Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penerbit
GarudaUNS
Desain Sampul:
Hisyam Latif
Ucapan Terimakasih
Pengantar
Berkiprah dalam gerakan mahasiswa adalah pilihan yang
saya putuskan sejak tahun pertama saya menyandang status
sebagai mahasiswa. Bagi saya, gerakan mahasiswa bukan hanya
menjadi wadah untuk beraktualisasi, namun menjadi tempat
menempa kedewasaan diri, kawah candradimuka yang menguji
matang/tidaknya pola pikir dan pola sikap, serta rumah singgah
yang mengantarkan saya menemukan sahabat sejati.
Buku ini tak hadir dengan perencanaan yang matang. Ia
hanya menghimpun kumpulan kegelisahan yang saya tuliskan
secara bebas dalam blog pribadi selama tiga tahun terakhir.
Begitu labil, emosional, dan penuh paradoks.
Memang, tak butuh waktu lama untuk menghimpun
tulisan yang terserak ini. Namun, perlu dorongan yang sangat
besar untuk membaginya secara massif ke hadapan pembaca
sekalian.
Tulisan ini adalah cermin untuk berkaca pada masa lalu
yang penuh inkonsistensi, menyadarkan saya bahwa proses ini
belumlah usai, dan mungkin tak akan pernah selesai.
Dengan berbagi, saya berharap hati saya menjadi lapang
untuk membuka ruang penerimaan. Sekaligus, membuka ruang
kritik dan koreksi untuk memperbaiki kualitas diri.
Tak dapat saya berkata banyak. Semoga Alloh swt
menunjukkan kita ke jalan-Nya yang lurus.
Surakarta, 29 November 2014
Alikta Hasnah Safitri
Daftar Isi
Membingkai Potret Intelektual Muda Indonesia, Sebuah
Refleksi 7
Karena Kita Adalah KAMMI 21
Mencari Jalan Pulang 27
Ya, Memang Beginilah KAMMI.. 33
Refleksi 15 Tahun Kelahiran KAMMI dan Reformasi : Antara
Tuntutan, Realita, dan Harapan 37
Merayakan Keberagaman KAMMI 42
Merajut Benang-Benang Epistemologi Paradigma Gerakan
KAMMI 48
Korupsi dan Budaya Jawa 70
Jelang Satu Periode 76
Mencermati Pelabelan Kultural-Struktural dalam Tubuh
KAMMI 80
Belajar dari Kunjungan ke KAMMI UNY 85
Membingkai Potret Pengkaderan KAMMI: Sebuah Harapan
Mencetak Kaderisasi Mandiri dalam Tubuh KAMMI 88
Pseudo-independence KAMMI 102
Alternatif Dauroh Khas KAMMI UNS 107
Model Kaderisasi Integratif KAMMI UNS 114
Merumusan Platform Kader Siyasi Kampus UNS 122
Tentang Aksi KAMMI Esok Hari 130
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Sumber Bacaan:
Islam, R. J. (2013, November 15). Jejak Islam untuk Bangsa. Retrieved Oktober 4,
2014,
from
Hari-Hari
Terakhir
Hadji
Samanhoedi;
Pejuang
yang
Ter(Di)Lupakan: http://www.jejakislam.net/?p=225
Multatuli. (2008). Max Havelaar. Jakarta: Penerbit Narasi.
Prasetyo, E. (2008). Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin. Yogyakarta: Resist
Book.
Puspito, I. (2009). IMM sebagai Mata Rantai Intelektual Muslim. In C. N.
Saluz,Dynamics of Islamic Student Movements (pp. 77-103). Yogyakarta: Resist Book.
Raharjo, M. D. (1996). Cendekiawan Indonesia, Masyarakat dan Negara: Wacana
Lintas Kultural. In Kebebasan Cendekiawan, Refleksi Kaum Muda.Jakarta: Pustaka
Republika.
Sulastomo. (2000). Hari-Hari yang Panjang 1963-1966. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Wahib, A. (2013). Pergolakan Pemikiran Islam. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Yudha, D. P. (1996). Peran Cendekiawan dan Dinamika Masyarakat, Sebuah Refleksi.
In Kebebeasan Cendekiawan, Refleksi Kaum Muda (pp. 60-74). Yogyakarta: Pustaka
Republika.
_______________________________
[1] Yudha, D.P ; Peran Cendekiawan dalam Dinamika Masyarakat
[2] maksudnya, melepaskan rakyat dari penderitaan akibat kolonilalisme
[3] Eko Prasetyo, Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin hal 180
[4] ibid, hal 189
sumber asli: Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 19121926 hal 181
19
[5] Kelak, Hadji Misbach mengalami perbedaan prinsip yang cukup besar dengan
kalangan SI sehingga ia keluar dan mendirikan Partai Komunis Indonesia. Ini
pelajaran berharga yang patut dicatat dalam sejarah, bukan dihilangkan karena
dianggap sebagai aib.
[6] Eko Prasetyo, Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin hal 189
[7] Dikisahkan, kaum Hindia adalah keturunan Kanaan, putra nabi Nuh yang enggan
mengimani risalah yang dibawa ayahnya.
[8] Multatuli, Max Havelaar halaman 165
[9] Tan Malaka tidak pernah menamai sekolah tersebut dengan nama Sekolah
Kerakyatan. Para sejarawan lah yang kemudian menamakan dengan nama tersebut
karena orientasi pendidikannya berakar pada permasalahan dan kebutuhan rakyat.
[10] Sulastomo, Hari-Hari yang Panjang Hal 115
[11] Ibid, hal 121
[12] Dynamics of Islamic Student Movements, hal 85
20
21
spesialisasinya
masing-masing,
entah
di
bidang
22
esoknya guru Kewarganegaraan di SMA saya menyindir habishabisan tindakan aksi yang saya ikuti dengan tak lupa sedikit
mendelik ke arah saya. Saat itu saya baru kelas 1 SMA, benarbenar drop, down, mati kutu, apapun namanya itu.
Dengan adanya kata AKSI itu, saya memasung sama sekali
keinginan saya untuk bergabung dengan KAMMI. Cukuplah saya
memberikan kontribusi saya untuk dakwah di LDK di kampus
manapun saya berada nantinya, begitu pikir saya.
Semakin menguatkan pemikiran saya kala itu, saya pun
membuat dalih macam-macam dalam otak saya: Memangnya
kenapa kalau saya tidak ikut KAMMI? Toh, bukan KAMMI yang
saya junjung tinggi. Hanya Allah dan Rasul-Nya yang wajib saya
bela sampai mati.
Jadi, meskipun ketika itu murobbi berkisah lagi tentang
KAMMI, atau ketika mbak dan mas saya yang lebih dulu
melanjutkan studi ke perguruan tinggi mengatakan bahwa
mereka masuk dan bergabung bersama KAMMI, saya kukuh dan
kokoh, tak tergoda.
Sampai di suatu kesempatan, saya bertanya pada seorang
kakak yang saya kenal baik sejak SMA. Mbak, kenapa memilih
KAMMI, bukan organisasi mahasiswa lain?
Dari hasil diskusi dengan beliau, saya pun belajar dengan
menyimpulkan.
Ya. KAMMI tak lain memang hanyalah sebuah wajihah
dakwah. Namun dengan menunjukkan kata hanya, tak berarti ia
23
24
getar-getar
aneh
pertanda
cinta
yang
menggebu
25
26
27
Bukan, tentu bukan karena ICES. Saya rasakan forumforum yang kering dari nilai-nilai intelektualitas, miskin diskusi
dan dialektika, sekadar ceramah satu arah, Tanya jawab, lalu
selesai. Diskusi yang tak diimbangi dengan diskursus dan bacaan
komprehensif serta ketidakjelasan materi, yang sekali lagi
membuat saya kecewa karena dari sekian banyak buku yang saya
baca, tak ada satu pun yang dijadikan landasan dalam
berdialektika. Saya coba maklumi itu. Saya coba pahami bahwa
inilah kesatuan. Kesatuan pandang dalam menyikapi masalah.
Kesatuan arah dalam memandang persoalan. Dan kesatuan
gerak dalam menjawab tantangan kehidupan. Ya, karena ini
barisan yang bersatu. Karena inilah yang disebut Kesatuan.
Maka mulailah saya coba mencari alasan itu. Jawaban dari
pertanyaan Mengapa yang normalnya dijawab dengan kata
karena bla bla bla . Karena KAMMI adalah organisasi yang
komprehensif.
Lengkap
dengan
gerakan
dakwah
tauhid,
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
setiap
organisasi
Dewan
Mahasiswa
di
kampus
38
parahnya.
sejak 20
dengan
aksi
besar-besaran
hingga
menilbulkan
diturunkannya Soeharto,
diberantasnya
KKN,
39
40
pengusung
utama
digelontorkannya
41
teori
perkembangan
kepribadian
yang
42
sama.
Mahasiswa
mencoba
mengaktualisasikan
43
Dua Kutub
Pada dasarnya, dalam setiap ruang, manusia memiliki
penyikapan yang beragam atas situasi yang dihadapi.
Penyikapan ini, hemat penulis, bisa digolongkan dalam dua
kategori ekstrem, yaitu adaptasi dan rekayasa. Sederhananya,
jika kita sedang berada dalam sebuah ruangan yang panas,
adaptasi yang kita lakukan adalah dengan menyesuaikan tubuh
kita agar bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
melepas jaket yang dikenakan, misalnya. Sementara, rekayasa
yang bisa kita lakukan adalah dengan mengubah kondisi
lingkungan, misal dengan menyalakan kipas angin atau
membuka jendela agar terjadi sirkulasi udara.
Demikian
pula
yang
kaum
muda
lakukan
dalam
44
45
46
terhadap
keberagaman
ini
tak
hanya
akan
47
48
pendefinisian
unsur-unsur
yang
tercakup
dalam
49
Benang
50
51
maruf.
Liberasi
atau
pembebasan
merupakan
52
maju, dan lebih insani itu disebut amar maruf, sementara usaha
guna mencegah segala bentuk kejahatan dan kemerosotan nilainilai kemanusiaan itu disebut nahi munkar.[5]
Dan pada akhirnya, marilah kita maknai dalam-dalam
mengenai apa yang disampaikan Ust. Fathi Yakan berkaitan
dengan definisi dakwah. Beliau mengatakan bahwa dakwah
adalah
menghancurkan
dan
membangun, maksudnya
menghancurkan jahiliah dengan segala macam bentuknya, baik
jahiliah pola pikir maupun jahiliah perundang-undangan dan
hukum, setelah itu membangun masyarakat Islam berlandaskan
Islam dalam bentuk, isi, perundang-undangan dan cara hidup,
maupun dalam persepsi keyakinan terhadap alam, manusia, dan
kehidupan[6].
Maka, demikianlah
pada
prinsip-prinsip
kemanusiaan
yang
53
54
Pengetahuan,
karena
Dirinya
adalah
Sumber
55
sehingga
ia
dituntut
memiliki
etos
kerja
56
gerakan
pembebasan yang
tidak
memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politikekonomi yang membatasi. 4) Gerakan Sosial Independen
bertujuan menegakkan nilai sosial politik yang tidak bergantung
pada institusi manapun, termasuk Negara, partai, maupun
lembaga donor.
Penulis
akan
mengawali
pembahasan
ini
dengan
57
atau
memproduksi
barang
sehingga
58
politik
partai,
KAMMI
adalah
gerakan
Politik
59
dari
Partai
Keadilan
Sejahtera
yang
memang
60
yang berlebihan
61
guna
62
terkait
independensinya
sebagai
gerakan
politik
63
Disebut
pseudo-tolerance
karena
toleransi
yang
nyata dari
memutuskan
fitrah
untuk
64
65
yang meneruskannya,
mengkritiknya.[12]
dan
tentu
saja
akan
ada
yang
akan
tergantung
dari
bagaimana
ide-ide
itu
66
Feeling guilty is a big deal for some, since the others choose
to prove theyre guilty or not-Adiwena
Dalam tulisan ini, saya mencoba berbicara mengenai
Paradigma Gerakan KAMMI yang sampai saat ini belum memiliki
keterangan tafsir lebih lanjut selain dari gambaran umum yang
telah ada dengan interpretasi semau saya. Pastilah sangat
dangkal dan tidak ilmiah, tak lain disebabkan oleh kedangkalan
pengetahuan, sedikitnya wacana dan sumber referensi, serta
terbatasnya ruang dan waktu. Lebih lanjut, saya pun menyadari
bahwa upaya konklusi per poin atas Paradigma Gerakan dengan
Kredo Gerakan dengan tujuan memberikan kesan mendalam
malah semakin memberi kesan ketidak-ilmiahan dalam tulisan
ini.
Namun, saya harap tulisan ini bisa menjadi prasasti dan
kenangan indah atas ikhtiar terbaik yang bisa saya berikan dalam
mengerjakan salah satu penugasan sebelum mengikuti Dauroh
Marhalah 2 KAMMDA Sleman. Karena bagi saya DM 2 bukanlah
sekedar peningkatan jenjang marhalah semata, melainkan
sebuah langkah awal untuk lebih menghayati ke-KAMMI-an saya,
belajar mencintainya dengan adanya acuan kepada sikap kritis
dan pertimbangan matang, sehingga pengikutan atas dasar
kecintaan itu pun dapat sepenuhnya dipertanggungjawabkan.
Yang membuat saya tidak mencintai secara membabi-buta, akan
tetapi tetap kritis dengan pertimbangan akal sehat.
Kritik
67
68
Pattimahu,
lihat
Istilah ini mengutip essai yang ditulis oleh Prio Pramono dalam
Kolom Edisi 004, Agustus 2011 yang berjudul : Pseudo-Toleransi :
Metode Dakwah Al-Qardlawi Dan Masa Depan Pluralisme Kita
[11] Badan Pengelola Latihan Kader 1 HMI Cabang Sukoharjo
2012 dalam Tafsir Independensi Himpunan Mahasiswa Islam, hal
73
69
70
71
yang
menjadi
pertanyaan
adalah,
akankah
72
sebab
para
elite
yang
selalu
berbicara
mengenai
dan
lembaga
keagamaan
Islam
khususnya,
73
sejatinya
komitmen
KAMMI
dalam
74
75
76
77
78
yang
membuatku
merasakan
Semoga bertahan.
79
80
Diskusi
Kultural)
maupun
website
81
82
83
84
hal
yang
menjadi
Kebijakan
Publik,
Sosial
Masyarakat,
dan
DPW
85
86
87
88
89
90
91
dan
lurus
alasan
peserta
aqidahnya,
tidak
2.
Peserta mengetahui semua gerakan
mahasiswa yang ada di Indonesia dan mengetahui
perbedaan masing-masing.
3.
Peserta
memahami
kondisi
di
Indonesia.
4.
Mengetahui
pemahaman
92
peserta
5.
Mengetahui tentang KAMMI dan tahu
alasan mengapa ikut DM1.
93
94
lakukan.
Tidak
ada
kritik
mendasar
mengenai
95
dengan
Panduan
Kerja
Nasional
yang
96
97
98
99
Pengertian-Pengertian
tentang
Dasar
100
101
Pseudo-independence KAMMI
Relasi KAMMI dan independensi politiknya merupakan
sebuah perbincangan yang tidak akan habis untuk diwacanakan
sebab dalam waktu yang lama KAMMI telah terjerat dalam jalan
buntu dialektika yang dibuatnya sendiri mengenai hubungannya
dengan Partai Politik tertentu. Kita boleh membuat berbagai
macam argumen yang rasional (maupun tidak) untuk
membenarkan bahwa KAMMI adalah organisasi mahasiswa yang
independen. Itu sah-sah saja. Akan tetapi dalam aktifitas
keseharian organisasi ini, nyata terlihat bahwa metode yang
digunakan dalam rekruitmen anggota baru, kurikula yang
digunakan dalam proses kaderisasi, serta sistem penjagaan
kader, telah menempatkan KAMMI sebagai identitas formal
untuk melembagakan diri dalam afiliasi kader pada partai politik
yang bersangkutan.
Jika Paradigma Gerakan KAMMI adalah cerminan dari
metodologi berpikir dan bertindak, maka sejatinya saat ini kita
tengah berkaca pada cermin yang buram. Buramnya cermin ini
adalah karena adanya gap antara apa yang ada dalam pantulan
cermin dengan diri kita yang tengah berkaca di depannya.
Buramnya kaca (gap) bisa kita maknai sebagai sikap pseudoindependence KAMMI. Disebut pseudo-independence karena
independensi yang selama ini diterapkan adalah sikap
independen yang setengah-setengah, penuh kompromi dan
tidak didasari oleh niat yang utuh. Disatu sisi KAMMI
menegaskan sikap independennya, namun disisi lain tetap
membuka kran kerjasama (bahkan hubungan mesra) dengan
partai politik tersebut.
102
ikatan
yang
terjalin
antara
keduanya
susah
memang
optimisme
memperjuangkan
independensi KAMMI secara bulat utuh harus dipendam dalamdalam mengingat betapa secara struktural KAMMI lebih memilih
setia dengan ikatan kultural-ideologis yang dibangun secara
emosional daripada kembali pada khittah konstitusinya sebagai
organisasi yang independen.
Realisasi Independensi KAMMI, Mungkinkah?
Di tengah skeptisisme dan pesimisme tersebut, saya
meyakini bahwa pilar independensi bukan hanya sebatas
tampilan luar secara organisatoris, akan tetapi menjadi spirit
yang melandasi pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan yang
diambil oleh tiap pribadi yang menisbahkan dirinya sebagai
bagian dari kesatuan. Sehingga, poin intinya bukanlah terletak
pada output, bukan pada mereka yang selama menjadi aktifis
tergabung dalam kesatuan lantas setelahnya menjadi politikus
yang berkecimpung dalam percaturan politik praktis, melainkan
103
104
akan
105
tetapi dari yang sederhana itu, harus saya akui betapa berat dan
lelahnya berjalan di atasnya sampai sejauh ini.
Billahi Fii Sabilil haq Fastabiqul Khairat.
106
107
108
Materi
Tanggungjawab
Intelektual
Mahasiswa
Dalam Konteks
Gerakan Dakwah
Kampus
Pokok Bahasan
1. Definisi
siapa
mahasiswa
intelektual
Anatomi
masyarakat islam
(Yusuf Qhardawi)
1.
Mengidentifikasi pemikiran
Yusuf Qardhawi
2.
Menganalisis
yusuf
pemikiran
Qardawi
relevansinya
dan
terhadap
Studi
perbandingan
tokoh
pemikir
islam modern
- Jamaluddin Al Afghani
- Muhammad Abduh
- M. Rashid Ridha
109
Lintasan Sejarah
perkembangan
gerakan
Pembaharuan
Islam
di
Indonesia
Sejarah
Pergerakan
mahasiswa
1.
2.
3.
110
10
Refleksi Sejarah
Pergerakan
MahasiswaRekonstruksi
Pola
Gerakan
Mahasiswa yang
mampu
menjawab
Tantangan
Zaman
1.
Merefleksikan
sejarah
pergerakan mahasiswa yang
merupakan
warisan
dari
NKK/BKK dengan polarisasi
mainstream
gerakan
yang
menyebabkan
pemodelan
spesifikasi gerakan
2.
Membuat
gerakan
formulasi
mahasiswa
baru
yang
12
Quo
Vadis
Gerakan
Intelektual
Mahasiswa
Jurnalistik
Investigasi dan
Riset Gerakan
Mahasiswa
dan
Profesionalisme
Kepakaran, antara Fakta dan RealitaMengukur Peran Mahasiswa dalam
Pembangunan
1. Metode
investigasi
dalam
mendapatkan berita, data dan
informasi
yang
akurat
dan
populer
2. Mengolah data dan mengemas
informasi
3. Kaidah-kaidah asas riset gerakan,
perbedaannya
dengan
riset
akademis
4. Merancang kerangka dasar riset
gerakan
13
Manajeman Isu
dan Propaganda
111
14
Manajemen
Jaringan
(Network
Society)
takstis
membangun
Gagasan
Kebangkitan
Gerakan
Mahasiswa
ala
KAMMI
112
113
114
Madrasah KAMMI
115
116
117
118
119
konseptualisasi
Islam
di
sektor
strategis
sesuai
keahlian/kepakaran/disiplin
ilmu yang digeluti dengan
membentuk/berjuang dalam wajihah amal sesuai bidang yang
menjadi lahan garapnya.
Gambaran yang terbentuk dari penjelasan diatas tentunya
masih sangat abstrak, akan tetapi hal tersebut merupakan ikhtiar
dari segenap pelaksana kaderisasi KAMMI UNS untuk
mewujudkan tujuan organisasi sebagaimana yang telah disebut
di muka.
Penutup
Saat dengan bangga dan lantangnya kita selaku kader
KAMMI menyebut diri sebagai agent of change, agent of social
control, maupun agen-agen lainnya, sudah selayaknya kita
mengimbangi slogan dan label tersebut dengan meningkatkan
kapasitas keilmuan kita.
Ada beragam jalan yang telah coba diupayakan, dari
mulai Madrasah KAMMI, ICES, maupun ragam varian diskusi dan
dauroh, yang dibutuhkan adalah kemauan dari pribadi kita
sebagai pembelajar yang selalu haus dengan terus membaca,
bertanya, dan mengetuk setiap pintu keilmuan yang ada.
Memang belum sempurna, mungkin belum ideal, ada
begitu banyak celah yang kurang disana-sini, namun salah satu
hal yang mampu menutup celah itu adalah kehadiran kita, kita
yang pernah dan telah berikrar bergabung menjadi bagian dari
kesatuan ini. Dengan segala kekurangan yang ada, setulusnya
saya meyakini, bahwa model kaderisasi integratif ini adalah
jawaban untuk membebaskan diri dari slogan dan label yang
kosong menjadi lebih berisi dan penuh kebermaknaan.
120
121
122
123
Kaderisasi KAMMI
124
Kader KAMMI
(menguasai IJDK)
Amal Siyasi
Lembaga Amal
Siyasi
Amal Dawiy
Lembaga Amal
Dawiy
Amal Ilmy
Lembaga Amal
Ilmy
125
126
127
Sumber Referensi
Atian, A. (2010). Menuju Kemenangan Dakwah Kampus.
Surakarta: Era Intermedia.
128
129
yang
dilakukan
intelegen
Australia
merugikan
130
Mengapa
pemerintah
seolah
tidak
menyelesaikan persoalan ini secara sistematis?
berusaha
131
132
sabtu
kemarin,
kawan-kawan
GMNI
UNS
pemantik,
dua
orang
kawan
GMNI
UNS
133
tujuan
pendidikan
sekolah
rakyatnya,
yakni:
134
135
136
jika sistem perkuliahan yang kita jalani selama ini pelan tapi pasti
malah merenggut kesadaran humanis kita? Ah, bagaimana bisa?
Kita harus menyalakan lilin, bukan mengutuk kegelapan.
Begitu kata orang. Maka, dengan keyakinan tersebut, saya masih
sangat percaya bahwa kaderisasi gerakan mahasiswa eksternal
mampu menjadi titik tolak pendidikan yang membebaskan,
pendidikan yang menumbuhkan nilai dan kesadaran, pendidikan
yang membuat kita merdeka dalam pikir, tindak, dan laku.
Saat ini, kaderisasi gerakan mahasiswa eksternal masih
kembang
kempis
didera
banyak
persoalan.
Kita
sibuk
137
sinilah
saya
paham
bahwa semua
ilmu
mengajar,
138
atau
pengetahuan
yang dimilikinya.
139
140
141
tetapi,
cukupkah
angka-angka
tersebut
mewakili
dilakukan
oleh
pengelola,
sehingga
didapatkanlah
142
Untuk
Indonesia.
Ia
mencoba
mengajak
kader
143
berusaha
membentuk
dan
Beberapa
lainnya
merasa
optimis.
Mereka
144
145
sebuah
keluarga,
agaknya
Yunda
Zahra
perlu
146
147
148
149
rakyat dan
150
Karno
Mendidik
rakyat
agar
cerdas
151
pernah
terjadi
dalam
perjuangan
152
1.
2.
153
berharap
bisa
menjadi
saksi
sejarah
yang
154
yang
diharapkan.
Meskipun
memang
KIDS
telah
155
renstra
tersebut,
harapan
yang
ku
tumpukan
pada
sistem
156
157
TENTANG PENULIS:
Alikta Hasnah Safitri adalah mahasiswi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret. Terhitung
sejak awal tahun 2012 aktif dalam
kepengurusan KAMMI UNS. Saat ini,
masih menikmati perannya sebagai
admin website resmi KAMMI UNS
(kammiuns.org) dan Dewan Redaksi Jurnal KAMMI Kultural
(kammikultural.org).
158