Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI BOTTOM LINE REPORT, AKUNTANSI SOSIAL, CSR

PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PEOPLE


DAN PLANET DI INDONESIA
Oleh : Mohammad Irfan SE.
ABSTRAK
Secara umum tujuan investor mendirikan perusahaan adalah untuk memberikan
kesejahteraan lebih kepada investor yang tercermin di nilai akhir sebuah laporan
keuangan (Bottom line report), dimana manajemen memang mendapat tuntutan
menciptakan nilai tersebut seoptimal mungkin. Keputusan pemerintah dalam
membuat aturan tentunya akan memberi efek kepada perusahaan, masyarakat
sekitar, publik (People) ataupun lingkungan (Planet) yang tercermin dalam
akuntansi sosial. Atas dasar inilah penulis ingin memberikan gambaran apakah
regulasi pemerintah sesuai dengan penerapan pencatatan di perusahaan, kebijakan
CSR perusahaan terhadap masyarakat sekitar ataupun lingkungan.
KATA KUNCI : Evaluasi kebijakan pemerintah terhadap CSR, hubungan
Laporan keuangan dan CSR, akuntansi sosial dan CSR.
PENDAHULUAN
Sebuah negara akan menjadi semakin maju ketika perekonomiannya juga
mendukungnya, oleh karena tujuh tahun setelah kemerdekaan Negara Indonesia,
tepatnya pada tanggal 3 Juni 1952 pemerintah segera membuka kembali pasar
modal (Nityaryana, 2013). Karena tujuan utama didirikannya pasar modal di
indonesia adalah untuk mempertemukan dua pihak yang berkepentingan yaitu
pihak investor dan pihak yang memerlukan dana (Yuniasih, 2014). Ketika ada
perubahan kepemilikan perusahaan tentunya kebijakan dan tuntutan perusahaan
kepada manajemen juga akan berubah dengan harapan pemasukan dana dari
investor akan membuat perusahaan menjadi lebih berkembang dan semakin besar,

dimana trend positif dari profitabilitas merupakan kunci perusahaan untuk


berkembang.
Tapi apakah profitabilitas yang semakin meningkat ini diimbangi dengan
tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat sekitar ataupun lingkungan yang
tercermin dalam etika dan akuntansi sosial? (Jabar, 2012) dalam penelitian
Rukmana (2004) menilai etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh
orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait
lainnya. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu
pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah,
masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang
menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka
inginkan. Peran pemerintah dalam isu CSR sangatlah diperlukan melalui
kebijakannya yang dapat dituangkan dalam undang-undang sebagai upaya untuk
memberikan dorongan dan perhatian serius bagi dunia usaha agar memiliki
motivasi yang kuat dalam konsistensi pelaksanaan program CSR yang baik
(Mulkhan, 2011), Keseimbangan antara pemerintah yang memberi aturan,
kebijakan perusahaan, masyarakat dan lingkungan yang mendapatkan akibat
secara langsung akan eksistensi perusahaan akan memberikan sinergi positif
sehingga tujuan negara dari sisi perekonomian dapat tercapai.
PEMBAHASAN
Evaluasi Bottom Line Report
Tujuan pendirian perusahaan dapat di bedakan menjadi tujuan ekonomis dan
tujuan sosial. Tujuan ekonomis berkenaan dengan upaya perusahaan untuk
mempertahankan eksistensinya. Dalam hal ini perusahaan berupaya menciptakan
laba, dengan memusatkan perhatian kepada kebutuhan masyarakat, dan lain
sebagianya. Sedangkan tujuan sosial adalah perusahaan di harapkan untuk
memperhatikan keinginan investor , karyawan penyedia faktor - faktor produksi
maupun masyarakat luas, kedua tujuan perusahaan ini diharapkan saling

mendukung untuk mencapai tujuan utama perusahaan, yaitu memberikan


kepuasan kepada keinginan konsumen.
Dalam kenyataannya tujuan ini banyak menguntungkan dari sisi investor, kritik
tentang perusahaan yang tidak peduli dengan tanggung jawab sosial dan
lingkungan banyak dikemukakan baik secara langsung seperti halnya demonstrasi
atau unjuk rasa maupun tidak lengsung dengan menggunakan media cetak dan
media visual, Joel Baker dan Jennifer About (2003) dalam buku dan filmnya
menyoroti tentang asal usul perusahaan, bagaimana mereka hidup, hasrat
hidupnya, efek lingkungan sekitarnya dan cara menyikapinya, perusahaan adalah
piagam bukan sebagai individu, bukan group orang, tetapi sebagai orang yang
legal, bagian dari perusahaan ini sangat terstruktur dan termanajemen dengan
baik, mereka menggadeng perusahaan lainnya, badan hukum, pemerintah, orangorang pintar, dan sejumlah kalangan yang bisa dilibatkan dalam rangka
memberikan kesejahteraan bersama dalam team tersebut, oleh karena itu sebuah
perusahaan tidak dapat tumbuh dengan baik bahkan tidak bisa terjadi tanpa
dukungan dari yang lain.
Perkumpulan orang pintar ini melakukan riset pasar, mencari jalan pintas dalam
hal produk atau servis. perusahaan memberikan servis yang terbaik, membuat
produk yang simple dan hidup menjadi lebih baik. Mereka juga sangat
memperhatikan hal-hal detail sepertihalnya sisi harga, kenyamanan, model dan
riset dari pesaing-pesaingnya. Akibat hasrat yang tercermin di bottom line report
perusahaan ini, mereka fokus, tidak peduli bagaimana mencapainya dan seringkali
mengesampingkan moral, mereka tidak peduli dengan lingkungan, membuat
produk buruk (racun), banyak wawancara dengan mantan CEO, dan masyarakat
pada umumnya mengatakan bahwa perusahaan adalah sebagai raja yang lalim,
pohon beringin, ikan hiu, predator, rantai makanan tertinggi.
Akuntansi sosial
Adanya pergeseran dari pandangan tradisional ke arah kesejahteraan sosial, telah
mendorong lahirnya akuntansi sosial ekonomi yang merupakan sub disiplin
akuntansi untuk memfokuskan perhatiannya terhadap dampak sosial yang

ditimbulkan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik dampak sosial yang bersifat
positif (menguntungkan) maupun yang bersifat negatif (merugikan).
Lahirnya akuntansi sosial merupakan hasil dari upaya untuk mengakomodasi
kebutuhan perusahan dalam melakukan pertanggungjawaban sosial kepada
masyarakat. Tujuan utama dari akuntansi sosial adalah untuk mendorong
kesatuan-kesatuan usaha yang berada didalam sistem pasar bebas agar lebih
memperhatikan dampak kegiatan produksi mereka terhadap lingkungan sosial
melalui pengukuran internalisasi dan pengungkapan dalam ikhtisar keuangan
mereka (Belkaoui, 2000)
Selama ini produk akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk
mempertanggungjawabkan kinerja ekonomi perusahan kepada investor, kreditor,
dan pemerintah. Dimana kinerja yang dilakukan oleh manajer hanya untuk
memajukan kepentingan finansial perusahaan dengan cara mengejar keuntungan
semaksimal mungkin, tanpa mempertimbangkan akibat dari tindakan keuangan
bisnis yang mereka jalankan terhadap mutu kehidupan lingkungan (Belkaoui,
2000).
Penelitian

yang

dilakukan

oleh Utomo

(2000)

menyimpulkan

bahwa

pengungkapan sosial oleh perusahaanperusahaan di Indonesia relatif masih


sangat rendah, dan diduga perusahaan tidak memanfaatkan laporan tahunan
sebagai

media

komunikasi

antara

perusahaan

dan Stakeholders lainnya.

Sementara penelitian Heny dan Murtanto (2001) menunjukkan bahwa tingkat


pengungkapan sosial di Indonesia masih relatif rendah yaitu 42,32 %.
Pengungkapan sosial dilakukan oleh perusahaan paling banyak ditemui pada
bagian catatan atas laporan keuangan dan tipe pengungkapan yang paling banyak
digunakan adalah tipe naratif kualitatif.
Beberapa contoh permasalahan sosial pada perusahaan di indonesia (Samodra,
2011)
No Contoh kasus

Lokasi

Permasalahan Sosial

01. PT.Inti Indo Rayon


Utama

Porsea
Dihentikan operasional karena adanya
Propinsi . Sumatera masalah lingkungan dan masalah

02.
03.
04.
05.
06.
07.

08.

09.
10.

Utara
dengan masyarakat sekitar industri
Lhokseumawe Aceh
Menghentikan kegiatan produksi
PT. Exxon mobils
utara
karena faktor stabilitas keamanan
Prop . DI Aceh
Penarikan distribusi, pemasaran, dan
PT.Ajinamoto Indonesia Jakarta
aktifitas produksi karena masalah
sertifikasi halal oleh MUI
Mendapatkan protes dari masyarakat
Beberapa Perusahaan
Propisi Riau
setempat sehubungan permasalahan
kertas di Riau
limbah industri dan lingkungan
Sidoarjo
Permasalahan demo buruh dan isu
PT.Maspion Indonesia
Surabaya
kesejahteraan karyawan
Jawa Timur
Serikat Karyawan (Sekar) PT.Telkom
Divre IV
PT.Telkom Indonesia
menolak penjualan Divre IV Kepada
Jateng dan DIY
PT.Indosat
Serikat Pekerja menolak Divestasi
PT. BCA
Jakarta
saham BCA
Serikat Pekerja menolak kembalinya
Dewan Direksi lama, karena dianggap
PT.Kereta Api Indonesia Jakarta
bertanggung jawab atas beberapa
kasus kecelakaan kereta api yang
terjadi di Indonesia
Tuntutan Karyawan atas gaji, upah
Bank Internasional
Jakarta
dan peningkatan kesejahteraan
Indonesia (BII)
pekerja
Mogok Kerja Massal karyawan
Kediri
PT.Gudang Garam
menuntut perbaikan gaji dan
Jawa Timur
kesejahteraan pekerja.

CSR Perusahaan
Corporate Social Responsibility (CSR) secara sederhana dapat diartikan
bagaimana sebuah perusahaan mengelola proses usaha yang dijalankan untuk
menghasilkan pengaruh positif di masyarakat. Dalam bukunya amin widjaja
(2008). Menurut Basuki dan Corry (2009) Corporate Social Responsibility (CSR)
memberikan dipengaruhi tekanan masayarakat, tekanan organisasi lingkungan,
dan media massa, sehingga CSR adalah komitmen berkelanjutan perusahaan
untuk berprilaku secara etis dan berkontribusi kepada pengembangan ekonomi
dengan tetap meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarga

cmereka, begitu juga halnya dengan masyarakat sekitar perusahaan dan


masyarakat secara keseluruhan .
Menurut Zhegal & Ahmed (1990) dalam (Retno,2006) mengidentifikasi hal-hal
yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sbb.:
1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau
perbaikan

terhadap kerusakan lingkungan,

konservasi alam,

dan

pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.


2. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll.
3. Praktik bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas dan
perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.
Gagasan yang lebih konfrehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial
perusahaan ini. Paling kurang sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap
dan diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab
sosial perusahaan:
1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi
kepentingan masyarakat luas.
2. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber
daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan
keuntungan bagi perusahaan tersebut
3. Dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan
memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatankegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas.
4. Dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial
yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut
akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut
Bagaimana penerapan CSR di indonesia? Wakil presiden indonesia mengakui
banyaknya moral yang dilupakan didalam perusahaan dan memberikan peringkat
kepada 50 BUMN yang buruk pengelolaan lingkungannya. Dari hasil Proper
2009, terdapat 50 BUMN yang berperingkat buruk Proper yaitu 10 BUMN
berperingkat hitam, 9 BUMN berperingkat merah minus dan 31 BUMN
berperingkat merah Daftar hitam pertama PT Pertamina Golden Spike di Muara

Enim yang merupakan perusahaan dengan high profile, dan perlu menerapkan
pengungkapan sosial yang lebih baik (Lazuardi), kamil (2012) dan Retno (2006).
Kebijakan Pemerintah
Pemerintah telah mengatur Corporate Social Responsibility (CSR) yang mana
salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan yang sesuai
dengan isi Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.
Undang-undang tersebut mewajibkan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam melakukan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Dalam Pasal 66 ayat 2c Undang-Undang Perseroan Terbatas No.
40 tahun 2007 juga dinyatakan bahwa semua perusahaan wajib untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan.
Pasal 74 menegaskan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan, yang mana kewajiban tersebut dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Apabila kewajiban tersebut tidak
dijalankan maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Selanjutnya dalam penjelasan pasal tersebut ditegaskan
pula mengenai tujuan diberlakukannya kewajiban CSR, untuk tetap menciptakan
hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma, dan budaya masyarakat.
Upaya perusahaan menerapkan CSR memerlukan sinergi dari pemerintah dan
masyarakat. Pemerintah sebagai regulator diharapkan mampu berperan menumbuh
kembangkan penerpan CSR, tanpa membebani perusahaan secara berlebihan. Peran
masyarakat juga diperlukan dalam upaya perusahaan memperoleh rasa aman dan
kelancaran dalam berusaha. (Silvana, 2011)

Pengaturan mengenai CSR dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 25


Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM). Walaupun sejatinya dalam UU
PM istilah yang digunakan bukan tanggung jawab sosial dan lingkungan
melainkan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam Pasal 15 disebutkan salah

satu kewajiban penanam modal adalah melaksanakan tanggung jawab sosial


perusahaan. Tanggung jawab ini bersifat melekat pada setiap perusahaan penanam
modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat.
Sanksi yang dapat diberikan ketika kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 tidak dijalankan, dikenai sanksi administratif berupa:

Peringatan tertulis;

Pembatasan kegiatan usaha;

Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal; atau

Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Sanksi administratif tersebut diberikan oleh instansi atau lembaga yang


berwenang dan tidak menutup kemungkinan perusahaan diberikan sanksi lainnya
sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

yang

berlaku

(Adhari,2015). Pengaturan mengenai sanksi lain selain administratif menjadi


sangat penting ketika sanksi administratif tidak mampu mempertahankan agar
ketentuan tanggung jawab lingkungan dan sosial yang ada dilaksanakan. Sanksi
alternatif selain administratif seharusnya menjadi isu penting pula yang perlu
dipertimbangkan

dalam

kebijakan

pemberlakuan

CSR

dan

kewajiban

pengungkapan akuntansi sosial dalam aturan tentang penanaman modal masih


dalam porsi kualitatif bukan kuantitatif.
PENUTUP
Tekanan dari shareholder atas bottom line report kepada pihak manajemen
membuat manajemen berfikir bagaimana caranya memberikan laporan terbaik
dengan cara menggandeng pemerintah hal ini tercermin dari kebijakan lunak
pemerintah akan pengungkapan akuntansi sosial yang masih sebatas kualitatif
bukan kuantitatif, hal tersebut merugikan masyarakat sekitar, publik dan
lingkungan. Penulis berpendapat kerjasama masyarakat, pemerhati lingkungan
dan akademisi dalam mengukur efek negatif perusahaan secara kuantitatif belum
bisa terukur karena banyaknya variabel yang berbeda beda, dan kemugkinan

muara dari implementasi akuntansi sosial tersebut kembali ke politik dan


perusahaan yang berada di piramida tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Mulkhan, Unang dan Maulana Agung Pratama. 2011. Peran Pemerintah dalam
Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Upaya Mendorong
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Diterbitkan dalam
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.2, No.1, JanuariJuni 2011.
Silvana Haliwela, Nancy. 2011. Tinjauan hukum tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility/csr). Diterbitkan dalam Jurnal
Sasi Vol. 17 No. 4 Bulan Oktober Desember 2011.
Henny dan Murtanto. 2001. Analisis Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan.
Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 1, no. 2: 21-48.
Utomo, Muhammad Muslim, 2000 Praktek Pengungkapan Sosial Pada
LaporanTahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan Antara
Perusahaan High Profile dan Low Profile). Simposium Nasional Akuntansi
IV, IAI
Lazuardi Mulyono, Fadlian Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial
pada laporan tahunan perusahaan publik di indonesia Jurnal Universitas
Gunadharma. Depok.
Basuki dan Corry Natasha Patrioty.2009.Pengaruh regulasi pemerintah, tekanan
masyarakat, tekanan organisasi lingkungan, tekanan media massa, terhadap
corporate social disclosure. Ekuitas Vol. 15 No. 1 Maret 2011.
Kamil, Ahmad dan Antonius Heru Prasetya. 2012. Pengaruh karakteristik
perusahaan terhadap luas pengungkapan kegiatan corporate social
responsibility.
Retno A. Fr. Reni. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan
Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa
Efek Jakarta) Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang, 23-26 Agustus
2006
Jabar Malik, Kurniawan 2012. Etika Bisnis Dalam Berbisnis
http://warnadangoresanpena.blogspot.co.id/2012/10/etika-bisnis-dalamberbisnis.html. 16 Oktober 2012
Baker, Joel dan Jennifer About 2003 the corporation
Nityaryana, 2013 Sejarah Pasar Modal Indonesia Hingga Tahun 2013
https://nityaryana.wordpress.com/2013/04/05/bagaimana-sejarah-pasarmodal-indonesia/ april 2015
Yuniasih,
Eli
2014.
Tujuan
dan
fungsi
pasar
modal
http://ekonomiplanner.blogspot.co.id/2014/06/tujuan-dan-fungsi-pasarmodal.html. 21 Juni 2014.
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000 Teori Akuntansi Jilid I Edisi Pertama,Terjemahan.
Salemba Empat, Jakarta.

Adhari, Ade.
2015 Tinjauan Yuridis: Kebijakan
Pemberlakuan
Tanggung
Jawab Corporate
Social
Responsibilty (CSR)
https://www.linkedin.com/pulse/kebijakan-pemberlakuan-tanggung-jawabcorporate-social-emli-training. 12 Februari 2015.
Samodra,
Agung.
2011.
Jurnal
Akuntansi
Sosial
https://resum.wordpress.com/2011/01/16/jurnal-akuntansi-sosial/. 16 Januari
2011

Anda mungkin juga menyukai