Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN CORONARY ARTERY DESEASE (CAD)

A. Definisi
Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner,
arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung
tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri
dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama
sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).( Brunner and
Sudarth, 2001).
Coronary artery disease atau penyakit arteri koroner adalah kondisi patologis arteri
koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan
jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur
dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung.
B. Etiologi
Penyebab utama dari penyakit arteri koroner adalah terjadinya aterosklerosis.
Aterosklerosis adalah pengerasan pada dinding arteri. Arteriosklerosis ditandai
dengan adanya penimbunan lemak, kolesterol, dilapisan intima arteri. Timbunan ini
dinamakan ateroma atau plak.
Factor resiko terjadinya CAD, diantaranya :
a. Hipertensi
b. Diabetes melitus
c. Merokok
d. Riwayat jantung dalam keluarga
e. Obesitas
f. Konsumsi lemak berlebih
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada CAD, diantaranya :
a. Nyeri dada
b. Sesak nafas
c. Kelemahan
d. Takikardi
e. Berdebar debar
f. Pusing
D. Patofisiologi
E. Pathway

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :

Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung


turun karena O2 dalam darah sedikit.

Leukositnya terjadi peningkatan, karena bayi preterm imunitas masih rendah


sehingga resiko tinggi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :

pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.

pCO2 (normal 35 45 mmHg). Kadar pCO 2 pada bayi post asfiksia cenderung
naik sering terjadi hiperapnea.

pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun
karena terjadi hipoksia progresif.

HCO3 (normal 24-28 mEq/L)


G. Penatalaksanaan
a. Terapi Suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi
baru lahir yang bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala
sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru tahir
mengikuti tahap tahapan- tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :

Meletakkan bayi pada posisi yang benar.

Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea

Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka


2. Memulai pernapasan :

Lakukan rangsangan taktil

Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif


3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila
perlu menggunakan obat-obatan.
4. Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan Umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat

Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti


ventilasi paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara terbaik
dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfikasi
berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4
mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat
ini disuntikan ke dalam intra vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini
akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau frekuensi jantung,
maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80-I00/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 : 3 yaitu setiap kali satu
ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak. Jika tindakan ini tidak
berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau gangguan organik
seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu 30-60
detik tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera dilakukan. Ventilasi
sederhana dengan kateter 02 intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan dalam
posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup nares
dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit,
sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan
gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi
dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit sehingga ventilasi paru dengan
tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dari mulut ke rnulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada
ventitasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan 02,
ventilasi dilahirkan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan
nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhak jika setelah
dilekuknn berberapa saat teqadi penurunan frekuens jantung atau perbaikan tonus otot
intubasi endotrakheal harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat
segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan
teratur meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.
H. Komplikasi
I. Data Fokus pengkajian
1. Wawancara

Dilakukan untuk mengetahui data subjektif klien, misalnya identitas klien dan
penanggung jawab, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakirt dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat prenatal, antenatal dan
post natal dan lain-lain.
a. Keluhan Utama
Bayi tidak dapat bernapas spontan setelah lahir / sesak / sianosis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Klien lemah.
b. TTV
P : nadi menurun
R : respirasi meningkat
c. Pemeriksaan Fisik persistem / Head to Toes
Kepala
Terdapat caput atau cephal hematom
Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung
Mulut
Mukosa bibir sianosis
Kulit
Kulit kebiruan atau pucat

Neurologi
Kejang
Ekstermitas
Tonus otot menurun, pergerakan lemah, refleks lemah

J. Analisa Data
Data

Etiologi

DS : DO :
Klien sesak
Respirasi meningkat
Terdapat
pernafasan

Faktor penyebab

Masalah
Ketidakefektifan

pola

nafas

cuping hidung

DS :
DO :
Warna kulit kebiruan atau

Gangguan perfusi jaringan

pucat
Ekstermitas sianosis
Mukosa bibir sianosis
DS :
DO :
Klien mengalami kejang

Resiko injuri

K. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Gangguan perfusi jaringan
3. Resiko injuri
L. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Dx. 1
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
NOC:

Respirato
ry status : Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
Vital sign Status
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama ..pasien
menunjukkan keefektifan
pola nafas, dibuktikan
dengan kriteria hasil:
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
ada
sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dg
mudah, tidakada pursed
lips)
Menunjukkan
jalan
nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan
dalam
rentang normal, tidak

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC:

Respiratory status :
Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ..pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan
kriteria hasil:
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis
dan
dyspneu
(mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dg mudah, tidakada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Tanda Tanda vital dalam rentang
normal
(tekanan
darah,
nadi,
pernafasan)

ada
suara
nafas
abnormal)
a) Tanda
Tanda
vital
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernafasan)

2. Dx. 2
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil
NOC:

NIC :

Fluid balance

Nutritional

Status

Setelah

diperlukan

keperawatan
teratasi

Monitor status hidrasi ( kelembaban

Monitor hasil lab yang sesuai dengan


retensi

dengan

cairan

kriteria hasil:

osmolalitas

Mempertahankan

protein )

output

sesuai

BJ urine normal,
Tekanan darah, nadi,
tubuh

dalam

batas normal
Elastisitas

urin,

Hmt

albumin,

total

Monitor vital sign setiap 15menit 1

Kolaborasi pemberian cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan oral

Dorong keluarga untuk membantu


pasien makan

Tidak ada tanda tanda


dehidrasi,

(BUN

jam

dengan usia dan BB,

suhu

dan

tekanan darah ortostatik ), jika

dilakukan

selama.. defisit volume

urine

intake

membran mukosa, nadi adekuat,

Food and Fluid Intake

cairan

catatan

output yang akurat

Hydration

tindakan

Pertahankan

Kolaborasi dokter jika tanda cairan

turgor

kulit

baik,

membran

mukosa

lembab, tidak ada rasa

berlebih muncul meburuk

Monitor intake dan urin output setiap


8 jam

haus yang berlebihan


Orientasi

terhadap

waktu dan tempat baik


Jumlah

dan

pernapasan

irama
dalam

batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt
dalam batas normal
Intake

oral

dan

intravena adekuat

3. Dx. 3
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Tujuan dan Kriteria Hasil

NOC :
Risk Kontrol
Immune status
Safety Behavior
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama. Klien tidak
mengalami injury dengan
kriterian hasil:
Klien terbebas dari
cedera
Klien
mampu
menjelaskan
cara/metode
untukmencegah
injury/cedera
Klien
mampu
menjelaskan
factor
risiko
dari
lingkungan/perilaku
personal

NOC :
Risk Kontrol
Immune status
Safety Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama. Klien tidak mengalami injury
dengan kriterian hasil:
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode
untukmencegah injury/cedera
Klien mampu menjelaskan factor risiko
dari lingkungan/perilaku personal
Mampumemodifikasi
gaya
hidup
untukmencegah injury
Menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
Mampu mengenali perubahan status
kesehatan

Mampumemodifikasi
gaya
hidup
untukmencegah injury
Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
Mampu
mengenali
perubahan
status
kesehatan

M. Daftar Pustaka
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :
EGC.
Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
ina-astuty.blogspot.com/2014/06/laporan-pendahuluan-diare-pada-anak.html
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/12/laporan-pendahuluan-diare.html

Anda mungkin juga menyukai