Isi
Isi
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Pandangan terhadap ilmu fisika mulai berubah sejak peristiwa bencana ultraungu
yang melahirkan hipotesis Planck, kemudian dilanjutkan oleh teori kuantum
cahaya yang dipublikasikan oleh Einstein dan percobaan Efek Compton. Era ini
kemudian ditandai dengan lahirnya fisika kuantum.
Teori kuantum kemudian berkembang seiring dengan formulasi matriks
Heisenberg dan mekanika gelombang yang digagas oleh Schrdinger. Gagasan
Schrdinger ini kemudian terkenal dengan nama persamaan Schrdinger.
Persamaan Schrdinger merupakan topik
kuantum. Aplikasinya bahkan dapat terlihat langsung pada fisika atom, nuklir, dan
zat padat. Persamaan ini tidak dapat diturunkan dari salah satu persamaan dalam
fisika klasik. Persamaan Schrdinger dipostulatkan adanya dan kebenarannya
diuji kesesuaiannya dengan hasil-hasil eksperimen.(1)
Penerapan persamaan Schrdinger dapat dijumpai pada solusi gerak partikel
dalam sebuah potensial seperti sumur potensial, tanggul potensial, dan osilator
harmonik. Peluruhan alfa, dioda tunel, dan inversi amoniak adalah beberapa
aplikasi persamaan Schrdinger pada tanggul potensial yang dikenal sebagai efek
terobosan.(1)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 2 ( x, t )
i ( x, t )
V ( x, t ) ( x, t )
t
2m x 2
(2.1)
Dasar perumusan dari persamaan (2.1) di atas dimulai dari tinjauan terhadap
gelombang datar satu dimensi yang merambat ke arah x
( x, t ) Ae i kx t Ae i px Et /
(2.2)
E
( x, t ) i ( x, t )
t
(2.3)
x
,
t
x, t
x 2
2
(2.4)
p i
x
E i
(2.5)
(2.6)
H ( x, t ) E ( x, t )
(2.7)
2m
2m x 2
(2.8)
(2.9)
akhirnya dengan menggabungkan persamaan (2.5), (2,7), dan (2,9) maka akan
didapatkan persamaan (2.1) yang merupakan persamaan Schrdinger bergantung
waktu.(2)
Aplikasi persamaan Schrdinger dalam banyak hal akan berkaitan dengan energi
potensial, yaitu besaran yang merupakan fungsi posisi dan tidak merupakan
fungsiwaktu. Untuk kasus energi potensial (V) tidak bergantung pada waktu (t)
secara eksplisit maka dapat dituliskan V = V(x). Dengan pemisahan variabel
yakni:
( x, t ) U ( x)T (t )
(2.10)
2 d 2U ( x)
V ( x)U ( x)EU ( x)
2m dx 2
(2.11)
dan
dT
ET (t ) (2.12)
dt
iEt
( x, t ) U ( x)e
iEt
(2.13)
(2.14)
(2.15)
sin
r r 2 sin
r 2 sin 2 2 2
r 2 r
5
(2.16)
dengan U U (r, , )
Dengan separasi variabel U (r, , ) = R(r) () ( ), persamaan (2.16) dapat
ditulis menjadi: (4)
1. persamaan azimuth, untuk
d 2
m2 0
2
d
(2.17)
(2.18)
(2.19)
Schrodinger untuk sebuah partikel yang berupa elektron yang bergerak dalam
medan potensial Coulomb yang dihasilkan oleh gaya tarik-menarik antara elektron
dengan inti, maka massa partikel tersebut sebenarnya merupakan massa sistem
proton-elektron yang tereduksi, yaitu
me m p
me m p
(2.20)
p2
2 2
2m e
2m
(2.21)
ke 2
r
(2.22)
2 2 ke 2
(r ) E (r )
2
m
r
(2.23)
me 4
1
32 n 2
2
2
0
(2.24)
Nilai energi ini hanya tergantung pada bilangan kuantum n, tidak pada l dan m.
Nilai-nilai bilangan kuantum l dan m dibatasi oleh nilai n. Adapun harga yang
diizinkan untuk ketiga bilangan kuantum tersebut adalah:
1. Bilangan kuantum utama;
n = 1, 2, 3,
l = 0, 1, 2, ., (n-1)
(2.25)
(
(
)
)(
(2.26)
m2
(1 x 2 ) y " 2 xy ' l (l 1)
y 0
1 x2
(2.27)
d
m2
2 dy
(
1
x
)
l
(
l
1
)
y 0
dx
dx
1 x2
(2.28)
atau
Solusinya berbentuk:
y (1 x )
2 m/2
dm
Pn ( x) Pnm ( x)
m
dx
(2.29)
1 d
dy
m2
sin
l
(
l
1
)
y 0
sin d
d
sin 2
10
(2.30)
d2y
dy
1 x ny 0
2
dx
dx
(2.31)
nn 1 2
r nn 1 n r 1 r
y C 0 1 nx
x 1
x
2
2
2!
r!
(2.32)
untuk C0 = n! Maka
2
2
n n 2 n 1 n 2 n 12 n 2
n 2 n 1 n 2 n 3
Ln x 1 x
x
x
x (2.33)
1!
2!
3!
Persamaan (2.33) ini dikenal sebagai Polinomial Laguerre, yang setara dengan:
Ln x e x
d n n x
x e
dx n
(2.34)
d2y
dy
k 1 x k 2 1
y 0
dx
2
4
4 x
dx 2
11
(2.35)
d 2Z
dZ
k 1 x
n k Z 0
2
dx
dx
(2.36)
dk
Ln x
dx k
(2.37)
(2.38)
Fungsi gelombang
Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak,
berarti ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan partikel.
Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol di semua posisi sebab
kemungkinan keberadaan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.
12
Untuk kasus
satu
dimensi,
13
BAB III
METODE PENELITIAN
(3.1)
Potensial sistem adalah energi potensial Coulomb yang diberikan oleh persamaan
V r
ke 2
r
(3.1)
sin
r 2 sin 2 2 2
r 2 r r r 2 sin
(3.3a)
1 2
1
1
2 2m
ke 2
0 (3.3b)
r
sin
r 2 sin 2 2 2
r
r 2 r r r 2 sin
14
(3.34)
(3.35)
(3.36)
15
Mulai
Studi Literatur
Pembahasan
Selesai
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan oleh
1 2 U
1
U
1
2U 2m
ke 2
U 0
r
sin
r 2 sin 2 2 2
r
r 2 r r r 2 sin
(4.1)
d 2
m2 0
d 2
2. persamaan polar, untuk
m2
1 d
d
sin
l l 1
0
sin d
d
sin 2
1 d 2 dR 2me
ke 2 l l 1
R 0
r
r 2 dr dr 2
r2
17
d 2
m2 0
2
d
Persamaan ini adalah PD orde 2 dengan solusi:
Aexpim
(4.2)
m 0,1,2,3,..........
(4.3)
Ae
* in
Ae in d 1
d =
A 2 1
2
1
2
ml
1
exp im
2
18
(4.4)
dx = - sin d
=-
m2
d
2 d
1 x
l l 1
0
dx
dx
1 x 2
m2
d
2 d
2x
1 x
l l 1
0
dx
dx 2
1 x 2
m2
2
x
l
l
0
dx
dx 2
1 x 2
1 x d
2
d
2x
l l 1 0
2
dx
dx
1 x d
2
Namakan
( )+
( ))
( (
( ))
( )
( )]
( )=(
)(
)) (
( ))
(
(
)
)
)(
(
(
) *(
)(
) *(
)
)
( (
)(
))(
1 x
2
''
2mx '
m
mm 2 x 2
1 x2
2 2
1 x2 1 x2
1 x
mx
2 xm 1 '
1 x2
2
1
1 x
2
1 x
2
"
"
2mx ' m
"
1 x
"
1 x
"
m
2
m
2
2
ll 1 mm 1 1 x
mm 2x 2
1 x
2 2
2 xm 1 "
m
2
. 0
2 x 2 mm 1
ll 1 mm 1. 0
1 x2
x 2 mm 2 2 x 2 mm 1
2mx ' 2mx ' 2 x ' m
ll 1 mm 1 0
1 x2
1 x
2
x2m2
2 x ' m
m 2 m ll 1 0
2
1 x
m2 1 x2
x2m2
2 x '
l
l
1
0
1 x2
1 x2
m2
2 x ' ll 1
0
2
1
20
Persamaan terakhir ini tidak lain adalah bentuk dari PD Legendre terasosiasi
dengan solusi berbentuk 1 x 2 2
dm
Pl x Pl m x
dx m
(4.5)
2 l m !
P cos P cos sin d 2l 1 l m!
m'
'
2l 1 l m !
A
2 l m !
maka solusi lengkap untuk persamaan polar diberikan oleh:
2l 1 l m ! m
lm
Pl cos
2 l m !
(4.6)
Pl m x 1 x 2
m
2
d
Pl x
dx
(4.7)
dan Pl (x) adalah polinomial Legendre ke-l yang didefinisikan oleh formula
Rodrigues
Pl x
l
1 d 2
x 1
l
2 l! dx
21
(4.8)
1 d 2 dR 2m
r
r 2 dr dr 2
ke 2 l l 1
E
R 0
2
r
r
Misalkan
8m | E |
r;
2
d dr
1/ 2
d
1 d
d dr
2ke 2 m
8 | E |
1/ 2
1
d 2 R 2 dR l l 1
R R 0
2
2
d
d
(4.9)
d 2R 1
R0
d 2 4
dengan solusi R( ) e p / 2 . Penyelesaian lengkap diandaikan mempunyai
ungkapan sebagai R ( ) G ( )e p / 2
22
R G e p / 2
1
R ' G ' e p / 2 G e / 2
2
1
1
1
R" G " e p / 2 G ' e / 2 G ' e / 2 G e / 2
2
2
4
1
d 2 G dG 1
2 dG 1 l l 1
4 G 0
d 2
d 2 d 4
2
atau
d 2 G 2 dG 1 l l 1
1
G 0
d 2 d
2
(4.10)
s vs v 1C
s
sv2
s vs v 1C
s
2
1 l l 1 s v
1s v Cs s v 1
2 Cs 0
s v2
2s v Cs s v 2 s v Cs s v 1 1Cs s v 1 l l 1Cs s v 2 0
s vs v 1 2s v l l 1C
sv2
1 s v Cs s v 1 0
s v s v 1 l l 1C s s v C s1 0
Karena Cs-1 = 0, didapatkan persamaan indisial dengan mengambil s = 0
vv 1 l l 1C 0 0
23
(4.11)
v1 l
v2 l 1
akar kedua menjadi tak hingga pada 0 yang berarti tak tentu sehingga dipilih
penyelesaian v1 l yang membuat persamaan (4.11) menjadi:
s l s l 1 l l 1C s s l C s 1
s l 1s l 2 l l 1C s 1 s l 1 C s
C s 1
s l 1
C
s l 1s l 2 l l 1 s
(4.12)
(4.13)
C s 1 1
Cs
s
Perbandingan antara dua suku yang berurutan ditentukan oleh
G s 1
Gs
s
yang setara dengan bentuk asimtotik bagi G l e sehingga R l e p / 2
Jelas ini ditolak sebagai solusi yang sesuai, kecuali jika deret G putus menjadi
suatu polinomial pada suatu suku tertentu.
24
n
8 | E |
m ke 2
n
2 E
2
1/ 2
nilai energi E kemudian dapat dihitung dari hubungan di atas, diberikan oleh
2
1 k
E n me 4
2 n
(4.14)
l l
G"
Z ( ) l .Z '
l 2 l
Z ( )
l l
Z ( ) 2
25
l l
Z ' l Z "
Z
(
Z
(
2
Z
2 Z ( ) 0
1 Z ( ) .Z
2
2
1
Z
(
.
Z
dan
1 l l 1 l
n 1 l Z l l 1 L Z
2 Z ( )
n 1 l l 1 2l
l
l2 l
suku Z: l
Z ( )
2
2 2 2
d 2Z
dZ
2 2l 1 n l 1Z 0
d
d
(4.15)
persamaan (4.15) ini tidak lain adalah persamaan differensial Laguerre terasosiasi,
yang mempunyai bentuk umum
d 2L
dL
q 1
p qL 0
2
d
d
(4.16)
2l 1 q 1 q 2l 1
n l 1 p q p n l
maka solusi untuk persamaan (4.15) adalah:
Z p L2nll1
Z Lqp
di mana Lqp
p
dq
p d
dan
p e masing-masing adalah
L
e
p
p
d q
d p
Rnl N nl l e / 2 L2nll1
(4.17)
N n
2
na 0
3
n 1!
3
2nn l !
1/ 2
(4.18)
di mana a 0
1
, adalah jari-jari Bohr. Solusi lengkap untuk persamaan
mk e
radial adalah:
2
Rnl
na
0
dengan
1/ 2
3
n 1!
3
2nn l !
2r
na0
27
l e / 2 L2nll1
(4.19)
nlm r , , R nl r lm m
(4.20)
di mana
2
Rnl
na
1/ 2
3
n 1!
3
2nn l !
lm
l e / 2 L2nll1
2l 1 l m ! m
Pl cos
2 l m !
1
exp im
2
1 k
E n me 4
2 n
dengan k adalah konstanta dielektrikum, m adalah massa elektron, adalah
tetapan Dirac, dan e adalah muatan elektron.
28
1
2
1
2
1
2
6
cos
2
1 i
e
2
3
sin
2
1
a0
1
2
a0
r r / 2 a0
e
2
3/ 2
a0
2 2a0
1
r r / 2 a0
e
3/ 2
2 6a 0 a 0
1
2 6a 0
3/ 2
r r / 2 a0
e
a0
27 18 r 2 r 2 e r / 3a0
a0
a0
81 3a0
1
2
6
cos
2
r r
6 e r / 3a0
3/ 2
a0 a0
81 6a0
1 i
e
2
3
sin
2
1
2
10
3 cos 2 1
4
1 i
e
2
15
sin cos
2
1
di mana a 0
mk e
3/ 2
4
4
81 6a0
3/ 2
r r
6 e r / 3a0
a0 a0
r2
4
81 30 a0
3/ 2
a0
r2
4
81 30 a0
r , ,
1
e r / a0
3/ 2
Rr
3/ 2
a0
e r / 3 a0
e r / 3 a0
29
3/ 2
e r / a0
r r / 2 a0
e
2
3/ 2
a0
4 2 a0
1
r r / 2 a0
e
cos
3/ 2
4 2 a 0 a 0
1
1
8 a0
3/ 2
r r / 2 a0
e
sine i
a0
1
81 3 a0
3/ 2
2
81 a0
3/ 2
1
81 a0
3/ 2
r r
6 e r / 3a0 cos
a0 a0
r r
6 e r / 3a0 sine i
a0 a0
r2
1
81 6 a0
3/ 2
a0
r2
1
81 a0
27 18 r 2 r 2 e r / 3a0
a0
a0
3/ 2
a0
e r / 3a0 3 cos 2 1
Berdasarkan solusi dari persamaan azimuth maka nilai untuk bilangan kuantum
magnetik (m)
m 0,1,2,3,..........
Bilangan kuantum magnetik ini berhubungan pula dengan solusi persamaan polar
yang bentuknya sesuai dengan persamaan Legendre terasosiasi. Dengan meninjau
ulang persamaan (4.7) dan (4.8)
Pl m x 1 x 2
m/2
d
Pl x
dx
l
l
1 d
Pl x l x 2 1
2 l! dx
Tampak bahwa persamaan (4.8) hanya terpenuhi jika nilai l adalah bilangan bulat
positif. Dari persamaan (4.7) operator diferensial m beroperasi pada x l sehingga
nilai m harus lebih kecil dari l karena jika sebaliknya maka persamaan (4.7) akan
bernilai nol. Sehingga ungkapan untuk m menjadi:
m 0,1,2,3,.......... l
30
(4.21)
1 k
E n me 4
2 n
dengan nilai
n 1,2,3,.........
(4.22)
l 0,1,2,3,.........n 1
(4.23)
IV.8 Degenerasi
Degenerasi yaitu keadaan untuk beberapa fungsi yang berbeda tetapi mempunyai
energi yang sama. Berdasarkan tabel (IV.1) untuk nilai n = 2 himpunan bilangan
kuantum yang mungkin bagi tingkat ini adalah (2, 0, 0), (2, 1, 1), (2, 1, 0), dan (2,
1, -1). Semua keadaan ini memiliki n = 2, dan karena itu semuanya memiliki
energi yang sama, karena energi hanya bergantung pada n. Oleh karena itu semua
keadaan ini terdegenerasi. Untuk nilai n = 2 ini dikatakan terdegenerasi rangkap
empat. Selanjutnya untuk nilai n= 3 maka ada sembilan kemungkinan himpunan
bilangan kuantum yang dapat terbentuk dari keadaan ini. Karena itu tingkat n = 3
terdegenerasi rangkap sembilan. Secara umum dapat dikatakan tingkat ke n
terdegenerasi rangkap n2.
31
Pr r 2 Rn ,l r
(4.24)
dengan nilai Rn,l telah ditentukan pada tabel IV.1. Berdasarkan tabel tersebut
maka nilai rapat probabilitas radial dapat ditentukan pada tabel di bawah ini.
l
n
1
2
0
0
P(r)
r2
4
a0
e 2 r / a0
1
r
2
r
3
a0
8a 0
1
r4
e r / a0
5
24a0
2
r / a0
e
4 r 2
r
r 2 2 r / 3a0
27
18
2
e
2
19683 a0 3
a0
a0
8 r4
19683 a0 5
r
6
a0
2 r / 3 a0
e
32
Berdasarkan tabel IV.2 maka plot rapat probabilitas radial untuk tiga keadaan
awal dapat ditunjukkan seperti pada lampiran H dengan sumbu Y menyatakan P(r)
atau peluang untuk menemukan elektron sedangkan sumbu X menyatakan r atau
posisi pada skala a0 (jari-jari Bohr)
33
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Persamaan
Schrodinger
untuk
potensial
Coulomb
diselesaikan
dengan
V.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnyaadalah :
1. Penelitian berikutnya dapat dilanjutkan untuk solusi secaranumerik.
2. Solusi analitik untuk bentuk potensial lain.
34
DAFTAR PUSTAKA
35