PENDAHULUAN
Penyakit herpes tidak termasuk dalam penyakit yang harus dilaporkan secara rutin,
sehingga data prevalensi virus herpes di dunia sangat terbatas. Penyakit herpes disebabkan oleh
virus herpes yang disebut dengan human herpes virus (HHV). World Health Organization
(WHO) melaporkan prevalensi herpes di negara-negara berkembang lebih tinggi dibandingkan
dengan di negara maju (Looker et al., 2008).1
Dari 8 macam HHV, HHV tipe 1 atau herpes simplex virus (HSV) tipe 1 dan HHV tipe 2
atau HSV tipe 2 yang paling sering diteliti. Kedua virus ini menimbulkan manifestasi klinis serta
dampak epidemiologi
melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung. Infeksi ditemukan pada bibir, rongga
mulut, tenggorokan, jari tangan dan dapat juga ditemukan di daerah genital yang penularannya
melalui oro-genital (Hartadi dan Sumaryo, 1998).1,2 Oleh karena itu kita perlu mengetahui
pemahaman mengenai herpes labialis sangat penting agar penyebaran virus dapat berkurang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Herpes simplex virus ( HSV ) merupakan virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi
akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit atau Ada 2
tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi
terutama disekitar mulut ( HSV - 1 atau HHV ( human herpes virus ) - 1 ) , atau alat kelamin
atau anus ( HSV - 2 ; HHV - 2 ). 1 HSV - 1 dapat menyebabkan infeksi mulut atau orofaring ,
biasanya melalui infeksi dari air liur , dan paling sering pada usia yang lebih muda dalam
kelompok sosial ekonomi rendah, HSV-1 juga dapat menyebabkan munculnya gelembung
berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata . 1 HSV-2 atau
herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi cairan
yang terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin
Di antara kedua tipe herpes simpleks, herpes genitalis merupakan salah satu infeksi
menular seksual yang perlu mendapat perhatian karena sifat penyakitnya yang sukar
disembuhkan dan sering rekuren, transmisi virus dari pasien asimtomatik, pengaruhnya terhadap
kehamilan/janin dalam kandungan dan pasien imunokompromais, dampak psikologis, serta
kemungkinan timbulnya resistensi virus.2 Infeksi awal memperlihatkan adanya stomatitis
herpetik primer( gingivostomatitis ) . semua virus herpes Infeksi ditandai dengan keadaan laten
( belum terlihat ), dan dapat diaktifkan kembali . Penyakit berulang biasanya memperlihatkan
adanya herpes labialis ( cold sore).3
B. Klasifikasi
Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota virus herpes yang primer menimbulkan
penyakit pada manusia. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan HSV-2 termasuk famili
Herpesviridae , sub family alphaherpesvirinae dengan ciri-ciri spektrum sel pejamu bervariasi,
siklus replikasi yang relatif cepat, mudahnya infeksi menyebar di biakan sel, menimbulkan
kerusakan sel yang cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi laten khususnya pada ganglion
sensorik.4,5
HSV-1
1. Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi
vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas marah dan
limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek(sekitar 3-5 hari) dan lesilesi menyembuh
dalam 2-3 minggu.
2. Keratojungtivitis
3
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan
kebutaan.
3. Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir.
Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan
parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu.
HSV-2
1. Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks,
vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam,
malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal. Infeksi herpes genetalis dapat mengalami
kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan
seksual seseorang yang telah terinfeksi.
2. Herpes neonatal
Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini
ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi
herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah
caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi herpesneonatal
hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka kematian seluruhnya
sebesar 50%.
E. Patogenesis
Herpes labialis rekuren adalah adanya herpes orofasial rekuren yang paling sering
terjadi berupa lepuhan yang muncul secara berulang (rekuren) dari bibir yang disebabkan
4
oleh reaktivasi dari herpes simplek virus. Etiologi dari herpes labialis adalah virus HSV
1, virus ini bertahan pada ganglion trigeminal setelah infeksi primer. Virus mengalami
reaktivasi mengalir pada aliran saliva, dan membentuk herpes labialis, serta ulserasi
intraoral lainnya. Herpes simplex virus biasanya bertahan seumur hidup di dalam tubuh
manusia, bertransmisi di saliva, laten, berreaktivasi saat respon imun menurun. . Demam ,
sinar matahari , trauma ,perubahan hormonal atau imunosupresi dapat mengaktifkan
virus yang dilepaskan ke dalam air liur dan mungkin terdapat kekambuhan secara
klinis.6
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan
oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa
atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV I ditransmisikan
melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan
memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV-I dapat menyebabkan
herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital.
F. Manifestasi Klinis
Herpes Orofasial
Infeksi primer
Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi pada beberapa keadaan menimbulkan
manifestasi
berat
di daerah
oral
disebut
gingivostomatitis
herpetika
primer.
bersatu menjadi lesi yang lebih besar dengan tepi tidak teratur. Gambaran khas adalah
ginggivitis marginalis akut, generalisata, edema, dan eritema ginggiva, kadang-kadang
disertai beberapa ulkus pada gingiva. Pada pemeriksaan, faring posterior akan tampak
kemerahan dengan pembesaran kelenjar getah bening submandibular dan servikal.1,6,8,9
Gejala ekstra oral berupa vesikel berkelompok pada bibir dan kulit di sekitar sirkum
oral. Setelah beberapa hari lesi akan ditutupi krusta kekuningan. Stomatitis herpetika akut
pada anak-anak yang sehat bersifat swasirna. Demam biasanya akan hilang dalam 3-4
hari dan lesi akan sembuh dalam 10 hari, walaupun dalam waktu 1 bulan masih dapat
ditemukan virus dalam saliva.9
Infeksi rekuren
Herpes simpleks labialis (cold sore/fever blisters) adalah bentuk herpes orofasial rekuren
yang paling sering terjadi, berupa vesikel-vesikel pada batas luar vermilion dan kulit
sekitarnya10 Gejala dimulai dengan rasa perih diikuti oleh timbulnya vesikel berkelompok
dalam 24 jam, pecah, terjadi erosi superfisial, kemudian akan ditutupi krusta. Nyeri dan
rasa tidak nyaman terjadi pada beberapa hari pertama; lesi sembuh dalam waktu kurang
dari 2 minggu tanpa jaringan parut. Pelepasan virus terus berlansung 35 hari setelah lesi
sembuh. Herpes labialis rekuren terjadi pada 50-75% individu-individu yang terkena
infeksi HSV di mulut, terjadi tiga kali lebih sering pada pasien dengan demam
dibandingkan pasien tanpa demam.9,10 Herpes intra oral rekuren merupakan bentuk rekuren
berupa lesi pada intra oral khususnya daerah mukosa yang berkeratin. Predileksi pada
palatum durum regio premolar dan molar, dapat juga timbul pada bagian fasial dan bukal
gingiva. Vesikel mudah pecah, terletak unilateral, tidak melewati garis tengah.9,10
G. Diagnosis
Diagnosis klinis dapat dilihat dari gambaran lesi yang khas berupa ulserasi oral
superfisial, bentuk bulat, multipel, bersifat akut dan adanya gingivitis marginal generalisata
pada pemeriksaan fisis, ditunjang oleh tidak adanya riwayat episode herpes sebelumnya,
serta adanya riwayat terpajan HSV-1 membantu menegakkan diagnosis gingivostomatitis
herpetika primer. Herpes orofasial tipe ini perlu dibedakan dengan hand-foot-mouth
disease, herpangina, eritema multiformis, pemfigus vulgaris, acute necrotizing ulcerative
gingivitis.10 Herpes intraoral didiagnosis banding dengan stomatitis aftosa rekuren dan
herpes zoster intraoral.9,8
H. Diagnosis Laboratorium
1. Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright, terlihat
sel raksasa berinti banyak. Pemeriksaan ini tidak sensitif dan tidak
7
spesifisik.2
2. Kultur virus. Sensitivitasnya rendah dan menurun dengan cepat saat
lesi menyembuh.
3. Deteksi DNA HSV dengan Polymerase chain reaction (PCR), lebih
sensitif dibandingkan kultur virus.
4. Tes serologik IgM dan IgG tipe spesifik. IgM baru dapat dideteksi
setelah 47 hari infeksi, mencapai puncak setelah 24 minggu, dan
menetap selama 23 bulan, bahkan sampai 9 bulan. Sedangkan, IgG
baru dapat dideteksi setelah 23 minggu infeksi, mencapai puncak
setelah 46 minggu, dan menetap lama, bahkan dapat seumur hidup.2
Antibodi IgM dan IgG hanya memberi gambaran keadaan infeksi akut
atau kronik dari penyakit herpes genitalis. Tidak ditemukannya
antibodi HSV pada sampel serum akut dan ditemukannya IgM
spesifik HSV atau peningkatan 4 kali antibodi IgG selama fase
penyembuhan menunjukkan diagnosis HSV primer. Ditemukannya
IgG antiHSV pada serum akut, IgM spesifik HSV dan peningkatan
IgG anti-HSV selama fase penyembuhan merupakan diagnostik infeksi
HSV rekuren.10
I. Pengobatan
Beberapa obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua obat
tersebut
menghambat
sintesis
DNA virus.
Oba-obat
ini
dapat
menghambat
absorbsi) 5 kali sehari, selama 5 hari. Untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah
dosis dewasa. Diatas 2 tahun diberikan dosis dewasa. Pencegahan herpes simplex
kambuhan, 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali sehari, dapat diturunkan menjadi 200
mg 2atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan.
Pencegahan herpes simplex pada pasien immunocompromised, 200-400 mg 4 kali sehari.
Anak dibawah 2 tahun setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun dosis sama dengan dosis
orang dewasa.
-
Efek Samping : Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan tidak
nyaman) sekitar 12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan (gastrointestinal)
BAB 3
KESIMPULAN
Herpes simplex virus ( HSV ) merupakan virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi
akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit atau Ada 2
tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi infeksi umum yang mempengaruhi terutama
disekitar mulut ( HSV - 1 atau HHV ( human herpes virus ) - 1 ) , atau alat kelamin atau anus
( HSV - 2 ; HHV - 2 ).1 HSV - 1 dapat menyebabkan infeksi mulut atau orofaring. Herpes labialis
rekuren adalah adanya herpes orofasial rekuren yang paling sering terjadi berupa lepuhan yang
muncul secara berulang (rekuren) dari bibir yang disebabkan oleh reaktivasi dari herpes simplek
virus.
Klasifikasi HSV termasuk famili
Herpesviridae ,
Terdapat 10 glikoprotein untuk HSV-1 yaitu glikoprotein (g)B, gC, gD, gE, gH, gI, gK, gL, dan
M. Glikoprotein D dan glikoprotein B merupakan bagian penting untuk infektivitas virus.
Penyakit yang ditimbulkan Virus Herpes Simpleks untuk HSV-1 Gingivostomatitis
herpetik akut, keratokonjungtiva, herpes labialis dan untuk HSV-2 yaitu herpes neonatal dan
herpes genital. Patogenesis herpes labialis ,virus ini bertahan pada ganglion trigeminal setelah
infeksi primer. Virus mengalami reaktivasi mengalir pada aliran saliva, dan membentuk herpes
labialis, serta ulserasi intraoral lainnya.
10
Manifestasi yang ditimbulkan Herpes simpleks labialis (cold sore/fever blisters) adalah
bentuk herpes orofasial rekuren yang paling sering terjadi, berupa vesikel-vesikel pada batas luar
vermilion dan kulit sekitarnya10 Gejala dimulai dengan rasa perih diikuti oleh timbulnya vesikel
berkelompok dalam 24 jam, pecah, terjadi erosi superfisial, kemudian akan ditutupi krusta.
Diagnosis klinis dapat dilihat dari gambaran lesi yang khas berupa ulserasi oral
superfisial, bentuk bulat, multipel, bersifat akut dan adanya gingivitis marginal generalisata pada
pemeriksaan fisis, ditunjang oleh tidak adanya riwayat episode herpes sebelumnya, serta adanya
riwayat terpajan HSV-1 membantu menegakkan diagnosis. Diagnosis laboratorium berupa kultur
virus, tes serologi dan tes tzank. Pengobatan yang dapat dilakukan berupa Salah satu
obat yang efektif untuk infeksi Herpes Simpleks Virus adalah Asiklofir dalam bentuk topikal,
intravena, dan oral yang kesemuanya berguna untuk mengatasi infeksi primer.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Marques AR, Straus SE. Herpes simplex. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Editor. Fitzpatricks Dermatology in
general medicine. 7th ed. New York: Mc-Graw Hill Companies, 2008; 1873-85.
2. Daili SF. Herpes genitalis pada imunokompromais. Dalam:Daili SF, Makes WI
Editor. Infeksi virus herpes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002; 89-99.
3. Scully C, Almeida OP, Bagan J, Dios PD. Oral Medicine and Pathology at a
Glance. United kingdom,Oxford; 2010 : 17-19
4.
Sjahjurachman A. Biologi virus herpes. Dalam:Daili SF, Makes WI Editor.
Infeksi virus herpes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002; 3-21.
5. Pertel PE, Spear PG. Biology of Herpesviruses. Dalam : Holmes KK, Sparling
PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Core L. eds. Sexually transmitted
diseases, edisi ke-4. New York:Mc Graw Hill. 2007. Hal. 381 97
6. Kendrick GDW, Sutherland S. An introduction to herpes infection. London:
Gower Medical Publishing Ltd, 1983.
7. Mindel A. Herpes simplex virus. London: Springer-Verlag, 1989.
8. Makes WI. Herpes genitalis pada pasien imunokompeten. Dalam:Daili SF, Makes
WI Editor. Infeksi virus herpes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002; 74-88.
9. Sarsito AS. Stomatitis herpetika. Dalam:Daili SF, Makes WI. Editor. Infeksi virus
herpes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002; 65-73.
10. Leone P. Genital herpes. Dalam: Klausner JD, Hook EW. Current diagnosis and
treatment. Sexually transmitted diseases. New York: McGraw Hill International
Edition, 2007; 84-91.
12
13