Anda di halaman 1dari 49

BAB 9

Gaya Magnet, Bahan-bahan Magnetik dan


Induktansi

Oleh
ROCHIMAH
SITI RODIAH
SYAWALUDIN A.F
YOSCA ROSE ANGGITA H

9.1 Gaya pada sebuah


muatan bergerak

Gaya yg bekerja pada Partikel bermuatan :

F = QE
.(1)
Arah dari gaya magnet tegak lurus dapat dinyatakan :
F = Qv x B
.(2)
Dimana :
B = kerapatan fluks, dan
V = kecepatan gerak muatan
E = kuat medan listrik
Vektor percepatan selalu mengarah normal terhadap Vektor

kecepatan
Persamaan Gaya Lorentz, yaitu gaya pada sebuah muatan partikel
bergerak yang ditimbulkan oleh kombinasi antara medan listrik
dan medan magnet. Rumus :
F = Q(E + v x B) .(3)

CO.SO D9.1
Muatan titik Q = 18 Nc bergerak dengan kecepatan 5x10 6

m/s pada arah av = 0,60 ax + 0,75 ay + 0,30 az . Hitung


magnitudo gaya yang bekerja pada muatan ini, yang
dikerahkan oleh medan: (a) B = -3ax + 4ay + 6az mT ; E=
-3ax + 4ay + 6az kv/m; (c) kombinasi B dan E
Penyelesaian :

(a)|B|= -3+4+6 = 7,8 mT


V =v/0,6+0,75+0,3 = 5.106 / 1,006 = 4,9.106
F=Q.v x B =

18.10-9 x 4,9.106 x 7,8.10-3 = 687 N

(b)|E|= -3+4+6 = 7,8 Kv

F = Q.E = 18.10-9 x 7,8.103 = 140 N

(c) F = Q(E + v.B)= 18.10-9( 7,8.103 +

4,9.106x7,8.10-3)
= 828 N

elemen arus
diferensial
Gaya pada sebuah partikel bermuatan yang

bergerak di dalam sebuah medan magnet


konstan dapat ditulis sebagai gaya diferensial
pada sebuah elemen muatan diferensial
dF = dQ v x B .(4)
Beda potensial antara bagian atas dan bagian
bawah lempengan disebut Tegangan Hall, dan
efek yeng menimbulkannya disebut Efek Hall
Efek Hall biasanya dimanfaatkan sebagai : alat
pengukur daya (wattmeter) elektrik, elemenelemen pembangkit gelombang persegi (squaring
elements), dll.

Mengilustrasikan arah atau polaritas Tegangan Hall untuk muatanmuatan bergerak positif
z
dan negatif
B

F
x
l

(a
)

(b)

Dua arus yang setara yang mengarah masuk ke dalam bahan


dibangkitkan oleh (a) muatan positif yang bergerak ke arah
dalam dan (b) muatan-muatan negatif bergerak ke arah luar.
Kedua ini dapat dibedakan melalui tegangan Hall yang
Dalam
gambar (a)
vector
kecepatan
v searah vector
dibangkitkannya,
seperti
terlihat
pada gambar.

satuan ax, v x B searah ay, dan Q bernilai positif,


sehingga menjadikan FQ searah vector satuan ay; maka,
muatan-muatan positif bergerak dan terkumpul di sisi
kanan. Dalam gambar (b) v sekarang searah +ax, B tetap
pada az, v x B pada arah ay, dan Q bernilai negative;

Akibatnya, kini muatan-muatan negative terkumpul di sisi kanan.


Dengan mekanisme ini, arus yang setara yang dibangkitkan oleh hole
dan electron di dalam bahan bakar semikonduktor dapat dibedakan
melalui polaritas Tegangan Hall-nya, dan mekanisme tersebut
merupakan salah satu metode untuk menentukan apakah sebuah
Di dalam
bahan
semikonduktor
bab 5, kita telah
berasal
mendefinisikan
dari tipe-n dan
kerapatan
tipe-p. arus konveksi
sebagai fungsi dari kecepatan gerak sebuah kerapatan muatan volume,

J= v v
Elemen muatan diferensial dapat pula dinyatakan dalam bentuk
kerapatan muatan volume.

dQ = v dv
Sehingga,

dF= vdv v x B
Atau
dF = J x B dv .(5)
Kita telah melihat didalam Bab 8 bahwa J dv dapat diejawantahkan
sebagai sebuah elemen arus diferensial: jelasnya,

J dv = K dS = I dL
Dan karna persamaan Gaya Lorentz dapat pula diterapkan pada
kerapatan arus permukaan

dF = K x B dS

.(6)

mengintegrasikan persamaan-persamaan (5), (6), dan (7) untuk


seluruh volume, permukaan terbuka atau tertutup (mengapa
keduanya diperbolehkan?), dan jalur tertutp yang dipilih secara
berturut-turut, kita mendapatkan rumus-rumus integral,
dan
.(8),(9)
Dan,
.(10)
sebuah hasil dalam bentuk yang lebih sederhana dapat di peroleh
dengan menetapkan (&) atau (10) pada sebauah kawat konduktor
lurus di dalam sebuah medan magnet seragam, yaitu
F = IL x B .(11)
Magnitude dari gaya yang diberikan oleh (11) dirumuskan oleh
persamaan yang sudah cukup kita kenal
F = BIL sin .(12)
Dimana adalah susut yang diapit oleh kedua vector yang
merepresentasikan arah aliran arus dan arah kerapatan fluks
magnet. Persamaan (1) atau (12) hanya berlaku pada satu bagian
atau satu segmen garis dari sebuah rangkaian tertutup, dan

Sebagai contoh numeric


untuk pengguna
persamaan-persamaan
di atas, perhatikan
gambar. Kita diberikan
sebuah loop kawat
berbentuk persegi
empat yang diletakan
pada bisang z = 0,
dialiri arus sebesar 2
mA, dan berada di
dalam sebuah medan
magnet yang dihasilkan
oeleh suatu arus
filament panjang takhingga di sumbu y,
seperti terlihat dalam
gambar. hitung gaya

CONTOH SOAL 9.1


z

Ruang Hampa
15 A
(1,0,0)
(3,0,0)
x

(1,2,0)

2 mA

Pemecahan : Medan yang dihasilkan pada bidang tempat diman


loop berada (z = 0) oleh arus filament tak-hingga di sumbu y adalah
Oleh karna itu,

B = 0H = 4 x10-7 H = 4 x10-7

az T

Menggunakan bentuk integral dari persamaan (10)


F = -I

Marilah kita asumsikan bahwa loop kawat ini memiliki bentuk yang
beraturan dan kaku, sehingga gaya total pada loop adalah jumlah
dari gaya-gaya pada keempat sisinya:
F = -2 x 10-3 x 3 x 10-6
= -6 x 10-9
= -6 x 10-9
= -8axnN

Sehingga, gata total pada loop kawat berkerja pada arah ax.

CO.SO D9.2.
B = -2ax + 3ay + 4az mT
terdapat di setiap titik di dalam suatu
ruang hampa. Tentukan vektor gaya
yang dikerahkan pada sepotong kawat
lurus yang dialiri arus 12 A searah aAB,
jika diketahui A(1,1,1) dan
(a) B(2,1,1);
(b) B(3,5,6).
p3nyeLe$ai4n:
a. LAB = LB-LA
Medan

= (2-1)ax + (1-1)ay + (1-1)az

F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= -48ay + 36az mN
b. LAB = LB-LA
= (3-1)ax+(5-1)ay+(6-1)az
= 2ax+4ay+5az
F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= 12ax-216ay+168az mN

9.3 Gaya antara elemen-elemen


arus diferensial
Karna konsep medan magnet dimaksudkan untuk memudahkan
pekerjaan analisa kita, maka seharusnya kita dapat menduga bahwa
tanpanya sebagai tahapan-antara, persamaan-persamaan yang
harus dihadapi menjadi jauh lebih kompleks. Medan magnet pada
titik 2 yang disebabkan oleh sebuah elemen arus di titik 1 telah kita
ketahui adalah

gaya megnet diferensial yang berkerja pada sebuah elemen arus


diferensial adalah
dF = I dL x B
dengan mengubah B menjadi dB2 (kerapatan fluks diferensial di titik
2 yang disebabkan oleh elemen di titik 1), mengindifikasikan IdL
sehingga I2 dL2 dan menuliskan gaya diferensial dari medan magnet
diferensial (karna dibangkitkan oleh elemen arus diferensial 1) pada
elemen arus 2 sebagai d(dF2):
d(dF ) = I dL x dB

Sebagai sebuah contoh yang


mengilustrsikan pengguaan
(dan kesalah-penggunaan)
hasil yang kita turunkan di
atas, perhatikan 2 elemenarus
diferensial yang ditampilkan
dalam gambar 9.3. kita
Pemecahan :
menetukan
gaya megnet pada
kita diberikan I1dL1 = -3ay Am di
dL2
P1 (5,2,1), dan I2dL2 = -4az A.m di
P2(1,8,5). Oleh karnanya, R12 =
-4ax +6ay =4az , dan karnanya
kita dapat menyulihkan data ini
ke dalam (13).

CONTOH SOAL 9.2


z
I2d L2
d(dF2)
R12
Ruang
Hampa

I1d L1
Titik 1

d(dF2) =

Titik 2
y

= 8,56ay nN

Gaya total di antara dua loop (rangkaian) filament berarus


dapat ditentukan dengan melakukan dua kali integrasi
terhadap (13) yaitu,
F2 = 0
= 0

x dL2
untuk menentukan gaya tolak menolak antara dua kawat filmen lurus
panjang tak-hingga yang saling sejajar, terpisah oleh jarak d, dan
masing-masingnya membawa arus yang
setara namun
berlawanan l.
Intergrasi
yang
dilakukan
d
relative mudah, dan sebagian
besar kesalahan terjadi akibat
kekeliruan dalam menentukan
F
bentuk-bentuk yang sesuai aR12,
F
dL1 dan dL2. Akan tetapi, karna
intensitas medan magnet yang
I
I
ditimbulkan masing-masing
Dua filament panjang tak-hingga yang
kawat terhadap satu sama lain
saling sejajar, terpisah jarak sejauh d
telah diketahui adalah I/(2d),
dan masing-masing membawa arus
maka gaya yang didinginkan
yang setara namun berlawanan l, akan
dengan cepat dapat ditentukan
mengalami gaya tolak-menolak sebesar

pada rangkaian
tertutup
Kita memulainya dengan meninjau kembali persamaan

untuk gaya pada sebuah rangkaian kawat filamen tertutup


sebagaimana diberikan oleh persamaan (10), subbab 9.2,
dan mengasumsikan sebuah kerapatan fluks magnet yang

seragam sehingga B dapat dikeluarkan dari bawah tanda


integral :

Akan tetapi, kita telah mengetahui dari telaah kita

mengenai medan potensial listrik bahwa integral jalur


tertutup , dan karenanya gaya total pada sebuah rangkaian
filamen tertutup di dalam suatu medan magnet adalah nol.
Apabila medan magnet di sini tidak seragam maka gaya
total ini belum tentu nol.

T
T

R2

F2 = F1

P2

O
R1

R21

(a)

F1
P2

F
P

Untuk lengan beban R yang


merentang dari titik pusat
tumpu O ke titik P di mana gaya
bekerja, maka torsi pada O
adalah, T = R x F; (b) Jika maka
torsi tidak bergantung pada
pemilihan titik tumpu bagi R1
maupun R2.

(b)

kita menerapkan sebuah gaya F di titik P dan menetapkan sebuah titik tumpu di
O dengan sebuah lengan beban kaku R yang merentang dari O ke P. Torsi pada
titik O adalah sebuah vektor yang memiliki magnitudo sebesar hasil perkalian
antara magnitudo R, magnitudo F dan nilai sinus dari sudut yang diapit kedua
vektor R dan F. Arah dari vektor torsi T adalah normal terhadap vektor gaya F
dan vektor lengan beban R dan berorientasi ke arah pergerakan maju sebuah ulir
tangan-kanan jika lengan beban diputar ke arah yang ditunjukkan oleh vektor
gaya. Vektor torsi dengan demikian dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah hasil
kali silang,
T=RxF

Berikutnya, marilah kita asumsikan dua buah gaya F 1 di P1

dan F2 di P2, masing-masing dengan lengan beban R 1 dan R2


yang merentang dari sebuah titik tumpu yang sama O seperti
diperlihatkan dalam Gambar 9.5b. Kedua gaya ini bekerja
pada sebuah objek yang memiliki bentuk tetap dan diketahui
pula bahwa objek terebut tidak mengalami sedikit pun
perpindahan posisi. Dari data ini, kita dapat menghitung torsi
pada titik tumpu O, yaitu
T = R1 x F 1 + R 2 x F 2
dimana
F 1 + F2 = 0
dan oleh karenanya
T = (R1 R2) x F1 = R21 x F1
Vektor gaya pada sisi 1 adalah :

dF1 = I dx ax x B0
atau
dF1 = I dx (B0y az B0z ay)

y
B

d
x
I

3
4

O
2
R

x
2

d
y

dT1 = R1 + dF1 =

Sebuah loop diferensial


berarus di dalam medan
magnet B. Torsi pada loop itu
adalah dT = I (dx dy az) x B0 =
I dS x B.
x I dx (B0y az - B0z ay)

=
Torsi yang dikontribusikan oleh sisi 3 dapat pula dihitung dengan cara
yang sama,
dT3 = R3 + dF3 =
x (I dx ax x B0)
=
= dT1
Dan
dT1 + dT3 = dxdy I B0x ax
Beralih ke kedua sisi yang sejajar dengan sumbu y, yaitu sisi-sisi 2
dan 4, penghitungan kita akan memberikan hasil,
dT2 + dT4 = dxdy I B0x ay
dan torsi total dengan demikian adalah,
dT = I dxdy (B0x ay B0y ax)
Kuantitas di dalam kedua tanda kurung pada persamaan ini dapat
dituliskan dalam bentuk sebuah hasil kali silang,

dimana dS adalah vector luas bidang dari loop arus diferensial, dan
subskrip pada B0 telah dihilangkan sebagai generalisasi.
Sekarang, kita akan mendefinisikan hasil perkalian antara arus pada
loop dengan vektor luas bidang dari loop sebagai momen dipol magnet,
dm yang memiliki satuan A m2 sehingga,
dm = I dS .(16)
dan
dT = dm x B .(17)
Apabila kita memperluas hasil ini ke pembahasan mengenai dipol
listrik diferensial pada Subbab 4.7 terdahulu, kita dapat menghitung
torsi yang dihasilkan oleh medan listrik untuk memperoleh hasil yang
serupa,
dT = dp x E
Persamaan-persamaan (15) dan (17) adalah hasil-hasil umum yang
berlaku untuk loop-loop (rangkaian-rangkaian tertutup) diferensial
dengan bentuk apapun dan tidak sekedar terbatas pada loop-loop
persegi empat saja. Torsi pada sebuah loop berbentuk lingkaran atau
segitiga dirumuskan pula dalam konteks vektor permukaan atau momen
dipol magnetik oleh (15) dan (17).
Karena dengan menggunakan loop berarus diferensial kita dapat
mengasumsikan bahwa B bernilai konstan di setiap titik pada loop,
maka torsi pada sembarang loop planardengan segala ukuran maupun
bentukdi dalam sebuah medan magnet seragam diberikan pula oleh

CONTOH SOAL
Untuk mengilustrasikan perhitungan gaya dan torsi magnetik,
perhatikan loop persegi-empat yang disajikan dalam Gambar 9.7.
Hitunglah torsi pada loop ini dengan menggunakan T = IS x B.

Pemecahan: Loop yang dimaksud memiliki dimensi lebar 1 m


dikalikan panjang 2 m dan berada di dalam sebuah medan magnet
eksternal seragam B0 = 0.6ay + 0.8az T. Arus pada loop adalah 4 mA,
nilai yang cukup kecil untuk menghindarkan timbulnya medan magnet
loop yang secara signifikan dapat mempengaruhi B0.
Kita dapat menghitung,
T = 4 x 103 [(1)(2) az] x (0.6ay + 0.8az) = 4.8ax mN m
Sehingga, loop kita akan berputar pada sebuah sumbu yang sejajar
dengan sumbu x positif. Medan magnet lemah yang dihasilkan oleh
arus 4 mA pada loop cenderung memperkuat B0, namun tidak secara
signifikan.

CONTOH SOAL
Marilah kita mencoba sekali lagi
B = 0.6a + 0.8a T
menentukan torsi pada loop yang
sama, namun kali ini kita menghitung
gaya total pada loop dan kontribusi
torsi dari tiap-tiap sisi loop.
y
Pemecahan: Pada sisi 1, kita
mendapatkan
F1 = IL1 x B0 = 4 x 103 (1ay) x (0.6ay
(1,
2,
0)
4 mA
+ 0.8az)
Sebuah
loop
segi-empat
berada
x
= 3.2ay 2.4az Mn
di dalam sebuah medan magnet
dengan kerapatan fluks seragam
Pada sisi 3, kita memperoleh nilai
B0.
negatif dari hasil untuk sisi 1
Berikutnya, kita beralih ke sisi 2 :
F3 = 3.2ay + 2.4az mN
3
F2 = IL2 x B0 = 4 x 10 (2ay) x (0.6ay + 0.8az)
= 6.4ax mN
dan lagi-lagi, sisi 4 memberikan nilai negatif dari hasil ini, yaitu :
F4 = 6.4ax mN
y

Karena gaya-gaya ini terdistribusi secara merata


(seragam) pada masing-masing sisi yang
bersangkutan, kita dapat memperlakukannya
sebagaimana layaknya gaya tersebut bekerja di titik
tengah garis sisi. Titik tumpu untuk torsi dapat diambil
di mana saja, karena jumlah gaya-gaya pada loop ini
adalah nol. Kita memilih titik pusat loop sebagai titik
tumpu ini sehingga :

T = T1 + T2 + T3 + T4 = R1 x F 1 + R2 x F2 + R3 x F3 + R4
x F4
= (1ay) x (3.2ay 2.4az) + (0.5ax) x (6.4ax) + (1ay) x
(3.2ay + 2.4az) +(0.5ax) x (6.4ax)
= 2.4ax + 2.4ax = 4.8ax mN.m

9.5 Sifat dasar bahan


magnetik
Di sini kita akan menguraikan secara sepintas

enam klasifikasi bahan magnetik yang berbeda:


diamagnetik, paramagnetik, feromagnetik,
antiferomagnetik, ferimagnetik dan superparamagnetik.
Membicarakan medan yang dihasilkan hanya oleh
pergerakan elektron-elektron di dalam bahan saja,
tanpa pengaruh medan eksternal apapun; kita
dapat pula mengatakan bahwa di dalam bahan
semacam ini, setiap atom memiliki momen
magnetik permanen m0 sebesar nol. Bahan tipe ini
disebut sebagai bahan diamagnetik

B0

B0

Sebuah elektron yang bergerak pada


orbitnya diperlihatkan memiliki momen
magnetik m searah medan eksternal B0.
v

Apabila resultan nettonya adalah medan B yang lebih lemah di

dalam bahan maka bahan yang bersangkutan masih disebut


sebagai bahan diamagnetik. Tetapi, bila hasil akhirnya adalah B
menjadi lebih kuat di dalam bahan maka bahan ini disebut
sebagai bahan paramagnetik.
Empat jenis bahan magnetik lainnya, yaitu feromagnetik,
antiferomagnetik, ferimagnetik dan superparamagnetik
kesemuanya memiliki momen-momen atomik yang kuat. Lebih
jauh lagi, interaksi antara atom-atom yang bersebelahan di dalam
bahan-bahan ini hanya memungkinkan medan magnet internal
memiliki salah satu dari kedua arah berikut : sepenuhnya
menguatkan atau sepenuhnya melawan medan eksternal.

TABEL KARAKTERISTIK
BAHAN MAGNETIK
Momen
Magnetik

Nilai B

Diamagnetik

morbit + mspin = 0

Bint < Bekst

Bint = Bekst

Paramagnetik

morbit + mspin =
kecil

Bint > Bekst

Bint = Bekst

Feromagnetik

|mspin| >> |morbit|

Bint >> Bekst Terdapat domain-domain

Antiferomagnetik

|mspin| >> |morbit|

Bint = Bekst

Momen-momen yang bersebelahan


saling berlawanan

Ferimagnetik

|mspin| >> |morbit|

Bint > Bekst

Momen-momen yang bersebelahan


saling berlawanan tapi tidak sama
besar; kecil

Superparamagnetik

|mspin| >> |morbit|

Bint > Bekst

Matriks non-magnetik, dipakai untuk


pita perekam magnetik

Klasifikasi

Komentar

9.6 MAGNETISASI DAN


PERMEABILITAS
Hubungan B,H dan M yaitu:

B = 0.( H + M )
di dalam ruang hampa ,dimana magnetisasi bernilai nol.
B = 0.H
dimana : 0 = Permeabilitas relatif ( 4x 10 -7 Wb/Am )
Hubungan antara b,h dan m dapat disederhanakan untuk medium
isotropik linear dimana suseptibilitas magnetik m Dapat didefinisikan
sebagai :
M = Xm.H
B = o.( H+Xm.H )
B = 0.r.H
dimana : r = 1 + Xm
permeabilitas didefinisikan sebagai :
= 0.r Sehingga B = .H
suseptibilitas dan permeabilitas bergantung pada sifat linearitas dari baha
yanG bersangkutan.

CONTOH SOAL 9.5


Diketahui suatu bahan dari golongan ferit

yang akan beroperasi dalam modus


loineardengan B = 0,05 T. bila diasumsikam
bahan memiliki r= 50, hitunglah nilai nilai
untuk Xm, M, dan H.
Pemecahan:
Karena r= 1+Xm, maka kita peroleh
Xm =r -1 =49
Demikian pula, B =r0H
Dan H =

Magnetisasi di bahan ini adalah XmH = 39000 A/m.


Cara alternatif untuk memuloiskan hubungan antara B
dan H, pertama tama adalah dengan rumusan
B = 0 (H+M)
Atau
0.05 = 410-7(706+39000)
Yang diperlihatkan bahwa arus Ampere membangkitkan
intensitas medan magnet 49 kali lebih kuat dari yang
dihasilkan arus bebas; dan kedua dengan menuliskan
B = r 0 H
0.05 = 410-7796
Dimana kita menggunakan parameter permeabilitas relatif
sebesar 50 untuk memperhitungkan secara sekaligus efek arus
terikat dan arus bebas.

9.7 KONDISI-KONDISI BIDANG PERBATASAN MAGNETIK


UNTUK BAHAN-BAHAN MAGNETIK LINEAR,HUBUNGAN
ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN NORMAL M DAN H DAPAT
DITULISKAN
SEBAGAI :

APABILA BIDANG PERBATASAN DILALUI OLEH SEBUAH


ARUS PERMUKAAN K, DIMANA KOMPONEN NORMAL ARUS
INI TERHADAP BIDANG YANG DIBENTUK JALUR TERTUTUP
ADALAH K,MAKA :
H1 H2 = K

UNTUK
MENGINDIKASIKAN
TANGENSIAL,
MAKA :
( H1 H2 ) x a12 = K

KOMPONEN-KOMPONEN

DIMANA : A12 = VEKTOR SATUAN NORMAL TERHADAP


BIDANG BATAS YANG MENGARAH DARI MEDIUM 1 KE
MEDIUM 2 UNTUK KOMPONEN-KOMPONEN TANGENSIAL B :

UNTUK KOMPONEN TANGENSIAL MAGNETISASI DI DALAM


BAHANBAHAN MAGNETIK LINIER, MAKA :

9.8 RANGKAIAN MAGNET


RANGKAIAN MAGNET BERKAITAN DENGAN VM SEBAGAI
GAYA GERAK MAGNET DAN EM SEBAGAI GAYA GERAK
LISTRIK.KERAPATAN FLUKS MAGNET DAPAT DIANALOGIKAN
DENGAN KERAPATAN ARUS, YAITU:
B = . H
DIMANA:

= PERMEABILITAS

= MEDAN MAGNET

( WB/A.M )
( TESLA

H = KUAT MEDAN MAGNET (AT/M )


TOTAL FLUKS MADNET YANG MENGALIR DI DALM SEBUAH
RANGKAIAN MAGNET, YAITU :
= B . S

DIMANA : = FLUKSI
( WB )
B
= MEDAN MAGNET ( TESLA )
S
= LUAS PENAMPANG ( )
RELUKTANSI SEBAGAI RASIO GAYA
TERHADAP FLUKS TOTAL, YAITU :

GERAK

MAGNET

Vm = .
DIMANA : = FLUKSI
( WB
)
VM = GAYA GERAK MAGNET ( A.T
)
= RELUKTANSI
( A.T/WB )
DI DALAM RESISTOR-RESISTOR YANG TERBUAT DARI
BAHAN
ISOTROPIK,HOMOGEN
DAN
LINEAR,
MAKA
RESISTANSI TOTAL ADALAH :

DIMANA : R = RESISTANSI
(
)
= KONDUKTIVITAS ( 1/.M )
S = LUAS PENAMPANG (
)
D = PANJANG (
M

DI DALAM RESISTOR-RESISTOR YANG TERBUAT DARI


BAHAN
ISOTROPIK,HOMOGEN
DAN
LINEAR,
MAKA
RELUKTANSI TOTAL ADALAH :

DIMANA: = REKLUKTANSI
( A.T/WB )
= PERMEABILITAS( WB/A.M )
S = LUAS PENAMPANG (
)
D = PANJANG
(
M )

RANGKAIAN MAGNET ADA 2, YAITU :


1.

RANGKAIAN MAGNET SERI


PADA RANGKAIAN INI : = SAMA
T = 1 + 2 + 3 + .. + N

2.

RANGKAIAN MAGNET PARALEL


PADA RANGKAIAN INI : = BERBEDA

9.9 ENERGI POTENSIAL DAN GAYA-GAYA PADA BAHAN


MAGNETIK
ENERGI YANG TERKANDUNG DI DALAM MEDAN MAGNET
RELATIF
KONSTAN,DIMANA
B
MEMILIKI
SEBUAH
HUBUNGAN LINEAR DENGAN H ADALAH :
W = B.H
JIKA :
MAKA :
ATAU :

B = . H
W = .
W =

DIMANA : W = ENERGI POTENSIAL ( J/


)
B = MEDAN MAGNET
( TESLA )
H = KUAT MEDAN MAGNET( AT/M
= PERMEABILITAS
( WB/AM )

PERUBAHAN ENERGI YANG TERSIMPAN DI DALAM CELAH


UDARA
DIANTARA KEDUA BAGIAN INTI SOLENOIDA,YAITU :

DIMANA : W = F = ENERGI ATAU GAYA


( J /
B = MEDAN MAGNET
( TESLA )
S= LUAS PENAMPANG
(
)
0 = PERMEABILITAS RELATIF
(4X

WB/A.M )

9.10 INDUKTANSI DAN INDUKTANSI SILANG


INDUKTANSI DIDEFINISIKAN SEBAGAI
FLIKSI TERHADAP
ARUS YANG DILINGKARI FLUKSI ITU.

RASIO

IKATAN

DIMANA :
L = INDUKTANSI ( HENRY )
N = LILITAN
= FLUKSI
( WEBBER )
I = ARUS
( AMP )
DEFINISI INI HANYA BERLAKU BAGI BAHAN-BAHAN
MAGNETIK LINEAR DIMANA SEBANDING DENGAN
BESARNYA ARUS.PERSAMAAN UMUM UNTUK FLIKSI TOTAL
DARI SEBUAH KABEL KOAKSIAL, YAITU:

0 Id b

ln H
2
a
Atau sebagai kuantitas permeter panjang,

0 Id b

ln H / m
2
a
Dalam kasus ini : N=1 lilitanus sebesar I Dan semua
fluks melingkari seluruh bagian arus. Untuk sebuah
toroida dengan N lilitan kumparan dan arus sebesar I
Maka kita mendapatkan :

NI
B
2

Jika dimensi penampang lebih melintang lebih kecil di bandinglkan


jari-jari rata-rata terioda , Po. Maka fluks total Adalah

NIS

2
Di mana S adalah Luas daerah bidang penampang
melintang. Dengan mengalikan fluks toal ini dengan
jumlah lilitan kumparan N. Kita mendapatkan ikatan
fluks, Dan dengan selanjutnya membaginya dengan I.
Maka kita memperoleh Induktansi :

N 2 S
L
2

Sebuah definisi lainnya yang ekivalen untuk induktansi


dapat di turunkan dengan mengambil sudut pandang
energi,

2WH
L
I2
Induktansi kumparan dengan fluksi total
dengan arus yang mengalir yaitu

L
I

Sebuah definisi lainnya yang ekuivalen untuk induktansi


dapat di turunkan dengan mengambil sudut pandang
energi.
Induktansi kumparan dengan N lilitan ini masih dapat di
tentukan dari persamaan dibawah. Asalkan kita
mengingat baik-baik bahwa fluks yang terkait
menembus sebuah muatan kompleks yang garis
kelilingnya adalah N putaran loop filamen

N
L
I

Bagian setiap interior setiap konduktor juga


ditempati oleh fluks magnet, Dan fluks ini mengitari
(mengikat) Berbagai Bagian arus di dalam konduktor.
Ikatan-ikatan fluks ini menimbulkan induktansi
internal di dalam konduktor yang harus dijumlahkan
dengan induktansi external untuk mendapatkan
induktansi total.
Induktansi internal untuk sebuah kawat panjang,
lurus, dengan bidang penampang melintang
berbentuk lingkaran berjari-jari a, dan distribusi
arus sergam di depannya adalah

La int ernal
H /m
8

Induktansi silang atau induktansi bersama


antara rangkaian satu dan rangkaian dua, M 12
sebagai fungsi dari ikatan fluks bersama yaitu

N 212
M 12
I1

Contoh soal
Medan B = -2ax + 3ay + 4az mT terdapat di setiap titik di dalam suatu
ruang hampa. Tentukan vektor gaya yang dikerahkan pada sepotong
kawat lurus yang dialiri arus 12 A searah aAB, jika diketahui A(1,1,1)
dan
(a) B(2,1,1);
(b) B(3,5,6).
penyelesaian:
a. LAB = LB-LA
= (2-1)ax + (1-1)ay + (1-1)az
= 1ax = ax
F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= -48ay + 36az mN

b. LAB = LB-LA
= (3-1)ax+(5-1)ay+(6-1)az
= 2ax+4ay+5az
F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= 12ax-216ay+168az mN

Contoh Soal :
Sebuah kumparan memiliki jumlah lilitan 1000 mengalami perubahan fluks
magnetik dari 3 x 105 Wb menjadi 5 x 10 5 Wb dalam selang waktu 10 ms.
Tentukan ggl induksi yang timbul!
Pembahasan
Data dari soal :
Jumlah lilitan N = 1000
Selang waktu t = 10 ms = 10 x 103 sekon
Selisih fluks = 5 x 10 5 3 x 10 5 = 2 x 10 5 Wb

Contoh soal

Contoh Soal:

Contoh soal:
Sebuah generator armaturnya berbentuk bujur sangkar dengan sisi 8 cm dan terdiri atas 100 lilitan. Jika armaturnya
berada dalam medan magnet 0,50 T, berapakah frekuensi putarnya supaya menimbulkan tegangan maksimum 20 volt?
Penyelesaian:
Diketahui:
A = 8 cm 8 cm = 64 cm2 = 64 10-4 m2
B = 0,50 T
N = 100 lilitan
m = 20 volt
Ditanya: f = ... ?
Pembahasan :
m = N.B.A. = N.B.A.2.f

Anda mungkin juga menyukai