Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3
Konjungtiva
Konjungtiva adalah suatu membrane mukosa yang dilapisi oleh epithelium
5. Colarette (collar):
Terdapat pada semua pterygium (kronis atau rapid). Ditemukan pada
bagian limbus.
6. Body:
Lipatan atau strip dari
2.2.3. Patogenesis:
Mekanisme patologis dari terjadinya pterygium belum diketahui secara
sempurna; hanya terdapat banyak teori yang mencoba mengemukakan tahap
patogenesis dari penyakit ini, dan teori-teori tersebut mencakup:
1. Paparan Terhadap Sinar UV
Radiasi UV-B mengaktivasi sel yang terletak dekat limbus. Aktivasi ini
menyebabkan
perubahan
fenotipik
dari
populasi
sel-sel
epitel,
jaringan akibat
peningkatan
pembentukan enzim
mata (Taylor, 1980). Tear film mempunyai fungsi untuk melindungi dan
memberi lubrikasi pada kornea dan konjungtiva (Glasgow, 2006), sehingga
kerusakan pada tear film membuat permukaan mata rentan terhadap inflamasi.
3. Teori defisiensi Limbal Stem Cells
Beberapa tahun yang lalu, limbus dianggap hanya sebagai sebuah zona
transisi antara kornea, sklera dan konjungtiva. Akan tetapi Thoft (1997)
dalam Tan (2001) mengemukakan bahwa permukaan okuler adalah suatu
kontinuum, yang terus berganti. Ketika terdapat defisiensi pada limbal
stem cells, terjadi proses konjungtivalisasi pada permukaan kornea;
konjungtiva bermigrasi melewati limbus untuk menggantikan defisiensi
dari stem cells pada kornea. Tanda-tanda dari defisiensi limbal adalah
kerusakan pada basement membrane, inflamasi kronik dan vaskularisasi.
Karena ketiga tanda ini juga merupakan tanda khas dari pterygium, maka
teori ini dianggap suatu mekanisme patogenesis.
2.2.4. Klasifikasi
Sampat saat ini, tidak terdapat sistem klasifikasi yang telah distandarisasi
untuk pterygium. Selain itu, Klasifikasi dan grading seroing digunakan secara
sinonim terhadap pterygium. Saat ini, yang sering digunakan adalah sistem
grading klinis yang dikemukakan oleh Donald H.Tan, yang didasarkan dengan
penampkan translusensi dari bagian body pterygium pada saat pemeriksaan slit
lamp:
1. T1 (Atrophic):
Lesi dengan pembuluh darah episklera yang terlihat dengan jelas pada
bagian body.
2. T2 (Intermediate)
Lesi dengan pembuluh darah episklera yang tidak dapat terlihat dengan
jelas atau terlihat secara parsial.
3. T3 (Fleshy)
Lesi yang tebal, dimana pembuluh darah episklera tidak dapat terlihat
sama sekali.
Pterygium juga dapat diklasifikasi berdasarkan lokasi nya pada bola mata.
Lesi dapat ditemukan pada sisi medial yang disebut area nasal (di dekat hidung),
di sisi lateral yang disebut area temporal (di dekat temple) atau pada kedua sisi,
yang disebut duplex.
terhadap
sinar
matahari,
terutama
UV-B
menyebabkan
Penyakit
Penyebab
Morfologi Lesi
Perbedaan
Phylctenular
Terkait dengan
Keratoconjunctiv reaksi
itis
hipersensitivitas
tipe
lambat
(delayed
hypersensitivity)
terhadap bakteri
(terutama
Staphylococcus
& TB) atau
protein
pada
makanan.
Sering terjadi
pada
anakanak.
Neo-formasi pada
konjunctiva
yang
berbatas tegas.
Terlihat seperti gel
(gel-like
appearance) yang
dikelilingi
oleh
kapiller.
Sering
menyebabkan
hiperemi
pada
konjunctiva
Penyingkiran
dengan melihat
morfologi lesi.
Pemeriksaan
Squamous-Cell
Carnicoma
(SCC) pada
Konjunctiva
Paparan kronis
terhadap radiasi
UV, HPV tipe
16
&
18,
inflamasi
kronis dll.
Permukaan
seperti
jelly
(gelatinous),
berisi
jaringan
fibrovaskuler,
terlihat
seperti
papilla.
Lokasi
paling
sering pada zona
infero-temporal
dari limbus.
Pinguecula
Bulat, menonjol,
berwarna putihkekuningan.
Lokasi paling
sering
pada
limbus, terdapat
simpul kapiler.
untuk TB dapat
dilakukan
Oleh pemeriksaan
histopatologi,
terdapat:
Epitel 2-3mm
lebih
tebal
daripada epitel
konjunctiva
normal (terdapat
acanthosis).
Merupakan
diagnosis banding
dari
pterygium
tipe I. Dapat
dibedakan
dari
morfologi lesi.
Sangat mirip
dengan
morfologi
pterygium.
Anamnese pasien
tentang riwayat
terjadinya ulkus
atau inflamasi.
Conjunctival
Lymphoma
Sering akibat
infeksi virus
Lesi
subkonjungtival
yang
bervaskularisasi
rendah
dan
berwarna merah
muda
Lesi rata (flat).
Lokasi tersering
pada
bagian
inferior
konjunctiva
bulbi.
Nodul
merah
terang yang rata.
Terdiri
dari
simpul
kapiler
konjunctiva dan
episklera.
Nodular
Episcleritis
Inflamasi pada
episklera
Epibulbar
Dermoid
Keadaan
patologis
kongenital.
Conjunctival
Papilloma
Dari morfologi
lesi dan
pemeriksaan
histopatologi.
Neo-formasi
yang terletak
antara limbus
dan tepi dari
kornea. Tidak
terdapat
vaskularisasi
abrnomal
Dari morfologi
lesi.
Pemeriksaan
histopatologi,
terdapat:
Inflamasi nongranulomatosa
disertai dengan
infiltrasi
perivaskuler
serta
vasodilatasi.
Dari morfologi
lesi.Terdapat
jaringan
epidermal.
Permukaan
terdiri
dari
epitel
konjunctiva atau
kornea.
Dapat
lewat
morfologi lesi,
tapi
untuk
diagnosa
definitif
diperlukan
pemeriksaan
histopatologi
2.2.8. Penatalaksanaan
1.
Farmakologis:
Pada kasus ringan, kemerahan dan rasa perih dari pterygium dapat diatasi
Pada teknik ini, pasien diberi anastesi local pada mata agar pasien
merasa nyaman. Jaringan korena abnormal diganti dengan graft tipis
dari jaringan normal. Metode ini dapat dilakukan karena adanya lem
jaringan. Lem ini terdiri dari protein pembeku darah.
2.2.9. Pencegahan
Secara teoritis, mengurangi paparan terhadap radiasi UV akan menurunkan
risiko terjadinya pterygium pada seorang individu. Pasien disarankan untuk
menggunakan topi yang memiliki pinggiran dan sebagai tambahan menggunakan
kacamata pelindung dari cahaya matahari. Tindakan pencegahan ini bahkan lebih
penting untuk pasien yang tinggal di daerah tropis dan subtropics, atau pada
pasien yang sering beraktifitas diluar.