Anda di halaman 1dari 19

SURVEI GEOKIMIA PANAS BUMI

1. Latar Belakang
Dalam rangka melengkapi perangkat untuk pelaksanaan Survei Panas
bumi, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 27
tahun 2003 tentang Panas Bumi, bahwa Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan Badan Usaha dapat melakukan survei panas bumi. Salah
satu metode dalam survei panas bumi adalah metode geokimia.
Metode Geokimia adalah kegiatan yang meliputi pengambilan,
analisis contoh dan penyajian data yang berhubungan dengan
informasi geokimia untuk memperkirakan letak dan adanya sumber
daya Panas Bumi serta Wilayah Kerjanya.
Metode Geokimia dalam Survei panas bumi terdiri dari dua tahap
penyelidikan, yaitu Penyelidikan Geokimia Pendahuluan dan
Penyelidikan Geokimia Pendahuluan Lanjutan (Standar Nasional
Indonesia No. SNI 18-6009-1999 tentang Klasifikasi Potensi Energi
Panas Bumi di Indonesia). Kedua tahapan penyelidikan geokimia
tersebut hanya memiliki perbedaan dalam interval titik amat
pengambilan contoh.
Oleh karena itu, dalam tulisan ini pembahasannya tidak dipisahkan.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud disusunnya konsep Pedoman Teknik " Tata Cara Pengambilan
Dan Analisis Contoh Serta Format Penyajian Data Dalam Survei
Geokimia Panas Bumi" adalah agar tersedia acuan bagi pelaksana
survei Geokimia Panas bumi yang dapat dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Usaha yang akan
melakukan kegiatan Survei Geokimia Panas bumi tersebut.

Tujuan konsep ini, supaya ada keseragaman dalam tata cara


pengambilan dan analisis contoh serta format penyajian data dalam
survei geokimia panas bumi.
3. Ruang Lingkup Survei geokimia panas bumi telah berkembang
pesat sesuai dengan perkembangan teknologi, baik metode
pengambilan contoh maupun metode analisisnya. Namun dalam
Konsep Pedoman tata cara pengambilan dan analisis contoh serta
format penyajian data dalam survei geokimia panas bumi ini, hanya
dibahas parameterparameter yang dapat memenuhi kebutuhan
minimal interpretasi panas bumi. Dalam konsep ini, survei geokimia
ditekankan terhadap empat media utama yang umum terdapat didaerah
dan sekitar daerah manifestasi panas bumi yaitu air (pH, electric
conductivity, CI, HC03, C03, S04, F, Na, K, Li, Mg, B, Ca, Fe, AI, As;
SiO2, dan NH4), isotop (18O dan 2H), gas (C02, H2S, CO, CH4, H2,
02+Ar, N2, NH3, S02, HCI dan H20), tanah (pH dan Hg), berikut udara
tanah (temperatur dan C02).
4. Istilah dan Definisi
Beberapa istilah dan definisi yang berkaitan dengan pedoman ini
adalah sebagai berikut:
a) Daerah panas bumi adalah daerah yang mempunyai indikasi
adanya potensi panas bumi.
b) Fumarol adalah hembusan uap air (H20) melalui lubang atau celah,
umumnya di daerah vulkanik.
c) Horizon B adalah lapisan tanah yang dldominasi oleh mineral
lempung dan tempat terakumulasinya mineral-mineral yang
diakibatkan oleh percolation air tanah.
d) Manifestasi panas bumi adalah semua gejala panas bumi di
permukaan yang merupakan ciri terdapatnya potensi energi panas
bumi.

e) Mata air panas adalah tempat keluamya air tanah yang


bertemperatur lebih tinggi dari pada temperatur udara sekitamya
yang keluar secara alami di permukaan.
f) Metode konvensional adalah metode anaIisis kimia dengan
menggunakan cara gravimetri, volumetri, kolorimetri dan
turbidimetri.
g) Pereaksi adalah zat kimia yang digunakan untuk pengambilan dan
analisis contoh.
h) Sistem panas bumi adalah sistem energi panas bumi yang
memenuhi kriteria geologi, hidrogeologi dan heat transfer yang
cukup, dan terkonsentrasi untuk membentuk sumber daya energi.
i) Solfatar adalah suatu jenis manifestasi panas bumi yang berupa
hembusan gas gunung api terutama mengandung gas H2S dan
endapan belerang.
j) Steaming ground adalah suatu jenis manifestasi panas bumi yang
berupa tanah panas beruap.
k) Sumber daya panas bumi adalah besarnya potensi panas bumi
yang ditentukan dengan dasar estimasi parameter terbatas, untuk
dibuktikan menjadi potensi cadangan.
I) Sumber panas adalah massa panas yang akan berinteraksi dengan
sistem air tanah bawah permukaan yang terperangkap dalam zona
reservoir yang permeabel. Pada umumnya massa panas berbentuk
aliran konduksi atau konveksi.
m) Survei Pendahuluan adalah kegiatan pengumpulan, analisis dan
penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi
geologi, geokimia dan geofisika untuk memperkirakan letak dan
besarnya potensi sumber daya panas bumi serta wilayah kerja.

5. Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan dalam pengambilan dan analisis contoh serta format
penyajian data dalam survei geokimia panas bumi mencakup kegiatan
pralapangan, lapangan dan laboratorium.
5.1 Kegiatan pralapangan
Kegiatan pralapangan meliputi studi literatur dan analisis data
sekunder, serta penyiapan peralatan dan pereaksi. Studi literatur dan
analisis data sekunder merupakan kegiatan pengumpulan dan analisis
data pustaka melalui identifikasi terhadap hasil penyelidikan terdahulu
yang berkaitan dengan geokimia, berdasarkan informasi geologi
regional, peta topografi, foto udara, citra satelit dan geografi daerah
penyelidikan yang ada atau pernah dilakukan di daerah yang akan
diselidiki.
Sedangkan penyiapan peralatan dan pereaksi dilakukan dengan cara
kalibrasi peralatan dan standarisasi pereaksi yang akan digunakan.
5.2 Kegiatan Lapangan
Kegiatan lapangan
pengambilan contoh.

meliputi

pengamatan,

pengukuran,

dan

Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap jenis manifestasi,


endapan dan identifikasi sifat kimia dan fisika air, yaitu:
a) jenis manifestasi: tanah panas, tanah panas beruap, kolam lumpur
panas, geyser, mata air panas, fumarol, dan solfatar.
Keterdapatannya pada suatu daerah penyelidikan dapat langsung
diamati di lapangan dengan kasat mata.
b) jenis endapan pada manifestasi dapat dibedakan antara sinter
karbonat, sinter silica, oksida besi dengan cara meneteskan HCl 1
N pada endapan yang terdapat di sekitar munculnya manifestasi
mata air panas.

c) Identifikasi sifat fisika air yang muncul pada manifestasi dapat


dilakukan dengan eara mengetahui sifat fisik air tersebut,
diantaranya: rasa (tawar, asin, pahit, asam), bau (bau belerang
H2S) dan wama (jernih, keruh, putih, dll).

Pengukuran parameter-parameter pada daerah penyelidikan meliputi:


a) temperatur manifestasi dan udara di lokasi,
b) pH air,
e) debit air panas/dingin,
d) electric conductivity (EC) air panas/dingin,
e) koordinat dan ketinggian lokasi pengambiian eontoh.
f) pengukuran C02, CO, H2S dan NH3 dilakukan pada manifestasi
hembusan uap air, fumarol dan solfatar.
g) luas manifestasi.

Pengambilan Contoh.
Pengambilan contoh dilakukan terhadap air, gas, tanah dan udara
tanah.
5.3 Kegiatan Laboratorium Kegiatan laboratorium meliputi preparasi
contoh clan analisis unsur dengan menggunakan metode konvensional
dan atau instrumen.
Preparasi Contoh
Contoh sebelum dianalisis kandungan unsur-unsurnya perlu
dipersiapkan terlebih dahulu. Preparasi contoh siap analisis ditempuh
melalui kegiatan mulai dari penyusunan contoh agar tidak terjadi
kesalahan sistematis penyontohan dan penyediaan duplikat untuk

memantau presisi analisis kimia. Penyusunan contoh berikut duplikat


dilakukan secara random dalam tempat yang tersedia.

5.3.2 Analisis Contoh


Analisis Contoh sebagian dilakukan di lapangan terutama pH, T, debit
dan electric konduktiviti air. Sedangkan untuk penentuan kadar unsurunsur tertentu dilakukan di laboratorium. Parameter yang dianalisis
dilakukan terhadap contoh air, gas, tanah dan udara tanah.

6. Tata Cara Pengambilan Contoh


6.1 Pengambilan contoh air.
Pengambilan contoh air dilakukan terutama pada mata air panas, dan
sebagai pembanding dilakukan juga terhadap mata air dingin.
Pengambilan contoh air panas dilakukan pada tempat dimana
temperatur dan debitnya paling tinggi, sehingga kontaminasi oleh
lingkungannya dapat dihindari seminimal mungkin. Pengambilan
contoh air dilakukan untuk dua tujuan, yaitu untuk analisis unsur dan
analisis isotop (180 dan 2H).

6.1.1 Peralatan dan pereaksi yang digunakan


a) Botol poliethylene bervolume 500 ml, yang tahan terhadap asam,
panas dan korosif
b) Botol isotop 180 dan 2H bervolume 15 ml terbuat dari gelas yang
berpelapis aluminium foil.
c) Syringe plastik tahan panas bervolume minimal 50 ml.
d) Filter holder diameter 25 milimeter
e) Kertas filter porositas 0,45 micrometer

f) GPS, altimeter, kamera, stop watch


g) pH meter digital, pH meter paper, electric conductivitimeter
h) Sarung tangan karet tahan panas
i) HN03 1: 1

6.1.2 Pengukuran parameter pada contoh air dilapangan meliputi:


a) Pengukuran temperatur
b) Pengukuran debit air
c) Pengukuran pH air
d) Pengukuran electric conductiviti.

6.1.3 Cara Pengambilan contoh air untuk analisis unsur


a) Contoh air yang akan diambil harus disaring menggunakan kertas
saring (porous filter) berukuran 0,45 micrometer.
b) Botol yang akan digunakan untuk menyimpan contoh dibilas
dengan menggunakan contoh air yang sudah disaring.
c) Contoh air dibagi menjadi 2 botol bevolume minimal 500 mI.
d) Botol pertama langsung dikemas dan diberi kode lokasi sebagai
bahan untuk analisis anion (CI, HC03, S04, F, C03)
e) Botol kedoo sebelum dikemas diasamkan dengan penambahan
HN03 1 : 1 sampai pH 2, sebagai contoh air untuk analisis kation
(Na, K, Li, Mg, B, Ca, Fe, AI, As), Si02, dan NH4

6.1.4 Cara Pengambilan contoh air untuk analisis isotop


a) Harus dihindari kontaminasi oleh udara luar
b) Botol yang digunakan untuk menyimpan contoh air, botol kecil
bervolume 15 ml.
c) Botol dibilas dengan menggunakan contoh air yang akan diambil.
d) Botol harus diisi dengan contoh air sampai penuh dan tidak
terbentuk gelembung udara di dalam botol, apabila terdapat
gelembung maka pengambilan contoh harus diulang.
e) Pengisian dan penutupan botol dilakukan di dalam air dan ditutup
rapat serta diisolasi.
f) Botol contoh diberi label sesuai lokasi pengambilan contoh.

6.2 Pengambilan contoh gas.


Pengambilan contoh gas dilakukan terutama pada hembusan gas,
fumarol, atau solfatar. Pengambilan tersebut dilakukan dengan tujuan,
untuk mengetahui komposisi gas secara kualitatif melalui pengukuran
langsung di lapangan dan kuantitatif di laboratorium.

6.2.1 Peralatan dan pereaksi yang digunakan dalam


pengambilan contoh gas
a) Alat detektor gas (pompa isap gas, tube gelas detektor gas spesiflk
untuk gas C02, CO, H2S dan NH3
b) Tabung vacuum volume minimal 100 ml.
c} Termometer digital
d. GPS, altimeter, kamera
c) Selang silicon rubber

d) Sarung tangan karet tahan panas


e) Corong poliethylene
f) Masker gas
g) Stopwatch

6.2.2 Cara Pengukuran gas secara kualitatif.


a) Pengukuran temperatur hembusan gas, fumarol, atau solfatar
menggunakan termometer digital dalam satuan 0C.
b) Corong yang posisinya dibalikan dipasang pada hembusan gas,
fumarol,atau solfatar dan dihubungkan dengan selang silicon
rubber.
c) Kedua ujung tube detektor gas dipatahkan dan segera pasang salah
satu ujung tube pada pompa gas dan ujung yang lain pada selang
silikon rubber pada poin 2.
d) Menarik pompa gas hingga volume minimal 50 ml dan biarkan
untuk beberapa saat
e) Mengamati skala tube detektor gas untuk mengetahui konsentrasi
gas secara kualitatif berdasarkan perubahan warna pada tube
detektor tersebut.
Cara Pengambilan contoh gas untuk analisis kuantitatif.
a) Pengukuran temperatur hembusan gas, fumarol, atau solfatar
menggunakan termometer digital dalam satuan 0C. Manifestasi
yang sulit dijangkau oleh termometer digital, pengukuran
temperatur dapat dilakukan menggunakan termometer maksimum.
b) Corong yang posisinya dibalikan dipasang pada hembusan gas,
fumarol,atau solfatar dan dihubungkan dengan selang silicon
rubber.

c) Semburan dan atau hembusan gas dialirkan melalui corong yang


poslsmya dibalikan dan dihubungkan dengan selang silicon rubber
ke tabung vacuum yang berisi larutan NaOH 25 % sebanyak 1/5
volume tabung.
d) Tabung vacuum contoh diberi label sesuai lokasi pengambilan
contoh.

6.3 Pengambilan Contoh Tanah


Pada lokasi titik amat yang telah diukur koordinatnya dan dipatok
dilakukan pemboran dengan hand auger sampai kedalaman 80-100 cm
(horizon B).
Contoh tanah yang di peroleh dikeluarkan dari mata bor, untuk
kemudian didiskripsi secara umum yang meliputi jenis tanah, wama,
besar butir, hubungan antara butir serta kalau memungkinkan sifat
fisik alterasinya
Selanjutnya contoh pada horizon B diambil kurang Iebih 200 gram
untuk analisis kandungan Hg dan pH.
Peralatan
a) Termometer digital
b) GPS, altimeter, kamera
c) Hand auger
d) Obeng dan botol atau plastik contoh
6.3.2 Cara Pengambilan Contoh Tanah
Contoh tanah yang diperoleh pada kedalaman 80-100 cm, dibagi 2
bagian.
Satu bagian untuk analisis pH dan satu bagian lagi untuk analisis Hg.
Contoh tanah untuk bahan analisis Hg, dikeringkan dengan dianginanginkan dalam baki pengering tanpa kena sinar matahari langsung.

Setelah kering, contoh digerus pelan sampai ukuran 80 (delapan


puluh) mesh untuk kemudian disaring dengan saringan Stainles Steel.
Hasil yang diperoleh dari penyaringan kemudian dimasukkan kedalam
plastik diberikan label lokasi titik amat dan siap untuk dianalisis di
laboratorium. Selama penyimpanan dan pembawaan contoh dari
lapangan ke laboratorium, harus dihindari kontak dengan temperatur
tinggi untuk mencegah terjadinya penguraian dan penguapan sebagian
konsentrasi Hg.
6.4 Pengambilan Contoh Udara Tanah
Pengambilan contoh udara tanah untuk mengetahui kandungan CO2
dilakukan setelah pengambilan contoh tanah.

6.4.1 Peralatan dan pereaksi


a) Kimoto Handy Sampler
b) Stop watch
c) Larutan NaOH
d) Termometer digital
Tata Cara Pengambilan dan Analisis Contoh Serta Format Penyajian
Data Dalam Survei Geokimia Panas Bumi

6.4.2 Cara Pengambilan Udara tanah dan Pengukuran T udara tanah


Pipa PVC dihubungkan dengan alat Kimoto Handy Sampler dengan
selang dimasukkan kedalam lubang bor bekas pengambilan contoh
tanah, kemudian lubang bor ditutup bagian atasnya. Dalam keadaan
demikian udara dalam lubang dikeluarkan atau divacumkan selama
kurang lebih 5 (lima) menit dan dibiarkan selama kurang lebih 5
(lima) menit juga. Filter house dari alat dihubungkan dengan selang
kedalam lubang bor yang akan diambil contoh udara tanahnya.

Seterusnya contoh udara tanah atau gas CO 2 dihisap dengan


mempergunakan pompa hisap tekan yang dapat diatur kecepatannya
dengan tombol kontrol speed, dengan kecepatan 0.5 liter per menit.
Selanjutnya contoh udara tanah atau gas C0 2 tersebut dialirkan
kedalam rotameter atau flow meter melalui bypass valve, kemudian
dialirkan kedalam tabung reaksi yang telah tersedia dan berisi larutan
NaOH guna menangkap gas C02 ("absorpsi"). Akhimya larutan NaOH
yang telah mengandung contoh udara tanah atau gas CO 2 dalam
tabung tersebut dimasukkan kedalam botol plastik penyimpanan yang
bersih, ditutup rapat dengan diberi label bernomor sesuai dengan
lokasi titik amat .
Pengukuran temperatur dalam lubang bor dilakukan dengan
menggunakan termometer digital. Pipa indicator ("stick/probe") yang
dihubungkan kabel dengan alat Termometer digital dimasukkan
kedalam lubang bor bekas contoh tanah dan udara tanah, selanjutnya
ditutup rapat jangan sampai kontak udara sekitar dan dibiarkan
beberapa saat sambil di baca dalam Termometer digital dan
menunjukkan angka yang relatif stabil untuk dicatat sebagai
temperatur pada kedalaman lubang bor diharapkan hasil pengukuran
temperatur pada lubang bor mencerminkan kondisi lubang pada waktu
pengambilan contoh tanah dan udara tanah.

7. Tata Cara Analisis Contoh


Contoh yang diperoleh dari lapangan, dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis sesuai dengan parametemya. Analisis pH tanah, dilakukan
langsung terhadap tanah yang masih segar diambil di lapangan,
sedangkan untuk analisis Hg, diperlakukan pengerjaan preparasi
contoh seperti berkut.
a) Contoh tanah dikering udarakan atau diangin-angin pada temperatur
kamar, hindari penjemuran dibawah matahari agar tidak terjadi
penguapan unsur Hg.

Tata Cara Pengambilan dan Analisis Contoh Serta Format Penyajian


Data Dalam Survei Geokimia Panas Bumi

6.4.2 Cara Pengambilan Udara tanah dan Pengukuran T


udara tanah
Pipa PVC dihubungkan dengan alat Kimoto Handy Sampler dengan
selang dimasukkan kedalam lubang bor bekas pengambilan contoh
tanah, kemudian lubang bor ditutup bagian atasnya. Dalam keadaan
demikian udara dalam lubang dikeluarkan atau divacumkan selama
kurang lebih 5 (lima) menit dan dibiarkan selama kuranglebih 5 (lima)
menit juga. Filter house dari alat dihubungkan dengan selang kedalam
lubang bor yang akan diambil contoh udara tanahnya. Seterusnya
contoh udara tanah atau gas CO2 dihisap dengan mempergunakan
pompa hisap tekan yang dapat diatur kecepatannya dengan tombol
kontrol speed dengan kecepatan 0.5 liter per menit. Selanjutnya
contoh udara tanah atau gas CO 2 tersebut dialirkan kedalam rotameter
atau flow meter melalui bypass valve, kemudian dialirkan kedalam
tabung reaksi yang telah tersedia dan berisi larutan NaOH guna
menangkap gas CO2 ("absorpsi"). Akhimya larutan NaOH yang telah
mengandung contoh udara tanah atau gas C02 dalam tabung tersebut
dimasukkan kedalam botol plastik penyimpanan yang bersih, ditutup
rapat dengan diberi label bernomor sesuai dengan lokasi titik amat .
Pengukuran temperatur dalam lubang bor dilakukan dengan
menggunakan termometer digital. Pipa indicator ("stick/probe") yang
dihubungkan kabel dengan alat Termometer digital dimasukkan
kedalam lubang bor bekas contoh tanah dan udara tanah, selanjutnya
ditutup rapat jangan sampai kontak udara sekitar dan dibiarkan
beberapa saat sambil di baca dalam Termometer digital dan
menunjukkan angka yang relatif stabil untuk dicatat sebagai
temperatur pada kedalaman lubang bor diharapkan hasil pengukuran
temperatur pada lubang bor mencerminkan kondisi lubang pada waktu
pengambilan contoh tanah dan udara tanah.

7. Tata Cara Analisis Contoh


Contoh yang diperoleh dari lapangan, dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis sesuai dengan parametemya. Analisis pH tanah, dilakukan
langsung terhadap tanah yang masih segar diambil di lapangan,
sedangkan untuk analisis Hg, diperlakukan pengeIjaan preparasi
contoh seperti berkut.
a) Contoh tanah dikering udarakan atau diangin-angin pada
temperatur kamar, hindari penjemuran dibawah matahari agar
tidak teIjadi penguapan unsur Hg.
b) Setelah contoh kering, lakukan disagregasi dengan menggunakan
penumbuk dan lumpang porselin untuk melumatkan butiranbutiran yang menggumpal. Dalam hal ini contoh-contoh tidak
boleh digerus, sebab penggerusan dapat mengakibatkan
pengenceran konsentrasi unsur.
e) Lumpang dan penumbuk porselin harus selalu dibersihkan untuk
setiap pengagregasian contoh agar tidak terjadi kontaminasi silang
antar contoh.
d) Kemudian contoh-contoh tersebut perlu dilakukan homogenisasi
fraksi sebelum siap untuk dianalisis melalui saringan. Untuk
keperluan itu contoh-contoh yang akan dianalisis Hg dilalukan
dengan ayakan berukuran 80 mesh.
e) Sisa-sisa contoh yang lebih besar ukuran butirnya dari 80 mesh
disimpan sebagai arsip.
f) Randomisasi contoh dilakukan terhadap contoh dan duplikat.
Duplikasi dilakukan untuk setiap kelipatan 5 contoh.
g) Contoh siap untuk dianalisis
menggunakan cara analisis

di

laboratorium

pengujian,

7.1 Analisis Air


Contoh air yang diperoleh dianalisis menggunakan beberapa Metode,
yaitu:
Dengan Metode tersebut diperoleh data pH tanpa satuan, EC dalam
satuan mhos/cm.
sedangkan konsentrasi lainnya dalam satuan mg/L.

7.2 Analisis contoh isotop 180 dan 2H


Analisis contoh isotop 180 dan 2H air, menggunakan spectrophotometer
massa, untuk:
mengetahui kualitas interaksi fluida dengan mineral batuan yang
mungkin telah terjadi. Konsentrasinya disajikan dalam satuan per
million (/00).

7.3 Analisis Gas


Contoh gas yang pada umumnya diperoleh dari manifestasi fumarol
dan atau solfatar, dianalisis menggunakan 2 Metode, yaitu:
Berdasarkan alat gas kromatografi untuk mengetahui konsentrasi, CO,
CH4, H2, 02+Ar, N2, NH3, S02, sedangkan CO2, H2S dan HCI dengan
Metode titrimetri.
Konsentrasi H20 dalam contoh gas diketahui dengan perhitungan
penimbangan berat gas total dan dalam contoh.

7.4 Analisis tanah dan udara tanah


Analisis pH tanah

Analisis pH tanah, ditimbang sebanyak 10 (sepuluh) gram tanah,


dimasukkan ke dalam beaker glass dengan menambahkan 40
(empatpuluh) mi aquadest dan diaduk.
Campuran tanah dan aquadest ini di ukur pH nya dengan pH Meter
Digital.

Analisis Konsentrasi Hg tanah


Contoh tanah berukuran 80 (delapan puIuh) mesh, ditimbang dan
dianalisis menggunakan alat Mercury Analyzer Zeeman. Konsentrasi
Hg diperoleh dalam satuan nanogram, di konversi terhadap berat
contoh yang ditimbang, maka akan diperoleh konsentrasi Hg dalam
satuan ppb, konsentrasi Hg yang diperoleh dikoreksi oleh konsentrasi
H20- tanah dari masing-masing contoh tanah.

Analisis Konsentrasi CO2 udara tanah


Analisis contoh CO2 udara tanah untuk mengetahui konsentrasi CO 2
dari masing masing titik amat lokasi sampling, menggunakan Metode
titrasi terhadap contoh CO2 dalam larutan NaOH berlebih. Konsentrasi
CO2 dalam larutan NaOH contoh di titrasi dengan Metode asam basa,
dan dikoreksi dengan temperatur !ubang bor, temperatur udara di
lokasi ketika berlangsungnya pengambilan contoh, serta elevasi
tofografi dari masing-masing titik amat pengambilan contoh.
Konsentrasi CO2 diperoleh dalam satuan %, di plot pada peta
distribusi konsentrasi CO2

8. Data yang Dihasilkan


Data geokimia yang diperoleh, dievaluasi dan diinterpretasikan untuk
mengetahui kondisi fluida bawah permukaan (komposisi kimia
air/gas, tipe air/gas dan estimasi temperatur bawah permukaan). Hasil

penyelidikan pendahuluan geokimia dituangkan dalam bentuk laporan


yang dilengkapi dengan diagram-diagram geokimia dan peta sebaran
manifestasi dengan skala 1:100.000 skala
1 :50.000 atau lebih besar, disajikan dalam bentuk:
a) Peta distribusi titik amat pengambilan contoh dan jenis manifestasi
Panas bumi pada peta lokasi penyelidikan.
Hasil analisis air panas dan air dingin, berbentuk tabel berisi data
pH tanpa satuan, electric conductivity dalam satuan mhos/cm dan
konsentrasi senyawa kimia lainnya seperti: CI, HC03, S04, F, Na,
K., Li, Mg, B, Ca, Fe, AI, As, silika serta NH4 dalam satuan mg/L,
isotop 180 dan 2H.
b) Hasil analisis konsentrasi Hg tanah dalam satuan part per billion
(ppb)
c) Hasil analisis kandungan C02 udara tanah, dalam satuan persen (%
)
d) Hasil analisis kimia gas dari contoh gas, dalam satuan % mol/mol
untuk senyawa gas seperti: CO2, H2S, CO, CH4, H2, 02+Ar, N2,
NH3, S02, HCI dan H20.
e) Hasil analisis kimia isotop 180 dan 2H, dalam satuan per mill (0/00)
f) Plot air panas pada diagram segitiga CI, S04, HC03, diagram
segitiga Cl/100, Li, B/4, dan diagram segitiga Na/lOOO, K/100,
Mg dan distribusi isotop 180 dan 2H.
g) Peta kontur distribusi Hg tanah dan C02 udara tanah.
h) Estimasi temperatur bawah permukaan.
i) Estimasi potensi energi panas bumi hipotetis (Mwe).

Daftar Pustaka
1) Arnorsson, S., and Gunlaugsson, E., 1983, New gas
geothermometers for geothermal exploration calibration and
applicat~on, G.;.:ochimica el: Cosmochimica Acta Vol. 49, pp 13071325
2) Fournier, RO., 1981. Application of Water Geochemistry
Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, "Geothermal
System: Principles and Case Histories". John Willey & Sons. New
York.
3) Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of
Na-KMg-Ca Geo- Indicators. Geochemica Acta 52. pp. 2749 - 2765.
4) Giggenbach, W.F., and Goguel, 1988, Methods for the collection
and analysis of geothermal and volcanic water and gas samples,
Petone New Zealand.
5) Giggenbach, W., Gonfiantini, R, and Panichi, C., 1983,
Geothermal Systems, " Guidebook on Nuclear Techniques in
Hydrology", Technical Reports Series No. 91. International Atomic
Energy Agency, Vienna.
6) Kooten, Y, and Gerald, K., 1987, Geothermal Exploration Using
Surface Mercury Geochemistry, Journal of volcanology and
Geothermal Research, 31,269-280.
7) Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal
System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
8) Wulhon K., Ellis, AJ., 1977. Chemistry and Geothermal System.
Academic Press Inc. Orlando.
9) Pedoman Tata Cara dan Syarat-syarat Pelaksanaan Survei
Pendahuluan Panas bumi, (2004) Direktorat Inventarisasi Sumber
Daya Mineral.

10) SNI 18-6009-1999, Klasifikasi potensi energi panas bumi di


Indonesia.
11) SNI 13-6169-1999, Metode estimasi potensi energi panas bumi.
12) SNI ....-......-2002, Prosedur pelaksanaan dan pelaporan dalam
penyelidikan pendahuluan dan penyelidikan pendahuluan lanjutan
panas bumi.
13) Taran, YA., 1986, Gas Geothermometers for hydrothermal
Systems, Geochemistry International Vol. 23 No.7, 111-126

Anda mungkin juga menyukai