Oleh :
1.
2.
3.
4.
(4411412045)
(4411412038)
(4411412043)
(4411412041)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inseminasi buatan adalah suatu proses mengawinkan ternak dengan cara
buatan atau beternak secara modern yang sudah diterapkan dalam sejumlah usaha
peternakan, yang sangat efisien untuk meningkatkan produktifitas ternak. Pada
perkawinan secara alami pejantan hanya bisa mengawini satu ekor betina dalam
satu kali kawin, berbeda dengan pekawinan secara IB dimana semen atau sperma
yang dihasilkan oleh seekor pejantan dalam satu kali ejakulasi (pemancaran
sperma) dapat digunakan untuk melayani lebih banyak betina setelah semen
tersebut sudah diproses dan dalam bentuk straw.
Inseminasi buatan di Indonesia pertama kali pada permulaan tahun 1950,
namun baru pada permulaan tahun 1973 untuk pertama kali semen beku di impor
ke Indonesia atas kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Inggris
dan Selandia Baru. Sejak saat itu semen beku yang diperoleh dalam bentuk straw
telah dipakai pada hampir semua program IB pada sapi.
Ternak merupakan sumber protein hewani yang sangat diperlukan oleh
manusia disamping manfaat yang lain. Untuk meningkatkan produktifitas ternak
maka efisiensi reproduksi yaitu ditingkatkan dengan teknologi Inseminasi Buatan
(IB). Dengan teknik ini maka mutu genetic ternak dapat meningkat lebih baik
sehingga produktifitasnya juga semakin baik, dengan begitu pendapatan peternak
juga meningkat. Peningkatan mutu genetic melalui teknologi IB memang perlu
dilakukan karena penerapan IB dilapangan sudah menjadi kebutuhan para
peternak khususnya peternakan sapi perah dan sapi potong. Selain itu IB
mempunyai beberapa keuntungan yaitu dapat mencegah penyakit kelamin
menular pada ternak, menghemat biaya perkawinan, menghindari resiko
perkawinan (Toelihere, 1985).
Selain itu IB juga bermanfaat untuk meningkatkan angka kelahiran
sehingga populasi ternak cepat bertambah atau meningakat, disamping itu
bermanfaat dalam peningkatan ternak secara kuantitatif, memperbaiki mutu
Inseminasi Buatan?
Bagaimana cara penampungan semen pada sapi?
Bagaimana proses pembuatan semen beku?
Bagaiman cara penilaian semen?
C. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran umum Badan Inseminasi Buatan Ungaran?
Untuk mengetahui menajemen pemeliharaan sapi pejantan untuk keperluan
Inseminasi Buatan
Untuk mengetahui cara penampungan semen pada sapi
Untuk mengetahui proses pembuatan semen beku
Untuk mengetahui cara penilaian semen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inseminasi Buatan
dapat
dilakukan
dengan
cara
makroskopis,
diperoleh dari volume tiap pancaran semen yang tinggi dengan konsentrasi ayng
tinggi, (Hardjopranjoto, 1991).
Kisaran Ph yang normal menurut (Almquist, 1968) sebesar 6,2 6,7. Ph
semen yang cenderung asam mencerminkan aktifitas sperma pada kondisi
anaerob, sperma yang menghasilkan asam laktat semakin rendah nilai ph, maka
motilitas sperma akan semakin rendah pula. Ph semen biasanya berasal pada
kondisi netral atau asam lemah 6,5 6,8. Ph semen dipengaruhi oleh sekresi
kelenjar aksesori, Ph semen yang berlebih memperlihatkan fungsi abnormal
organ tersebut atau kemungkinan tercampuri oleh bahan lain (urin).
2. Karakteristik Semen Secara Mikroskopis
Pemeriksaan semen secara mikroskopis meliputi gerakan massa, motilitas,
konsentrasi, persentase sperma hidup dan abnormalitas sperma dilakukan secara
berurutan (Toelihere, 1985). Semen yang baik memiliki pola mikroskopis
gelombang massa baik hingga sangat baik. Sperma dikatakan berkualitas apabila
mengandung sperma yang bergerak aktif denagn gerakan massa yang tinggi
(Toelihere, 1981). Gerakan massa sperma dinilai berdasarkan dengan
kecenderungan sperma bergerak ke satu arah (Toelihere, 1985).
Motilitas sperma mencerminkan konsentrasi dan daya hidup sperma
dengan rata rata yang berguna untuk menilai fertilitas pejantan. Pergerakan
sperma meliputi gerakan massa atau progresif, mundur atau reverse, bergetar
atau vibratory, dan berbutir atau sirculatory (Partodihardjo, 1982). Stimulus awal
bagi motilitas sperma berasal dari isi kelenjar asesoris saat semen diejakulasikan.
Motilitas juga dipengaruhi oleh temperature.
Standar minimum semen sapi jantan yang dikoleksikan dengan vagina
buatan dan dipakai untuk IB memiliki persentase motil 50%. Menurut pernyataan
(Masuda, 1992) menyatakan bahwa motilitas tergantung pada spesies hewan,
temperature dan plasma semen. Sperma sapi jantan bergerak normal kedepan
pada temperatur 370C 380C, gerakan akan berhenti dan metabolisme sangat
lambat pada 50C dan pada 540C 560C akan mati. Perubahan suhu secara cepat
sangat berbahaya bagi sperma (shok temperatur).
fungsi
termoregulatoris
skrotom
dan
berakibat
pada
dan apabila suhu -800C sudah dicapai, semen didinginkan lebih cepat lagi
sehingga mencapai suhu -1960C. lebih lanjut dikatakan pembekuan dapat pula
dilakukan dengan menempatkan ampul ampul didalam uap nitrogen cair
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama satu hari yaitu
pada tanggal 19 November 2015, yang dilaksanakan di Balai Inseminasi Buatan
Ungaran, JL. MT. Haryono No. 53 A Ungaran Telp. (024) 6921107 Ungaran,
Semarang.
B. Metode Kuliah Kerja Lapangan
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan adalah
metode observasi. Observasi dilakukan langsung oleh mahasiswa untuk
memperoleh data dan informasi mengenai lokasi, situasi dan kondisi lapangan
yang berhubungan dengan materi KKL.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
waktu
Meningkatkan kualitas dan proses pelayanan
b. Pembibitan
Pembibitan merupakan bakalan dari ternak yang telah diseleksi untuk
dijadikan sebagai bibit ungul yang akan dipelihara. Atau merupakan salah satu
kegiatan untuk menyeleksi ternak unggul yang dilihat dari postur badan.
Status fisiologis, kesehatan ternak, dan lain - lain. Bibit ternak pejantan yang
ada di Balai Inseminasi Buatan ungaran, semarang didatangkan dari luar
negri, seperti sapi limousine dan simental yang langsung didatangkan dari
Australia. Adapun yang didatangkan dari dalam kota maupun luar kota seperti
sapi PO. Bibit yang sudah diseleksi tersebut lansung dikirim ke Balai
Inseminasi Buatan ungaran dipelihara untuk pengambilan semen dan produksi
semen.
c. Pakan dan Pemberian
Hijauan pakan ternak yang diberikan berupa rumput gajah (Pennisetum
purpureum). Pemberian rumput gajah sangat penting karena mengandung
serat kasar yang tinggi yaitu 36,34%. Hal ini berguna dalam siistem
pertumbuhan ternak.
Manajemen Pemberian pakan ternak dilakukan 3 kali dalam sehari setiap
harinya yaitu pada pagi hari dimulai dari jam 07.00 berupa pakan konsentrat
dalam bentuk pellet sebanyak 5 kg serta ditambahkan pakan tambahan (feed
additive) yang dicampur dengan konsentrat, setelah itu ditambahkan dengan
pemberian kecambah, pemberian kecambah berfungsi untuk produksi dan
kualitas semen. Selanjutnya pada siang hari sekitar jam 09.00 diberikan
hijauan yaitu berupa rumput gajah yang telah dicacah sebanyak 30 40
kg/ekor/hari. Pemberian pakan sore hari pukul 15.00 berupa hijauan yang
telah dicacah sebanyak 30 40 kg/ekor/hari.
Rumput gajah yang baru dipanen disimpan selama 18 jam sebelum
dicacah yang bertujuan untuk melayukan rumput sehingga kadar airnya
berkurang, tujuan pencachan adalah untuk mencapai efisiensi konsumsi
hijauan oleh ternak, sehingga memudahkan ternak dalam mengkonsumsi
hujauan karena semua bagian dari rumput baik itu batang dan daun dapat
dimakan oleh ternak.
C. Proses Penampungan Semen Pada Sapi
a. Mempersiapkan Vagina Buatan
Sebelum melakukan penmapungan sebaiknya mempersiapkan vagina buatan,
sebagai berikut:
1) Memasang corong karet pada badan vagina buatan dan posisi lubang udara
pada corong harus sejajar dengan kran vagina buatan kemudian diikat
dengan tali pita agar pada saat pelaksanaan penampungan, corong tidak
terlepas dari tabung vagina buatan.
2) Memasang tabung sperma pada ujung corong AV lalu diikat dengan tali
pita kemudian ditempel kertas label sesuai dengan kode pejantan yang akan
ditampung.
Pemberian
label
bertujuan
untuk
mengetahui
hasil
karakteristik semen
Memberi penilaian sperma sesudah pengenceran
Tidak melebihi daya fertilisasi sperma
2) Fungsi Pengencer
Melindungi spermatozoa terhadap cool shok
Menyediakan zat makanan sebagai sumber energi spermatozoa
Memperbanyak volume semen
Mencegah pertumbuhan kuman
3) Bahan dan Cara Pembuatan Pengencer Semen Sapi
Susu skim
Aquabidest
Kuning telur
Glukosa
Gliserol
b. Cara Membuat Pengencer
1) Membuat buffer 1000 cc
Susu Skim 100 ml
Aquabidest 960 ml
Kedua bahan tersebut dicampur dan kemudian dipanaskan sampai
mencapai suhu 920C - 950C, setelah mencapai suhu tersebut didiamkan
selama 12 menit kemudian disaring dan setelah dingin disimpan didalam
refrigenerator. Setelah dingin ditambahkan antibiotika berupa penicillin 2
flc dan streptomycin 5 flc dicampur dan ditambahkan aquabdest sampai
volumenya menjadi 30 cc.
2) Membuat penngencer part A (untuk 400 cc)
Buffer Antiiotika 360cc
Kuning Telur 40cc
semen dan jarum pengisi pada tempatnya, 2) mejalankan mesin dan mengatur
letak straw, 3) mengatur jarum supaya bisa masuk kedalam straw dan
memasukkan semen kedalam corong semen, 4) menjalankan vacuum pengisap
dan mesin bronsor, 5) mesin filling dan sealing dijalankan dan mengawasi straw
sedang diisi, kemudian menghitung straw dengan menggunakan rak. Waktu
pengisian semen untuk setiap straw adalah 0,18 detik.
g. Proses Freezing atau Pembekuan
Setelah melalui proses filling dan sealing straw tersebut dipindahkan
kedalam countainer yang berisi nitrogen cair atau N2 cair yang mempunyai suhu
1960c. agar semen tidak mengalami cool sock atau kejutan dingin yang dapat
membunuh sperma maka harus melalui 2 tahap yaitu proses pra pembekuan dan
tahap pembekuan. Pra pembekuan proses penurunan suhu semen dari 40c
menjadi -1100c sampai dengan -1200c. dengan cara straw yang berada dalam rak
dipindahkan kedalam box countainer dan ditempatkan 4cm diatas permukaan
nitrogen cair dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c, proses ini dilakukan
didalam storage countainer selama 9 menit.
Tahap freezing adalah proses penurunan suhu semen menjadi -1960c. straw
dipindahkan kedalam goblet kemudian dimasukkan kedalam canister dan
direndam dalam nitrogen cair yang suhunya -1960c didalam countainer.
Penurunan suhu secara perlahan lahan dari mulai suhu 40c sebelum dibekukan
dan proses pra pembekuan dengan suhu -1100c sampai dengan -1200c serta
proses pembekuan atau freezing dengan suhu -1960c, bertujuan untuk mengatasi
problema cool sock terhadap spermatozoa.
h. Pemeriksaan Kualitas Semen Beku
Pemeriksaan semen beku bertujuan untuk menjaga dan mengetahui kualitas
semen beku yang diproduksi di Balai Inseminasi Buatan Ungaran sebelum
didistribusikan atau dijual. Pemeriksaan dilakukan pada esok harinya setelah
proses pembekuan atau freezing dengan mengambil 2 sampai 3 dosis dari masing
masing pejantan. Pemeriksaan dilakukan untuk menilai persentase hidup dan
gerakan spermatozoa dengan menggunakan mikroskop. Sebelum pemeriksaan
minimal 2. hasil uji kwalitas test after thawing 0 jam dan water incubator 4
jam.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang dilaksanakan di Balai
Inseminasi Buatan Ungaran Semarang, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang
dilakukan di BIB Ungaran meliputi Pemeliharaan Sapi Pejantan untuk keperluan
Inseminasi Buatan dan Proses Produksi Semen Beku.
Langkah dalam Proses Produksi Semen Beku yaitu sebagai berikut:
1. Pembuatan bahan pengencer yang terdiri dari Pengencer Part A dan Part B
2. Pemeriksaan semen segar secara Makroskopis dan Mikroskopis
3. Proses pengenceran
4. Printing straw
5. Filling dan sealing
6. Proses freezing atau pembekuan
7. Pemeriksaan kualitas semen beku dengan cara Test After Thawing dan Test
Water Incubator.
Daftar Pustaka
Almquist , J.O. 1968. Dairy Cattle. Dalam : E.J Perry (E.d). The Artifical Inseminasi
of Farm Animal. Fourth Revised Edition. Rutgers University Press, New
Jersey.
Anonymus, 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Kanisius :
Yogyakarta.
Anonymus. 1992. Petunjuk Beternak Sapi Potong. Kanisius Yogyakata.
Darmono. 1992. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Jakarta.
Dirjen Peternakan, 2000. Prosedur Tetap Produksi dan Distribusi Semen Beku.
Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta.
Djanuar, R,. Haryati. C. T. R. Tagama. 1985. Dasar-Dasar Insemenasi Buatan Pada
Ternak Sapi. Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Flipse, R.J. and J.O Almquist. 1961. Effect of Total Digestible Nutrient Intake Form
Birth To Four Years Of Age On Growth And Reproductive Development And
Performance Of dairy Bills. J. Dairy Sci.,44.095
Foster , J. .J.O Almquist and R.C. Martig, 1970. Reproductive.capacity Of Beef Bull.
IV. Changes In Sexual Behavior And Semen Characterisitic Among
Sucsessive Ejaculation, J. Anim. Sci. 30, 245.
Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke empat. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Hafez, E. S. E. 1993. Anatomy of Male Reproduction. Dalam E. S. E. Hafez (E.d)
Reproduction in Farm Animals. Sixth Edition. Lea and Febiger Philadelphia.
Hardopranjoto, S. 1991. Fisiologi dan Reproduksi edisi kedua .Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Erlangga Surabaya.
Hartadi, H. S. 1986. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia.Universytas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.