TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Motivasi
1.1 Pengertian motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa latin Movere yang artinya menimbulkan
pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan
seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1989) dan sebagai suatu
kesediaan peserta didik untuk menerima pembelajaran, dengan kesiapan sebagai bukti
dari motivasi (Redman, 1993). Menurut Kort (1987), motivasi adalah hasil faktor
internal dan faktor eksternal dan bukan hasil eksternal saja. Hal yang tersirat dari
motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu
tujuan.
Setiap
pimpinan
perlu
memahami
proses-proses
psikologikal
apabila
(Winardi, 2001).
Kebutuhan, keinginan
Expectancy
Perilaku
Tujuan
Umpan Balik
(Feed Back)
fungsi
motivasi, yaitu:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak
akan timbul perbuatan seperti belajar.
b. Sebagai pengarah, artinya mengarahlkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
c. Sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjan.
mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang perawat, tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau memacu individu, kelompok, dan masyarakat agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk dapat berperilaku hidup bersih dan sehat, sehingga
tercapai tujuan yang diharapkan dalam upaya meningkatkan peran, fungsi, dan
kemampuan individu dalam membuat keputusan untuk memelihara kesehatan.
Setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan, makin jelas tujuan yang
diharapkan atau yang akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan
memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila
tujuan jelas dan didasari oleh yang di motivasi. Oleh karena itu setiap orang yang
akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar
belakang kehidupan, kebutuhan serta keribadian orang yang akan dimotivasi. (Taufik,
2002).
makanan
dan
minuman),
kondisi
kerja.
Kebutuhan-kebutuhan
bukan
merupakan
motivator-motivator
tipikal,
melainkan
keselamatan kerja,
a.
kebutuhan tingkat tinggi (higher orderneeds) yang terdiri atas kebutuhan pengakuan
dan aktualisasi diri. Perbedaan dari kedua tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan
tingkat rendah merupakan kebutuhan yang dipuaskan secara eksternal (satisfied
externally) sedangkan kebutuhan tingkat tinggi merupakan kebutuhan yang dipuaskan
secara internal (satisfied internally) (Robbins dan Coulter, 2007)
Dengan demikian ada beberapa hal untuk dicatat: pertama, hierarki adalah
didasarkan pada kebutuhan (needs), bukan keinginan (wants). Kedua, mengadakan
pada skala menaik artinya jika kebutuhan yang lebih bawah terpenuhi maka individu
menemukan kebutuhan pada level diatasnya yang belum terpuaskan (unsatis field).
Ketiga, jika individu mengalami hambatan untuk memahami kebutuhan yang lebih
tinggi, maka ia akan kembali pada kebutuhan tingkat yang lebih rendah sebagai
kompensasi (Robbins dan Coulter, 2007).
2. Konsep Kinerja
2.1.Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidak nya tujuan organisasi yang telah ditetapkan, para atasan atau manajer sering
tidak memperhatikan kecualil sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah.
Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruk nya kinerja telah merosot
sehingga perusahaan atau instansi menghadapi krisis yang serius, kesan-
kesan
adanya kinerja yang merosot, kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya seseuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2003).
Kemudian menurut Sulistiyani (2003) kinerja seseorang merupakan kombinasi
dari kemampuan usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
Hasibuan (2001) mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut
Witmore (1997 dalam Wikipedia Indonesia, 2009) kinerja adalah pelaksanaan fungsifungsi yang dituntut dari seseorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu
pameran umum ketrampilan, kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui
dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisai atau
perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan
operasional.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
2.2.1 Menurut Mathis dan Jackson
Menurut Mathis dan Jackson (2001) faktor-faktor yang mempengaruh kinerja
individu tenaga kerja yaitu:
a. Kemampuan mereka
b. Motivasi
keahliannya.
b. Faktor
motivasi
terbentuk
dari sikap
seseorang
pegawai
dalam
kesempatan
untuk
merealisasikan
rencana
yang
telah
diprogramkan.
memelihara
perilaku
yang
berhubungan
dengan
lingkungan
kerja
(Mangkunegara, 2004).
Mc Clelland dalam Robbins dan Coulter (2007) menjelaskan
ada tiga
kebutuhan yang menjadi motif utama dalam pekerjaan, ketiga motif kebutuhan itu
meliputi.
3.1.1. Kebutuhan akan pencapaian prestasi (need for achievement)
yakni dorongan untuk unggul, untuk berprestasi menurut serangkaian
standar, untuk berusaha keras supaya berhasil.
3.1.2. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power)
Kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara
yang sebenarnya tidak akan mereka lakukan jika tidak dipaksa.
3.1.3
organisasi.
mempertimbangkan
Untuk
melaksanakan
keunikan/karakteristik
tugas
dari
tersebut
stafnya
dan
manajer
harus
berusaha
untuk
memberikan tugas sebagai suatu strategik dalam memotivasi staf (Suarli dan Bahtiar,
2009).
3.2.1 Peran Manajer Menurut Suarli dan Bahtiar
Hal yang perlu dilaksakan manajer dalam menciptakan suasana yang
memotivasi adalah:
a. Mempunyai
harapan
yang
jelas
terhadap
stafnya
dan
melakukan
tantangan-tantangan
yang
akan
memberikan
kesempatan
kepada
staf
untuk
mengoreksi
dan
mengawasi tugas.
n. Menjadi role model bagi staf.
o. Memberikan dukungan yang positif.
3.2.2 Peran Manajer Menurut Darling
Peran manajer keperawatan sebagai mentor (Darling, 1984 dikutip oleh
Marquis dan Huston, 1998) yaitu sebagai:
a. Model: seseorang yang perilakunya dapat menjadi contoh dan panutan
b. Envisioner: seseorang yang dapat melihat dan mengkomunikasikan arti
keperawatan profesional dan keterkaitannya dalam pratik keperawatan
c.
3.3
3.3.3
3.3.4
3.3.5
Menurunkan harapan yang terlalu tinggi dari diri sendiri dan orang lain
3.3.6
3.3.7
Menyadari
bahwa
bukan
hanya
dirinya
sendiri
yang
dapat
Berani
mengatakan
tidak
kalau
memang
merasa
tidak
dapat
melaksanakan
3.3.9
Motivasi
Menurut Rowland (1997, dalam Suarli dan Bahtiar, 2009) fungsi manajer
dalam meningkatkan kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor-faktor motivasi,
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi:
a. Keinginan akan adanya peningkatan
b. Rasa percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi
c. Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilam dan nilai-nilai yang
diperlukan
d. Adanya umpan balik
e. Adanya kesempatan untuk mencoba pendekatan baru dalam melakukan
pekerjaan
b. Potensi pengembangan
Kesempatan untuk berkembang, meningkatkan karier dan mendapatkan
promosi, dukungan untuk tumbuh dan berkembang seperti pelatihan, beasiswa dan
melanjutkan pendidikan, pelatihan manajemen bagi staf yang di promosikan,
kebijakan individual yaitu tindakan untuk mengakomodasi kebutuhan individu seperti
jadwal kerja, liburan, cuti sakit, serta pembiayaannya, ketenangan dalam bekerja,
loyalitas organisasi terhadap staf, penghargaan staf sesuai dengan agama dan latar
belakang nya, keputusan organisasi yang adil dan konsisten, upah atau gaji yang bisa
mencukupi kebutuhan hidup, kondisi kerja yang kondusif.