Tonsil
Tonsil
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
permukaan yang terpapar, termasuk cekungan pada kripta dilapisi oleh mukosa.
Bakal tonsil timbul pada awal kehidupan fetus, dapat dilihat pada bulan keempat.
Mula mula sebagai invaginasi sederhana dari mukosa yang terletak diantara arkus brakial
ke II dan ke III pada kantung brankial ke II. Tonsil lidah dan tonsil faring berkembang
dengan cara yang sama seperti tonsil fausium. Tampak semua tonsil tumbuh dibelakang
membran faring, sehingga semua penonjolan epitel tumbuh ke dalam jaringan ikat yang
sudah ada di sekitar saluran cerna primitif. ( Ballenger JJ.1994)
2.2 . ANATOMI
2.2.1. Tonsila Palatina
Tonsila palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fossa
tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pillar anterior dan pillar posterior .
(Kornblut AD . 1991 ). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 20 25 mm, dengan lebar
15- 20 mm, dimana masing masing tonsil mempunyai
jaringan connective tissue seperti jaringan limpoid dan berisi sel limpoid . Tonsila palatina
kaya akan pembuluh darah yang berasal dari cabang arteri karotis eksterna. Pendarahan
utama tonsil berakhir pada bagian lateral tonsil, sedangkan arteri karotis interna berada kira
kira 2 cm posterolateral tonsil. Pendarahan lain pada
merupakan cabang dari arteri lingualis dorsal, sedangkan bagian inferior tonsil merupakan
cabang dari arteri fasialis dan bagian superior tonsil berasal dari arteri palatina desenden.
( Paparela.1991)
Sistem pendarahan vena pada tonsil melalui vena para tonsillar, vena vena ini
melalui pleksus faringeal atau vena fasial setelah bercabang pada otot konstriktor superior .
( Brodsky L, 2006)
Gambar 1.
tengkorak. Kedua plika ini akan bertemu diatas untuk bergabung dengan palatum molle,
serta kebagian bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral
faring. Dinding luar fossa tonsil terdiri dari M. konstriktor faringeus superior. sedang M.
tonsilofaringeus melekat pada kapsul tonsil pada pertemuan lobus atas dan bawah.
( Ballanger JJ .1994)
2.3.Glomerulonefritis Akut.
2.3.1.
Definisi
Glomerulonefritis adalah suatu terminologi umum yang menggambarkan adanya
inflamasi pada glomerulus, ditandai oleh proliferasi sel sel glomerulus akibat proses
imunologi. Glomerulonefritis terbagi atas akut dan kronis. Glomerulonefritis merupakan
penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada
anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronis dengan
penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar bersifat imunologis ( Noer , 2002 )
2.3.2. Etiologi
Glomerulonefritis akut paska streptokokus menyerang anak umur 5 15 tahun,
anak laki laki berpeluang menderita 2 kali lebih sering dibanding anak perempuan ,
timbul setelah 9 11 hari awitan infeksi streptokokus.( Noer . 2006. Nelson .2002 )
Timbulnya GNA didahului oleh infeksi bakteri streptokokus ekstra renal, terutama infeksi
di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh bakteri streptokokus golongan A tipe 4,
12, 25. Hubungan antara GNA dengan infeksi streptokokus dikemukakan pertama kali oleh
Lohlein tahun 1907 dengan alasan;
a. Timbul GNA setelah infeksi skarlatina
b. Diisolasinya bakteri streptokokus hemolitikus
2.3.3. Patogenesis
.Glomerulonefritis paska streptokokus dapat didahului oleh
infeksi streptokokus
terjadi
pembentukan komplek imun in situ ini telah ditetapkan sebagai mekanisme patogenesis
glomerulonefritis paska streptokokus. (Noer 2002 )
Suzuki et al, pada penelitiannya di Niigata, Jepang tahun 2004 terhadap 52 orang
penderita Ig A nepropati, mendapatkan hasil kultur tonsil terbanyak adalah haemopilus
parainfluenza yang merupakan bakteri paling banyak dijumpai pada saluran napas. Diduga
bakteri ini
menghasilkan
Ig
mesengium glomerulus ginjal sehingga dapat terjadi kerusakan ginjal yang menyebabkan
glomerulnefritis . (Suzuki . 2004 )
Rekola et al (2004) di Jepang, pada penelitiannyan dari 187 penderita Ig A nepropati
dijumpai 38 penderita glomerulonefritis akut , 53 % penderita dengan peningkatan ASTO
dengan
hasil
swab tonsil
bakteri
ini diyakini
tonsilektomi mandapatkan hasil dari aspirasi biopsi tonsil menemukan bakteri terbanyak
adalah stapilokokus 26 penderita ( 52 %). ( Inci 2005 )
2.3.4.Gejala klinis
Gejala yang sering ditemukan berupa hematuria, kadang dijumpai edema pada
daerah sekitar mata atau seluruh tubuh. Gambaran GNAPS yang paling sering ditemukan
adalah: hematuria, oligouria, edema dan hipertensi. Gejala gejala umum yang berkaitan
dengan permulaan penyakit seperti rasa lelah, anoreksia, demam, mual, muntah dan sakit
kepala. Hipertensi dijumpai 60 70 % GNA pada hari pertama, dijumpai juga gejala
gastrointestinal berupa muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare. ( Noer . 2002 )
2.4.
Impetigo
Impetigo merupakan infeksi pada permukaan kulit yang biasanya disebabkan oleh
bakteri stafilokokus dan streptokokus. Bakteri masuk melalui kulit yang luka dan dapat
juga melalui kontak langsung. Lokasi pada daerah muka dan sekitar hidung, kelainan kulit
berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah dan menjadi krusta tebal berwarna kuning.
Dapat terjadi glomerulonefritis ( 2 5 % ) (Djuanda , 2007 )
2.5. STREPTOKOKUS
Bakteri ini pertama sekali diidentifikasi oleh Billroth tahun 1874. Merupakan
kuman gram positif, yang bersifat nonmotile yang berpasangan, diameter bakteri 0,5 1,2
m, hampir semua merupakan kuman yang bersifat fakultatif anaerob, ( Rollins, 2000).
Streptokokus merupakan kokus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun
seperti rantai. Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai.
Anggota rantai tersebut sering membentuk gambaran diplokokus dan kadang kadang
terlihat seperti batang. Beberapa streptokokus menguraikan polisakarida kapsular seperti
pneumokokus, kapsul ini menggangu proses fagositosis. Dinding sel streptokokus
mengandung protein ( antigen M, T dan R ). Pertumbuhan sebagian besar streptokokus
patogen paling baik pada suhu 37 C, Streptokokus
dan hemolisin.
yang lebih dari 160 200 unit dianggap sangat tinggi dan
menunjukan adanya infeksi stretokokus yang baru terjadi atau adanya kadar antibodi yang
tinggi akibat respon imun yang berlebihan terhadap pajanan sebelumnya. ( Jawetz .2008 )
Dinding sel bakteri streptokokus hemolitikus yang terdiri dari peptidoglikan yang
berhubungan dengan lipoteichoic ( LTA ), dimana LTA ini diperkirakan sangat berperan
dalam peningkatan bakteri yang melekat pada sel epitel dinding faring. Streptokokus grup
A sering menyebabkan infeksi terbanyak pada saluran napas terutama pada anak 5 15
tahun. Komplikasi berupa bentuk supuratif abses peritonsil, abses retrofaring, otitis media,
sinusitis, bakterimia.
glomerulonefritis,
(Koneman. 1997 ).
Bakteri streptokokus dapat dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan kemampuan
menghancurkan sel darah merah yaitu : streptokokus hemoltikus jika dapat melakuakn
hemolisis lengkap, streptokokus
hemoltikus jika
antibodi terhadap streptolisin O yang dihasilkan oleh bakteri streptokokus. Terdapat 3 test
antibodi yang diakui untuk bakteri streptokokus yaitu: Antistreptolisin titer O,( ASTO),
Titer Antideoxyribonuklease-B ( anti Dnase- B) dan test Streptozime. (Mathew - 2006).
Antibodi ASTO muncul kira kira 1 sampai 2 minggu setelah infeksi
akan
memuncak pada 3 sampai 4 minggu setelah serangan , dan akan tetap meninggi selama
berbulan bulan. Peningkatan ASTO dapat merupakan suatu indikasi tubuh telah
terinfeksi bakteri Streptokokus pada saat sekarang atau telah terinfeksi sebelumnya. ( Kee,
2000).
Nilai normal ASTO pada anak 6 bulan 2 tahun 50 Todd unit /ml, 2 4 tahun 160
Todd unit /ml, 5 12 tahun adalah 170 Todd unit/ ml dan dewasa 160 Todd unit / ml.
Titer ASTO akan meningkat pada 75 80 % kasus GNAPS. ( Pardede. A , 2009 )
makrofag - makrofag dan partikel netrofil didalam tubuh yang merupakan mekanisme
pertahanan tubuh. Interleukin ( IL) seperti IL-1, IL-6 . dan tumor necrosis factor- juga
berperan dalam pertahanan tubuh pada fase akut. ( Unal , Ozturk 2002).
Secara sistemik proses imunologi dari tonsil terbagi 3 yaitu;
1) Respon imun tahap 1.
2) Respon imun tahap 2.
`
3) Migrasi limfosit.
Pada respon imun tahap 1 terjadi ketika antigen memasuki orofaring mengenai
epitel kripta yang merupakan kompartemen tonsil pertama sebagai barrier imunologi. Sel M
tidak hanya berperan untuk mentransport antigen melalui barrier tetapi juga membentuk
kompartemen intraepitel spesifik yang membawa material asing dalam konsentrasi yang
tinggi secara bersamaan. Respon imun tonsila palatina tahap kedua terjadi setelah antigen
melalui epitel kripta dan mencapai daerah ekstrafolikular atau folikel limfoid, sel plasma
tonsil juga menghasilkan lima jenis Ig ( Ig G 65 %, Ig A 30%, Ig M, Ig d, Ig E) yang
membantu melawan
limfosit.
Dari penelitian didapat bahwa migrasi limposit berlanjut terus menerus dari
2.8.
( Amirudin , 2006 )
Tonsilitis
2.8.1 Definisi
Tonsilitis adalah radang pada
peradangan faring.
tonsil palatina
yang
dapat
2.8.2. Etiologi
Bakteri
tonsil dan eksisi tonsil penderita tonsilitis kronis mendapatkan bakteri patogen terbanyak
dari eksisi tonsil adalah stapilokokus aureus 11 penderita
( 36 % ), streptokokus
pada
bakteri
menelan, demam, rasa mengganjal di tenggorokan, sakit pada telinga , napas berbau,
snoring ( Dhingra 2007. Brodsky , 2006 ).
2.8. 4 Penatalaksanaan
a. Obat - obatan
Tonsilitis dapat ditatalaksana dengan menjaga kesehatan mulut dan pemberian
antibiotika yang mengandung anti beta laktamase seperti amoksisilin asam klavulanat
atau klindamisin selama 3 sampai 6 minggu. ( Brodsky , 2006).
b. Tonsilektomi
Beberapa indikasi tonsilektomi yaitu
b.1 Absolut.