Anda di halaman 1dari 17

Limbah B3

(Kasus PT Hwang Hook Steel)


BUSINESS ETHICS

GROUP 6
Dimas Candrika
Jatmiko
Rahma Respati Ayu
Rendi Wiryadinata
Robby Zuharfi

Review kasus
PT Hang Hook Steel (HNS) sebagai
pengimpor material logam bekas sejak
november 2011
Logam bekas yang diimpor tidak melalui
proses pembersihan material berbahaya
Terjadi dua pelanggaran yaitu
pelanggaran secara hukum dan secara
etika

Definisi limbah B3
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 18 Tahun 1999, yang
dimaksud dengan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3)
Adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun,
yang karena sifat dan atau konsentrasinya,
dan atau jumlahnya baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain

Analisa Dampak Limbah B3


Land Pollution PT Hwang Hook Steel Bagi
limbah besi yang diimpor oleh PT HHS. Jenis logam
Lingkungan
berat yang sering menimbulkan pencemaran adalah
merkuri, cadmium, timah, nikel, tembaga, seng,
kromium, mangan, arsenic, molybd enum, selenium
dan boron. Adanya logam berat dalam tanah akan
menimbulkan gangguan terhadap bio tanah,
tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur
tanah

Water dan Air Pollution


Limbah pelapisan logam yang mengandung zat
zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen
dan boron adalah limbah cair yang sangat
beracun terhadap mikroorganisme.

Pelanggaran hukum dalam kasus ini


PT HHS melanggar Konvensi Basel mengenai
pengolahan dan mengurangi produksi limbah (di negara
asal).
PT HHS memasukkan besi bekas yang bercampur
dengan limbah B3, sehingga dapat dikenakan tindak
pidana dan diancam hukuman 5 s/d 15 tahun penjara,
sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2006 tentang
Kepabeanan.
PT HHS melanggarUU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta
UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
yang Melarang Impor Sampah.

Pelanggaran Etika Dalam Kasus Ini


Isu Sistemik:
Pemerintah Indonesia dengan mudah dapat melonggarkan
peraturan UU melalui keputusan kepala Bapedal, sehingga
importir lebih mudah memasukkan barang-barangnya ke
Indonesia.
Isu Korporat:
Perusahaan importir mengambil untung sebanyak-banyaknya
tanpa mempedulikan dampak yang terjadi sebagai akibat dari
kegiatan perdagangannya.
Isu Individu:
Para petugas bea dan cukai tidak teliti dan seksama dalam
melakukan pengecekan barang impor sehingga dapat lolos
masuk ke Indonesia.

Enviromental Rights
Terkait dengan kewajiban manusia dalam
merawat lingkungan dalam rangka
menyediakan lingkungan yang layak
untuk ditinggali
Serta tidak melakukan eksploitasi serta
pelanggaran yang dapat merusak
lingkungan yang pada akhirnya
membawa dampak bai kelangsungan
hidup manusia

Prinsip utilitarian
Peran pemerintah yang lalai, sehingga
limbah B3 ini lolos dalam pengawasan
Akan memiliki dampak atau akibat yang
buruk bagi masyarakat
Perbandingan antara biaya dengan
dampak yang dihasilkan dari kasus ini
akan sangat tidak berimbang dan
merugikan masyarakat

Analisa Lanjutan
UK
RT
D

US
A

ID

113 CONTAINER
LIMBAH BERACUN

UK
RT
D

US
A

$50 - $ 100/ ton


$100 x 113 = $ 11.300

Cost of IDR
$4
,8 M158.200.000
+
DA $ 800/Iton
LLx I113 = $ 90.400
Y
Oof10.000/
Revenue
IDR ton
$5.000 - $ N
/
1.265.600.000
$10.000
x 113 = $ 1.130.000
ID

= of IDR
Cost
Net IDR
15.820.000.000
1.107.400.000

Triple COPs
(Conference of
Parties)
190
Country
Basel Convention
(Perpindahan Lintas Batas
Limbah)
Stockholm Convention
(Pengaturan Senyawa Pencemar
Organik Persisten)
Rotterdam Convention
(Pemberitahuan dini terkait
perdanganan bahan kimia
tertentu dan pestisida)

Kesimpulan
PT HHS telah melanggar hukum dan melanggar
etika lingkungan dengan mengimpor 113
kontainer besi bekas yang mengandung limbah
B3.
Limbah B3 dapat menyebabkan timbulnya
penyakit (akut dan kronis) pada diri manusia.
Peran pemerintah dirasakan masih kurang,
dikarenakan masih terdapat konflik kepentingan
antara pemerintah dengan pengusaha.
Negara Indonesia dijadikan tempat pembuangan
limbah, khususnya limbah B3 dan sampah untuk
menyelesaikan masalah limbah / sampah negara
lain.

Saran
Menugaskan pejabat / staf yang mempunyai
pengalaman di bidang pengelolaan limbah B3
untuk membantu petugas bea dan cukai untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kontainer
kontainer yang diduga tercampur atau
terkontaminasi oleh limbah yang dilarang di dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah beserta pihak terkait dan masyarakat
perlu melawan serta melakukan tindakan secara
tegas yang memiliki efek jera, agar pelanggaran
import limbah B3 ataupun kasus yang serupa tidak
terjadi lagi.

Pertanyaan
Kelompok 1 (Rajes)
Bagaimana peran pemerintah dari segi
Utilitarian.
Langkah apa yang bisa diambil agar bisa
menjadi tambahan pendapatan bagi negara.
Kelompok 6 (Indri)
Apa keuntungan Indonesia mengikuti Basel
Convension? Menimbang bahwa anggota
negara merupakan negara besar/maju.
Bagaimana peran pemerintah pada konvensi
tersebut?

Pertanyaan
Kelompok 3 (Andi)
Jika memang indikasi ada mafia, apa
hukuman/sanki pada PT HHS. Apakah
sebelumnya ada? Jika ada apa implikasinya
pada lingkungan.
Kelompok 4 (Rouly)
Bagaimana tanggapan atas kurangnya
Tenaga Ahli. Karena kondisinya selalu ada
celah yang bisa dimanfaatkan dari pihak
pihak yang mencari keuntungan.

Pertanyaan
Kelompok 5 (Hafil)
Apa tindakan pemerintah terhadap PT HHS
ini.
Apakah memang selalu dilakukan
pengecekan atas barang import, jika iya
maka seharusnya bisa ditemukan. Apakah
ada indikasi lain dari bea cukai?

Anda mungkin juga menyukai