Anda di halaman 1dari 16

Pendahluan

Pengertian trauma dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis.
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontunuitas dari
jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba tiba
terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan.
Aplikasinya dalam pelayanan Kedokteran Forensik adalah untuk membuat keterangan suatu
tindak kekerasan yang terjadi pada seseorang.4

Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan

berbagai

kekerasan

(rudapaksa).

Sementara

luka

adalah

suatu

keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kekerasan dapat dibedakan berdasarkan


sifatnya, yaitu :
mekanik
- kekerasan oleh benda tumpul
- kekerasan oleh benda tajam
- tembakan senjata api
fisika
- suhu
- listrik
- petir
- perubahan tekanan udara
- akustik
- radiasi
kimia
- asam atau basa kuat
Luka akibat kekerasan benda tumpul
Luka jenis ini disebabkan benda yang memiliki permukaan tumpul.
a. Memar

Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit karena pecahnya kapiler dan
vena. Luka memar sering kali member petujuk tentang bentuk benda penyebab lukanya, misal
jejas ban (marginal haemorrhage). Faktor yang mempegaruhi letak, bentuk, dan luas luka memar
yaitu besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin,
corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit.
Perubahan warna pada luka memar dapat secara kasar digunakan untuk memperkirakan
usianya. Saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ugu atau hitam, setelah
4 sampai 5 hari akan berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari,
dan menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Dalam medikolegal, interpretasi luka memar
merupakan hal penting.
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelm kematian biasanya aka
menunjjukkan pembengkakan dan infiltrasi arahdalam jaringan sehingga dapat di bedakan dari
lebam mayat denan cara penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pasca mati) darah akan
mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan
akan tampak bersih, sedangkan pada hematom pemampang sayatan akan tetap tampak merah
kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi extravasasi darah yang
dapat mengacaukan pemeriksaan ini.
b. Luka lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing. Sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas, tubuh
terbentul aspar, atau benda tersebut yang bergerak dan menyentuh kulit. Luka lecet
diklasifikasikan sebagai berikut:

Luka lecet gores (scratch)


luka lecet ini disebabkan oleh benda runcing yang menggeser lapisa permukaan kulit di
depannya, sehingga lapisan terangkat, dan hal ini dapat menunjukkan arah kekerasan.
Luka lecet serut (graze)
luka lecet ini merupakan variasi luka lecet gores dengan daerah persentuhan dengan
permukaan kulit lebih lebar. Letak tumpukan epitel menunjukkan arah kekerasan.
Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)

luka lecet ini disebabkan penjejakan benda tumpul pada kulit, sehingga sering digunakan
utuk megidentifikasi benda penyebab luka yang khas karena bentuk luka menyerupai,
seperti gigitan, kisi-kisi radiator mobil, dan lain sebagainya. Luka ini berwarna lebih

gelap dari jaringan sekitar.


Luka lecet geser (friction abration)
luka lecet ini disebabkan tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, seperti pada
kasus gantung atau jerat.

c. Luka robek
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan batas elastisitas kulit terlampaui. Ciri luka ini umumnya tidak
beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk
dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka.

d. Cedera Kepala
Tulang tengkorak yang tidak terlindung kulit hanya mampu menahan benturan sampai 40
pound/inch2, tetapi bila terlindung kulit dapat menahan sampai 425.900 pound/inch 2. Cedera
kepala juga dapat mengakibatkan perdarahan tengkorak, perdarahan epidural, subdural, dan
subarachnoid, juga kerusakan selaput otak dan jaringan otak.
e. Cedera Leher (Whiplash Injury)
Cedera leher dapat terjadi pada penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang, yang
mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepala yang disusul hiperfleksi.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang dan medula oblongata.
f. Trauma Pada Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas didefinisikan sebagai serangkaian peristiwa dari kejadian yang
tidak diduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau kematian.
Dapat juga diartikan sebagai peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau
kerugian harta benda.

Kasus kematian akibat kekerasan benda tumpul terbanyak ditemukan pada kecelakaan
lalu lintas. Pada kecelakaan lalu lintas, tersangkut beberapa pihak, yaitu pejalan kaki, pengemudi
kendaraan, penumpang, dan sebagainya. Pada pejalan kaki, luka-luka dapat terjadi akibat
benturan pertama (benturan yang pertama terjadi antara korban dengan kendaraan), benturan
kedua (benturan kedua antara korban dan kendaraan), dan luka sekunder (akibat benturan dengan
objek lain, misalnya jalan, kaki-lima). Cedera pertama berupa patah tulang lutut atau kaki karena
bumper, kemudian pejalan kaki tersebut akan terlempar ke atas dan kepala mengenai bagian luar
bingkai kaca dan dapat terjadi cedera kepala dan patah tulang leher. Jika mengenai truk, bus, atau
mini bus, cedera dapat mengenai seluruh badan dari kepala sampai kaki, termasuk organ-organ
dalam tubuh (paru, toraks, hati, limpa, pancreas, usus, dan ginjal). Setelah tertabrak kendaraan,
korban akan terlempar dan cedera lagi karena tubuh membentur jalan, trotoar, pohon, tiang
listrik, atau terlindas mobil, bahkan terkena kendaraan lain.
Pada pejalan kaki, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan, di
antaranya faktor dari korban sendiri (posisi, keadaan fisik), faktor dari kendaraan (jenis,
kecepatan, jarak), dan faktor keadaan jalan (permukaan jalan).
Luka-luka pada pengendara sepeda hampir sama dengan pejalan kaki, tetapi luka-luka
sekundernya lebih parah. Pada golongan usia tua, dipikirkan kemungkinan penyakit yang
mengakibatkan kehilangan kontrol (inkapasitas).
Pada penumpang kendaraan roda tiga atau lebih, penting untuk menentukan posisi korban
dalam kendaraan saat kecelakaan. Pada pengemudi, luka karena pergelangan tangan karena
menahan kemudi sering ditemukan, juga luka pada femur dan pelvis karena menginjak pedal
dengan kuat. Sedangkan, pengendara sepeda motor bila ditabrak pengendara lain, maka akan
dijumpai luka benturan pertama, benturan kedua, dan luka sekunder lebih parah.

FKUI
Luka akibat kekerasan benda tajam
Trauma tajam adalah sebuah trauma yang diakibatkan oleh senjata atau benda benda
yang memiliki tepi yang tajam atau runcing (seperti pisau, gunting dan kaca).
a) Luka Tusuk

Luka tusuk merupakan trauma yang diakibatkan benda tajam (trauma tajam). Luka tusuk
ini terjadi akibat tusukan benda tajam dengan arah kurang lebih tagak lurus terhadap kulit.Lebar
luka yang ditimbulkan pada kulit jarang sekali memberikan gambaran dari kedalaman luka
tusuk. Luka tusuk diakibatkan oleh suatu gerakan aktif maju yang cepat atau suatu dorongan
pada tubuh dengan sebuah alat yang ujungnya tajam.
Karakteristik luka tusuk
a) Kedalaman luka
Pemakaian istilah luka penetrasi ditunjukkan untuk menjelaskan dimana dalaman luka
yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak pada permukaan kulit.
Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang seperti di daerah abdomen oleh karena
elastisitas dinding perut tersebut.
Panjang saluran luka atau kedalaman luka dapat mengindikasikan panjang minimun dari
senjata yang digunakan. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang
ditusukan sampai kepangkal senjata.
b) Lebar luka
Kebanyakan luka tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi
sebagai akibat elastisitas dari kulit. Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar
berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Lebar luka
penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan mewakili lebar alat. Lebar
luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari lebar alat, apalagi bila luka melintang terhadap
otot.
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan lebar
alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping waktu
menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan
posisi yang miring.
C) bentuk luka
Pinggir luka dapat menunjukan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut
tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan
luka dengan dua pinggir tajam

Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat, obeng atau
gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang berbentuk segi empat
atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah
reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya
menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan
mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali
melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran
biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun
pada organ.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga
luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran
luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar
senjata yang digunakan.
4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai
landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian
superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan
besar.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat autopsi.
Posisi membungkuk, berputar, dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata yang lebih
pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk
memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya
kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa
anggota tubuh pada saat penusukan.
Pemeriksaan luka tusuk
Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen yang tajam yang perlu
diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban yaitu tanda
percobaan dan luka perlawanan. Keduanaya mempunyai bentuk, letak dan medikolegal. tanda
percobaan adalah insisi dangkal, luka tusuk dibuat sebelum luka yang fatal oleh individu yang

berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan terletak dekat
dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya antara lain luka
tusuk dangkal didekat luka tusuk dalam dan mematikan
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah luka perlawanan. Luka
jenis ini dapat ditemukan di jari-jari, tangan, dan lengan bawah (jarang ditempat lain) dari korban
sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya dengan
menggenggam bilah dari instrumen tajam.
Dalam

pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh

dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga. Pemeriksaan ditujukan untuk menentukan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Jumlah luka
Lokasi luka
Arah luka
Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan.
Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan.
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah daerah yang berdekatan dengan

garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah tubuh, ketiak, puting
susu, pusat, persendian dan lain lain.
Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa atau difoto untuk menggambarkan
kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila perlu organ dalam (viseral). Diukur
secara tepat (dalam ukuran millimeter atau centimeter) tidak boleh dalam ukuran kira kira saja.
Bunuh Diri
Pembunuhan
Lokalisasi di sembarang tempat, Lokalisasi pada daerah tubuh
juga di

yang mudah

daerah tubuh yang tak mungkin dicapai

tubuh

korban

(dada,

dicapai

perut)

tangan korban
Jumlah luka dapat satu/lebih

Jumlah luka yang mematikan

Didapatkan

tanda

biasanya satu
perlawanan Tidak
ditemukan

Luka

dari korban
yang

menyebabkan

tangkisan
Pakaian ikut terkoyak

Tangkisan
luka
Bila pada daerah yang ada
pakaian, maka
pakaian

disingkirkan

lebih

dahulu, sehingga
Ditemukan Luka Tusuk

tidak ikut terkoyak


Tidak ditemukan Luka Tusuk

Percobaan

Percobaan

b. Luka iris / luka sayat (incised wound)


Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh
karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan kemudian
digeserkan sepanjang kulit.
Karakteristik luka iris :

Pinggir luka rata


Sudut luka tajam
Rambut ikut terpoton
Jembatan jaringan ( -)
Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang
Tepi dari luka iris cenderung memisahkan atau membuat celah pada permukaan.

Perluasan dari luka dan bentuk tersebut bergantung pada paralel, melintang, atau
miring ke arah serat yang elastis di kulit (garis Langer). Dengan demikian, garis paralel
dari luka iris ke arah serat kontraktil celahnya kurang dari satu dibuat di sudut kanan
atau miring ke arah serat karena serat akan menarik dan memisahkan tepi kulit.luka
tangkisan/perlawanan pada telapak tangan menandakan upaya untuk memegang
sebuah pisau.
Pembunuhan
Bunuh Diri
Sebenarnya sukar membunuh Lokalisasi luka pada daerah

seseorang dengan irisan, kecuali tubuh yang dapat


kalau fisik korban jauh lebih dicapai korban sendiri:
lemah dari pelaku atau korban

leher

dalam

pergelangan tangan

keadaan/dibuat tidak berdaya

lekuk siku, lekuk lutut

pelipatan paha
Luka di sembarang tempat, juga Ditemukan Luka Iris Percobaan
pada daerah
tubuh yang tidak mungkin dicapai
tangan
korban sendiri
Ditemukan Luka tangkisan/ Tidak
tanda perlawanan

Luka

Tangkisan

Pakaian ikut koyak akibat senjata Pakaian


tajam tersebut

ditemukan

disingkirkan

dahulu/tidak ikut robek

Luka Bacok ( Chop Wounds)


Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak
tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh :
pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal. Kehadiran luka iris yang terdapat pada kulit,
dengan fraktur comminuted mendasari atau terdapat alur yang dalam pada tulang,
menunjukkan bahwa disebabkan oleh senjata yang bersifat membacok.
Karakteristik pada luka bacok:

Luka biasanya besar


Pinggir luka rata
Sudut luka tajam
Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian tubuh
yang terkena bacokan

Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, abrasi

LUKA TEMBAK
Senapan dan pistol memiliki amunisi dan kartrij yang terdiri dari primer, mesiu
atau propellant dan peluru atau projektil. Apabila picu dari senjata menghentam primer
maka ledakan yang tercetus akan membakar mesiu. Mesiu, primer yang tervaporisasi
dan metal dapat menempel pada kulit dan/atau pakaian korban. Kehadiran dan lokasi
dari elemen primer pada tangan dapat membantu dalam mengenalpasti suspek yang

telah melepaskan tembakan.


Mesiu yang keluar dari mncung senjata terdiri dari dua jenis:
Mesiu yang terbakar sepenuhnya, juga dipanggil sebagai soot atau fouling yang

dapat dicuci dari permukaan kulit.


Partikel dari mesiu yang terbakar atau tidak terbakar yang dapat tertanam di
permukaan kulit atau memberikan gambaran tattooing atau stippling
Ada atau tidaknya mesiu pada pakaian atau kulit mengindikasikan apakah tembakan

merupakan:
tembakan kontak kencang
semua mesiu ditemukan pada tepi atau dalam luka. Dapat juga ditemukan luka bakar
pada tepi luka atau kemerahan pada sekitar luka yang disebabkan oleh karbon

monoksida.
tembakan kontak longgar
mesiu keluar dari barrel dan tertanam di sekitar tepi luka
tembakan jarak dekat
tembakan jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebih enam sampai dengan dua
belas inci. Kedua fouling dan stipling dapat ditemukan.
tembakan jarak intermediet
tembakan jarak dekat ditemukan pada jarak kurang lebihdua belas sampai tiga kaki.
Tidak ditemukan fouling tapi Cuma ditemukan stipling atau deposit partikel pada

pakaian.
tembakan jarak jauh
tidak ditemukan fouling dan stipling
luka tembak masuk dan luka tembak keluar mudah dibedakan. Luka tembak masuk
lebih sering berbentuk sirkuler dengan abrasi berbentuk cincin yang diakibatkan oleh
geseran peluru dan perforasi kulit. Luka tembak masuk pada wajah dapat memberikan
gambaran berbeda oleh karena permukaanya yang tidak rata.
Luka tembak keluar dapat berbentuk sirkuler seperti luka tembak masuk namun lebih
sering berbentuk irregular. Luka dapat memberikan gambaran tepi yang tidak rata, tidak

memiliki cincin abrasi seperti luka tembakmasuk kecuali sekiranya kulit korban
menempel dengan objek lain.
Kulit pada luka tembak keluar dapat ditemukan perubahan warna oleh karena
perdarahan pada jaringan lunak. (2)

Kualifikasi luka
Dalam membuat kesimpulan luka sebaiknya dokter juga menentukan derajat keparahan
luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Yang diharapkan dari dokter
untuk dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat ringannya luka yang dialami korban
pada waktu atau selama perawatan dilakukannya.4
Kualifikasi luka yang dapat dibuat oleh dokter adalah menyatakan pasien mengalami luka
ringan , sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak
menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian, tidak mengganggu kegiatan sehari
hari. Sedangkan luka berat harus di disesuaikan dengan ketentuan undang undang yaitu yang
diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah keadaan luka antara luka ringan dan luka
berat.4
KUHP Pasal 90; luka berat berarti:4

a) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
b)
c)
d)
e)

menimbulkan bahaya maut,


Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian.
Kehilangan salah satu panca indera
Mendapat cacat berat.
Menderita sakit lumpuh

f)

Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih

g) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.


Kualifikasi di atas secara terperinci dapat di bagi dalam empat kualifikasi derajat luka,
5

yaitu :
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi sakit atau tidak mendapat halangan dalam melakukan
pekerjaan atau jabatan.
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan tidak ada halangan untuk melakukan pekerjaan atau
3.

jabatannya
Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan pekerjaan atau

4.

jabatannya.
Orang yang bersangkutan mengalami :
Penyakit atau luka yang tidak ada harapan untuk sembuh.
Dapat mendatangkan bahaya maut.
Tidak dapat menjalankan pekerjaan
Tidak dapat menggunakan salah satu panca indra
Terganggu pikiran lebih dari 4 minggu
keguguran
Hal ini perlu dipahami oleh dokter karena ini merupakan jembatan untuk menyampaikan
derajat kualifikasi luka dari sudut pandang medik untuk penegak hukum.4
Penerapan penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang menimbulkan
bahaya maut, misalnya bila seorang korban mendapat luka di perut yang mengenai hati, yang
menyebabkan perdarahan hebat sehingga dapat mengacam jiwa. Walaupun pasien akhirnya
sembuh tetapi di dalam VeR dokter dapat menggambarkan keadaan ini dalam kata kata,
korban mengalami luka tusuk di perut mengenai jaringan hati yang menyebabkan perdarahan
banyak yang dapat mengancam jiwa pasien. Ungkapan ini akan mengingatkan para penegak
hukum bahwa korban telah mengalami luka berat.4
II.7. Kualifikasi Luka 5,9,13
Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu Kedokteran

Forensik sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XX


pasal 351 dan 352 serta Bab IX pasal 90.
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi
orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya,
atau menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90
Luka berat berarti:
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
(3) Kehilangan salah satu pancaindera;
(4) Mendapat cacat berat;

(5) Menderita sakit lumpuh;


(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran
Forensik.. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004.
Hal 67-91.
Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran
Forensik. Binarupa Aksara: Jakarta 1997. Hal
2.5 Penyebab kematian
Penyebab kematian dapat terjadi segera atau langsung, tetapi perlukaan dapat juga
menyebabkan kematian secara tidak langsung. Penyebab kematian langsung dapat berupa : 4
1. Perdarahan luas (syok hipovolemik)1,4 dan banyak dapat terjadi di dalam rongga tubuh atau di
luar rongga tubuh. Volume darah ada kira kira 7 -10 % atau 1/13 berat badan. Kehilangan 1/3
bagian dari volume darah tubuh secara tiba- tiba dapat menyebabkan kematian. Kehilangan
darah yang demikian ini mengakibatkan syok dan meninggal bila tidak dilakukan penanganan
yang tepat dan cepat, sedangkan kehilangan darah secara perlahan - lahan

tidak begitu

membahayakan oleh karena tubuh dapat mengkompensasinya. Perdarahan di dalam rongga


tubuh dapat kita jumpai pada luka tusuk yang mengenai organ organ dalam seperti jantung,
paru paru, hati dan limpa. kalau dijumpai lebih dari satu luka, maka harus ditentukan yang
mana yang menyebabkan kematian korban.4
2. Luka pada organ vital. Bila yang terluka adalah organ vital, seperti jantung, paru, limpa, hati,
ginkal, pembuluh darah besar akan menyebabkan kematian lebih cepat. Perdarahan pada kantung
pericardium sebanyak 300- 400 cc telah dapat menyebabkan kematian karena terjadi tamponade
jantung. Demikian juga darah sejumlah 200 300 cc yang menyumbat saluran pernafasan dapat
menyebabkan kematian karena asfiksia.1,4
Kematian yang timbul dalam jangka waktu yang lama, yang bukan primer oleh karena
lukanya, disebut penyebab kematian secara tidak langsung. Yang termasuk hal hal ini adalah :1,4
1. Inflamasi dari organ organ dalam tubuh, seperti meningitis, encephalotos, pleuritis dan
peritonitis.
2. Infeksi sepsis dari luka yang dapat mengakibatkan septicemia dari luka lama yang tidak sembuh
dan luka ini bisa primer ataupun sekunder.
3. Gangren atau nekrosis sebagai akibat kerusakan jaringan jaringan dan pembuluh darah.
4. Trombosis pada pembuluh darah vena dan emboli yang terjadi akibat immobilisasi.

2.6 Aspek medikolegal


Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban hidup atau meninggal yang
menderita luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan mengenai jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan/senjata
atau benda yang menyebabkan luka, dan derajat luka.8
Pada penentuan luka secara medikolegal seperti pada tindakan bunuh diri, pembunuhan
atau kecelakaan dapat ditentukan dengan mengumpulkan semua data pemeriksaan korban. Aspek
yang harus diperhatikan dalam kasus bunuh diri dan pembunuhan :4
a) Bunuh diri
Pada pemeriksaan luka dengan teliti sering didapatkan satu atau lebih luka lebih dangkal
dan berjalan sejajar disekitar luka utama, luka tersebut adalah luka percobaan. Selain dada
dalam hal ini daerah jantung maka pada daerah perut yang biasanya di daerah lambung, adalah
merupakan daerah daerah yang sering dipilih korban untuk kasus kasus bunuh diri. Dengan
adanya senjata yang tergenggam erat cadaveric spasm hamper dapat ditentukan dengan
pastikan bahwa korban telah melakukan bunuh diri.8
b) Pembunuhan
Jumlah luka umumnya lebih dari satu, tidak mempunyai lokasi atau tempat khusus,
seringkali didapati luka-luka yang didapat sewaktu korban mengadakan perlawanan - luka
perlawanan.8

BAB III
KESIMPULAN

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban hidup atau meninggal yang


menderita luka akibat kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan mengenai jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan/senjata
atau benda yang menyebabkan luka, dan derajat luka.

DAFTAR PUSTAKA

3.

Apuranto, Hariadi. Luka tajam [online]. 2010. Available at : www.fk.uwks.ac.id/elib/.../luka

%20akibat%20benda%20tajam.pdf [cited : Juli 2011]


4. Amir, Amri. Trauma Mekanik. Dalam. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua Medan:
5.

Percetakan Ramadhan. 2005; IV: 72 - 90.


Amir, Amri. Traumatologi. Dalam. Ilmu Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Forensik. Medan:.

2000;: 107 109.


6. Dix J, Calaluce R. Guide to Forensic Pathology. New York: CRC Press. 1999; 71 - 76
7. Anonim. Assessing Stab Wounds - Type of Weapon Involved. Available from : URL:
8.

http://www. forensicmed.co.uk [cited : Juni 2011]


Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997; 85129.

Anda mungkin juga menyukai