Oleh
ROCHIMAH
SITI RODIAH
SYAWALUDIN A.F
YOSCA ROSE ANGGITA H
F = QE
.(1)
Arah dari gaya magnet tegak lurus dapat dinyatakan :
F = Qv x B
.(2)
Dimana :
B = kerapatan fluks, dan
V = kecepatan gerak muatan
E = kuat medan listrik
Vektor percepatan selalu mengarah normal terhadap Vektor
kecepatan
Persamaan Gaya Lorentz, yaitu gaya pada sebuah muatan partikel
bergerak yang ditimbulkan oleh kombinasi antara medan listrik
dan medan magnet. Rumus :
F = Q(E + v x B) .(3)
CO.SO D9.1
Muatan titik Q = 18 Nc bergerak dengan kecepatan 5x10 6
4,9.106x7,8.10-3)
= 828 N
elemen arus
diferensial
Gaya pada sebuah partikel bermuatan yang
Mengilustrasikan arah atau polaritas Tegangan Hall untuk muatanmuatan bergerak positif
z
dan negatif
B
F
x
l
(a
)
(b)
J= v v
Elemen muatan diferensial dapat pula dinyatakan dalam bentuk
kerapatan muatan volume.
dQ = v dv
Sehingga,
dF= vdv v x B
Atau
dF = J x B dv .(5)
Kita telah melihat didalam Bab 8 bahwa J dv dapat diejawantahkan
sebagai sebuah elemen arus diferensial: jelasnya,
J dv = K dS = I dL
Dan karna persamaan Gaya Lorentz dapat pula diterapkan pada
kerapatan arus permukaan
dF = K x B dS
.(6)
Ruang Hampa
15 A
(1,0,0)
(3,0,0)
x
(1,2,0)
2 mA
B = 0H = 4 x10-7 H = 4 x10-7
az T
Marilah kita asumsikan bahwa loop kawat ini memiliki bentuk yang
beraturan dan kaku, sehingga gaya total pada loop adalah jumlah
dari gaya-gaya pada keempat sisinya:
F = -2 x 10-3 x 3 x 10-6
= -6 x 10-9
= -6 x 10-9
= -8axnN
Sehingga, gata total pada loop kawat berkerja pada arah ax.
CO.SO D9.2.
B = -2ax + 3ay + 4az mT
terdapat di setiap titik di dalam suatu
ruang hampa. Tentukan vektor gaya
yang dikerahkan pada sepotong kawat
lurus yang dialiri arus 12 A searah aAB,
jika diketahui A(1,1,1) dan
(a) B(2,1,1);
(b) B(3,5,6).
p3nyeLe$ai4n:
a. LAB = LB-LA
Medan
F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= -48ay + 36az mN
b. LAB = LB-LA
= (3-1)ax+(5-1)ay+(6-1)az
= 2ax+4ay+5az
F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= 12ax-216ay+168az mN
I1d L1
Titik 1
d(dF2) =
Titik 2
y
= 8,56ay nN
x dL2
untuk menentukan gaya tolak menolak antara dua kawat filmen lurus
panjang tak-hingga yang saling sejajar, terpisah oleh jarak d, dan
masing-masingnya membawa arus yang
setara namun
berlawanan l.
Intergrasi
yang
dilakukan
d
relative mudah, dan sebagian
besar kesalahan terjadi akibat
kekeliruan dalam menentukan
F
bentuk-bentuk yang sesuai aR12,
F
dL1 dan dL2. Akan tetapi, karna
intensitas medan magnet yang
I
I
ditimbulkan masing-masing
Dua filament panjang tak-hingga yang
kawat terhadap satu sama lain
saling sejajar, terpisah jarak sejauh d
telah diketahui adalah I/(2d),
dan masing-masing membawa arus
maka gaya yang didinginkan
yang setara namun berlawanan l, akan
dengan cepat dapat ditentukan
mengalami gaya tolak-menolak sebesar
pada rangkaian
tertutup
Kita memulainya dengan meninjau kembali persamaan
T
T
R2
F2 = F1
P2
O
R1
R21
(a)
F1
P2
F
P
(b)
kita menerapkan sebuah gaya F di titik P dan menetapkan sebuah titik tumpu di
O dengan sebuah lengan beban kaku R yang merentang dari O ke P. Torsi pada
titik O adalah sebuah vektor yang memiliki magnitudo sebesar hasil perkalian
antara magnitudo R, magnitudo F dan nilai sinus dari sudut yang diapit kedua
vektor R dan F. Arah dari vektor torsi T adalah normal terhadap vektor gaya F
dan vektor lengan beban R dan berorientasi ke arah pergerakan maju sebuah ulir
tangan-kanan jika lengan beban diputar ke arah yang ditunjukkan oleh vektor
gaya. Vektor torsi dengan demikian dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah hasil
kali silang,
T=RxF
dF1 = I dx ax x B0
atau
dF1 = I dx (B0y az B0z ay)
y
B
d
x
I
3
4
O
2
R
x
2
d
y
dT1 = R1 + dF1 =
=
Torsi yang dikontribusikan oleh sisi 3 dapat pula dihitung dengan cara
yang sama,
dT3 = R3 + dF3 =
x (I dx ax x B0)
=
= dT1
Dan
dT1 + dT3 = dxdy I B0x ax
Beralih ke kedua sisi yang sejajar dengan sumbu y, yaitu sisi-sisi 2
dan 4, penghitungan kita akan memberikan hasil,
dT2 + dT4 = dxdy I B0x ay
dan torsi total dengan demikian adalah,
dT = I dxdy (B0x ay B0y ax)
Kuantitas di dalam kedua tanda kurung pada persamaan ini dapat
dituliskan dalam bentuk sebuah hasil kali silang,
dimana dS adalah vector luas bidang dari loop arus diferensial, dan
subskrip pada B0 telah dihilangkan sebagai generalisasi.
Sekarang, kita akan mendefinisikan hasil perkalian antara arus pada
loop dengan vektor luas bidang dari loop sebagai momen dipol magnet,
dm yang memiliki satuan A m2 sehingga,
dm = I dS .(16)
dan
dT = dm x B .(17)
Apabila kita memperluas hasil ini ke pembahasan mengenai dipol
listrik diferensial pada Subbab 4.7 terdahulu, kita dapat menghitung
torsi yang dihasilkan oleh medan listrik untuk memperoleh hasil yang
serupa,
dT = dp x E
Persamaan-persamaan (15) dan (17) adalah hasil-hasil umum yang
berlaku untuk loop-loop (rangkaian-rangkaian tertutup) diferensial
dengan bentuk apapun dan tidak sekedar terbatas pada loop-loop
persegi empat saja. Torsi pada sebuah loop berbentuk lingkaran atau
segitiga dirumuskan pula dalam konteks vektor permukaan atau momen
dipol magnetik oleh (15) dan (17).
Karena dengan menggunakan loop berarus diferensial kita dapat
mengasumsikan bahwa B bernilai konstan di setiap titik pada loop,
maka torsi pada sembarang loop planardengan segala ukuran maupun
bentukdi dalam sebuah medan magnet seragam diberikan pula oleh
CONTOH SOAL
Untuk mengilustrasikan perhitungan gaya dan torsi magnetik,
perhatikan loop persegi-empat yang disajikan dalam Gambar 9.7.
Hitunglah torsi pada loop ini dengan menggunakan T = IS x B.
CONTOH SOAL
Marilah kita mencoba sekali lagi
B = 0.6a + 0.8a T
menentukan torsi pada loop yang
sama, namun kali ini kita menghitung
gaya total pada loop dan kontribusi
torsi dari tiap-tiap sisi loop.
y
Pemecahan: Pada sisi 1, kita
mendapatkan
F1 = IL1 x B0 = 4 x 103 (1ay) x (0.6ay
(1,
2,
0)
4 mA
+ 0.8az)
Sebuah
loop
segi-empat
berada
x
= 3.2ay 2.4az Mn
di dalam sebuah medan magnet
dengan kerapatan fluks seragam
Pada sisi 3, kita memperoleh nilai
B0.
negatif dari hasil untuk sisi 1
Berikutnya, kita beralih ke sisi 2 :
F3 = 3.2ay + 2.4az mN
3
F2 = IL2 x B0 = 4 x 10 (2ay) x (0.6ay + 0.8az)
= 6.4ax mN
dan lagi-lagi, sisi 4 memberikan nilai negatif dari hasil ini, yaitu :
F4 = 6.4ax mN
y
T = T1 + T2 + T3 + T4 = R1 x F 1 + R2 x F2 + R3 x F3 + R4
x F4
= (1ay) x (3.2ay 2.4az) + (0.5ax) x (6.4ax) + (1ay) x
(3.2ay + 2.4az) +(0.5ax) x (6.4ax)
= 2.4ax + 2.4ax = 4.8ax mN.m
B0
B0
TABEL KARAKTERISTIK
BAHAN MAGNETIK
Momen
Magnetik
Nilai B
Diamagnetik
morbit + mspin = 0
Bint = Bekst
Paramagnetik
morbit + mspin =
kecil
Bint = Bekst
Feromagnetik
Antiferomagnetik
Bint = Bekst
Ferimagnetik
Superparamagnetik
Klasifikasi
Komentar
B = 0.( H + M )
di dalam ruang hampa ,dimana magnetisasi bernilai nol.
B = 0.H
dimana : 0 = Permeabilitas relatif ( 4x 10 -7 Wb/Am )
Hubungan antara b,h dan m dapat disederhanakan untuk medium
isotropik linear dimana suseptibilitas magnetik m Dapat didefinisikan
sebagai :
M = Xm.H
B = o.( H+Xm.H )
B = 0.r.H
dimana : r = 1 + Xm
permeabilitas didefinisikan sebagai :
= 0.r Sehingga B = .H
suseptibilitas dan permeabilitas bergantung pada sifat linearitas dari baha
yanG bersangkutan.
UNTUK
MENGINDIKASIKAN
TANGENSIAL,
MAKA :
( H1 H2 ) x a12 = K
KOMPONEN-KOMPONEN
= PERMEABILITAS
= MEDAN MAGNET
( WB/A.M )
( TESLA
DIMANA : = FLUKSI
( WB )
B
= MEDAN MAGNET ( TESLA )
S
= LUAS PENAMPANG ( )
RELUKTANSI SEBAGAI RASIO GAYA
TERHADAP FLUKS TOTAL, YAITU :
GERAK
MAGNET
Vm = .
DIMANA : = FLUKSI
( WB
)
VM = GAYA GERAK MAGNET ( A.T
)
= RELUKTANSI
( A.T/WB )
DI DALAM RESISTOR-RESISTOR YANG TERBUAT DARI
BAHAN
ISOTROPIK,HOMOGEN
DAN
LINEAR,
MAKA
RESISTANSI TOTAL ADALAH :
DIMANA : R = RESISTANSI
(
)
= KONDUKTIVITAS ( 1/.M )
S = LUAS PENAMPANG (
)
D = PANJANG (
M
DIMANA: = REKLUKTANSI
( A.T/WB )
= PERMEABILITAS( WB/A.M )
S = LUAS PENAMPANG (
)
D = PANJANG
(
M )
2.
B = . H
W = .
W =
WB/A.M )
RASIO
IKATAN
DIMANA :
L = INDUKTANSI ( HENRY )
N = LILITAN
= FLUKSI
( WEBBER )
I = ARUS
( AMP )
DEFINISI INI HANYA BERLAKU BAGI BAHAN-BAHAN
MAGNETIK LINEAR DIMANA SEBANDING DENGAN
BESARNYA ARUS.PERSAMAAN UMUM UNTUK FLIKSI TOTAL
DARI SEBUAH KABEL KOAKSIAL, YAITU:
0 Id b
ln H
2
a
Atau sebagai kuantitas permeter panjang,
0 Id b
ln H / m
2
a
Dalam kasus ini : N=1 lilitanus sebesar I Dan semua
fluks melingkari seluruh bagian arus. Untuk sebuah
toroida dengan N lilitan kumparan dan arus sebesar I
Maka kita mendapatkan :
NI
B
2
NIS
2
Di mana S adalah Luas daerah bidang penampang
melintang. Dengan mengalikan fluks toal ini dengan
jumlah lilitan kumparan N. Kita mendapatkan ikatan
fluks, Dan dengan selanjutnya membaginya dengan I.
Maka kita memperoleh Induktansi :
N 2 S
L
2
2WH
L
I2
Induktansi kumparan dengan fluksi total
dengan arus yang mengalir yaitu
L
I
N
L
I
La int ernal
H /m
8
N 212
M 12
I1
Contoh soal
Medan B = -2ax + 3ay + 4az mT terdapat di setiap titik di dalam suatu
ruang hampa. Tentukan vektor gaya yang dikerahkan pada sepotong
kawat lurus yang dialiri arus 12 A searah aAB, jika diketahui A(1,1,1)
dan
(a) B(2,1,1);
(b) B(3,5,6).
penyelesaian:
a. LAB = LB-LA
= (2-1)ax + (1-1)ay + (1-1)az
= 1ax = ax
F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= -48ay + 36az mN
b. LAB = LB-LA
= (3-1)ax+(5-1)ay+(6-1)az
= 2ax+4ay+5az
F = IL X B
= 12(ax).(-2ax+3ay+4az)
= 12ax-216ay+168az mN
Contoh Soal :
Sebuah kumparan memiliki jumlah lilitan 1000 mengalami perubahan fluks
magnetik dari 3 x 105 Wb menjadi 5 x 10 5 Wb dalam selang waktu 10 ms.
Tentukan ggl induksi yang timbul!
Pembahasan
Data dari soal :
Jumlah lilitan N = 1000
Selang waktu t = 10 ms = 10 x 103 sekon
Selisih fluks = 5 x 10 5 3 x 10 5 = 2 x 10 5 Wb
Contoh soal
Contoh Soal:
Contoh soal:
Sebuah generator armaturnya berbentuk bujur sangkar dengan sisi 8 cm dan terdiri atas 100 lilitan. Jika armaturnya
berada dalam medan magnet 0,50 T, berapakah frekuensi putarnya supaya menimbulkan tegangan maksimum 20 volt?
Penyelesaian:
Diketahui:
A = 8 cm 8 cm = 64 cm2 = 64 10-4 m2
B = 0,50 T
N = 100 lilitan
m = 20 volt
Ditanya: f = ... ?
Pembahasan :
m = N.B.A. = N.B.A.2.f