Anda di halaman 1dari 6

KASUS PELANGGARAN KODE ETIK APOTEKER &

PELAYANAM KEFARMASIAN
HUKUM KESEHATAN

NADIAH GHAISANI
11613146
KELAS B

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2015

KODE ETIK PROFESI APOTEKER

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melaluirangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika padaakhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita
pahami bersama bahwa etika ini dapatditerapkan dalam segala aspek hidup kita terutama
dalam masalah pelayanan kesehatan yang saat ini menjadi sangat penting. Saat ini masih
banyak ditemuikesalahan dalam hal pelayanan kesehatan tersebut, sehingga etika profesi
sangatdibutuhkan.
Kode etik apoteker merupakan salah satu pedoman untuk membadtasi,mengatur,dan sebagai
petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya secara baik dan benar serta tidak melakukan
perbuatan tercela. Berdasarkan Permenkes No. 184 tahun 1995 pasal 18 disebutkan bahawa apoteker
dilarang melakukan perbuatan yang melanggar kode etik apoteker . Oleh karena itu apoteker harus
memahami isi kode etik apoteker. Kode etik apoteker dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu :

Kewajiban apoteker terhadap masyarakat dalam melakukan pekerjaan kefarmasian

Kewajiban apoteker terhadap rekan sejawat

Kewajiban apoteker terhadap rekan kesehatan lainnya

PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI


1.

Prinsip tanggung jawab

2.

Prinsip keadilan

3.

Prinsip Otonomi

4.

Prinsip integrasi moral

TUJUAN KODE ETIK PROFESI


1.

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3.

Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4.

Untuk meningkatkan mutu profesi.

5.

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6.

Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7.

Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8.

Menentukan baku standarnya sendiri.

FUNGSI
DARI KODE ETIK
SUMBERMERDEKA
- 16PROFESI
OKTOBER 2014
SEMARANG
Operasional
apotekdan
yang
dilakukantanggung
bukan oleh
apoteker
merupakan
pelanggaran
Standar-standar etika
menjelaskan
menetapkan
jawab
terhadap
pasien, klien,
institusi,
hukum.
dan masyarakat pada umumnya
Dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 198 disebutkan setiap orang
yang
tidak memiliki
keahlian
dan tenaga
kewenangan
untuk dalam
melakukan
praktik apa
kefarmasian
dipidana
Standar-standar
etika
membantu
ahli profesi
menentukan
yang harus
merekadengan
perbuat
pidana denda paling banyak Rp 100 juta.
kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan
Saat ini banyak apotek yang beroperasi tanpa liability. Kita ke apotek, beli obat, tapi tidak dilayani
oleh
apoteker. Padahal
undang-undang
jelasmenjaga
menyebutkan
kefarmasian
harus dilakukan
oleh
Standar-standar
etika membiarkan
profesi
reputasilayanan
atau nama
dan fungsi-fungsi
profesi dalam
apoteker dan tenaga kefarmasian, kata Ahaditomo, anggota Komite Farmasi Nasional (KFN)
masyarakat
melawan
kelakuan-kelakuan
yang jahatApoteker
dari anggota-anggota
tertentu
Ahaditomo,
di sela
penyerahan
Surat Tanda Registrasi
(STRA) kepada
23 sarjana farmasi
Universitas Wahid Hasyim Semarang, Rabu (15/10).
Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas,
Dikatakan Ahaditomo, saat ini sekurangnya ada 49 ribu apoteker yang sudah terdaftar, memiliki
demikian Kementerian
standar-standar
etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati kitab
STRAdengan
yang diterbitkan
Kesehatan.
UUSTRA,
etika (kode
etik)bisa
profesi
dalam pelayanannya
Dengan
apoteker
melakukan
praktik pribadi profesinya. Baik di rumah sakit, di apotek,
perusahaan, ataupun industri ibat.
Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari
Jika praktik di apotek, harus disertai izin kerja apoteker. Dan seharusnya setiap apotek memasang
ahli profesibeserta nomor STRA-nya, ujarnya.
papantenaga
nama apotekernya
Ia menghimbau seluruh apoteker yang telah memiliki STRA memasang papan nama sebagai informasi
Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang).
kepada masyarakat.
ahli ditaati
profesiadalah,
yang melanggar
kode etik
profesi akan
sangsi atau
denda
dari
Dan Seorang
yang harus
saat memberikan
pelayanan
tidakmenerima
bisa diwakilkan.
Seperti
anda
periksa
ke dokter,
yang
memeriksa harus dokternya sendiri. Bukan asistennya, bukan adiknya atau
induk
organisasi
profesinya.
kakaknya, tutur Ahaditomo.
Sosialisasi Aturan
Kerja apoteker juga terikat sumpah, sebab apoteker bertanggung jawab atas mutu obat yang
dikonsumsi masyarakat. Selain itu, apoteker bertanggung jawab atas penyimpanan, kontrol dan
distribusi obat.
Jadi kalau ada yang melakukan penyimpanan obat dan itu bukan apoteker, sudah melanggar hukum.
Jika ada apotek yang tidak memiliki apoteker, menyimpan obat, menjual obat terutama daftar G, itu
melanggar hukum, kata Ahaditomo.
KFN sebagai organisasi yang dibentuk tahun 2011 akan terus melakukan sosialisasi aturan tersebut.
Yakni Undang-Undang 36 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Didalamnya disebutkan tentang persyaratan apoteker dan tenaga kefarmasian.
Jika terjadi pelanggaran, maka menjadi kewenangan Dinas Kesehatan wilayah setempat yang akan
dibahas apakah termasuk pidana, ataukah pelanggaran etika apoteker. Ketua Ikatan Apoteker
Indonesia Jawa Tengah, Jamaludin Al J Efendi mengatakan apoteker harus setia pada sumpahnya.
Dibutuhkan konsistensi dan integritas profesi apoteker. Sebab profesi ini berhubungan dengan
keselamatan masyarakat, kata Jamaludin. (H89)

Apoteker yang diceritakan dalam berita yang diliput oleh suara merdeka pada tanggal 16 oktober 2014 ini
dapat dinyatakan bahwa melanggar kode etik apoteker dimana apoteker melanggar kwajiban umum dan
kwajiban apoteker kepada pasien pada kode etik apoteker indonesia. Yaitu pasal - pasal :
KEWAJIBAN UMUM APOTEKER
Pasal

1.

Seorang apoteker menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah/janjji apoteker.


Pasal

2.

Seorang apoteker harus berusaha sungguh - sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker
indonesia.
Pasal

3.

Seorang apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi apoteker indonesia serta
selalu mengutamakan dan berpegangan teguh pada prinsip kemanusian dalam melksanakan kewajibannya.
Pasal

6.

Seorang apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
Pasal

7.

Seorang apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.

KEWAJIBAN APOTEKER KEPADA PASIEN


Pasal 9
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat.
Menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.

Pelanggaran - pelanggaran kewajiban yang tertera pada kode etik apoteker indonesia ini terkait
dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh apoteker, dimana dalam berita yang dikutip oleh sumber
merdeka ini masih banyaknya apotek yang beroperasi tanpa adanya apoteker, melakukan pemberian dan
pelayanan obat - obatan ke pada bukan diserahkan oleh apoteker atau apoteker tidak selalu berada ditempat.
Apoteker telah melalaikan tugasnya sebagai seorang apoteker dimana apoteker tersebut telah
melanggar sumpah apotekernya dan tidak memberikan contoh yang baik kemasyarakat serta tidak
memberikan informasi kefarmasian kepada pasien secara langsung. Hal tersebut telah jelas di tuliskan
dalam undang - undang seperti yang dikutip pada sumber merdeka Layanan kefarmasian harus dilakukan
oleh apoteker dan tenaga kefarmasian, Dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal
198 disebutkan setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik
kefarmasian dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta. sebab apoteker bertanggung jawab
atas mutu obat yang dikonsumsi masyarakat. Apoteker tidak hanya bertanggung jawab atas pemberian dan
pelayanan obat dan informasi kefarmasian, apoteker juga bertanggung jawab atas penyimpanan, kontrol
dan distribusi obat.
Oleh karena itu, diperlukan ketegasan dalam menangani kasus yang telah dikutip oleh sumber
merdeka, dimana pelanggaran seperti ini masih banyaknya terjadi. Maka dibutuhkan konsistensi dan
integritas profesi apoteker, sebab profesi ini berhubungan dengan keselamatan masyarakat.

Daftar Pustaka
1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009


TENTANG KESEHATAN

2.

R.Rizal Isnanto, ST, MM, MT.2009. BUKU AJAR ETIKAPROFESI.Semarang.


Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

3.

Keputusan Kongres Nasional XVII/2005 Nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/ 2005


tanggal 18 Juni 2005 tentang Kode Etik Apoteker Indonesia

Anda mungkin juga menyukai