 bulan
terakhir. Efektifitas AB tergantung pada kepekaan kuman terhadap AB ini,
penetrasinya ketempat lesi infeksi, toksisitas, interaksi terhadap obat lain dan
reaksi pasien misalnya alergi atau intoleransi.
Faktor farmakologis
Farmakokinetik AB mempertimbangkan proses bakterisidal dengan
Kadar Hambat Minimal (MIC) yang sama dengan Kadar Bakterisidal Minimal
(KBM), dan bakteriostatik dengan KBM yang jauh lebih tinggi daripada
KHM. Untuk mencapai efektivitas optimal, obat yang tergolong mempunyai
sifat Dosed Dependent (misalnya Sefalosporin) perlu diberikan dalam 3-4
pemberian/hari sedangkan golongan Concentration Dependent (misalnya
aminoglikosida, kuinolon) cukup 1-2 hari sekali namun dengan dosis yang
lebih besar. Farmakodinamik menilai kemampuan AB untuk melakukan
penetrasi kelokasi infeksi di jaringan dan keampuhannya AB hingga obat ini
ampuh untuk dipakai terhadap patogen penyebab.
2.10 Prognosis
Pneumonia Komunitas
Kejadian PK di USA adalah 3,4-4 juta kasus pertahun, dan 20% diantaranya
perlu dirawat di RS. Secara umum angka kematian pneumonia oleh pneumokokkus
adalah sebesar 5% namun dapat meningkat pada orang dewasa dengan kondisi yang
buruk. Pneumonia dengan influenza di USA merupakan penyebab kematian nomor 6
dengan kejadian sebesar 59%. Sebagian besar pada lanjut usia yaitu sebesar 89%.
Mortalitas pasien CAP yang dirawat di ICU adalah sebesar 20%. Mortalitas yang
tinggi ini berkaitan dengan faktor perubah yang ada pada pasien.
Pneumonia Nosokomial
Angka mortalitas PN dapat mencapai 33-50%, yang bisa mencapai 70% bila
termasuk yang meninggal akibat penyakit dasar yang dideritanya. Penyebab kematian

14

biasanya adalah akibat bakteremia terutama oleh Ps. Aeroginosa atau Acinobacter
spp.

15

Anda mungkin juga menyukai