PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Pengaturan
kesehatan jiwa secara khusus dan komprehensif dalam satu
Undang-Undang ditujukan untuk memberikan perlindungan yang
lebih baik kepada ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa),
perlindungan terhadap sumber daya manusia yang terlibat dalam
penanganan ODGJ, dan memberikan kejelasan mengenai
wewenang dan tugas dari setiap pihak yang meyelenggarakan
upaya kesehatan jiwa.
Rumusan Masalah
1. Apa isu publik yang mendasari terbitnya peraturan
tersebut?
2. Siapa saja aktor yang terlibat dalam peraturan
perundang-undangaan tersebut?
3. Jelaskan isi utama peraturan perundang-undangaan
tersebut?
4. Bagaimana prediksi terhadap kemungkinan terjadinya
resistensi atau penolakan terhadap peraturan tersebut?
5. Bagaimana prediksi terhadap kemungkinan
keberhasilan pelaksananaan peraturan perundangundangaan tersebut?
2. Masyarakat
- Memberikan bantuan tenaga, dana, fasilitas, serta sarana dan prasarana dalam
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa
- Melaporkan adanya ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) yang membutuhkan
pertolongan,
- Melaporkan tindakan kekerasan yang dialami serta yang dilakukan ODGJ
- Menciptakan iklim yang kondusif bagi ODGJ
- Memberikan pelatihan keterampilan khusus kepada ODGJ
- Memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya peran keluarga
dalam penyembuhan dan mengawasi fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan
Jiwa.
3. Tenaga kesehatan
Yang terlibat dalam UU ini yaitu dokter umum, dokter spesialis jiwa, dan
psikolog. Tenaga kesehatan tersebut berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan berupa tindakan medis atau pemberian obat psikofarmaka terhadap
ODGJ sesuai standar pelayanan Kesehatan Jiwa untuk perilaku yang berbahaya.
Isi Utama
UU No. 18 tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 menjelaskan tentang pengertian dari Kesehatan Jiwa, Orang Dengan Masalah Kejiwaan
(ODMK), Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Upaya Kesehatan Jiwa, Pemerintah Pusat
yang selanjutnya disebut Pemerintah, Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota
dan perangkat daerah dan pengertian Menteri. Pasal 2 menjelaskan tentang Asas Upaya
Kesehatan Jiwa. Pasal 3 menjelaskan tentang Tujuan Upaya Kesehatan Jiwa.
BAB II
UPAYA KESEHATAN JIWA
Bagian Kesatu: Umum
Upaya kesehatan dapat dilakukan melalui kegiatan antara lain promotif preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Selain itu juga menjelaskan tentang pelaksana Upaya Kesehatan Jiwa yakni
dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Bagian Kedua: Upaya Promotif
Penjelasan pengertian dan tujuan dari upaya promotif. Selain itu juga pada pasal 8 dijelaskan
mengenai Upaya promotif yang dilaksanakan di lingkungan keluarga lembaga pendidikan tempat
kerja masyarakat fasilitas pelayanan kesehatan media massa lembaga keagamaan dan tempat
ibadah dan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.
BAB IV
SUMBER DAYA DALAM UPAYA KESEHATAN JIWA
Bagian Kesatu: Umum, tentang sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa.
Bagian Kedua: Sumber Daya Manusia di Bidang Kesehatan Jiwa
Tenaga profesional dan tenaga lain yang terlatih di bidang Kesehatan Jiwa berperan sebagai mitra
tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang Kesehatan Jiwa dalam menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Jiwa.
Bagian Ketiga: Fasilitas Pelayanan di Bidang Kesehatan Jiwa
Fasilitas pelayanan di bidang kesehatan meliputi Puskesmas dan jejaring, klinik pratama, dan
praktik dokter dengan kompetensi pelayanan Kesehatan Jiwa; rumah sakit umum; rumah sakit
jiwa; dan rumah perawatan.
Fasilitas Pelayanan di Luar Sektor Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Berbasis Masyarakat
Bagian Keempat: Perbekalan Kesehatan Jiwa
Bagian Kelima: Teknologi dan Produk Teknologi Kesehatan Jiwa
Peran pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam melakukan penelitian,
pengembangan, pengadaan, dan pemanfaatan teknologi dan produk teknologi dalam Upaya
Kesehatan Jiwa.
Bagian Keenam: Pendanaan Kesehatan Jiwa
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu: Hak dan Kewajiban Orang Dengan Masalah Kejiwaan
Bagian Kedua: Hak Orang Dengan Gangguan Jiwa
BAB VI
PEMERIKSAAN KESEHATAN JIWA
Bagian Kesatu: Untuk kepentingan penegakan hukum, seseorang diduga ODGJ yang melakukan
tindak pidana harus mendapatkan pemeriksaan Kesehatan Jiwa.
Bagian Kedua: Untuk melaksanakan pekerjaan tertentu atau menduduki jabatan tertentu, wajib
dilakukan pemeriksaan Kesehatan Jiwa.
BAB VII
TUGAS, TANGGUNG JAWAB, DAN WEWENANG
Bagian Kesatu: Tugas dan Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa.
Bagian Kedua: Wewenang Pemerintah dalam melaksanakan Upaya Kesehatan Jiwa
a. menyusun program;
b. mengintegrasikan Upaya Kesehatan Jiwa ke dalam sistem pelayanan kesehatan;
c. mengatur dan menjamin ketersediaan sumber daya dalam Upaya Kesehatan Jiwa; dan
d. melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa.
BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Peran serta masyarakat sekaligus juga cara-cara untuk melaksanakan peran serta tersebut.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pemasungan, penelantaran, kekerasan dan/atau
menyuruh orang lain untuk melakukan pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap
ODMK dan ODGJ atau tindakan lainnya yang melanggar hak asasi ODMK dan ODGJ, dipidana
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang terkait
KesehatanJiwa dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini.
Kesimpulan
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan (integral) dari kesehatan
secara umum dan unsur yang menunjang terwujudnya kualitas hidup setiap manusia.
Pengaturan kesehatan jiwa secara khusus dan komprehensif dalam satu Undang-Undang
ditujukan untuk memberikan perlindungan yang lebih baik kepada ODGJ, perlindungan
terhadap sumber daya manusia yang terlibat dalam penanganan ODGJ, dan memberikan
kejelasan mengenai wewenang dan tugas dari setiap pihak yang menyelenggarakan upaya
kesehatan jiwa.
Bentuk penolakan terhadap peraturan tentang kesehatan jiwa dapat ditunjukan secara
langsung maupun tidak langsung, seperti demo, atau membuat petisi, dan sebagainya dapat
dikatakan sebagai penolakan secara langsung. Sementara penolakan tidak langsung dapat
diwujudkan dengan tidak menaati peraturan yang telah dibuat. Misalnya saja pada kabinet
Presiden Jokowi yang menterinya tidak melakukan tes kejiwaan padahal hal ini tidak sesuati
dengan peraturan yang telah dibuat tentang kesehatan jiwa tahun 2014 tersebut
Ada istilah Upaya Kesehatan Jiwa, yakni setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat
kesehatan jiwa yang optimal bagisetiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu,
dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Artinya,
masyarakat akan ikut berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan jiwa di lingkungannya.
Dengan demikian, masyarakat sudah berkontribusi pada lingkungan untuk membuat
masyarakat di lingkungan tersebut lebih produktif.
SEKIAN
TERIMA KASIH